Anda di halaman 1dari 27

MASJID SEBAGAI

PUSAT PERADABAN
ISLAM
Konsep Masjid dalam Al-Qur’an
Konsep Masjid dalam Hadis
Rasullullah saw bersabda:

“Setiap bagian dari bumi Allah adalah tempat sujud


(masjid).” (HR. Muslim)

ِ ‫ت لَنَا اَأْل َرْ ضُ َمس‬


)‫ْج ًدا َوطَه ُْورًا (رواه مسلم‬ ْ َ‫ج ُِعل‬

Artinya:
“Telah dijadikan bagi kita bumi ini sebagai tempat sujud dan
keadaannya bersih.” (HR. Muslim)
Keutamaan Memakmurkan Masjid
ُ‫ َو َر ُج ٌل قَ ْلبُه‬،‫ َو َشابٌّ نَ َشأَ فِي ِعبَا َد ِة َربِّ ِه‬،ُ‫ ْا ِإل َما ُم ْال َعا ِدل‬،ُ‫ يَ ْو َم الَ ِظ َّل إِالَّ ِظلُّه‬،‫ فِي ِظلِّ ِه‬،ُ ‫َس ْب َعةٌ ي ُِظلُّهُ ْم هَّللا‬
‫ب‬
ٍ ‫ص‬ ِ ‫ات َم ْن‬ ُ ‫ َو َر ُج ٌل دع ْتهُ ا ْم َرأَةٌ َذ‬،‫ َوتَفَ َّرقَا َعلَ ْي ِه‬،‫ َو َر ُجاَل ِن تَ َحابَّا ِفي هَّللا ِ اجْ تَ َم َعا َعلَ ْي ِه‬،‫اج ِد‬
ِ ‫ق ِفي ْال َم َس‬ ٌ َّ‫ُم َعل‬
ُ ِ‫ َحتَّى الَ تَ ْعلَ َم ِش َمالُهُ َما تُ ْنف‬،‫ق بصدقة فأَ ْخفَاها‬
،ُ‫ق يَ ِمينُه‬ َ ‫ص َّد‬ ُ ‫ فَقَا َل إِنِّي أَ َخ‬،‫ال‬
َ َ‫ َو َر ُج ٌل ت‬،َ ‫اف هَّللا‬ ٍ ‫َو َج َم‬
)‫ (صحيح البخاري‬.‫ت َع ْينَاه‬ ْ ‫اض‬َ َ‫ فَف‬،‫َو َر ُج ٌل َذ َك َر هَّللا َ َخالِيًا‬
Ada tujuh golongan manusia yang akan mendapat naungan Allah pada
hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya. (1) Pemimpin yang adil,
(2) Seorang pemuda yang menyibukkan dirinya dengan ibadah kepada
Allah, (3) Seorang yang hatinya selalu terikat pada masjid, (4) Dua orang
yang saling mencintai kerana Allah, berkumpul dan berpisah kerana Allah
juga, (5) Seorang lelaki yang di ajak zina oleh wanita yang kaya dan cantik
tapi ia menolaknya sambil berkata ‘Aku takut kepada Allah’, (6) Seseorang
yang bersedekah dengan menyembuyikannya hingga tangan kirinya tidak
mengetahui apa yang diinfaqkan oleh tangan kanannya, serta (7) Seorang
yang berzikir kepada Allah di kala sendiri hingga meleleh air matanya
karena menangis.”
Dalam surat At-Taubah ayat 18…
‫يخش اال هللا ف َع َسى‬
َ ‫انّما يع ُم ُر مساج َد هللا من آمن باهلل واليوم اآلخر وأقام الصالة وآتى الزكاةَ ولم‬
‫لمهتدين‬ƒ‫أولئك أن يكونوا من ا‬
Artinya: Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-
orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir, kemudian tetap
mendirikan shalat, membayar zakat, dan tidak takut kecuali kepada
Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk
golongan orang2 yang mendapat petunjuk.
Masjid sebagai Pusat Peradaban Islam, maka yg
harus dilakukan:

1. Menyelenggarakan kajian-kajian keislaman yang teratur dan terarah menuju


pembentukan pribadi muslim, keluarga muslim dan masyarakat muslim.
2. Melaksanakan diskusi, seminar, dan lokakarya tentang masalah-masalah yang aktual.
3. Membuat data jamaah, dilihat dari segi usia, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan,
dan lain-lain.
4. Mengefektifkan zakat, infaq, dan shadaqah, baik pengumpulannya dan pembagiannya.
5. Menyelenggarakn training-training keislaman, terutama untuk kegiatan pemuda.
6. Memaksimalkan dakwah bil-lisan, dakwah bil-hal, seperti memberikan santunan bagi
jamaah yang membutuhkan, misalnya karena sakit, kena musibah dan lain-lain.
7. Berdakwah melalui buku, brosur, buletin, dan majalah dengan mendirikan taman
bacaan atau perpustakaan masjid.
Peran Masjid di Zaman Rasulullah SAW dan
Para Sahabat
Ketika Rasulullah saw berhijrah ke Madinah,
langkah pertama yang dilakukan adalah
membangun masjid yang diberi nama Masjid Quba.
Saat dibangun masjid ini berlantaikan tanah, dan
beratap pelepah kurma, selama 4 (empat) hari
beliau mendirikan masjid yang kemudian dikenal
dengan sebutan masjid Quba, masjid yang pertama
kali dibangun oleh nabi pada tahun ke- 13
kenabiannya atau tahun ke- 1 hijriah (28 Juni 622
M).
Pada periode awal Islam, masjid memiliki peran signifikan dan strategis
baik ketika di Makkah dan Madinah. Di Makkah, masjid Al Haram menjadi
tempat sosialisasi wahyu dari Allah secara terbuka sehingga mengundang
reaksi keras dari golongan musyrikin Quraisy. Di Yatsrib, langkah pertama
yang dilakukan Rasulullah saw adalah membangun masjid yang sangat
sederhana, berukuran 35 x 30 m2. Dengan berlantaikan tanah, dinding
terbuat dari tanah yang dikeringkan, tiangnya dari batang pohon kurma
dan atapnya dari pelepah dan daunnya. Masjid ini kemudian dikenal
dengan sebutan Masjid Nabawi.
Masjid yang dibangun oleh Rasulullah memiliki
fungsi-fungsi strategis:
1. Tempat ibadah umat Islam, seperti shalat, dzikir, dan ibadah sunnah lainnya.
Masjid pada masa Rasulullah saw, berfungsi untuk melaksanakan shalat fardhu
lima waktu, shalat Jumat, berdzikir, dan macam-macam ibadah yang lain.
2. Tempat menuntut ilmu umat Islam, yaitu ilmu agama dan ilmu umum. Masjid
pada masa Rasulullah saw, menjadi sentra kajian agama dan ilmu-ilmu umum
umat Islam. Masjid menjadi tempat umat Islam dalam mendiskusikan ilmu
agama dan ilmu umum.
3. Tempat memberi fatwa. Pada masa Rasulullah saw. masjid menjadi tempat
mengeluarkan fatwa pada kaum muslimin, utamanya untuk memecahkan
problematika keumatan saat itu.
4. Tempat mengadili perkara. Bila terjadi perselisihan, pertengkaran, dan
permusuhan di antara umat Islam, maka mereka harus didamaikan, diadili dan
diberi keputusan hukum dengan adil oleh Rasulullah saw, yang
pelaksanaannya dilakukan di masjid.
5. Tempat menyambut tamu, rombongan, atau utusan. Menurut sejarah,
Rasulullah saw. pernah menyambut utusan dari Nashrani Najran di dalam
masjid.
6. Tempat melangsungkan pernikahan. Aisyah ra. Berkata bahwa Rasulullah
Saw. bersabda, “Beritakanlah pernikahan ini dan selenggarakanlah ia di
dalam masjid, lalu pukullah rebana-rebana” (HR Turmudzi).
7. Tempat layanan sosial. Dari Utsman bin Yaman, ia berkata, “Ketika para
Muhajirin membanjiri kota Madinah, tanpa memiliki rumah dan tempat
tinggal, Rasulullah Saw menempatkan mereka di masjid dan beliau namai
Ashabush-Shuffah.
8. Tempat latihan perang. Pada masa Rasulullah saw, masjid berfungsi sebagai
tempat latihan perang, baik untuk pembinaan fisik maupun mental.
9. Tempat layanan medis atau kesehatan. Rasulullah saw. menjadikan masjid
sebagai tempat untuk mengobati orang sakit, khususnya pada masa perang.
Quraish Shihab menyebutkan 10 peranan masjid:
1. Tempat ibadah,
2. Tempat konsultasi dan komunikasi,
3. Tempat pendidikan,
4. Tempat santunan social,
5. Tempat latihan militer,
6. Tempat pengobatan,
7. Tempat perdamaian dan pengadilan,
8. Aula dan tempat menerima tamu,
9. Tempat tawanan,
10. Pusat penerangan dan pembelaan agama.
Masjid sebagai pusat pendidikan:

1. Kuttab, satu lembaga pendidikan dasar yang di dalamnya diajarkan cara membaca
dan menulis huruf al-Qur’an serta pengajaran ilmu agama. Ini bertujuan
menyiapkan murid-murid belajar pada lingkaran (halaqah) di masjid.
2. Sistem Madrasah, tidak ada tingkat-tingkat pendidikan tertentu. Tidak ada tingkat
rendah atau permulaan, tingkat menengah, dan lain-lain, tetapi hanya satu tingkat
saja. Pertama, Madrasah an Nidhamiyah yang didirikan oleh Nidham Al-Mulki
seorang Menteri Sultan Malik Syah As-Seljuqy pada tahun 460-475 H di kota
Baghdad dan Naesabur. Imam Al-Ghazali pernah menjadi guru Madrasah tersebut
di Baghdad kemudian di Naesabur, pada akhir abad ke-5 H.
3. Zawiyah, suatu tempat belajar di sudut masjid. Zawiyah ini menjadi meluas
sehingga akhirnya dikenal sebagai “tempat belajar yang terpisah dari bangunan
masjid” yang hampir menyamai fungsi Madrasah, karena Zawiyah ini tidak lagi
digunakan untuk melakukan iktikaf, atau taabbud terutama bagi kaum sufi atau
tarikat, dan akhirnya menjadi tempat mengajarkan Al-Qur’an dan ilmu agama serta
dasar-dasar ilmu pengetahuan umum. Lembaga ini berkembang pada abad ke-8 H di
negara-negara Maghribi (Afrika Utara)
Berbagai bukti kemajuan peradaban Islam, berawal dari
Masjid:
1. Keberadaan perpustakaan Islam dan lembaga-lembaga keilmuan
seperti Baitul Hikmah, Masjid Al-Azhar, dan Masjid Qarawiyyin yang
merupakan pusat para intelektual muslim berkumpul untuk
melakukan proses pengkajian dan pengembangan ilmu dan sains.
2. Peninggalan karya intelektual muslim seperti Ibnu Sina (filsafat dan
kedoteran), Ibnu Haytam (fisika), Imam Syafi’i (hukum), Ar-Razi
(kedokteran), Al-Kindi (matematika), Ibnu Rusydi (filsafat,
matematika, teologi dan astronomi), Ibnu Khaldun (ekonomi dan
sosiologi), Al-Kirmani (geometri dan logika), Az-Zahrawi (kedokteran),
Ibnu Bajjah (matematika, fisika dan astronomi), Ibnu Arabi (teologi
dan tasawuf), Ibnu Thufail (filsafat, hukum dan kedokteran), Ibnu
Hazm (sejarawan, teolog, dan ahli hukum), adalah beberapa sarjana
muslim Spanyol yang turut berjasa meletakkan konstribusi mereka
bagi peradaban dunia modern.
3. Penemuan-penemuan intelektual yang dapat mengubah
budaya dan tradisi umat manusia, seperti penemuan
kertas, karpet, kalender Islam, penyebutan hari, seni
arsitektur dan tata perkotaan.
4. Pengarusutamaan nilai-nilai kebudayaan asasi sebagai
manifestasi dari konsep Islam, iman, ihsan dan takwa.
Islam mendorong budaya yang dibangun atas dasar silm
(ketenangan dan kondisifitas), salam (kedamaian),
salaamah (keselamatan). Sedangkan Iman melahirkan
budaya yang dilandasi amn (rasa aman), dan amaanah
(tanggung jawab). Ihsan mendorong budaya hasanah
(keindahan) dan husn (kebaikan).
Masjid di Era Modern Sebagai Pusat
Intelektualitas
1. Perpustakaan, yang menyediakan berbagai buku bacaan dengan
berbagai disiplin keilmuan.
2. Ruang diskusi, yang digunakan untuk berdiskusi sebelum atau
sesudah shalat berjama`ah. Langkah-langkah praktis yang ditempuh
dalam operasionalisasi adalah memberikan planning terlebih dahulu
dengan menampilkan beberapa pokok persoalan yang akan dibahas.
3. Ruang kuliah, baik digunakan untuk remaja mesjid atau “madrasah
diniyah”, yang oleh Omar Amin Housein diistilahkan dengan “sekolah
masjid”
4. Laboratium pendidikan umat, sebagai pusat penelaahan
permasalahan umat agar terselesaikan sesuai dengan ajaran Islam
dengan pendekatan saintifik.
Sarana Masjid Sesuai Kebutuhan Umat:
1. Ruang shalat yang memenuhi syarat-syarat kesehatan;
2. Ruang khusus wanita –untuk shalat maupun pendidikan
kesejahteraan keluarga– yang memungkinkan kaum wanita keluar-
masuk masjid tanpa bercampur dengan kaum pria;
3. Ruang pertemuan dan perpustakaan;
4. Ruang poliklinik; dan ruang laktasi bagi ibu yang menyusui serta
merawat bayi;
5. Ruang untuk memandikan dan mengkafani mayat;
6. Ruang bermain dan olah raga bagai generasi muda.
Masjid Umayyah di
Damaskus

Masjid Baghdad di Irak


Masjid Cordova di
Andalusia, Spanyol

Masjid Cordova di
Andalusia, Spanyol
Masjid Al-Azhar di Mesir

Masjid Al-Azhar di Mesir


Kelemahan Manajemen
Masjid di Masyarakat
Perencanaan Program atau manajerial masjid yg belum tepat sasaran
untuk jamaah
Fasilitas masjid
Kesejahteraan marbot masjid
Transparansi keuangan
Sumber keuangan
Sekuritas masjid
Masjid seyogyanya mampu, melakukan beberapa hal
berikut:
1. Perencanaan Program atau manajerial masjid yang
tepat sasaran untuk jamaah
2. Menyediakan fasilitas masjid yang memadai untuk
ibadah, kajian Islam, seminar, penginapan, dan ruang
olahraga
3. Memberikan kesejahteraan marbot (pegawai) masjid
dengan sesuai agar mereka mampu bekerja secara
professional dan melatihnya dengan kemampuan
teknologi terkini
4. Meyediakan laporan transparansi keuangan yang rutin
agar jamaah merasa lega dalam menyalurkan infaq,
wakaf, zakat dan sedekahnya.
5. Menggali sumber keuangan masjid yang tidak dari sumber infaq, wakaf,
zakat dan sedekat saja, pengelola masjid harus mampu memberdayakan
ekonomi masjid secara produktif hingga masjid memiliki asset berjalan yang
tumbuh untuk kemakmuran masjid dan juga untuk membantu kaum miskin.
6. Mampu menyapa penduduk muslim di lingkungan terdekat masjid dengan
silaturrahim dan sedekah masjid bagi kaum miskin baik muslim maupun
non-muslim.
7. Menyediakan sekuritas masjid (keamanan) hingga masjid mampu buka 24
jam dengan sistem shifting (bergantian), dan marbot (pegawai masjid) pun
lebih dari seorang agar bisa bergantian. Akan lebih baik pula, bila masjid
mampu menyediakan ustadz/syekh/kyai yang mukim di masjid atau
rumahnya dekat masjid, sehingga ketika ada persoalan jamaat bisa diatasi
dengan cepat.
Memilik Data Base Warga

– Siapa saja yang sholat & yang belum sholat.


– Yang sholat di Masjid & yang belum sholat di Masjid.
– Yang sudah berzakat atau yg belum.
– Yang sudah ber-qurban atau yg belum ber-qurban.
– Yang aktif mengikuti kegiatan masjid atau yang belum.
– Yang berkemampuan di bidang apa dan bekerja di mana.
Sistem Pendanaan Masjid

Jika ada Masjid mengumumkan dengan bangga bahwa saldo infaknya


jutaan, maka Masjid Jogokariyan selalu berupaya keras agar di tiap
pengumumaan saldo-infak harus sama dengan NOL Rupiah !
Infak itu ditunggu pahalanya tuk jadi amal sholih, bukan untuk disimpan
di rekening Bank.
Memiliki penginapan yang hasil persewaan untuk sedekah jamaah yang
kurang mampu
Sarana dan Prasarana
Masjid
menyediakan ruang olahraga atau bermain yang terdapat alat olahraga
seperti tenis meja dan lain-lain, sehingga anak-anak atau remaja atau
pemuda yang ingin bermain atau berolahraga di Jogokariyan bisa
kerasan atau betah.
Wifi di Masjid Jogokariyan sudah dari tahun 2004 dan itu
“gratis”, sehingga Jamaah baik dari anak-anak maupun dewasa tdk perlu
repot-repot ke WarNet yg sangat memungkinkan mereka untuk
membuka situs yang bukan-bukan.
Jaminan jamaah
Sejak tahun 2005 Masjid Jogokariyan sudah menjalankan program
Universal Conference Insurance dimana seluruh Jamaah Masjid bisa
berobat di Rumah Sakit atau klinik manapun secara Gratis dengan
membawa Kartu Sehat Masjid Jogokariyan.
Dan kami juga biasa memberi hibah Umrah bagi jamaah yang betul-
betul rutin Jamaah Sholat Shubuh di Masjid Jogokariyan.
Masjid kampus yang peduli pada syiar Islam kepada masyarakat lebih luas
Memiliki data jamaah
Kajian Islam perspektif sains dikenal dengan tafsir masjid Salman
Memiliki mini market dan asrama mahasiswa hasilnya untuk sedekah
masjid
Memiliki ATM beras dan kartu sedekah untuk mahasiswa yang tidak
mampu
Memiliki producer film berjudul ‘iqro’

Anda mungkin juga menyukai