Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

BAGAIMANA PERAN DAN FUNGSI MASJID KAMPUS DALAM PENGEMBANGAN


BUDAYA ISLAM

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam

Dosen Pengampu: Agus Wibowo,S.Pd.I,M.Pd

Disusun Oleh :

Kelompok 10

1. Bima Bagaskara ( 1707617034 )


2. Dian Mega ( 1701617168 )
3. Novianny Sukma ( 1701617118 )
4. Safira Citra Fatina ( 1707617061 )
5. Shabilla Yasmin ( 1701617084 )
6. Zen Amalia ( 1701617154 )

Fakultas Ekonomi

Universitas Negeri Jakarta

2017

Jalan Rawamangun Muka RT 11/14, Rawamangun, Jakarta Timur, DKI Jakarta, 13220

Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang sudah memberikan kesehatan
jasmani dan rohani sehingga kita masih bisa menikmati indahnya Alam ciptaan-Nya. Sholawat
serta salam kita haturkan kepada teladan kita semua Nabi Muhammad Shallallahu `alaihi Wa
Sallam yang telah memberitahu kepada kita jalan yang benar berupa ajaran agama yang
sempurna serta menjadi rahmat bagi seluruh alam.

Penulis sangat bersyukur karena dapat merampugkan makalah yang menjadi tugas dalam
mata pelajaran Agama Islam dengan judul “Bagaimana Peran dan Fungsi Masjid Kampus
dalam Pengembangan Budaya Islam ”. Selain itu, penyusun mengucapkan banyak terima
kasih kepada berbagai pihak yang sudah membantu sampai makalah ini dapat terselesaikan.

Namun, tidak lepas dari semua itu, kami sadar sepenuhnya bahwa dalam makalah ini
masih terdapat banyak kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa serta aspek-aspek lainnya.
Maka dari itu, dengan lapang dada kami membuka seluas-luasnya pintu bagi para pembaca yang
ingin memberikan kritik ataupun sarannya demi penyempurnaan makalah ini.

Akhirnya tim penyusun sangat berharap semoga dari makalah yang sederhana ini bisa
bermanfaat dan juga besar keinginan kami bisa menginspirasi para pembaca untuk mengangkat
berbagai permasalah lainnya yang masih berhubungan pada makalah-makalah berikutnya.

Jakarta,
Oktober 2017

Tim Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masjid bukan sekedar tempat sujud sebagaimana makna harfiahnya, tetapi memiliki beragam
fungsi. Menurut pakar kebudayaan Islam asal Palestina itu, sejak zaman Nabi Muhammad Saw.
masjid tidak hanya berfungsi hanya sebagai tempat ritual murni (ibadah mahdah seperti shalat
dan itikaf). Masjid Nabawi juga berfungsi sebagai pusat pemerintahan, sentra pendidikan,
markas militer dan bahkan lahan sekitar masjid pernah dijadikan sebagai pusat perdagangan.
Rasulullah menjadikan masjid sebagai sentra utama seluruh aktivitas keummatan. Baik untuk
kegiatan pendidikan yakni tempat pembinaan dan pembentukan karakter sahabat maupun aspek-
aspek lainnya termasuk politik, strategi perang hingga pada bidang ekonomi, hukum, sosial dan
budaya. Pendek kata, masjid difungsikan selain sebagai pusat kegiatan ibadah ritual juga
dijadikan tempat untuk melaksanakan ibadah muamalah yang bersifat sosial.
Mahasiswa dalam usia pemuda sering dikatakan sebagai “agen of change” dimana
mahasiswa adalah sebagai pelaku utama untuk merubah dunia ini kepada yang lebih baik lagi.
Dalam hal ini, dibutuhkan juga pemuda atau mahasiswa yang berkualitas, istiqomah dan
memegang teguh aqidah untuk memajukan sekaligus merubah suatu hal jelek menjadi baik. Oleh
karena itu, kegiatan di masjid bagi mahasiswa adalah salah satu jalan untuk menghidupkan dan
menumbuhkan aqidah pada setiap mahasiswa.

1.2 Rumusan Masalah


Telah disinggung dalam latar belakang bahwa mahasiswa adalah agen perubahan. Yang dimana
mahasiswa menjadi pelaku utama perubahan. Dalam hal ini, perlu diadakan bimbingan agar
aqidah mahasiswa itu tumbuh menjadi mahasiswa yang berkualitas. Dalam makalah kali ini,
kami akan menjelaskan tentang peranan masjid kampus bagi mahasiswa. Penyusun membuat
rumusan masalah sebagai barikut:

1. Menelusuri konsep dan fungsi masjid dalam membangun budaya Islam ?


2. Menanya konsep masjid kampus dalam pengembangan Budaya Islam ?
3. Menggali sumber Historis, Sosiologis, dan Teologis tentang konsep masjid dan fungsi
masjid kampus dalam membangun Budaya Islam ?
4. Membangun argument tentang konsep masjid dan fungsi masjid dalam membangun
budaya Islam ?
5. Mendeskripsikan tentang konsep dan fungsi masjid dalam membangun budaya Islam ?

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagi berikut:

1. Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam

2. Untuk memperdalam wawasan keilmuan mengenai Masjid

3. Untuk Mengetahui peran dan Fungsi Masjid Kampus dalam Pengembangan Budaya Islam

BAB II

LANDASAN TEORITIK

A. Menelusuri Konsep dan Fungsi Masjid dalam Membangun Budaya Islam


Mendirikan masjid adalah hal pertama yang dilakukan Nabi Muhammad sesampai di Yatsrib
(sekarang Medinah) setelah menempuh perjalanan hijrah dari Mekah. Sesampai di Quba`, 5
kilometer arah tenggara Yatsrib, di antara hamparan kebun kurma, Ammar bin Yasir r.a.
membuatkan tempat berteduh untuk Rasulullah. Di situlah beliau dibantu para sahabat
membangun sebuah masjid dari tumpukan batu. Inilah yang kemudian disebut sebagai Masjid
Quba` dan merupakan masjid pertama yang dibangun oleh Rasulullah.

Setelah empat hari beristirahat di Quba`, Rasulullah berangkat ke Medinah. Sesampai di sana, di
sebuah tempat penjemuran kurma milik dua anak yatim dari Bani Najjar, Rasulullah berhenti. Di
situlah beliau mendirikan masjid atas permintaan Ma’adh bin Afra’, wali kedua yatim itu.
Riwayat lain menyebutkan bahwa masjid baru dibangun setelah tempat itu lebih dulu dibeli oleh
Rasulullah. Di kemudian hari masjid ini termasyhur sebagai “Masjid Nabawi”.

Disebut Masjid Nabawi (masjid nabi), karena Rasulullah saw. selalu menyebutnya dengan
sebutan “masjidku”. Setelah tinggal di Medinah, Rasulullah saw. tetap berkunjung ke Masjid
Quba` terutama pada setiap akhir pekan. Dalam sebuah hadis sahih beliau bersabda, "Barang
siapa yang bersuci di rumahnya, kemudian datang ke Masjid Quba`, lalu melaksanakan
salat di dalamnya, untuknya seperti pahala umrah."

Mengenai Masjid Nabawi, beliau pun pernah bersabda dalam hadis sahih yang sangat tegas,
"Sesungguhnya salat di dalamnya lebih baik daripada seribu salat di masjid lainnya
kecuali Masjidil Haram."

Kata ‘Medinah’ itu sendiri berasal dari kata ‘mudun’ yang berarti kota atau peradaban. Memang
sejak saat itu, perlahan-lahan peradaban Islam mulai berkembang. Bila kota Mekah menjadi
simbol perjuangan akidah Islam, maka kota Medinah menjadi simbol pengembangan peradaban
Islam.

Pada masa Rasulullah, pembangunan masjid mempunyai dua tujuan, yaitu:

1. Masjid dibangun atas dasar taqwa dengan melibatkan masjid sebagai pusat ibadah dan
pusat pembinaan umat islam.

2. Masjid dibangun atas dasar permusuhan dan perpecahan dikalangan umat dan sengaja
untuk menghancurkan umat islam
Allah berfirman dalam surat At-Taubah ayat 107

Artinya: ”Dan (di antara orang-orang munafik itu) ada orang-orang yang mendirikan masjid
untuk menimbulkan kemudharatan (pada orang-orang mukmin), untuk kekafiran dan untuk
memecah belah antara orang-orang mukmin serta menunggu kedatangan orang-orang yang telah
memerangi Allah dan Rasul-Nya sejak dahulu[660]. mereka Sesungguhnya bersumpah: "Kami
tidak menghendaki selain kebaikan." dan Allah menjadi saksi bahwa Sesungguhnya mereka itu
adalah pendusta (dalam sumpahnya)”. (QS. At-Taubah: 107)

Dalam suatu riwayat dikisahkan bahwa pada bulan Rajab tahun ke-9 hijrah, ketika Rasulullah
saw. bersama umat Islam sedang mempersiapkan diri berangkat ke Tabuk menghadapi invasi
Romawi, terdengar kabar bahwa orang-orang munafik secara diam-diam telah membangun
masjid di Dhu Awan. Di masjid inilah mereka mengonsolidasi diri dengan tujuan hendak
mengubah ajaran Allah dan memecah-belah kaum muslimin dengan menimbulkan bencana serta
kekufuran. Setelah selesai membangun masjid, pemimpin orang- orang munafik itu mendatangi
Rasulullah dan mengatakan, “Kami telah selesai mendirikan masjid, oleh karena itu, kami
mengharapkan engkau menjalankan salat di masjid kami.” Karena ajakan itu, maka Allah
menurunkan ayat yang melarang Rasulullah beribadah di masjid yang dibangun orang-orang
munafik.

Allah Swt. berfirman dalam QS At-Taubah/9: 108.

Janganlah kamu bersembahyang dalam masjid itu selama-lamanya. Sesungguhnya masjid


yang didirikan atas dasar takwa (Masjid Quba`), sejak hari pertama adalah lebih patut
kamu bersembahyang di dalamnya. Di dalamnya ada orang-orang yang ingin
membersihkan diri. Dan Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bersih.

Dalam sejarah Islam, masjid yang dibangun atas dasar konsep dan fungsi untuk mengubah
ajaran Allah dan membahayakan umat Islam itu disebut sebagai ‘masjid dhirār’, artinya ‘masjid
bencana’ karena didirikan dengan maksud untuk menimbulkan kerusuhan, kerugian, dan bahaya.
Adapun Masjid Quba`, sebagaimana dinyatakan Allah, merupakan masjid yang dibangun di atas
landasan fondasi ketakwaan. Nabi Muhammad saw. kemudian memerintahkan agar ”masjid
dhirār” ini dibakar.

Pengertian Masjid

Dilihat dari segi harfiyah mesjid adalah tempat sembah. Akar kata dari masjid adalah sajada
dimana sajada berarti sujud atau tunduk Kata masjid sendiri berasal dari bahasa Aram yaitu
masgid. Kata masgid ditemukan dalam sebuah inskripsi dari abad ke 5 sebelum masehi yang
berarti tiang suci atau tempat sembahan.Sedangkan secara umum Mesjid adalah tempat suci
umat islam yang berfungsi sebagai tempat ibadah, pusat kegiatan keagamaan, dan
kemasyarakatan yang harus dibina, dipelihara dan dikembangkan secara teratur dan terencana.
untuk menyemarakan siar islam, meningkatkan semarak keagamaan dan menyemarakan kualitas
umat islam dalam mengabdi kepada allah, sehingga partisipasi dan tanggung jawab umat islam
terhadap pembangunan bangsa akan lebih besar. Singkatnya Mesjid adalah tempat dimana
diajarkan, dibentuk, ditumbuhkan dan dikembangkan dunia pikiran dan dunia rasa islam.

Masjid berasal dari kata sajada yang artinya tempat sujud atau tempat menyembah Allah swt.
Secara teknis sujud (sujudun) adalah meletakkan kening ke tanah. Secara maknawi, jika kepada
Tuhan sujud mengandung arti menyem-bah, jika kepada selain Tuhan, sujud mengandung arti
hormat kepada sesuatu yang dipandang besar atau agung. Sedangkan sajadah dari kata sajjadatun
menga-ndung arti tempat yang banyak dipergunakan untuk sujud, kemudian mengerucut artinya
menjadi selembar kain atau karpet yang dibuat khusus untuk salat orang per orang.

Oleh karena itu karpet masjid yang sangat lebar, meski fungsinya sama tetapi tidak disebut
sajadah. Adapun masjid (masjidun) mempunyai dua arti, arti umum dan arti khusus. Masjid
dalam arti umum adalah semua tempat yang digun-akan untuk sujud dinamakan masjid. Setiap
muslim boleh melakukan salat diwil-ayah manapun terkecuali di atas kuburan di tempat-tempat
najis dan tempat yang menurut syariat islam tidak sesuai untuk dijadikan solat.

Rassullullah saw bersabda:

“Setiap bagian dari bumi Allah adalah tempat sujud (masjid)”


(HR. Muslim)

Pada hadis yang lain Pasululah bersabda pula:

“Telah dijadikan bagi kita bumi ini sebagai tempat sujud dan keadaannya bersih”. (HR.
Muslim)

Hadits yang yang lain diriwayatkan oleh Bukhari: 323 dan selainnya dari Jabir bin Abdillah,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Aku diberi lima hal yang tidak diberikan kepada seorang pun sebelumku: aku
dimenangkan dengan perasaan takut yang menimpa musuhku dengan jarak sebulan
perjalanan, bumi dijadikan bagiku sebagai mesjid dan suci, siapa pun dari umatku yang
menjumpai waktu shalat maka shalatlah….” (HR.Bukhari)

Sedangkan masjid dalam pengertian khusus adalah tempat atau bangunan yang dibangun khusus
untuk menjalankan ibadah, terutama salat berjamaah. Pengertian ini juga mengerucut menjadi,
masjid yang digunakan untuk salat Jum'at disebut Masjid Jami`. Karena salat Jum`at diikuti oleh
orang banyak maka masjid Jami` biasanya besar. Sedangkan masjid yang hanya digunakan untuk
salat lima waktu, bisa di perkampungan, bisa juga di kantor atau di tempat umum, dan biasanya
tidak terlalu besar atau bahkan kecil sesuai dengan keperluan, disebut Musholla, artinya tempat
salat. Di beberapa daerah, musholla terkadang diberi nama langgar atau surau.

Jika menengok sejarah Nabi, ada tujuh langkah strategis yang dilakukan oleh Rasul dalam
membangun masyarakat Madani di Madinah.

(1) mendirikan Masjid,

(2) mengikat persaudaraan antar komunitas muslim,

(3) Mengikat perjanjian dengan masyarakat non Muslim,

(4) Membangun sistem politik (syura),

(5) meletakkan sistem dasar ekonomi,

(6) membangun keteladanan pada elit masyarakat, dan


(7) menjadikan ajaran Islam sebagai sistem nilai dalam masyarakat.

Ketika Nabi memilih membangun masjid sebagai langkah pertama membangun masyarakat
madani, konsep masjid bukan hanya sebagai tempat salat, atau tempat berkumpulnya kelompok
masyarakat (kabilah) tertentu, tetapi masjid sebagai majlis untuk memotifisir atau
mengendalikan seluruh masyarakat (Pusat Pengendalian Masyarakat). Secara konsepsional
masjid juga disebut sebagai Rumah Allah (Baitullah) atau bahkan rumah masyarakat (bait al
jami`).
B. Menanya tentang Konsep Masjid dan Fungsi Masjid Kampus dalam Membangun
Budaya Islam

Nabi Muhammad saw. setelah diangkat menjadi nabi dan rasul melaksanakan dakwah Islam
dalam dua periode, yang dikenal dengan periode Mekah (selama 13 tahun) dan periode Medinah
(selama 10 tahun). Dalam perjalanan hijrah nabi (dan kaum Muhajirin) dari Mekah ke Medinah,
masjid merupakan bangunan yang pertama kali didirikan. Sebelum sampai di Medinah, nabi (dan
kaum Muhajirin) beristirahat di Desa Quba` selama empat hari. Sambil menunggu kedatangan
kaum Muhajirin yang berangkat belakangan, Nabi Muhammad mendirikan masjid. Di masjid
inilah Nabi Muhammad mengimami salat berjamaah dan mengadakan pengajian.

Periode Mekah sering dihubungkan dengan periode penanaman akidah, sedangkan periode
Medinah sering dihubungkan dengan periode pembentukkan negara Islam (baca: membangun
kebudayaan Islam meliputi pemerintahan, hukum, pendidikan, kesejahteraan, ekonomi, dan
pertahanan-keamanan Islam). Dari peristiwa ini muncul pertanyaan, apakah pendirian masjid
dalam perjalanan hijrah merupakan simbol bahwa masjid perlu dikembangkan sebagai pusat
pembinaan akidah sekaligus budaya Islam?

Fungsi Masjid di Masa Nabi

Masjid di masa Rasulullah saw bukan hanya sebagai tempat penyaluran emosi religius semata ia
telah dijadikan pusat aktivitas umat. Hal-hal yg dapat direkam sejarah tentang fungsi masjid di
antaranya

1. Tempat latihan perang. Rasulullah saw mengizinkan ‘Aisyah menyaksikan dari belakang
beliau orang-orang Habasyah berlatih menggunakan tombak mereka di Masjid Rasulullah
pada hari raya.
2. Balai pengobatan tentara muslim yang terluka. Sa’d bin Mu’adz terluka ketika perang
Khandaq maka Rasulullah mendirikan kemah di masjid.
3. Tempat tinggal sahabat yang dirawat.
4. Tempat menerima tamu. Ketika utusan kaum Tsaqif datang kepada Nabi saw beliau
menyuruh sahabatnya untuk membuat kemah sebagai tempat perjamuan mereka.
5. Tempat penahanan tawanan perang. Tsumamah bin Utsalah seorang tawanan perang dari
Bani Hanifah diikat di salah satu tiang masjid sebelum perkaranya diputuskan.
6. Pengadilan. Rasulullah menggunakan masjid sebagai tempat penyelesaian perselisihan di
antara para sahabatnya.
7. Masjid juga merupakan tempat bernaungnya orang asing musafir dan tunawisma. Di
masjid mereka mendapatkan makan minum pakaian dan kebutuhan lainnya. Di masjid
Rasulullah menyediakan pekerjaan bagi penganggur mengajari yang tidak tahu menolong
orang miskin mengajari tentang kesehatan dan kemasyarakatan menginformasikan
perkara yang dibutuhkan umat menerima utusan suku-suku dan negara-negara
menyiapkan tentara dan mengutus para da’i ke pelosok-pelosok negeri.
8. Masjid Rasulullah saw adalah masjid yg berasaskan taqwa. Maka jadilah masjid tersebut
sebuah tempat menimba ilmu menyucikan jiwa dan raga. Menjadi tempat yang
memberikan arti tujuan hidup dan cara-cara meraihnya. Menjadi tempat yg
mendahulukan praktek kerja nyata sebelum teori. Sebuah masjid yang telah mengangkat
esensi kemanusiaan manusia sebagai hamba terbaik di muka bumi.

Yang lebih strategis lagi, pada zaman Rasul, masjid adalah pusat pengembangan masyarakat
dimana setiap hari masyarakat berjumpa dan mendengar arahan-arahan dari Rasul tentang
berbagai hal, prinsip- prinsip keberagamaan, tentang sistem masyarakat baru, juga ayat-ayat
Qur'an yang baru turun. Di dalam masjid pula terjadi interaksi antar pemikiran dan antar karakter
manusia. Azan yang dikumandangkan lima kali sehari sangat efektif mempertemukan
masyarakat dalam membangun kebersamaan

Bersamaan dengan perkembangan zaman, terjadi ekses-ekses dimana bisnis dan urusan duniawi
lebih dominan dalam pikiran dibanding ibadah meski di dalam masjid, dan hal ini memberikan
inspirasi kepada Umar bin khattab untuk membangun fasilitas di dekat masjid, dimana masjid
lebih diutamakan untuk hal-hal yang jelas makna ukhrawinya, sementara untuk berbicara tentang
hal-hal yang lebih berdimensi duniawi, Umar membuat ruang khusus di samping masjid. Itulah
asal usulnya sehinga pada masa sejarah Islam klassik (hingga sekarang), pasar dan sekolahan
selalu berada di dekat masjid.

Fungsi Masjid di Masa Kini

Masjid dimasa kini memiliki fungsi dan peran yang dominan dalam kehidupan umat Islam,
beberapa di antaranya adalah sebagai berikut:
1) Sebagai tempat beribadah, Sesuai dengan namanya Masjid adalah tempat sujud, maka
fungsi utamanya adalah sebagai tempat ibadah shalat. Sebagaimana diketahui bahwa
makna ibadah di dalam Islam adalah luas menyangkut segala aktivitas kehidupan yang
ditujukan untuk memperoleh ridha Allah, maka fungsi Masjid disamping sebagai tempat
shalat juga sebagai tempat beribadah secara luas sesuai dengan ajaran Islam.
2) Sebagai tempat menuntut ilmu, Masjid berfungsi sebagai tempat untuk belajar mengajar,
khususnya ilmu agama yang merupakan fardlu ain bagi umat Islam. Disamping itu juga
ilmu-ilmu lain, baik ilmu alam, sosial, humaniora, keterampilan dan lain sebagainya
dapat diajarkan di Masjid.
3) Sebagai tempat pembinaan jamaah, Dengan adanya umat Islam di sekitarnya, Masjid
berperan dalam mengkoordinir mereka guna menyatukan potensi dan kepemimpinan
umat. Selanjutnya umat yang terkoordinir secara rapi dalam organisasi Tamir Masjid
dibina keimanan, ketaqwaan, ukhuwah imaniyah dan dawah islamiyahnya. Sehingga
Masjid menjadi basis umat Islam yang kokoh.
4) Sebagai pusat dawah dan kebudayaan Islam, Masjid merupakan jantung kehidupan umat
Islam yang selalu berdenyut untuk menyebarluaskan dawah islamiyah dan budaya islami.
Di Masjid pula direncanakan, diorganisasi, dikaji, dilaksanakan dan dikembangkan
dawah dan kebudayaan Islam yang menyahuti kebutuhan masyarakat. Karena itu Masjid,
berperan sebagai sentra aktivitas dawah dan kebudayaan.
5) Sebagai pusat kaderisasi umat, Sebagai tempat pembinaan jamaah dan kepemimpinan
umat, Masjid memerlukan aktivis yang berjuang menegakkan Islam secara istiqamah dan
berkesinambungan. Patah tumbuh hilang berganti. Karena itu pembinaan kader perlu
dipersiapkan dan dipusatkan di Masjid sejak mereka masih kecil sampai dewasa. Di
antaranya dengan Taman Pendidikan Al Quraan (TPA), Remaja Masjid maupun Tamir
Masjid beserta kegiatannya.
6) Sebagai basis Kebangkitan Umat Islam, Abad ke-lima belas Hijriyah ini telah
dicanangkan umat Islam sebagai abad kebangkitan Islam. Umat Islam yang sekian lama
tertidur dan tertinggal dalam percaturan peradaban dunia berusaha untuk bangkit dengan
berlandaskan nilai-nilai agamanya. Islam dikaji dan ditelaah dari berbagai aspek, baik
ideologi, hukum, ekonomi, politik, budaya, sosial dan lain sebagainya. Setelah itu dicoba
untuk diaplikasikan dan dikembangkan dalam kehidupan riil umat. Menafasi kehidupan
dunia ini dengan nilai-nilai Islam. Proses islamisasi dalam segala aspek kehidupan secara
arif bijaksana digulirkan.
7) Umat Islam berusaha untuk bangkit. Kebangkitan ini memerlukan peran Masjid sebagai
basis perjuangan. Kebangkitan berawal dari Masjid menuju masyarakat secara luas.
Karena itu upaya aktualisasi fungsi dan peran Masjid pada abad lima belas Hijriyah
adalah sangat mendesak (urgent) dilakukan umat Islam. Back to basic, Back to Masjid.

Suryo AB (AlTasamuh-2003) mengatakan Di era kebangkitan umat saat ini. fungsi dan peran
masjid mulai diperhitungkan. Setidaknya ada empat fungsi dan peran masjid dalam
memanajemen potensi umat

1. Pusat Pendidikan dan Pelatihan. Saal ini sumber daya manusia menjadi salah satu ikon
penting dari proses peletakan batu pertama pembangunan umat. Proses menuju ke arah
pemberdayaan umat dimulai dengan pendidikan dan pemberian pelatihan-pelatihan.
2. Pusat Perekonomian Umat. Koperasi dikenal sebagai soko guru perekonomian Indonesia.
Namun dalam kenyataannya justru koperasi menjadi barang yang tidak laku. Terlepas
dari berbagai macam alasan mengenai koperasi, tak ada salahnya bila masjid mengambil
alih peran sebagai koperasi yang membawa dampak positif bagi umat dilingkungannya.
3. Pusat Penjaringan Potensi Umat. Masjid dengan jamaah yang selalu hadir sekedar untuk
menggugurkan kewajibannya terhadap Tuhan bisa saja mencapai puluhan, ratusan,
bahkan ribuan orangjumlah-nya. Ini bisa bermanfaat bagi berbagai macam usia, beraneka
profesi dan tingkat (strata) baik ekonomi maupun intelektual, bahkan sebagai tempat
berlangsungnya akulturasi budaya secara santun.
4. Pusat Kepustakaan. Perintah pertama Allah kepada Nabi Muhammad adalah "membaca".
Dan sudah sepatutnya kaum muslim gemar membaca, dalam pengertian konseptual
maupun kontekstual. Saat ini sedikit sekali dijumpai dari kalangan yang
dikategorisasikan sebagai golongan menengah pada tataran intelektualnya (siswa,
mahasiswa, bahkan dosen dan ustadz) mempunyai hobi membaca.

C. Menggali Sumber Historis, Sosiologis, danTeologis Tentang Konsep Masjid danFungsi


Masjid Kampus Dalam Membangun Budaya Islam

1. Menggali Sumber Historis dan Sosiologis TentangKonsep Masjid danFungsi Masjid


KampusdalamMembangunBudaya Islam
a. Masjid PadaZamanNabi Muhammad
PadamasaNabi Muhammad (pada era Medinah) adatigatipe masjid yang
perludijadikanbahanpembelajaran, yakni: (1) masjid yang pertama kali dibangun;
dikenaldengan Masjid Quba`, yaitu masjid yang didirikanatasdasartakwa; (2) masjid
yang didirikanoleh orang-orang
munafikdengantujuanuntukmerusakkeimanandanmenghancurkankaummuslimin;
dikenalsebagai masjid dhirār; dan (3) musalapertamayaitutempat yang
dipergunakanuntuksalatHari Raya (IdulfitridanIduladha), salatIstiska (Istisqā /
salatmintahujan), dantempatmenyembelihhewankurban.

(1) Masjid Quba’


Masjid Quba` merupakan masjid pertama yang
didirikansecaralangsungolehNabi Muhammad.Masjid
inididirikandalamperjalananhijrahdariMekahkeMedinah.Sebelumsampai di
Medinah, tepatnya di DesaQuba`, Nabi Muhammad
dankaumMuhajirinberistirahatselamaempathari
(SeninsampaidenganKamis).Selamabeliautinggal di sanabeliaumengajarkan
Islam danmembangunsebuah masjid, yang dikenaldengan Masjid Quba`. Masjid
inilahdalamcatatansejarah Islam disebutsebagai masjid pertama yang
didirikanolehRasulullah.Beliaumendirikan masjid di Quba`
sebagaitempatsalatberjamaahdanpendidikan
Islam.PeristiwainidiabadikanTuhandalam QS At-Taubat/9: 108.

(2) Masjid Dhirār


Masjid dhirāradalah masjid yang mendatangkankemudaratanbagi orang-orang
mukmin.Secarasosiologis, masjid dhirārdidirikanoleh orang-orang Islam
dengantujuan –sengajaataupuntidaksengaja, sadarataupuntidaksadar–
untukmembelokkankeimanan orang-orang Islam
kearahkekafirandanmemecahbelahumat. Namun, secarateologis, masjid
dhirārdidirikanoleh orang-orang munafik.Dan (di antara orang-orang
munafikitu) adaorangorang yang mendirikan masjid
untukmenimbulkankemudaratan (pada orang-orang mukmin), untuk
(membelokkankeimanankearah) kekafiran, danuntukmemecahbelah di antara
orang-orang mukmin, sertamenunggukedatangan orang-orang yang
telahmemerangi Allah danrasul-
Nyasejakdahulu.Merekasesungguhnyabersumpah "Kami
tidakmenghendakiselainkebaikan."Dan Allah
menjadisaksibahwasesungguhnyamerekaituadalahpendusta. (QS. At-Taubat/9:
107).
b. MasjidSebagaiPusatKegiatanMasyarakat Muslim
Fungsidanperan masjid, yang dariwaktukewaktuterusmeluas,
membuktikankesadarandanpemahamanumat Islamterhadappemanfaatan masjid
semakinmeningkat.Meluasnyafungsidanperan masjid
iniseiringdenganlajupertumbuhanumat Islam di Indonesia,
baiksecarakuantitatifmaupunsecarakualitatif yang
tercermindalampertambahanjumlahpendudukmuslimdanpeningkatanjumlahintelektual
muslim yang sadardanpeduliterhadappeningkatankualitasumat Islam. Kondisiinilah
yang mendorongterjadinyaperluasanfungsidanperan masjid.
Sejakawalpertumbuhannya, masjid di Indonesia
padamulanyadipahamidandifungsikanolehsebagianbesarmasyarakatmuslim Indonesia
sebagaitempatsuciuntukmendekatkandirikepada Allah melaluiibadah-ibadahkhusus,
bahkanada yang
memahaminyahanyasekadartempatmenyelenggarakanibadahsalatsaja. Namun,
sejalandenganperkembanganpemahamandankesadaranmasyarakat, masjid
tidaklagidipahamisepertiitu.Di tengahkehidupanmasyarakat Indonesia terutama di
daerahperkotaan, masjid berfungsi, selainsebagaipusatperibadatan,
jugasebagaipusatpembinaanumat.Pendidikandanaktivitassosialsepertikegiatanpendidi
kananakdanremaja, majelistaklim, musyawarahwarga, akadnikah,
danpemberdayaanekonomiumatdipusatkan di masjid.Fungsidanperan masjid
diharapkanterusmeningkatsehinggamampuberperansecaraaktifuntukmengayomidanm
embinakeberagamaan, pendidikan,
dankesejahteraanumat.Bertambahluasnyapemahamanumat Islam terhadapfungsi
masjid di tengahkehidupanmasyarakat, di satusisimencerminkanmasadepanumat
Islam akanlebihbaik. Namun, di sisi lain
menimbulkanpersoalanbaruyaitupersoalanpengelolaan masjid. Pengelolaan masjid
inibetulbetulberfungsi, sebagaimana masjid yang didirikanolehRasulullah saw
danparaulamapewarisnabi,
yaknisebagaisentraumatdalammenjagatujuandidatangkannyasyariat Islam
(maqāshidasy- syar`iyah).SejakzamanRasulullahhinggamasakeemasanumat Islam,
masjid bahkanberfungsisebagaipusatpendidikan, ekonomi,
politik.SungguhtepatSidiGazalba yang menyebutkan, "Masjid
sebagaipusatperibadatandankebudayaan Islam".

E. Mendeskripsikan tentang Konsep Masjid dan Fungsi Masjid Kampus dalam


Membangun Budaya Islam.

Tipe masjid yang perlu dikembangkan adalah tipe Masjid Quba`. Masjid ini didirikan dan
dimakmurkan atas dasar ketakwaan. Sedangkan masjid dhirār merupakan tipe masjid yang harus
dihindari karena masjid ini didirikan dan dimakmurkan atas dasar nafsu. Tujuandan program
kerja kedua masjid ini jauh berbeda. Masjid Quba` bertujuan untuk meningkatkan ketakwaan
jamaah masjid, sedangkan masjid dhirār bertujuan untuk membelokkankeimanan orang-orang
mukmin. Program kerja masjid Quba` adalah peribadatan yang benardan ikhlas serta pengajian
Islam untuk meningkatkan ketakwaan jamaah masjid. Adapun program kerja masjid dhirār
adalah peribadatan palsu dan pengajian yang menimbulkan kemudaratan.

Mesjid kampus seharusnya termasuk kedalam tipe Quba karena didirkan atas
dasarketakwaan, dan bertujuan untuk membentuk jati diri mahasiswa yang baik, beriman serta
bertakwa kepada Allah swt. Dengan berkembangannya zaman masjid seharusnya bisa
dipergunakan untuk kegiatan – kegiatan lainnya yang berdasarkan keislaman. Jadi masjid –
masjid di perguruan tinggi dan di lingkungan kita tetap ramai dan tidak di tinggal oleh jama’ah –
jama’ahnya.

Mahasiswa juga harus memiliki proker yang menarik agar orang – orang tidak sungkan
untuk pergi masjid, dengan adanya proker – proker tersebut orang – orang yang tadinya tidak
pernah atau tidak tertarik untuk dating ke masjid, akan dating ke masjid dan akan terbiasa dating
ke masjid. Dengan melalukan hal ini mahasiswa bias mempertahankan eksistesi masjid kampus
ataupun lingkungan sekitar.

Mohammad Nuh, sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia


pernah menjelaskan tentang peran penting masjid dalam sebuah perguruan tinggi. Sedikitnya
ada tiga diantaranya:

1. Menciptakan atmosfir yang sejuk.


Kalau atmosfir sejuk tanaman akan tumbuh dengan baik. Benih-benih (Manusia- manusia
) kemuliaan akan tumbuh subur.
2. Masjid kampus harus ikut terlibat dalam proses menanam dan menyemai benih-benih
kemuliaan.

Masjid kampus dapat berperan serta mulai dari hal-hal seherhana seperti membantu
proses pendaftaran mahasiswa baru, memberikan informasi tempat kos, membantu temen
mencari informasi keringanan biaya kuliah, bimbingan awal akademik, terlibat dalam
pendidikan keagamaan dan hal lainnya.

3. Ikut mencari benih kebaikan.


Mendikbud mengungkapkan bahwa masjid kampus bias memberikan layanan bagianak-
anak sekolah, mulai dari sekolah dasar hingga sekolah menengah sebabmereka adalah benih-
benih yang luar biasa. Mendikbud berpesan agar masjid kampus juga dapat memberikan
manfaat untuk semua warga kampus, tidak hanya bagi yang satu akidah. Masjid kampus
jangan sampai hanya bias dirasakan satu spektrum, siapaun hendaknya bias merasakan
manfaat Masjid Kampus.

2. Menggali Sumber Teologis tentang Konsep Masjid dan Fungsi Masjid Kampus
dalam Membangun Budaya Islam
Sumber teologis utama masjid adalah QS At-Taubat/9: 107-108.

‫ضمراًدراً مومكنفدراً موتمنفلريِدقاَ بمنيِمن اًنلممممنؤلملنيِمن موإلنر م‬


‫صمماَدداً للممممنن‬ ‫}مواًلتلذيِمن اًتتمخمذواً مم ن‬
‫سلجدداً ل‬
‫شمممهمد إلنتمهممنم‬‫اممم يِم ن‬ ‫سوُلمهم لمنن قمنبمل مولميِمنحللفمتن إلنن أممرندمناَ لإلِ اًنلمح ن‬
‫سمممنىَ مو ت‬ ‫ب ت‬
‫ام مومر م‬ ‫محاَمر م‬
‫ق‬‫س معملىَ اًلتتنقموُىَ لمنن أمتولل يِمنوُمم أممحمم ق‬ ‫س م‬ ‫سلجدد أم س‬‫( ملِ تمقمنم لفيِله أمبمدداً لممم ن‬107) ‫لممكاَلذمبوُمن‬
‫أمنن تممقوُمم لفيِله لفيِله لرمجاَدل يِملحقبوُمن أمنن يِمتمطمتهمرواً مو ت‬
{ (108) ‫ام يِملحقب اًنلممطتسهلريِمن‬
Dan (di antara orang-orang munafik itu) ada orang-orang yang mendirikan masjid untuk
menimbulkan kemudaratan (pada orang-orang mukmin) dan karena kekafiran(nya), dan
untuk memecah belah antara orang-orang mukmin serta menunggu kedatangan orang-
orang yang telah memerangi Allah dan Rasul-Nya sejak dahulu. Mereka sesungguhnya
bersumpah, "Kami tidak menghendaki selain kebaikan.” Dan Allah menjadi saksi bahwa
sesungguhnya mereka itu adalah pendusta (dalam sumpahnya). Janganlah kamu salat
dalam masjid itu selama-lamanya. Sesungguhnya masjid yang didirikan atas dasar
takwa(Masjid Quba), sejak hari pertama adalah lebih patut kamu salat di dalamnya. Di
dalamnya ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. Dan Allah menyukai orang-
orang yang bersih.
Berdasarkan dua ayat di atas ada dua tipe masjid:

 pertama, tipe masjid Quba`, yakni masjid yang didirikan oleh Rasulullah dengan tujuan
untuk meningkatkan ketakwaan.
 kedua, masjid dhirār, yakni masjid yang didirikan oleh orang-orang munafik dengan
tujuan untuk menimbulkan kemudaratan bagi orang-orang mukmin.
Pelajaran yang dapat kita petik dari Kisah Penghancuran Masjid Dhirar ini adalah :
1. Tiap Masjid seindah apapun bangunan nya apabila didirikan hanya bertujuan untuk
memberikan madharat dan memecah persaudaraan kaum Muslimin, atau bahkan memusuhi
Allah SWT dan aqidah Rasulullah SAW, maka hukumnya wajib dibinasakan.
2. Kita Tidak boleh mempercayai perkataan orang-orang munafik, karena perkataan
merupakan tipu muslihat semata.
3. Masjid Quba dan Masjid Nabawi didirikan atas dasar taqwa sejak hari pertama, maka
beribadahlah disana
Dari kedua tipe masjid ini kita perlu mengenali secara lebih baik makna takwa dan munafik.
Tujuan utamanya adalah agar kita dapat meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah SWT. serta
kita dapat menghindari kekafiran dan kemunafikan.

Berdasarkan QS Al-Baqarah/2: 2-5 . Ciri-ciri utama orang yang bertakwa ada lima :
a. Ciri pertama, yu`minūna bil ghaibi.
diartikan ‟selalu mengimani kepada satu-satunya Zat Yang Al-Ghaib, yakni Tuhan yang
nama-Nya Allah‟. Adapun cara mengimani kepada Zat Yang Al-Ghaib, yaitu dengan
“mengingat-ingat-Nya” atau istilah populernya berzikir.

b. Ciri kedua, wa yuqīmūnash shalāta.


Artinya, „Dan selalu mendirikan salat‟. Rukun Islam kedua ini bisa dijalankan dengan benar
jika ciri pertama ketakwaan telah melekat dalam diri seseorang.esensi salat akan tercapai,
jika salat itu akan benar-benar menjadi tiang agama sehingga salat yang didirikannya itu
berdampak mencegah perbuatan keji dan mungkar.
c. Ciri ketiga, wa mimmā razaqnāhum yunfiqūna
(meng-infāq-kan sebagian rezeki yang Tuhan anugerahkan kepada mereka). Rezeki dan harta
yang diperoleh manusia baik dari hasil kerja keras maupun dari hasil kerja santai, sering kali
diakui sebagai miliknya; padahal dalam pandangan Islam harta adalah milik Tuhan. Diri kita
bahkan milik Tuhan.
o Opsi yang ditawarkan, manusia mengakui harta sebagai miliknya ataukah dengan rela
hati menetapkan harta sebagai milik Tuhan.
o Perwujudan opsi kedua, „tidak mengakui harta sebagai miliknya,‟ adalah kerelaan
untuk mengeluarkan infak (dan ibadah-ibadah harta lainnya: zakat, sedekah, kurban,
dll).
d. Ciri keempat, walladzīna yu`minūna bi mā unzila ilaika wa mā unzila min qablika.
Artinya, „Mereka yang beriman kepada „apa-apa‟ (Al-Quran) yang diturunkan kepadamu
(Nabi Muhammad) dan beriman kepada „apa-apa‟ (kitab-kitab) yang diturunkan
sebelummu (kepada rasul-rasul sebelumnya).
Implementasi cara mengimani Al-Quran dan kitab-kitab Allah adalah menjadikan Al-
Quran sebagai pedoman hidup agar hidup kita sejalan dengan kehendak Allah, yakni
berjalan di atas shirāthal mustaqīm, juga sebagai pedoman mati agar ketika kita mati –
yang hanya satu kali terjadi – dapat mati dengan selamat (ḫusnul khātimah). Pada orang-
orang yang bertakwa ada tekad bahwa segala perintah dalam Al-Quran akan dijalankan.
e. Ciri kelima, wabil ākhirati hum yūqinūna.
Artinya, ‟Dan mereka yakin dengan hari akhir.‟ Kata “yakin” tidak sekadar percaya.
Kalau sekadar “percaya” adanya hari akhir, maka dapat dikatakan hampir semua
manusia, terlebih-lebih orang Islam, pasti percaya akan adanya hari akhir. Kata “yakin”
mengisyaratkan telah dipersiapkannya segala bekal untuk menghadapi hari akhir. Bekal
(untuk menghadapi hari akhir) yang dimaksud adalah keimanan yang benar.

Tipe Masjid Quba` harus ditiru oleh kita yang memakmurkan masjid kampus (juga
masjid-masjid lainnya). Masjid yang kita dirikan dan kita bina harus mengacu kepada
ketakwaan,. Kita harus menghindari masjid dhirār, yang disebut oleh Al-Quran didirikan oleh
orang-orang munafik. Kita perlu mengenali ciri-ciri orang munafik agar kita dapat menghindari
watak-watak munafik.
Ciri-ciri utama orang munafik dijelaskan dalam QS Al-Baqarah/2: 8-20, yang secara ringkas
sebagai berikut.
a. Penjelasan QS Al-Baqarah/2: 8-9
Bahaya terbesar dari kaum munafik, mereka bermain-main dengan Tuhan, tetapi tidak
menyadarinya. Mereka merasa benar padahal salah, tetapi tidak menyadari kesalahannya. Baru
sadar atas kesalahannya setelah azab menghampirinya (ketika merasakan mati – yang hanya satu
kali terjadi – dengan kematian yang sesat (su`ul khātimah).
Dari ayat 8 terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Iman adalah perkara hati, bukan lidah. Oleh sebab itu untuk mengenali orang-orang
tertentu, kita tidak boleh mencukupkan dengan pernyataan-pernyataan lahiriah mereka.
2. Dasar keimanan adalah iman kepada Pencipta dan Hari Kebangkitan.
3. Allah Maha Mengetahui apa yang ada dalam hati manusia.
Dari ayat 9 terdapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Seorang munafik sejatinya adalah penipu. Kita harus berhati-hati jangan sampai
termakan oleh sikap-sikap lahir para penipu ini.
2. Kita sendiri jangan sekali-sekali menipu orang lain. Dan mesti kita sadari bahwa seorang
yang menggali lubang, maka ia sendiri yang akan terperosok ke dalam lubang itu.
3. Sikap Islam terhadap munafik, sama sebagaimana sikap munafik itu sendiri terhadap
Islam. Seorang munafik secara lahir ia menyatakan dirinya sebagai muslim, maka Islam
pun secara lahir memperlakukannya sebagai seorang muslim. Munafik tidak memiliki
iman di dalam hatinya. Allah pun, di Hari Kiamat, akan menimpakan azab kepadanya
sama sebagaimana kepada orang-orang Kafir.
4. Munafik menganggap dirinya sebagai orang yang cerdik dan pandai. Padahal ia tidak
tahu bahwa pihak yang ingin dibohonginya Allah Swt, Zat Yang Maha Mengetahui segala
rahasia dan perasaan hati semua manusia.

b. Penjelasan QS Al-Baqarah/2: 10
Para ulama’ berbeda pendapat ketika menafsirkan ayat ini. Diantara pendapat ulama’
tentang maksud “penyakit” dalam ayat tersebut adalah :
1. syak ( keraguan )
2. riya’
3. kemunafikan.

penyakit hati yang sudah ada dalam diri mereka tidak disembuhkan oleh Allah bahkan
ditambahkan penyakitnya dikarenakan mereka sudah berani menantang Tuhan. Mereka sudah
siap berhadapan dengan azab Tuhan: dan bagi mereka siksa yang pedih disebabkan mereka
berdusta. Mereka baru sadar tentang kemunafikannya ketika malaikat maut menghamprinya.
Malaikat maut mencabut nyawa orang-orang kafir dan orang-orang munafik dengan kasarnya.
Ketika mati mereka disiksa (siksa kubur) dan dijebloskan ke dalam neraka-Nya.

c. Penjelasan QS Al-Baqarah/2: 11-12


Adapun yang di maksud dengan membuat kerusakan di muka bumi adalah :
1. Orang beriman menjadikan orang kafir sebagai pimpinan dan sebagai orang
kepercayaan.orang - orang munafiq berharap agar Rasulullah SAW memberikan posisi
kepada Yahudi dan Nasrani agar bisa mempunyai peran dalam menentukan kebijakan -
kebijakan publik.
2. Tidak patut kepada Nabi
3. Membuat makar dengan jalan menselisihi kebijakan Nabi dan Sahabat (membuat
kelompok oposisi) .
d. Penjelasan QS Al-Baqarah/2: 13-20
Ukuran kebenaran orang-orang munafik adalah nafsu dan watak. Oleh karena itu, mereka
menilai rendah orang-orang beriman, karena watak orang-orang beriman selalu menaati rasul;
padahal menurut penilaian mereka rasul itu tidak lebih baik daripada mereka. Memang, secara
duniawi para rasul itu pada umumnya dari kalangan manusia yang direndahkan. Tetapi ketika
dakwah nabi diterima oleh banyak kalangan, kaum elit dan yang berpendidikan kemudian
bergabung dengan nabi. Namun, tujuan mereka adalah mencari pengaruh dan kedudukan
terhormat di kalangan orang-orang Islam. Di kalangan manusia mereka adalah:

1) orang-orang yang beragama Islam, dan


2) orang-orang yang berkedudukan terhormat.

Strategi keislaman mereka, dengan bantuan iblis dan setan, menjadi sangat efektif untuk
mengalihkan keimanan orang-orang mukmin (yang telah ditanamkan oleh nabi) ke arah
keimanan menurut persepsi mereka, yang di sisi Tuhan sebagai kekafiran. Inilah karakter utama
orang-orang munafik, secara syariat mereka beragama Islam, tetapi dalam hatinya tersimpan
kekafiran.
BAB III
STUDI KASUS
BAB IV
KESIMPULAN
SUMBER PUSTAKA

http://birohmah.unila.ac.id/peran-masjid-kampus-dalam-membangun-karakter-mahasiswa/

Agus Wibowo, 2016, Filsafat Pendidikan Masa Depan, Yogyakarta,Pustaka Pelajar

Anda mungkin juga menyukai