Anda di halaman 1dari 14

FILSAFAT SEJARAH

SPEKULATIF DALAM
PERSPEKTIF
GIAMBATTISTA VICO
Wakhidatul Mufliah 13030117120013
Ratih Kumala Sari 13030117130026
Erike Tesy Cahya Putri 13030117130027
Apakah yang dimaksud
01 dengan filsafat sejarah
spekulatif?

Bagaimana sejarah
02 kehidupan Giambattista
Vico?

Bagaimana pemikiran
filsafat sejarah spekulatif
03 menurut Giambattista
Vico?
Filsafat Sejarah Spekulatif
Filsafat sejarah spekulatif merupakan hasil renungan
tentang substansi sejarah dalam kehidupan manusia,
suatu sintesa pengalaman sejarah umat manusia yang
melampaui batas-batas ruang lingkup waktu dan tempat.
Oleh karena itu, filsafat sejarah spekulatif membahas
proses sejarah dari awal sampai akhir dari keseluruhan
sejarah umat manusia dan tidak berhubungan dengan
metode penelitian yang empiris atau tanpa pengamatan
secara langsung.
Menurut Ankersmit (1987:17), umumnya terdapat tiga hal
yang menjadi kajian filsafat sejarah spekulatif, yaitu pola
gerak sejarah, motor yang menggerakkan proses
sejarah, dan tujuan gerak sejarah.
Giambattista Vico

1694 1709 23 Januari 1744


Pidato pengukuhannya Dia meninggal
Gelar sarjana hukum
berjudul “De Nostri di Naples
diperolehnya dari
Temporis Studiorum
Universitas Naples
Raticne” dipublikasikan

diangkat menjadi seorang


Giambattista Diangkat menjadi guru historiografer kerajaan,
Vico dilahirkan besar retorika pada sebagai seorang filosuf
di Naples Universitas Naples dan ahli sejarah banyak
karya tulisnya
Kemudian digantikan
23 Juni 1668 1598-1741 oleh putranya yang 1735
bernama Gennaro
Karya Giambattista Vico

 De Nostri Temporis Studiorum Ratione, merupakan kuliah


pertamanya yang dibacakan waktu pengukuhan menjadi guru
besar. Dicetak pada tahun 1709.
 De Anfiguisima Italorum Saptentia, berisikan pengetahuan
orang- orang italia kuno.
 Deritto Universale, terdiri tiga jilid dengan masalah pokok
isinya adalah tentang prinsip- prinsip tunggal hukum umum.
 Scienza Nuova, merupakan karyanya yang sangat masyhur,
yang memuat teori dari hasil pemikirannya, yang banyak
mendapat tanggapan, baik dari kalangan filosuf maupun
ilmuwan dan sejarawan.
 Autobiography-nya yang ditulis pada tahun 1725, kemudian
dipublikasi- kan pada tahun 1728 dalam sebuah majalah
kwartalan di Venesia yang bernama Raccolta diapusculi
seientifici e filatogier.
Filsafat Sejarah Spekulatif
Giambattista Vico
POLA FAKTOR TUJUAN
GERAK PENGGERAK ILMIAH

teleologi sekuler
- atau rasional
Pola Gerak
Vico menyebutkan secara pasti
bahwa perkembangan arah Teori tersebut dinamakan teori
sejarah terlihat pada masyarakat lingkaran roda sejarah.
.
(kota) manusia. Perkembangan Aspek-aspek dari kehidupan
dan kemajuan masyarakat (kota) suatu masyarakat pada suatu
manusia melalui tiga fase; zaman tingkatan sejarah membentuk
dewa-dewa, zaman pahlawan, suatu pola yang bertalian,
Your Content Here
zaman orang-orang. Tetapi di yang saling berhubungan
dalam kemajuannya tersebut ada antara satu sama lain.
“ricorso” (pengulangan) juga.
Secara makro, pokok-pokok pikiran Vico yang tertuang dalam teori daur
kultural dalam The New Science

Perjalanan sejarah bukanlah seperti Masyarakat manusia bergerak melalui


roda yang berputar mengitari dirinya fase-fase perkembangan tertentu dan
sendiri sehingga memungkinkan terjalin erat dengan kemanusiaan yang
seorang filosuf meramalkan dicirikan oleh gerak kemajuan dalam
terjadinya hal yang sama pada masa tiga fase yaitu; fase telogis, fase herois,
depan. 1 3 dan fase humanistis.

2 4
Ide kemajuan adalah substansial,
Sejarah berputar dalam
meski tidak melalui satu perjalanan
gerakan spiral yang mendaki
lurus ke depan, tetapi bergerak dalam
dan selalu memperbaharui
lingkaran-lingkaran historis yang satu
diri.
sama lain saling berpengaruh.
Gerak Kemajuan terbagi menjadi 3 fase
1. Fase Teologis/ zaman dewa-dewa (The Age Of The Gods)
Masa ini bermula pada waktu suatu bangsa mulai meninggalkan secara
bertahap kehidupan primitif sebelumnya, untuk masuk pada masa ketuhanan.
Masa ini sendiri diwarnai dengan berkembangnya berbagai khurafat dan rasa
takut terhadap fenomena-fenomena alam seperti kekuatan gaib atau super
natural.

2. Fase Herois/ zaman pahlawan-pahlawan (The Age of The Herois)


Pada fase ini watak manusia begitu didominasi cinta kepada kepahlawanan
dan pemujaan kekuatan, agama, sastera, dan filsafat mengambil corak
mitologis khusus. Sementara kekuasaan pada masa ini telah beralih dari
tangan para pendeta dan tokoh agama ke tangan panglima perang dan
ksatria. Pada tingkat ini masyarakat terbagi secara tegas kedalam dua
golongan, yaitu golongan bangsawan yang berkuasa dan golongan rakyat
jelata yang diperhamba. Kedua goongan secara keras dibedakan.
3. Fase Humanities/ zaman orang-orang (The Age of Man)
Lahir karena sebab terjadinya konflik antar kelas masyarakat.
Kelas rakyat jelata menuntut dan secara berangsur-angsur
memenangkan keadilan yang sama dalam satu sistem yang sah
yang mengingatkan bahwa kehormatan itu adalah sesuatu yang
penting. Meningkatnya konflik antara kelas masyarakat, bukannya
meredakannya, sehingga melemahkan hubungan-hubungan
tradisional antara kelas-kelas itu dan membangkitkan keraguan
terhadap sebagian nilainilai tradisional yang diterima tradisi-tradisi
sosial yang diakui. Akibatnya adalah terjadi disintegrasi dan
kerusuhan yang merupakan pertanda berakhiriya daur
kebudayaan seluruhnya.
Tujuan Ilmiah
Di kalangan sejarawan, pembahasan tentang tujuan
sejarah melahirkan dua aliran teleologi sejarah.
Pertama, adalah aliran teleologi sekuler atau
rasional. Kedua, adalah aliran teleologi teologi.
Giambattista Vico (1668-1744) dalam bukunya
yang terkenal New Science menjelaskan dengan
baik pandangannya tentang sejarah, yang
melahirkan aliran historisisme. Baginya ilmu sejarah
maupun dan ilmu pengetahuan alam memiliki
kaidah-kaidah tertentu untuk memahaminya. Hanya
saja bedanya, alam merupakan ciptaan Tuhan
sementara sejarah merupakan ciptaan manusia.
.
Pemahaman terhadap alam memerlukan kaidah-kaidah
rasional yang sepenuhnya bertumpu pada proses alam
sebagai bagian dari ciptaan Tuhan, sedangkan ilmu sejarah
tidak berlaku seperti itu, ia tidak sepenuhnya dapat
dirasionalisasikan karena menyangkut tindakan manusia yang
empirikal. Oleh karena itu ia menentang pandangan
rasionalisme dari Descartes yang menolak pandangan
empirikal dan menganggap sejarah bukan ilmu. Ia juga
membagi sejarah dalam dua jenis, yakni sacred history dan
profane history. Sejarah sacred atau suci adalah sejarah
kaum Yahudi dan Nasrani, sedangkan sejarah profane adalah
sejarah yang lain di luar kedua agama tersebut.
Perspektif sekuler dengan jelas lebih mengedepankan pandangan
rasional maupun empiris dalam wacana teleologi sejarah. Melalui para
pemikir yang lahir pada masa itu, mereka dengan keras berusaha
membalikkan paradigma lama yang bersifat teosentris menuju
paradigma baru yang lebih bersifat anthroposentris. Proses sejarah
dalam perspektif ini sepenuhnya bergerak otonom di bawah kuasa-
kuasa manusia dan bukan kuasa Tuhan. Tujuan sejarah semata-mata
adalah untuk kepentingan duniawi, atau material, dan bukan akhirat
atau spiritual. Bagi mereka sejarah merupakan sarana perjuangan
manusia menuju persamaan, keadilan, kebebasan dan lain-lain. Aliran
sekuler, disamping memiliki kelebihan-kelebihannya tersendiri dengan
argumen- arpumennya yang kuat dan logis, namun di sebalik itu
pandangan sekuler memiliki cacat moral karena kurang
mempertimbangkan aspek-aspek lain dalam tujuan sejarah yang lebih
bersifat spiritual.
Thank You

Anda mungkin juga menyukai