Anda di halaman 1dari 30

PRINSIP PRODUKSI

DAN
PERILAKU PRODUSEN DALAM EKONOMI ISLAM
Disusun guna memenuhi tugas
Mata kuliah : Ekonomi Islam
Dosen Pengampu : Agus Arwani, M.Ag

Disusun Oleh :

Rafida Hasis Musana (2013116130)


Asifatu Nadhia (2013116137)
In’am Fauziyah (2013116153)
Siti Aisyah (2013116155)

Kelas C

JURUSAN EKONOMI SYARI’AH


FAKULTAS EKONOMI BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PEKALONGAN
2017
ABSTRAK

Produksi adalah proses yang menghasilkan barang dan jasa, kemudian


didistribusikan sehingga dapat dikonsumsi oleh para konsumen. Produksi
termasuk salah satu kegiatan ekonomi, yang merupakan mata rantai dari konsumsi
dan distribusi. Oleh karena itu, ekonomi islam telah mengatur segala bentuk
kegitaan ekonomi yang salah satunya adalah kegiatan produksi agar sesuai dengan
tuntutan dan syariat islam.

Dalam ekonomi islam telah digariskan beberapa prinsip produksi.


Pertama, motivasi berdasarkan keimanan, hal ini menunjukkan bahwa tujuan
seorang pengusaha muslim tidak semata-mata mencari keuntungan maksimum,
tetapi puas terhadap pencapaian tingkat keuntungan yang wajar (layak). Kedua,
berproduksi berdasarkan azas manfaat dan maslahat. Ketiga, mengoptimalkan
kemampuan akalnya. Keempat, adanya sikap tawazun (keberimbangan). Kelima,
harus optimis. Keenam, menghindari praktik produksi yang haram.

Dalam aktivitas produksinya, produsen mengubah berbagai faktor


produksi menjadi barang/jasa. Ghazali menyebutkan bahwa beberapa faktor
produksi antara lain: pertama, tanah dengan segala potensinya, sebagai barang
yang tidak akan pernah bisa dipisahkan dari bahasan tentang produksi; kedua,
kualitas dan kuantitas produksi sangat ditentukan oleh tenaga kerja; ketiga,
modal/capital, objek material yang digunakan untuk memproduksi suatu kekayaan
ataupun jasa ekonomi; keempat, manajemen produksi, untuk mendapatkan
kualitas produksi yang baik diperlukan manajemen yang baik juga; kelima,
teknolog, alat-alat produksi baik berupa mesin, pabrik maupun yang lainnya;
keenam, bahan baku ataupun material yang berupa pertambagan, pertanian, dan
hewan.

Kata Kunci: Produksi, aktivitas produksi, ekonomi islam

i
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN MAKALAH

Kami menyatakan dengan sesungguhnya bahwa makalah dengan judul


“Prinsip Produksi dan Perilaku Produsen Dalam Ekonomi Islam” yang dibuat
guna memenuhi tugas mata kuliah Ekonomi Islam, sajauh yang kami ketahui isi
dari makalah yang berjudulkan seperti disebutkan diatas adalah hasil karya kami
sendiri dan bukan merupakan hasil plagiat/menjiplak karya makalah orang lain.
Demikian surat pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya.

Pekalongan,30 September 2017

Ketua Kelompok Sekretaris

Rafida Hasis Musana Asifatu Nadhia

Anggota Kelompok Anggota Kelompok

In’am Fauziyah Siti Aisyah

ii
DAFTAR ISI

ABSTRAK ...................................................................................................... i

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN MAKALAH ............................... ii

DAFTAR ISI................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.............................................................................. 2
C. Tujuan Pembahasan ..............................................................................2
D. Manfaat Pembahasan ............................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Produksi ........................................................................... 3
B. Tujuan Produksi ................................................................................. 4
C. Prinsip-prinsip Produksi..................................................................... 7
D. Faktor-faktor Produksi ....................................................................... 10
E. Kebijakan Perusahaan Islam dalam Produksi .................................... 14
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................................... 15
B. Saran ................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 17

HASIL DISKUSI............................................................................................ 18

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Hadirnya ekonomi Islam dimuka bumi bukanlah sebuah ilmu yang timbul
oleh pemikiran dan buah karya manusia. Ekonomi Islam sesungguhnya telah
ada bersama hadirnya Islam dimuka bumi, dalam hal ini konsep ekonomi
dalam perspektif Islam menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari
ajaran dan pedoman Islam. Produksi merupakan salah satu kegiatan ekonomi,
kegiatan produksi merupakan mata rantai dari konsumsi dan distribusi.
Produksi merupakan proses yang menghasilkan barang dan jasa, kemudian
didistribusikan sehingga dapat dikonsumsi oleh para konsumen. Tanpa
produksi maka kegiatan ekonomi akan berhenti, begitu pula sebaliknya.
Untuk menghasilkan barang dan jasa kegiatan produksi melibatkan banyak
faktor produksi. Fungsi produksi menggambarkan hubungan antara jumlah
input dengan output yang dapat dihasilkan dalam satu waktu periode tertentu.
Produksi, distribusi, dan konsumsi sesungguhnya merupakan satu
rangkaian kegiatan ekonomi yang tidak bisa dipisahkan. Ketiganya memang
saling memengaruhi, namun harus diakui produksi merupakan titik pangkal
dari kegiatan itu. Tidak akan ada distribusi tanpa produksi. Dari teori
ekonomi makro kita memperoleh informasi, kemajuan ekonomi pada tingkat
individu maupun bangsa lebih dapat diukur dengan tingkat produktivitasnya,
daripada kemewahan konsumtif mereka. Atau dengan kemampuan expornya
ketimbang agregat impornya (Sukirno,1981).
Dari sisi pandang konvensional, biasnya produksi dilihat dari tiga hal,
yaitu : apa yang diproduksi, bagaimana memproduksinya, dan untuk siapa
barang/jasa diproduksi. Cara pandang ini untuk memastikan bahwa kegiatan
produksi cukup layak untuk mencapai skala ekonomi. Dalam berproduksi itu
tadi, ekonomi konvensional menempatkan tenaga kerja sebagai salah satu dari
empat faktor produksi; tiga faktor produksi lainnya adalah sumber alam,
modal, dan keahlian. Dalam memandang faktor tenaga kerja inilah terdapat

1
sejumlah perbedaan. Paham ekonomi sosialis misalnya memang mengakui
faktor tenaga kerja merupakan faktor penting. Namun, paham ini tidak
memberikan pengakuan dan penghargaan terhadap hak milik individu,
sehingga faktor tenaga kerja atau manusia turun derajatnya menjadi sekedar
pekerja atau kelas pekerja. Sedangkan paham kapitalis, yang saat ini
menguasai dunia, memandang modal atau kapital sebagai unsur yang
terpenting, dan oleh sebab itu, para pemilik modal atau para kapitalislah yang
menduduki tampat yang sangat strategis dalam ekonomi kapitalis.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu produksi?
2. Apa tujuan dari produksi?
3. Apa saja prinsip – prinsip produksi?
4. Apa saja faktor – faktor produksi?
5. Bagaimana kebijakan perusahaan Islam dalam melakukan produksi?

C. TUJUAN
Makalah ini dibuat guna memenuhi tugas mata kuliah Ekonomi Islam.
Tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan
produksi serta tujuannya, prinsip dan faktor produksi, dan kebijakan
perusahaan Islam dalam melakukan produksi.

D. MANFAAT
Manfaat dari makalah ini mahasiwa dapat mengetahui dan juga memahami
apa yang dimaksud dengan produksi serta tujuannya, prinsip dan faktor
produksi, dan kebijakan perusahaan Islam dalam melakukan produksi.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Produksi
Produksi dalam istilah konvensional adalah mengubah sumber – sumber
dasar kedalam barang jadi, atau proses dimana input diolah menjadi output.
Dalam istlah ini kita mengaitkannya dengan konsep efisiensi ekonomi, yaitu
suatu usaha yang meminimalkan biaya produksi dari beberapa tingkat output
selama periode yang dibutuhkan. Efisiensi dalam proses produksi tergantung
pada proporsi dari berbagai jenis input yaitu tenaga kerja, tingkat absolut
setiap input, dan produktivitas masing – masing input pada setiap tingkat dan
rasio input. Kerena input pada umumnya tidak bebas tetapi merupakan
sesuatu yang terikat dengan biaya, derajat efisiensi produksi diwujudkan
dalam tingkat biaya perunit output.1
Proses produksi menurut Manan adalah usaha kerja sama antara para
anggota masyarakat untuk menghasilkan barang dan jasa bagi kesejahteraan
ekonomi mereka.2
Bagaimana dengan pemahaman produksi dalam ajaran Islam? Islam
mendorong pemeluknya untuk berproduksi dan menekuni aktivitas ekonomi
dalam segala bentunya seperti pertanian, perternakkan, perburuan, industri,
perdagangan, dan sebagainya. Islam memandang setiap amal perbuatan yang
menghasilkan benda atau pelayanan yang bermanfaat bagi manusia atau yang
memperindah kehidupan mereka dan menjadikannya lebih makmur dan
sejahtera.3

1
Lukman Hakim, Prinsip-prinsip EkonomiIslam, (Surakarta : Erlangga,2012),
hal. 64
2
Muhammed Alam Haneef, Pemikiran Ekonomi Islam Kontemporer, (Jakarta : PT
RajaGrafindo Persada,2010), hal. 30
3
Lukman Hakim, Prinsip-prinsip EkonomiIslam, (Surakarta:Erlangga,2012), hal.
64

3
Al-Ghazali menyebutkan bahwa produksi adalah pengerahan secara
maksimal sumber daya alam (raw material) oleh sumber daya manusia, agar
menjadi barang yang bermanfaat bagi manusia.4

B. Tujuan Produksi
Terdapat upaya – upaya untuk mengetahui tujuan produksi dalam ekonomi
Islam. Menurut Nejatullah Shiddiqi (1996), pertumbuhan ekonomi yang
merupakan wujud produksi dalam Islam bertujuan:5
1. Merespon kebutuhan produsen secara pribadi dengan bentuk yang
memiliki ciri keseimbangan.
2. Memenuhi kebutuhan keluarga
3. Mempersiapkan sebagian kebutuhan terhadap ahli warisnya dan generasi
penerusnya.
4. Pelayanan sosial dan berinfak dijalan Allah.
Tujuan produksi menurut perspektif fiqih ekonomi khalifah Umar bin
Khatab adalah sebagai berikut (Al Haritsi, 2008):6
1. Merealisasikan keuntungan seoptimal mungkin.
Maksud tujuan ini berbeda dengan pemahaman ahli kapitalis yang
berusaha meraih keuuntungan sebesar mungkin, tetapi ketika berproduksi
memperhatikan realisasi keuntungan dalam arti tidak sekedar berproduksi
rutin atau asal produksi. sebagaimana dalam suatu riwayat dari Ibnu Abi
Syaibah, Ibnu Abi Dunya bahwa Umar pernah berpesan kepada para
pedagang agar beralih dari aktifitas yang tidak merealisasikan keuntungan.
Kata beliau, “Barang siapa yang memperdagangkan sesuatu sebanyak
tiga kali, namun tidak mendapatkan sesuatu pun didalamnya, maka
hendaklah beralih darinya kepada yang lainnya”.

4
Ika Yunia Fauziya dan Abdul Kadir Riyadi, Prinsip Dasar Ekonomi Islam,
(Jakarta : Kencana PrenadaMedia Grup, 2014), hal. 116
5
Lukman Hakim, Prinsip-prinsip EkonomiIslam, (Surakarta:Erlangga,2012), hal.
69
6
Lukman Hakim, Prinsip-prinsip EkonomiIslam, (Surakarta:Erlangga,2012), hal.
70-72

4
2. Merealisasikan kecukupan individu dan keluarga.
Seorang muslim wajib melakukan aktifitas yang dapat merealisasikan
kecukupannya dan kecukupan orang yang menjadi kewajiban nafkahnya.
Sebagaimna dalam suatu kisah ketika Umar menihkahkan putranya yang
bernama Ashim, beliau memberikan bantuan nafkah kepadanya selama
sebulan, kemudian dicabutnya dan diperintahkan untuk melakukan
aktifitas yang akan bisa membantu dalam menafkahi dirinya dan
keluaganya, seraya berkata kepadanya, “aku telah membantunu dari buah-
buahan kebunku di Al-Aliyah, maka pergilah kamu dan petiklah dia, lalu
kamu jual. Kemudian berdirilah kamu disamping seseorang pedagang
dikaummu. Jika dia menjual, berserikatlah dengannya, lalu hasilnya kamu
jadikan nafkah untuk dirimu dan keluargamu.”
3. Tidak mengandalkan orang lain.
Umar r.a tidak membolehkan seseorang yang mampu bekerja untuk
menedahkan tangannya kepada orang lain dengan meminta-minta, dan
menyerukan kaum muslimin untuk bersandar kepada diri mereka sendiri,
tidak mengharap apa yang ditangan orang lain.
4. Melindungi harta dan mengembangkannya
Harta memiliki peran besar dalam Islam. Sebab dengan harta, dunia dan
agama dapat ditegakkan. Tanpa harta, seseorang tidak akan istiqomah
dalam agamanya, dan tidak tenang dalam kehidupannya. Dalam fiqih
ekonomi Umar r.a. terdapat banyak riwayat yang menjelaskan urgensi
harta, dan bahwa harta sangat banyak dibutuhkan untuk penegakkan
berbagai masalah dunia dan agama karena itu, Umar r.a. menyerukan
kepada manusia untuk memelihara harta dan mengembangkannya dengan
mengeksplorasinya dalam kegiatan-kegiatan produksi. Umar r.a.
mengatakan, “niagakanlah harta anak yatim! Janganlah sampai dia
termakan oleh zakat.” Dan beliau berpendapat bahwa harta yang sedikit
akan tetap ada bila dipelihara dan dikembangkan, sedangkan harta yang
banyak akan habis jika tidak dikembangkan.

5
5. Mengeksplorasi sumber – sumber ekonomi dan mempersiapkannya untuk
dimanfaatkan.
Sesungguhnya Allah Ta’ala telah mempersiapkan bagi manusia didunia ini
banyak sumber ekonomi, namun pada umumnya tidak memnuhi hajat
insani bila dieksplorasi oleh manusia dalam kegiatan produksi yang
mempersiapkannya agar layak dimanfaatkan. Allah SWT memerintahkan
kepada manusia untuk bekerja disegala penjuru bumi untuk dimanfaatkan
sebagian dari rezeki yang dikaruniakan-Nya dimuka bumi ini.
6. Pembebasan dari belenggu ketergantungan ekonomi.
Produksi merupakan sarana terpenting dalam merealisasikan kemandirian
ekonomi. Bangsa yang memproduksi kebutuhan-kebutuhannya adalah
bangsa yang mandiri dan terbebas dari belenggu ketergantungan ekonomi
bangsa lain. Sedangkan bangsa yang hanya mengandalkan konsumsi akan
selalu menjadi tawanan belenggu ekonomi bangsa lain. Sesungguhnya
kemandirian politik dan peradaban suatu bangsa tidak akan sempurna
tanpa kemandirian ekonomi.
7. Taqqarub kepada Allah SWT.
Bahwa seorang produsen muslim akan meraih pahala dari sisi Allah SWT
disebabkan aktifitas produksinya, baik bertujuan untuk memperoleh
keuntungan, merealisasikan kemapanan, melindungi harta dan
mengembangkannya, atau tujuan lain selama iya menjadikan aktifitasnya
tersebut sebagai sarana pertolongan dalam menaati Allah SWT.
Adapun tujuan produksi menurut Monzer Khaf antara lain:7
1. Upaya manusia untuk meningkatkan – tidak hanya – kondisi materialnya.
Akan tetapi juga moralnya untuk kemudia menjadi sarana mencapai
tujuannya kelak diakhirat. Sehingga produk-produk yang menjauhkan
manusia dari nilai-nilai moralnya akan dilarang dalam Islam.
2. Aspek sosial dalam produksi, yaitu distribusi keuntungan dari produksi itu
sendiri diantara sebagian besar orang dengan cara seadil-adilnya. Hal

7
Ika Yunia Fauziya dan Abdul Kadir Riyadi, Prinsip Dasar Ekonomi Islam,
(Jakarta : Kencana PrenadaMedia Grup, 2014), hal. 127

6
tersebut merupakan tujuan utama ekonomi masyarakat. Sistem ekonomi
Islam lebih terkait dengan kesejahteraan masyarat dibandingakan dengan
sistem yang lainnya.
3. Masalah ekonomi bukanlah masalah yang jarang berkaitan dengan
kebutuhan hidup, akan tetapi permasalahan tersebut timbul karena
kemalasan dan kealpaan manusia dalam usahanya untuk mengambil
manfaat sebesar-besarnya dari anugera Allah.

C. Prinsip – prinsip Produksi


Al-Qur’an dan hadis Rasulullah SAW. memberikan arahan mengenai
prinsip-prinsip produksi sebagai berikut:
1. Tugas manusia dibumi sebagai khalifah Allah agar dapat memakmurkan
bumi, memanfaatkan isi bumi, dan menghayati akan nilmat Allah.
Sehingga manusia dituntut untuk dapat mempertanggungjawabkan amanah
dengan ilmu dan amalnya. 8
2. Islam selalu mendorong kemajuan dibidang produksi. Menurut Yusuf
Qardhawi, Islam membuka lebar penggunaan metode ilmiah yang
didasarkan pada penelitian, eksperimen, dan perhitungan. Akan tetapi
Islam tidak membenarkan penuhanan terhadap hasil karya ilmu
pengetahuan dalam arti melepaskan dirinya dari Al-Qur’an dan Hadis.
3. Teknik produksi diserahkan kepada keingan dan kemampuan manusia.
Nabi pernah bersabda: “kalian lebih mengetahui urusan dunia kalian”.
4. Dalam berinovasi dan bereksperimen, pada prinsipnya agama Islam
menyukai kemudahan, menghindari mudarat dan memaksimalkan manfaat.
Dalam Islam tidak ada ajaran yang memerintahkan membiarkan segala
urusan berjalan dalam kesulitannya, karena pasrah kepada keberuntungan
atau kesialan, karena berdalih dengan ketetapan dan ketentuan Allah, atau
karena tawaqal kepada-Nya, sebgaimana keyakinan yang terdapat didalam
agama-agama selain Islam. Sesungguhnya Islam mengingkari itu semua

8
AgusArwani,Handout:EkonomiIslam, http://repository.iainpekalongan.ac.id/330/,
diakses 1 Oktober 2017.

7
dan menyeruh bekerja dan bertaubat, bersikap hati-hati dan melaksanakan
selama persyaratan. Tawaqal dan sabar adalah konsep penyerahan hasil
kepada Allah SWT. sebagai pemilik hak prerogatif yang menentukan
segala sesuatu setelah segala usaha dan persyaratan dipenuhi dengan
optimal.9
Prinsip-prinsip berproduksi dalam Islam:
1. Motivasi berdasarkan keimanan
Aktivitas produksi yang dijalankan seorang pengusaha muslim terikat
dengan motivasi keimanan atau keyakinan positif, yaitu semata-mata
untuk mendapatkan ridha Allah SWT, dan balasan di negri akhirat.
Sehingga dengan motivasi atau keyakinan positif tersebut maka prinsip
kejujuran, amanah, dan kebersamaan akan dijunjung tinggi. Prinsip-prinsip
tersebut menolak prinsip individualisme (mementingkan diri sendiri),
curang, khianat yang sering dipakai oleh pengusaha yang tidak memiliki
motivasi atau keyakinan positif.
Hal ini menunjukkan bahwa tujuan seorang pengusaha muslim tidak
semata-mata mencari keuntungan maksimum, tetapi puas terhadap
pencapaian tingkat keuntungan yang wajar (layak). Tingkat keuntungan
dalam berproduksi bukan lahir dari aktivitas yang curang, tetapi
keuntungan tersebut sudah merupakan ketentuan dari Allah SWT sehingga
keuntungan seorang pengusaha muslim didalam berproduksi dicapai
dengan menggunakan atau mengamalkan prinsip Islam, sehingga Allah
ridha terhadap aktivitasnya.
2. Berproduksi berdasarkan azas manfaat dan maslahat
Seorang muslim dalam menjalankan proses produksinya tidak semata
mencari keuntungan maksimum untuk aset kekayaan. Berproduksi bukan
semata-mata karena profit ekonomis yang diperolehnya, tetapi juga

9
Mustafa Edwin Nasution, Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam,
(Jakarta:Kencana,2007), hal. 110-111

8
seberapa penting manfaat keuntungan tersebut untuk kemaslahatan
masyarakat.
Pemilik dan manajer perusaan Islam juga menjadikan objek utama
proses produksi sebagai “memperbesar sedekah”. Tentang objek ini tiak
perlu harus memiliki arti ekonomi seperti dalam sistem ekonomi pasar
bebas. Perusahaan yang islami percaya bahwa pengeluaran untuk sedekah
merupakan sarana untuk memuaskan keinginan Tuhan, dan akan
mendatangkan keberuntungan terhadap perusahaan, seperti meningkatnya
permintaan atas produksinya.
3. Mengoptimalkan kemampuan akalnya
Seorang muslim harus menggunakan kemampuan akalnya
(kecerdasannya), serta profesionalitas dalam mengelola sumber daya.
Kerena faktor produksi yang digunakan untuk menyelenggarakan proses
produksi sifatnya tidak terbatas, manusia perlu mengoptimalkan
kemampuan yang telah Allah berikan.
4. Adanya sikap tawazun (keberimbangan)
Produksi dalam Islam juga mensyaratkan adanya sikap tawazunI
(keberimbanagn) anatara dua kepentingan, yakni kepentingan umum dan
kepentingan khusus. Keduanya tidak dapat dianalisis secara hierarkis,
melainkan harus sebagai satu kesatuan. Produksi dapat menjadi haram jika
barang yang dihasilkan ternyata hanya akan membahayakan masyarakat
mengingat adanya pihak-pihak yang dirugikan dari kehadiran produk, baik
berupa barang maupun jasa. Produk-produk dalam kategori ini hanya
memberikan dampak ketidakseimbangan dan kegoncangan bagi aktivitas
ekonomi secara umum. Akibatnya, misi rahmatan lil ‘alamiin ekonomi
Islam tidak tercapai.
5. Harus optimis
Seorang produsen muslim yakin bahwa apapun yang diusahakannya
sesuai dengan ajaran Islam tidak membuat hidupnya menjadi kesulitan.
Allah SWT telah menjamin rezekinya dan telah menyediakan keperluan
hidup seluruh makhluk-Nya termasuk manusia.

9
6. Menghindari praktik produksi yang haram
Seorang produsen muslim menghindari pratik produksi yang
mengandung unsur haram atau riba, pasar gelap, dan spekulasi.10

D. Faktor – faktor Produksi


Dalam aktivitas produksinya, produsen mengubah berbagai faktor
produksi menjadi barang/jasa. Berdasarkan hubungannya dengan tingkat
produksi, faktor produksi dibedakan menjadi faktor produksi tetap (fixed
input) dan variabel tetap (variabel input). Faktor produksi tetap adalah faktor
produksi yang jumlah penggunaannya tidak tergantung pada jumlah produksi.
Ada atau tidak adanya kegiatan produksi, faktor produksi itu haruslah tetap
tersedia. Sementara jumlah penggunaan faktor variabel tergantung pada
tingkat produksinya. Makin besar tingkat produksi, makin banyak faktor
produksi variabel yang digunakan.11
Lebih lanjut lagi, Ghazali menyebutkan bahwa beberapa faktor produksi
antara lain: pertama, tanah dengan segala potensinya, sebagai barang yang
tidak akan pernah bisa dipisahkan dari bahasan tentang produksi; kedua,
kualitas dan kuantitas produksi sangat ditentukan oleh tenaga kerja; ketiga,
modal/capital, objek material yang digunakan untuk memproduksi suatu
kekayaan ataupun jasa ekonomi; keempat, manajemen produksi, untuk
mendapatkan kualitas produksi yang baik diperlukan manajemen yang baik
juga; kelima, teknolog, alat-alat produksi baik berupa mesin, pabrik maupun
yang lainnya; keenam, bahan baku ataupun material yang berupa
pertambagan, pertanian, dan hewan.12
Untuk lebih jelas lagi, simak penjelasan dibawah ini.

10
Lukman Hakim, Prinsip-prinsip EkonomiIslam, (Surakarta : Erlangga,2012),
hal. 72-75
11
Ika Yunia Fauziya dan Abdul Kadir Riyadi, Prinsip Dasar Ekonomi Islam,
(Jakarta : Kencana Prenada Media Grup, 2014), hal. 118
12
Ika Yunia Fauziya dan Abdul Kadir Riyadi, Prinsip Dasar Ekonomi Islam,
(Jakarta : Kencana Prenada Media Grup, 2014), hal. 118-119

10
1. Tanah
Tanah telah menjadi suatu faktor produksi terpenting sejak dahulu kala.
Penekanan pada penggunaan tanah-tanah mati (ihya’al-mawat)
menunjukkan perhatian Rasulullah SAW dalam penggunaan sumber daya
bagi kemakmuran rakyat. Islam mempunyai komitmen untuk
melaksanakan keadilan dalam hal pertahanan. Islam mengakui adanya
kepemilikan atas sumber daya alam yang ada, dengan selalu
mengupayakan penggunaan dan pemeliharaan yang baik atas sumber daya
tersebut. Dalam pemanfaatan tanah, ada 2 karakteristik yaitu tanah sebagai
Sumber Daya Alam (SDA), dan tanah sebagai sumber daya yang dapat
habis. Ada dua kontribusi tanah yaitu penghasilan dari SDA sendiri
(sewa), penghasilan dari perbaikan dalam penggunaan SDA melalui kerja
dan modal. Harapan islam, SDA tidak di salah gunakan sehingga bisa
habis untuk generasi yang akan datang. Beberapa kebijakan Prof. Abdul
Manan dalam mengelola SDA yaitu Al-Qur’an dan al-Hadits banyak
memberikan tekanan tentang urgensi pembudidayaan tanah secara baik,
islam menganjurkan tentang urgensi kerjasama dalam menggarap tanah.
2. Tenaga Kerja
Tenaga kerja merupakan human capital bagi suatu perusahaan.
Diberbagai macam jenis produksi, tenaga kerja merupakan aset bagi
keberhasilan suatu perusahaan. Kesuksesan suatu produksi terletak pada
kinerja sumber daya manusia yang ada didalamnya, termasuk diantaranya
kinerja para tenaga kerja. Sangat banyak sekali ajaran yang tertulis dalam
Al-Quran dan Hadis tentang bagaimana seharusnya hubungan antara
atasan dan bawahannya terbangun. Sehingga dasar-dasar ajaran tersebut
bisa diterapkan diantara komisaris dengan direksi, antara direksi dan
karyawan, dan lain sebagainya. Tenaga kerja yang memilik skill dan
intergritas yang baik merupakan modal utama bagi suatu perusahaan,
dilain modal-modal yang lainnya. Karena secara umum, banyak diantara
ahli ekonomi yang menyatakan bahwa tenaga kerja adalah satu-satunya
produsen, dan pangkal produktivitas dari semua faktor produksi yang

11
lainnya. Tanah, modal, mesin, manajerial yang baik tidak akan bisa
menghasilkan suatu barang/jasa tanpa adanya tenaga kerja.
3. Modal
Modal merupakan faktor yang sangat penting dalam suatu produksi.
Tanpa adanya modal, produsen tidak akan bisa menghasilkan suatu
barang/jasa. Modal adalah sejumlah kekayaan yang bisa berupa assets
ataupun intangible assets, yang bisa digunakan untuk menghasilkan suatu
kekayaan. Dalam Islam, modal suatu usaha haruslah bebas dari riba.
Dalam beberapa cara perolehan modal, Islam mengatur suatu sistem yang
lebih baik, dengan cara kerja sama mudharabah atau musharakah. Hal ini
untuk menjaga hak produsen dan juga hak pemilik modal, agar tercapai
suatu kebaikan dalam suatu aktivitas produksi; yang akhirnya akan
berimplikasi pada adanya suatu Mashlahah dalam suatu kerjasama yang
dilakukan oleh masing-masing pihak.
4. Manajemen Produksi
Beberapa faktor produksi tidak akan menghasilkan suatu profit yang baik
ketika tidak ada manajemen yang baik. Karena tanah, tenaga kerja, modal,
dan lain sebagainya tidak akan bisa beridiri dengan sendirinya. Semuanya
memerlukan suatu pengaturan yang baik, berupa suatu organisasi, ataupun
suatu manajemen yang bisa menertibkan, mengatur, nerencanakan, dan
mengevaluasi segala kinerja yang akan dan telah dihasilnya oleh masing-
masing difisi. Didalam al—quran, kata-kata yang berkaitan degan
manajerial diungkapkan dalam dalam beberapa bentuk, yaitu yudabbiru,
yatadabbaru, yatadabbar, dan al-mudabbirat.
5. Teknologi
Di era kemajuan produksi yang ada pada saat ini, teknologi mempunyai
peranan yang sangat besar dalam sektor ini. Beberapa banyak produsen
yang kemudian tidak bisa survive karena adanya kompetitor lainnya dan
lebih banyak yang bisa menghasilkan barang dan jasa jauh lebih baik,
karena didudkung oleh faktor teknologi. Misalnya ketika seorang tenaga
kerja menjahit sebuah baju dengan menggunakan mesin baik biasa, dalam

12
satu jam ia bisa menghasilkan 100 tusukan. Hal ini berbeda jika dikerjakan
oleh mesin yang telah canggih karena kemajuan teknologi, maka dalam
satu jam teknologi akan bisa menghasilkan 100.000 tusukan. Maka akan
trlihat suatu persaingan yang tidak seimbang antara produsen yang tidak
menggunakan teknologi dan produsen yang menggunakan teknologi dalam
aktifitas produksinya.
6. Bahan Baku
Bahan baku terbagi menjadi dua macam, adakalanya bahan baku tersebut
merupakan sesuatu yang harus didapat ataupun dihasilkan oleh alam, tanpa
ada penggantinya. Ada juga yang memang dari alam akan tetapi, bisa
dicarikan bahan lain untuk mengganti bahan yang telah ada. Ketika
seorang produsen akan memproduksi suatu barang atau jasa, maka salah
satu hal yang harus dipikirkan yaitu bahan baku. Karena jikalu bahan baku
tersedia dengan baik, maka produksi akan berjalan dengan lancar, jikalau
sebaliknya maka akan menghambat jalannya suatu produksi. Maka dari itu
seorang produsen haruslah mempelajari terlebih dahulu saluran-saluran
penyedia bahan baku, agar aktifitas produksi berjalan dengan baik.13
Perbedaan yang mendasar dalam faktor Produksi Islam dengan Produksi
Konvensional :
Produksi Islam Produksi Konvensional
Optimalisasi produksi Maksimalisasi keuntungan
Bersumber pada al-Quran dan hadist Keinginan sosial kemasyarakatan
Mementingkan kebutuhan konsumen Memuaskan konsumen
Faktor-faktor Produksi :
a. Tanah a. Modal
b. Tenaga Kerja b. Tenaga Kerja
c. Modal c. Tanah
d. Manajemen Produksi d. Keahlian

13
Ika Yunia Fauziya dan Abdul Kadir Riyadi, Prinsip Dasar Ekonomi Islam,
(Jakarta : Kencana Prenada Media Grup, 2014), hal. 118-122

13
e. Teknologi
f. Bahan Baku

E. Kebijakan Perusahaan Islam dalam Melakukan Produksi


Bagi Islam, memproduksi sesuatu bukanlah sekedar untuk di konsumsi
sendiri atau di jual ke pasar. Islam secara khas menekankan bahwa setiap
kegiatan produksi harus pula mewujudkan fungsi sosial.
Perusahaan islam harus mampu menerapkan apa yang ada pada QS. 51:19
dan QS. 70:25 agar dapat mengemban fungsi sosial seoptimal mungkin.
Perusahaan dapat mengambil kebijakan dalam melakukan produksi dengan
konsep bahwa produksi harus melampaui surplus untuk mencukupi
kebutuhan konsumtif dan meraih keuntungan finansial sehingga bisa
berkontribusi dalam kehidupan sosial.
Upaya produsen memperoleh maslahah yang maksimum dapat terwujud
apabila produsen mengaplikasikan nilai-nilai Islam yang relevan dengan
produksi, yakni khilafah, adil dan takaful. Secara rinci antara lain sebagai
berikut :
a. Berwawasan jangka panjang, yaitu berorientasi kepada akhirat.
b. Menepati janji dan kontrak, baik dalam lingkup internal maupun eksternal.
c. Memenuhi takaran, ketepatan, kelugasan dan kebenaran.
d. Berpegang teguh kepada kedisiplinan dan dinamis.
e. Memuliakan produktifitas dan prestasi.
f. Mendorong ukhuwah antar sesama pelaku ekonomi.
g. Adil dalam bertransaksi.
h. Menghindari jenis dan proses produksi yang diharamkan oleh islam.
Penerapan hal tersebut tidak hanya menguntungkan perusahaan, tetapi juga
mendatangkan berkah. Kombinasi keuntungan dengan berkah memberi
kontribusi bagi tercapainya falah, yakni kebahagiaan hakiki dunia dan
akhirat.14

14
Prinsip dasar produksi ekonomi islam, http://moraref.or.id/broswe/index/361,
diakses 1 Oktober 2017.

14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Produksi dalam istilah konvensional adalah mengubah sumber – sumber
dasar kedalam barang jadi, atau proses dimana input diolah menjadi output.
Sedangkan, produksidalam pandangan Islam yaitu setiap amal perbuatan
yang menghasilkan benda atau pelayanan yang bermanfaat bagi manusia atau
yang memperindah kehidupan mereka dan menjadikannya lebih makmur dan
sejahtera.
Dalam Islam terdapat beberapa tujuan produksi. Pertama, merealisasikan
keuntungan seoptimal mungkin. Kedua, merealisasikan kecukupan individu
dan keluarga. Ketiga, tidak mengandalakan orang lain. Keempat, melindungi
harta dan mengembangkannya. Kelima, mengekssplorasi sumber-sumber dan
memanfaatkannya. Keenam, pembebasan belenggu dari ketergantungan
ekonomi.
Selain tujuan produksi di atas, islam juga menerapkan prinsip-prinsip
produksi yang diantaranya: berproduksi atas dasar azas maslahat dan manfaat,
motivasi berlandaskan keimanan, mengoptimalkan kemampuan akalnya,
adanya sikap tawazun (berkeimbangan), selalu optimis, dan menghindari
produksi yang bersifat haram. Dalam aktivitasnya, produksi membutuhkan
faktor-faktor agar proses produksi berjalan sesuai yang direncanakan.
Diantara faktor-faktor tersebut yakni tanah, tenaga kerja, modal, manajemen
produksi, teknologi dan bahan baku.
Dalam Islam, memproduksi sesuatu bukanlah sekedar untuk di konsumsi
dendiri atau di jual ke pasar. Islam secara khas menekankan bahwa setiap
kegiatan produksi harus pula mewujudkan fugsi sosial. Upaya produsen
memperoleh maslahah yang maksimum dapat terwujud apabila produsen
mengaplikasikan nilai-nilai Islam yang relevan dengan produksi, yakni
khilafah, adil dan takaful.

15
B. Saran
Dengan selesainya makalah ini, kami mengucapkan terima kasih kepada
para pihak yang telah terlibat dalam pembuatan makalah ini. Tak lupa, kami
menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan.

Untuk itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan yang membangun
untuk perbaikan di masa yang akan datang. Semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.

16
DAFTAR PUSTAKA

Hakim, Lukman. 2012. Prinsip-prinsip EkonomiIslam. Surakarta : Erlangga.


Haneef, Muhammed Alam. 2010. Pemikiran Ekonomi Islam Kontemporer.
Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Fauziya,Ika Yunia, dan Abdul Kadir Riyadi. 2014. Prinsip Dasar Ekonomi Islam.
Jakarta : Kencana PrenadaMedia Grup.
Arwani,Agus,Handout:EkonomiIslam,http://repository.iainpekalongan.ac.id/330/,
diakses 1 Oktober 2017.
Nasution, Mustafa Edwin. 2007. Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam. Jakarta :
Kencana.
Prinsip dasar produksi ekonomi islam, http://moraref.or.id/broswe/index/361,
diakses 1 Oktober 2017.

17
HASIL DISKUSI

1. EVI YUNITA (2013116080)


Pertanyaan : Jelaskan faktor-faktor produksi dalam islam!
Jawaban :
Faktor-faktor produksi dalam Islam adalah :
1. Tanah
Tanah telah menjadi suatu faktor produksi terpenting sejak dahulu
kala. Penekanan pada penggunaan tanah-tanah mati (ihya’al-mawat)
menunjukkan perhatian Rasulullah SAW dalam penggunaan sumber daya
bagi kemakmuran rakyat. Islam mempunyai komitmen untuk
melaksanakan keadilan dalam hal pertahanan. Islam mengakui adanya
kepemilikan atas sumber daya alam yang ada, dengan selalu
mengupayakan penggunaan dan pemeliharaan yang baik atas sumber daya
tersebut. Dalam pemanfaatan tanah, ada 2 karakteristik yaitu tanah sebagai
Sumber Daya Alam (SDA), dan tanah sebagai sumber daya yang dapat
habis. Ada dua kontribusi tanah yaitu penghasilan dari SDA sendiri
(sewa), penghasilan dari perbaikan dalam penggunaan SDA melalui kerja
dan modal. Harapan islam, SDA tidak di salah gunakan sehingga bisa
habis untuk generasi yang akan datang. Beberapa kebijakan Prof. Abdul
Manan dalam mengelola SDA yaitu Al-Qur’an dan al-Hadits banyak
memberikan tekanan tentang urgensi pembudidayaan tanah secara baik,
islam menganjurkan tentang urgensi kerjasama dalam menggarap tanah.
2. Tenaga Kerja
Tenaga kerja merupakan human capital bagi suatu perusahaan.
Diberbagai macam jenis produksi, tenaga kerja merupakan aset bagi
keberhasilan suatu perusahaan. Kesuksesan suatu produksi terletak pada
kinerja sumber daya manusia yang ada didalamnya, termasuk diantaranya
kinerja para tenaga kerja. Sangat banyak sekali ajaran yang tertulis dalam
Al-Quran dan Hadis tentang bagaimana seharusnya hubungan antara

18
atasan dan bawahannya terbangun. Sehingga dasar-dasar ajaran tersebut
bisa diterapkan diantara komisaris dengan direksi, antara direksi dan
karyawan, dan lain sebagainya. Tenaga kerja yang memilik skill dan
intergritas yang baik merupakan modal utama bagi suatu perusahaan,
dilain modal-modal yang lainnya. Karena secara umum, banyak diantara
ahli ekonomi yang menyatakan bahwa tenaga kerja adalah satu-satunya
produsen, dan pangkal produktivitas dari semua faktor produksi yang
lainnya. Tanah, modal, mesin, manajerial yang baik tidak akan bisa
menghasilkan suatu barang/jasa tanpa adanya tenaga kerja.
3. Modal
Modal merupakan faktor yang sangat penting dalam suatu
produksi. Tanpa adanya modal, produsen tidak akan bisa menghasilkan
suatu barang/jasa. Modal adalah sejumlah kekayaan yang bisa berupa
assets ataupun intangible assets, yang bisa digunakan untuk menghasilkan
suatu kekayaan. Dalam Islam, modal suatu usaha haruslah bebas dari riba.
Dalam beberapa cara perolehan modal, Islam mengatur suatu sistem yang
lebih baik, dengan cara kerja sama mudharabah atau musharakah. Hal ini
untuk menjaga hak produsen dan juga hak pemilik modal, agar tercapai
suatu kebaikan dalam suatu aktivitas produksi; yang akhirnya akan
berimplikasi pada adanya suatu Mashlahah dalam suatu kerjasama yang
dilakukan oleh masing-masing pihak.
4. Manajemen Produksi
Beberapa faktor produksi tidak akan menghasilkan suatu profit
yang baik ketika tidak ada manajemen yang baik. Karena tanah, tenaga
kerja, modal, dan lain sebagainya tidak akan bisa beridiri dengan
sendirinya. Semuanya memerlukan suatu pengaturan yang baik, berupa
suatu organisasi, ataupun suatu manajemen yang bisa menertibkan,
mengatur, nerencanakan, dan mengevaluasi segala kinerja yang akan dan
telah dihasilnya oleh masing-masing difisi. Didalam al—quran, kata-kata
yang berkaitan degan manajerial diungkapkan dalam dalam beberapa
bentuk, yaitu yudabbiru, yatadabbaru, yatadabbar, dan al-mudabbirat.

19
5. Teknologi
Di era kemajuan produksi yang ada pada saat ini, teknologi
mempunyai peranan yang sangat besar dalam sektor ini. Beberapa banyak
produsen yang kemudian tidak bisa survive karena adanya kompetitor
lainnya dan lebih banyak yang bisa menghasilkan barang dan jasa jauh
lebih baik, karena didudkung oleh faktor teknologi. Misalnya ketika
seorang tenaga kerja menjahit sebuah baju dengan menggunakan mesin
baik biasa, dalam satu jam ia bisa menghasilkan 100 tusukan. Hal ini
berbeda jika dikerjakan oleh mesin yang telah canggih karena kemajuan
teknologi, maka dalam satu jam teknologi akan bisa menghasilkan
100.000 tusukan. Maka akan trlihat suatu persaingan yang tidak seimbang
antara produsen yang tidak menggunakan teknologi dan produsen yang
menggunakan teknologi dalam aktifitas produksinya.
6. Bahan Baku
Bahan baku terbagi menjadi dua macam, adakalanya bahan baku
tersebut merupakan sesuatu yang harus didapat ataupun dihasilkan oleh
alam, tanpa ada penggantinya. Ada juga yang memang dari alam akan
tetapi, bisa dicarikan bahan lain untuk mengganti bahan yang telah ada.
Ketika seorang produsen akan memproduksi suatu barang atau jasa, maka
salah satu hal yang harus dipikirkan yaitu bahan baku. Karena jikalu bahan
baku tersedia dengan baik, maka produksi akan berjalan dengan lancar,
jikalau sebaliknya maka akan menghambat jalannya suatu produksi. Maka
dari itu seorang produsen haruslah mempelajari terlebih dahulu saluran-
saluran penyedia bahan baku, agar aktifitas produksi berjalan dengan baik.

2. IRFAH NURUL SAFARIYAH (2013116387)


Pertanyaan : Bagaimana perilaku produsen dalam ekonomi islam?
Jawaban :

20
Perilaku produsen dalam ekonomi Islam antara lain :
1. Ihsan dan Itqan (Sungguh-sungguh) dalam Berusaha
Islam tidak hanya memerintahkan manusia untuk bekerja dan
mengembangkan hasil usahanya (produktivitas), tetapi Islam memandang
setiap usaha seseorang sebagai ibadah kepada Allah dan jihad di jalan
Allah SWT. Dengan bekerja setiap individu dapat memenuhi hajat
hidupnya, hajat hidup keluarga, berbuat baik kepada karib kerabat,
memberikan pertolongan dan ikut berpertisipasi dalam mewujudkan
kemaslahatan umum. Ihsan dalam bekerja, bukan perkara sunat (nafilah)
ataupun perkara fadilah, dan bukan pula perkara sepele dalam pandangan
Islam, tetapi merupakan sesuatu yang diwajibkan agama dan dibebankan
bagi setiap muslim. Dalam hadits Nabi Saw diunkapkan “Sesungguhnya
Allah mewajibkan ihsan dalam segala hal, jika mau membunuh hewan,
maka bunuhlah dengan baik, jika mau menyembelih, maka sembelihlah
dengan cara yang baik.”
2. Iman, Taqwa, Maslahah, dan Istiqamah
Merupakan pendorong yang sangat kuat untuk memperbesar produksi
melalui kerja keras dengan baik, ikhlas, dan jujur dalam melakukan
kegiatan produksi yang dibutuhkan untuk kepentingan umat, agama, dan
dunia. Produsen melakukan pekerjaan bukan hanya sekadarnya saja,
tujuannya pun bukan hanya semata-mata untuk mendapatkan hasil,
melainkan juga karena keyakinan bahwa Allah senantiasa mengawasinya,
sehingga ia bekerja dengan jujur dan sungguh-sungguh.
3. Bekerja pada Bidang yang Dihalalkan Allah SWT
Dalam sistem ekonomi Islam, seorang Muslim tidak diperbolehkan
menanam sesuatu yang memabukan seperti ganja atau yang memudaratkan
seperti tembakau. Terkait dengan masalah ini, tidak berbeda dengan ulama
lainnya, seperti Abu al-A’la al-Maududi yang mengharamkan usaha
mencari penghidupan yang meruntuhkan akhlak dan merusak ketertiban
sosial. Diharamkan memproduksi segala sesuatu yang merusak akidah dan
akhlak serta segala sesuatu yang dapat melucuti identitas umat,

21
mengguncang nilai-nilai agama dan akhlak, menyibukkan diri pada hal
yang sia-sia dan menjauhkan diri dari kebenaran, seperti memproduksi
film atau video porno, iklan, dan foto dan gambar porno ataupun hiburan
lainnya yang tidak sesuai dengan nilai akidah dan akhlak.

4. KHAIRUL ANAM (2013116174)


Pertanyaan : Jelaskan fungsi dari produksi !
Jawaban :
Fungsi produksi yaitu mewujudkan kemaslahatan ekonomi dengan tetap
menjaga kemaslahatan manusia dan lingkungannya, serta memaksimalkan
kepuasan dan keuntungan dunia dan akhirat.

5. LINA FUADIYAH (2013116187)


Pertanyaan : Jelaskan makna dalam Q.S 51:19 dan Q.S 70:25 !
Jawaban :
QS. 51:19 artinya yang berbunyi “dan pada harta-harta mereka ada hak
untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat
bagian”. Dan QS. 70:25 yang artinya “bagi orang miskin yang meminta dan
orang yang tidak mempunyai apa-apa (tidak mau meminta)”. Makna yang
terkandung dalam kedua surat ini yaitu memerintahkan agar setiap umat islam
yang melakukan kegiatan produksi harus berkontribusi dalam kehidupan
sosial artinya harus mempunyai fungsi sosial. Dalam hal ini, produsen harus
menyadari bahwa di setiap keuntungan yang dia dapatkan melekat hak orang
lain (orang miskin). Oleh karena itu, produksi islam tidak hanya bertujuan
untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal, tetapi cenderung
mengoptimalkan produksi dan mencari keuntungan beserta berkahnya.

6. M. SALMAN AL-FARISI (2013116258)


Pertanyaan : Jelaskan prinsip produksi berdasarkan azas manfaat dan
maslahat !
Jawaban :

22
Seorang muslim dalam menjalankan proses produksinya tidak semata
mencari keuntungan maksimum untuk aset kekayaan. Berproduksi bukan
semata-mata karena profit ekonomis yang diperolehnya, tetapi juga seberapa
penting manfaat keuntungan tersebut untuk kemaslahatan masyarakat.
Pemilik dan manajer perusaan Islam juga menjadikan objek utama proses
produksi sebagai “memperbesar sedekah”. Tentang objek ini tidak perlu harus
memiliki arti ekonomi seperti dalam sistem ekonomi pasar bebas. Perusahaan
yang islami percaya bahwa pengeluaran untuk sedekah merupakan sarana
untuk memuaskan keinginan Tuhan, dan akan mendatangkan keberuntungan
terhadap perusahaan, seperti meningkatnya permintaan atas produksinya.

7. MUHAMMAD SULTHAN ALAUDDIN (2013116253)


Pertanyaan : Jelaskan bagaimana cara mengoptimalkan produksi !
Jawaban :
Mengoptimalkan Produksi adalah upaya meningkatkan nilai dari suatu
produksi. Seperti meningkatkan kualitas produksi, jumlah produksi, manfaat
produksi, bentuk fisik produksi, dsb.
Cara Mengoptimalkan produksi:
1. Biaya yang digunakan harus dipandang sebagai keuntungan potensial
(potential profit), bukan pengeluaran atau ongkos produksi yang memang
harus di keluarkan. Dengan demikian reduksi biaya produksi melalui
peningkatan efisiansi akan meningkatkan keuntungan.
2. Manajemen harus melaksanakan aktivitas produksi bernilai tambah (bukan
sekedar mengubah input menjadi output) dengan jalan berproduksi pada
biaya produksi yang minimum. Dengan cara ini perusahaan akan
meningkatkan daya saing melalui strategi penetatapan harga (pricing
strategy) yang kompetitif di pasar.
3. Keunggulan kompetitif produk dipasar akan meningkatkan pangsa pasar
(market share) yang berarti akan meningkatkan penerimaan total (TR) dari
penjualan produk itu.

23
8. RESTU PRASETYO AJI (2013116341)
Pertanyaan : Apa maksud dari prinsip produksi Ke-4 mengenai
keberimbangan ?
Jawaban :
Produksi dalam Islam juga mensyaratkan adanya sikap tawazunI
(keberimbanagn) anatara dua kepentingan, yakni kepentingan umum dan
kepentingan khusus. Keduanya tidak dapat dianalisis secara hierarkis,
melainkan harus sebagai satu kesatuan. Produksi dapat menjadi haram jika
barang yang dihasilkan ternyata hanya akan membahayakan masyarakat
mengingat adanya pihak-pihak yang dirugikan dari kehadiran produk, baik
berupa barang maupun jasa. Produk-produk dalam kategori ini hanya
memberikan dampak ketidakseimbangan dan kegoncangan bagi aktivitas
ekonomi secara umum. Akibatnya, misi rahmatan lil ‘alamiin ekonomi Islam
tidak tercapai.

9. SULUM FALASIFIANAH (2013116168)


Pertanyaan : Bagaimana menurut pendapat kelompok Anda pada poin
Ke-3 mengenai tujuan produksi tidak mengandalkan orang lain ? Karena
menurut Saya dalam berproduksi pasti membutuhkan bantuan tenaga kerja.
Jawaban :
Menurut kelompok kami, memang dalam proses produksi pasti
membutuhkan campur tangan tenaga kerja, tetapi pada point Ke-3 tersebut
mempunyai maksud bahwa dalam berproduksi/ketika akan memproduksi
sesuatu, seorang Muslim tidak diperbolehkan untuk menedahkan tangannya
kepada orang lain dengan meminta-minta, melainkan untuk bersandar kepada
diri mereka sendiri, tidak mengharap apa yang ditangan orang lain.

10. TAMARA NAILA ZULFA (2013115481)


Pertanyaan : Bagaimana menurut pendapat kalian kegiatan produksi di
Indonesia ? Apakah sudah maksimal ?
Jawaban :

24
Menurut pendapat kelompok kami belum maksimal, karena banyak
seorang produsen hanya mementingkan diri mereka sendiri tanpa
memikirkan orang lain (egois). Sebagai contoh, banyaknya keserakahan
produsen dan banyak pula pihak yang dirugikan, dalam pengambilan kayu
di hutan untuk dijadikan meja atau yang lainnya banyak yang malah
membakar hutan sampai habis tanpa memikirkan akibatnya. Contoh
lainnya seorang produsen pembuat tas kulit, mereka dengan teganya dan
serakahnya memburu dan membunuh hewan-hewan langka. Selain itu
juga, menurut apa yang kami lihat, masih sering ditemui produsen yang
tidak berlaku jujur dalam memproduksi. Misalnya saja, kaidah dalam
produksi islam salah satunya yaitu harus memproduksi sesuatu yang halal
dan dapat mendatangkan manfaat dan kemaslahatan. Tetapi pada
kenyataannya, masih sering dijumpai produsen yang memproduksi sesuatu
dengan mencampurkan hal-hal yang membahayakan konsumen. Serta
sedikit banyak produsen cenderung memikirkan “bagaimana cara untuk
mendapatkan keuntungan sebanyak-banyaknya agar tidak mengalami
kerugian”, pola pikir yang seperti itu, biasanya mendorong produsen untuk
menghalalkan segala cara demi mendapatkan keuntungan. Oleh karena itu
dalam memproduksi islam tidak menekankan pada titik untung, tetapi
berprinsiplah untuk mendapatkan sedikit keuntungan yang berkah, yang
semakin lama keuntungan itu terus bertambah dan keberkahannya
menemani kita di dunia dan akhirat.

11. ULMA ARISKIYANI (2013116321)


Pertanyaan : Apa tolak ukur produksi bisa dikatakan maksimal ?
Jawaban :
Sebuah produksi bisa dikatakan maksimal apabila telah sesuai dengan
prinsip-prinsip produksi dan telah tercapainya tujuan dari produksi tersebut.

25
12. UMMU HABIBAH (2013116048)
Pertanyaan : Coba berikan contoh kebijakan Islam dalam melakukan
produksi !
Jawaban :
Contoh kebijakan Islam dalam melakukan produksi :
1. Perusahaan tidak boleh berkaitan dengan larangan Islam.
2. Menghindari strategi pemasaran untuk menghalangi perusahaan lain.
3. Harus mengukuti peraturan yang wajar baik dalam penjualan maupun
pembelian.
4. Menahan diri untuk berpura-pura menguasai pasar.
5. Menghindari pemerasan.
6. Tidak boleh adanya diskriminasi.

26

Anda mungkin juga menyukai