Anda di halaman 1dari 12

PENDAHULUAN

Masjid merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan umat, dimana ada
umat Islam dapat dipastikan di tempat itu ada masjid sebagai tempat ibadah kaum muslimin
dalam upaya mendekatkan diri kepada Allah swt dan sebagai pusat informasi bagi jamaah.
Masjid juga menjadi tempat peningkatan kecerdasan umat baik ilmu dunia maupun ilmu
akhirat. Masjid juga merupakan pranata keagamaan yang tak terpisahkan dari kehidupan
spritual, sosial, dan kultural umat Islam. Keberadaan masjid dapat dipandang sebagai salah
satu perwujudan dari eksistensi dan aspirasi umat Islam, khususnya sebagai sarana
peribadatan yang menduduki fungsi sentral dalam kehidupan bermasyarakat.

‫يل َأ ْن‬ ِ ‫صلًّى َو َع ِه ْدنَا ِإلَى ِإب َْرا ِهي َم َوِإ ْس َم‬
َ ‫اع‬ َ ‫اس َوَأ ْمنًا َواتَّ ِخ ُذوا ِم ْن َمقَ ِام ِإب َْرا ِهي َم ُم‬
ِ َّ‫َوِإ ْذ َج َع ْلنَا ْالبَيْتَ َمثَابَةً لِلن‬
‫د‬Kِ ‫طَه َِّرا بَ ْيتِ َي لِلطَّاِئفِينَ َو ْال َعا ِكفِينَ َوالرُّ َّك ِع ال ُّسجُو‬

“Dan ingatlah ketika Kami menjadikan rumah (Ka’bah) sebagai tempat berkumpul dan
tempat yang aman bagi manusia. Dan jadikanlah maqam Ibrahim itu tempat shalat. Dan telah
Kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail, “Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orang
yang tawaf, orang yang iktikaf, orang yang rukuk dan orang yang sujud.” (Q.S. Al-Baqarah
ayat 125).

Bila mengacu pada masa Rasulullah saw dan para sahabatnya, Masjid menjadi pusat
aktivitas umat Islam. Ketika itu Rasulullah saw membina para sahabat yang nantinya menjadi
kader tangguh dan terbaik umat Islam generasi awal untuk memimpin, memelihara, dan
mewarisi ajaran-ajaran agama dan peradaban Islam yang bermula dari Masjid. Lebih dari itu,
berbagai kegiatan maupun problematika umat yang menyangkut bidang agama, ilmu
pengetahuan, politik kemasyarakatan, dan sosial budaya juga dibahas dan dipecahkan
dilembaga Masjid tersebut. Sehingga pada masa itu Masjid mampu menjadi pusat
pengembangan kebudayaan Islam, sarana diskusi kritis, mengaji, serta memperdalam ilmu-
ilmu pengetahuan agama secara khusus, dan pengetahuan umum secara luas.
SEJARAH MASJID

Masjid sudah ada sejak masa Rasulullah saw pada waktu hijrah dari Makkah ke
Madinah dengan ditemani sahabat Abu Bakar, Rasulullah saw melewati daerah yang disebut
dengan Quba, dan akhirnya di sana Beliau mendirikan Masjid pertama sejak masa
kenabiannya, yaitu masjid Quba. Sebagaimana disebutkan dalam Q.S. At-Taubah ayat 108
sebagai berikut:

ُ ‫ا َوهّٰللا‬Kۗ ْ‫ق اَ ْن تَقُوْ َم فِ ْي ۗ ِه فِ ْي ِه ِر َجا ٌل ي ُِّحبُّوْ نَ اَ ْن يَّتَطَهَّرُو‬ َ ‫اَل تَقُ ْم فِ ْي ِه اَبَد ًۗا لَ َم ْس ِج ٌد اُس‬
ُّ ‫ِّس َعلَى التَّ ْق ٰوى ِم ْن اَ َّو ِل يَوْ ٍم اَ َح‬
َ‫ي ُِحبُّ ْال ُمطَّه ِِّر ْين‬
“Janganlah kamu bersembahyang dalam masjid itu selama-lamanya. Sesungguh- nya mesjid
yang didirikan atas dasar taqwa (mesjid Quba), sejak hari pertama adalah lebih patut kamu
sholat di dalamnya. Di dalamnya mesjid itu ada orang-orang yang ingin membersihkan diri.
Dan Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bersih” (Q.S. At-Taubah ayat 108).
Masjid Quba yaitu masjid pertama yang dibina pada hari pertama Rasulullah saw tiba
di Madinah. Baginda tiba di Madinah pada hari senin dan menginap sehingga hari Jum’at dan
diikuti Masjid Nabawi bukan saja menjadi tempat umat Islam menunaikan ibadat shalat,
bahkan turut menjadi pusat perkembangan ilmu pengetahuan, pusat kemajuan ekonomi, pusat
perjumpaan komuniti dan sebagainya. Masjid Quba lebih banyak difungsikan untuk
pengajaran dan melakukan penguatan kemasyarakatan yang langsung dilakukan serta
dicontohkan oleh Nabi sendiri.
Masjid Quba dibangun dengan bentuk yang sederhana, dibuat dari pelepah-pelepah
dan daun kurma serta batu-batu bata. Masjid mempunyai ruang bersegi empat dengan dinding
sekelilingnya. Di sebelah utara dibuat serambi untuk shalat, bertiang pohon kurma, beratap
datar dari pelepah dan daun kurma bercampur tanah liat. Di tengah-tengah lapangan terbuka
dalam Masjid ada sebuah sumur tempat mengambil wudhu bagi jamaah. Dengan demikian,
sudah wajar rasanya bila Masjid Quba berbentuk yang sederhana karena menjadi awal dalam
pembuatan Masjid disaat itu.

 
FUNGSI MASJID SECARA UMUM

Masjid merupakan bangunan atau tempat yang digunakan oleh umat muslim untuk
beribadah.1 Ditegaskan oleh Nabi Muhammad SAW dalam sabdanya: “dimanapun engkau
beribadah, tempat itulah Masjid”. Penyebutan nama masjid berasal dari firman Allah SWT
yang tersebut di dalam Al Qur’an sejumlah dua puluh delapan kali, yaitu sajada-sujud, yang
memiliki arti patuh, taat, tunduk penuh hormat dan takzim. Masjid secara fisik adalah
bangunan yang merupakan tempat untuk shalat dan sujud serta ingat kepada allah SWT.

‫َّواَ َّن ْال َم ٰس ِج َد هّٰلِل ِ فَاَل تَ ْد ُعوْ ا َم َع هّٰللا ِ اَ َحد ًۖا‬

“Dan sesungguhnya masjid-masjid itu adalah untuk Allah. Maka janganlah kamu
menyembah apa pun di dalamnya selain Allah.” (Q.S. Al-Jinn ayat 18).

Masjid juga merupakan tempat yang paling banyak dikumandangkan nama Allah
melalui Azan, Qomat, Tasbih, Tahmid, Tahlil Istighfar, dan ucapan lain yang dianjurkan
dibaca di Masjid sebagai bagian dari lafaz yang berkaitan dengan pengagungan asma Allah.
Masjid  disamping sebagai tempat ibadah, tempat berdialog antara hamba dan
Khaliknya, juga berfungsi sebagai wahana yang tepat, guna bagi pembinaan manusia 
menjadi insan yang beriman bertaqwa dan beramal shalih, Masjid bukan hanya tempat shalat
dan tempat sujud semata, melainkan pula sebagai tempat kegiatan sosial dan kebudayaan
maka bangunan Mesjid harus dijaga kesuciannya. Kesucian dimaksud adalah baik secara fisik
kerapian tempat maupun persyaratan bagi setiap yang memasuki
Saat ini kita lihat Masjid bukan saja sebagai tempat shalat saja, tetapi juga tempat
memberikan pedidikan agama dan umum, rapat-rapat organisasi, dan lain-lain.
Dengan demikian Masjid yang menjadi pusat kehidupan ini mempunyai bermacam
macam fungsi sesuai dengan kebutuhan manusia yaitu:
A.    Fungsi Ibadah
Fungsi Masjid yang pertama sesuai dengan makna nya adalah tempat bersujud atau shalat.
Perkembangan selanjutnya dari shalat sesuai dengan arti ibadah itu sendiri adalah
menyangkut segala sesuatu yang sifatnya Quddus (suci).  Dengan demikian maka kegiatan
fungsi mesjid disamping fungsi ibadah yang bersifat perorangan juaga ibadah yang bersifat
kemasyarakatan. Ibadah yang bersifat perseorangan meliputi
·         I’tikaf
·         Shalat wajib dan sunat,
·         Membaca Al-Quran
·         Zikir
Adapun ibadah yang bersifat jamaah :
·         Shalat yang bersifat berjamaah (shalat wajib, jum’at, hari besar, tarawih)
B.     Fungsi Pendidikan
Masjid adalah pusat dakwah yang selalu menyelenggarakan kegiatan-kegiatan rutin seperti
pengajian, ceramah-ceramah agama dan kuliah subuh. Kegiatan semacam ini bagi para
jama’ah dianggap sangat penting karena forum inilah mereka mengadakan internalisasi
tentang nilai-nilai dan norma-norma agama yang sangat berguna untuk pedoman  hidup
ditengah-tengah masyarakat secara luas. Atau ungkapan lain bahwa melalui pengajian
sebenarnya Masjid telah melakukan fungsi sosial, Masjid sebagai tempat pendidikan
nonformal, juga berfungsi membina manusia menjadi insan beriman, bertaqwa, berilmu,
beramal shalih, berakhlak dan menjadi warga yang baik serta bertanggung jawab. Untuk
meningkatkan fungsi Masjid dibidang pendidikan ini memerlukan waktu yang lama, sebab
pendidikan adalah proses yang berlanjut dan berulang-ulang.
Karena fungsi pendidikan mempunyai peranan yang penting, untuk meningkatkan kualitas
jama’ah dan menyiapkan generasi muda untuk meneruskan serta mengembangkan ajaran
islam, maka masjid sebagai media pendidikan massa terhadp jemaahnya perlu dipelihara dan
ditingkatkan.  
C.    Fungsi Budaya atau  Kebudayan
Mesjid sebagai fungsi atau tempat kebudayaan dalam masyarakat yang sudah demikian maju,
tidak lagi mampu menampung langsung kegiatan kebudayaan. Melakukan kegiatan-kegiatan
kebudayan dapat  dilaksanakan diluar mesjid, namun tetap dilingkungan Masjid.
      Dengan demikian Masjid sebagai pusat budaya dan kebudyaan tetap dipertahankan.
Adapun kegiatan-kegiatan adalah antara lain :
1.      Menyelenggarakan musyawarah/diskusi, seminar
2.      Penyelenggarakan peringatan hari-hari besar
3.      Penyelenggaraan kesenian yang bernafaskan islam dan lain-lain
D.    Fungsi Akad Nikah

Pernikahan merupakan ibadah sakral dalam kehidupan setiap orang. Mereka selalu
menginginkan pernikahannya menjadi berkah, salah satunya dengan melangsungkan akad
nikah di masjid.

Dalam hal ini, secara tegas Rasulullah Saw. telah bersabda dalam hadis yang diriwayatkan
Sayyidah ‘Aisyah Ra.:

Kِ ُ‫اح َواجْ َعلُوهُ فِي ْال َم َسا ِج ِد َواضْ ِربُوا َعلَ ْي ِه بِال ُّدف‬
‫وف‬ َ ‫َأ ْعلِنُوا هَ َذا النِّ َك‬
“Umumkanlah akad nikah itu, lakukanlah di masjid, dan tabuhlah rebana untuknya.” (HR.
At-Thirmidzi).
FUNGSI MASJID PADA ZAMAN RASULULLAH

Dimasa itu, Rasulullah dan kaum Muhajirin dan Ansar mendirikan shalat secara
berjamaah. Rasulullah menekankan bahwa masjid merupakan tempat sembahyang yang
dikerjakan lima waktu sehari semalam, bernilai fardhu, baik secara munfarid atau berjamaah.
Bukan hanya sampai disitu, tapi juga menjadikan masjid tempat pelaksanaan shalat-shalat
sunnah.
Selanjutnya, Rasulullah dan pengikutnya menjadikan masjid untuk pelaksanaan shalat
Jum’at dan ketika ada hari-hari besar Islam maka masjid juga menjadi tempat yang pas
sebagai tempat pelaksanaan, salah satunya ialah shalat hari raya. Rasulullah juga menjadikan
masjid sebagai tempat berkumpul kaum muslim dan tempat mengumumkan hal-hal penting
yang menyangkut hidup masyarakat Muslim. Apapun itu, berkaitan dengan masyarakat dan
acara-acara besar Islam juga diumumkan agar semua orang mengetahuinya.
Masjid bukan hanya dijadikan tempat bersujud oleh Rasulullah dan umatnya, akan
tetapi fakta membuktikan bahwa masjid menjadi tempat dimana Rasulullah menyusun
pranata kehidupan sosial masyarakat. Bukan hanya hubungan dengan manusia tetapi juga
dengan Allah tentunya. Rasulullah menjadikan masjid untuk menuntut ilmu, bermusyawarah,
mengatur strategi perang, merawat korban dan menerima tamu kenegaraan.
ARSITEKTUR MASJID

Arsitektur Masjid Zaman Rasulullah


Masjid, selain sebagai bangunan sentral dalam Islam untuk beribadah, juga berperan
sebagai sebuah ruang pertemuan besar, forum politik, serta ruang pendidikan. Kebutuhan
untuk shalat berjamaah secara fisik telah terpenuhi dengan tersedianya masjid lengkap
dengan tempat beribadah dan berandanya yang beratap, tempat wudhu, mimbar, dan mihrab.
Sedangkan, kebutuhan politis terpenuhi dengan adanya gambar dan hiasan yang indah.
Arsitektur masjid menjadi refleksi hubungan antarras dan hubungan internasional
dalam sejarah perkembangan peradaban Islam ketika itu. Dapat dikatakan, arsitektur masjid
merupakan contoh yang jelas untuk melukiskan perpaduan budaya antara Islam dan daerah
sekitar tempat masjid itu berdiri. Selain dipengaruhi oleh budaya daerah setempat, arsitektur
Masjid juga dipengaruhi oleh bahan baku yang tersedia saat itu di wilayah tersebut, yaitu
batu, batu bata, ataupun tanah liat.
Masjid Nabawi di Madinah merupakan prototipe umum arsitektur Masjid-Masjid
besar pada abad pertama Islam. Arsitektur Masjid ini se derhana, hanya terdiri dari pelataran
terbuka yang dikelilingi oleh dindingdinding yang terbuat dari tanah liat yang dikeringkan.
Untuk menghalangi sinar matahari, ditambahkan atap untuk menutup seluruh ruang yang
terbuka. Atap tersebut terbuat dari batang pohon kurma yang juga dimanfaatkan sebagai tiang
penyangga.
Tak hanya itu, batang kurma juga diletakkan di atas tanah yang kemudian digunakan
Nabi Muhammad sebagai mimbar. Pada awalnya, mimbar merupakan tempat duduk yang
ditinggikan atau singgasana yang digunakan oleh penguasa dan tidak terkait dengan
peribadatan. Namun, dalam perkembangan arsitektur Islam, khususnya masjid, mimbar
dijadikan sebagai tempat untuk menyampaikan khutbah dan hal tersebut dimulai dari Masjid
Nabawi.
Tidak lama menggunakan batang pohon kurma, Nabi Muhammad kemudian
mengganti mimbar dengan sebuah podium dari kayu cedar bertangga tiga. Dari bangunan
Masjid Nabawi yang sederhana, gambaran umum arsitektur sebuah masjid terdiri dari tiga
hal, yaitu beranda atau pelataran, atap, dan mimbar.

Arsitektur Masjid Sekarang (Indonesia)


Banyak masjid yang diagungkan di Indonesia tetap mempertahankan bentuk asalnya
yang menyerupai (misalnya) candi Hindu/Buddha bahkan pagoda Asia Timur, atau juga
menggunakan konstruksi dan ornamentasi bangunan khas daerah tempat masjid berada.
Pada perkembangan selanjutnya arsitektur mesjid lebih banyak mengadopsi bentuk
dari Timur Tengah, seperti atap kubah bawang dan ornamen, yang diperkenalkan Pemerintah
Hindia Belanda pada masa penjajahan.
Ditinjau dari masa pembangunannya, masjid sangat dipengaruhi pada budaya yang
masuk pada daerah itu. Antar daerah satu dengan yang lain biasanya juga terdapat perbedaan
bentuk. Hal ini juga dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dan budaya setempat. Misalnya
masjid di pulau Jawa, memiliki bentuk yang hampir sama dengan candi Hindu – Budha. Hal
ini karena terjadi akulturasi budaya antara budaya setempat dengan budaya luar.
Wujud akulturasi dari masjid kuno di Indonesia memiliki ciri sebagai berikut:
 Atapnya berbentuk tumpang yaitu atap yang bersusun semakin ke atas semakin kecil dari
tingkatan paling atas berbentuk limas. Jumlah atapnya ganjil 1, 3 atau 5.
 Tidak dilengkapi dengan menara, seperti lazimnya bangunan masjid yang ada di luar
Indonesia atau yang ada sekarang, tetapi dilengkapi dengan kentongan atau bedug untuk
menyerukan adzan atau panggilan sholat. Bedug dan kentongan merupakan budaya asli
Indonesia.
 Letak masjid biasanya dekat dengan istana yaitu sebelah barat alun-alun atau bahkan
didirikan dekat dengan makam.
ADAB KETIKA BERADA DIMASJID

Masjid adalah tempat suci bagi umat islam. Bagaimana tidak, masjid adalah tempat umat
islam untuk melakukan ibadah kepada Allah SWT. Sehingga, masjid harus selalu bersih dan
terjaga. Bukan hanya kondisi masjid yang selalu terjaga, tentu kita sebagai penggunanya pun
harus menjaga sikap dan etika ketika berada di dalam masjid. Kita tidak diperkenankan
melakukan tindakan sembarangan, apalagi sampai mengganggu ibadah oranglain saat berada
di dalam masjid. Mengenai hal itu, Nabi SAW telah menyampaikan adab-adab atau etika
ketika seorang muslim berada di dalam masjid. Adapun adab-adab saat berada di masjid
sebagai berikut:

1. Berdoa saat pergi ke masjid


Hadist Ibnu Abbas menyebutkan, “Adalah Rasulullah apabila ia keluar (rumah) pergi
shalat (di masjid) berdoa, ‘Ya Allah, jadikanlah cahaya di dalam hatiku, dan cahaya pada
lisanku, dan jadikanlah cahaya pada pendengaranku, dan jadikanlah cahaya dari
belakangku, dan cahaya dari depanku, dan jadikanlah cahaya dari atasku dan cahaya
dari bawahku. Ya Allah, anugerahilah aku cahaya dari bawahku. Ya Allah anugerahilah
aku cahaya’,” (Muttafaq’alaih)

2. Berjalan menuju masjid untuk shalat dengan tenang dan khidmat


Rasulullah bersabda, “Apabila shalat telah diqamatkan, maka janganlah kamu datang
menujunya dengan berlari, tetapi datanglah kepadanya dengan berjalan dan
memperhatikan ketenangan. Maka apa (bagian shalat) yang kamu dapati ikutilah dan
yang tertinggal sempurnakanlah,” (Muttafaq’alaih)

3. Berdoa ketika masuk dan keluar masjid


Disunnahkan bagi orang yang masuk masjid mendahulukan kaki kanan, kemudian
bersholawat kepada Nabi lalu mengucapkan “Ya Allah, bukakanlah bagiku pintu-pintu
rahmatmu.”

4. Disunnahkan melakukan shalat Tahiyatul Masjid bila telah masuk masjid


Rasulullah bersabda, “Apabila seseorang di antara kamu masuk masjid, hendaklah shalat
dua rakaat sebelum duduk,” (Muttafaq’alaih)

5. Dilarang berjual-beli dan mengumumkan barang hilang di dalam masjid


Berdasarkan sabda Rasulullah, “Apabila kamu melihat orang yang menjual atau membeli
sesuatu di dalam masjid, maka doakanlah, ‘Semoga Allah tidak memberi keuntungan
bagimu’. Dan apabila kamu melihat orang yang mengumumkan barang hilang, maka
doakanlah, ‘Semoga Allah tidak mengembalikan barangmu yang hilang’,” (HR At-
Turmudzi dan dishahihkan oleh Al-Albani)

6. Dilarang masuk ke masjid bagi orang makan bawang putih, bawang merah, atau orang
yang badannya tidak sedap
Rasulullah bersabda, “Barang siapa yag memakan bawang putih, bawang merah, atau
bawang daun, maka jangan sekali-kali mendekat ke masjid kami ini, karena malaikat
merasa terganggu dari apa yang dengannya manusia terganggu,” (HR Muslim)
7. Dilarang keluar dari masjid sesudah adzan
Rasulullah bersabda, “Apabila muadzin telah adzan, maka jangan ada seorang pun yang
keluar sebelum shalat,” (HR Al Baihaqi dan dishahihkan oleh Al-Albani)

8. Tidak lewat di depan orang yang sedang shalat


Dan disunnatkan bagi orang yang shalat menaruh batas di depannya. Rasulullah
bersabda, “Kalau sekiranya orang yang lewat di depan orang yang sedang shalat itu
mengetahui dosa perbuatannya, niscaya ia berdiri dari jarak empat puluh itu lebih baik
daripada lewat di depannya,” (Muttafaq’alaih)

9. Tidak menjadikan masjid sebagai jalan (masuk masjid hanya lewat tanpa shalat)
Rasulullah bersabda, “Janganlah kamu menjadikan masjid sebagai jalan, kecuali (sebagai
tempat) untuk berdzikir dan shalat,” (HR At Tabrani, dinilai hasan oleh Al Albani)

10. Tidak menyaringkan suara di dalam masjid dan tidak mengganggu orang yang sedang
shalat
Di dalam masjid tidak boleh bersuara keras, karena dapat mengganggu kekhusyukan
ibadah orang lain. Begitu pula dengan mengaktifkan handphone di saat shalat.

11. Hendaknya wanita tidak memakai parfum atau berhias bila akan pergi ke masjid
Rasulullah bersabda, “Apabila salah seorang di antara kamu (kaum wanita) ingin shalat
di masjid, maka janganlah menyentuh parfum,” (HR Muslim)

12. Orang yang junub, wanita haid atau nifas tidak boleh masuk masjid
Allah berfirman, “(Dan jangan pula menghampiri masjid), sedang kamu dalam keadaan
junub, kecuali sekedar berlalu saja, hingga kamu mandi,” (QS An Nisa: 43)
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai