Anda di halaman 1dari 12

UJIAN TENGAH SEMESTER

ARSITEKTUR ISLAM

NAMA DOSEN :

Alfan, S.T, M.T

DISUSUN OLEH :

Ajira Miazawa (2123201042)

UNIVERSITAS LANCANG KUNING

FAKULTAS TEKNIK

PRODI ARSITEKTUR

2022/2023
1. Apa yang dimaksud dengan “Mesjid” sesuai hadist
Jawaban : masjid (‫ ) َم ْس ِجد‬adalah tempat yang dipakai untuk bersujud.
Kemudian maknanya meluas menjadi bangunan khusus yang dijadikan orang-
orang untuk tempat berkumpul menunaikan shalat berjama’ah. Az-Zarkasyi
berkata, “Manakala sujud adalah perbuatan yang paling mulia dalam shalat,
disebabkan kedekatan hamba Allah kepada-Nya di dalam sujud, maka tempat
melaksanakan shalat diambil dari kata sujud (yakni masjad = tempat sujud).
Mereka tidak menyebutnya ‫( َم ْركَع‬tempat ruku’) atau yang lainnya. Kemudian
perkembangan berikutnya lafazh masjad berubah menjadi masjid, yang secara
istilah berarti bengunan khusus yang disediakan untuk shalat lima waktu.
Berbeda dengan tempat yang digunakan untuk shalat ‘Id atau sejenisnya (seperti
َ ‫( اَ ْل ُم‬mushallaa = lapangan terbuka yang
shalat Istisqa’) yang dinamakan ‫صلَّى‬
digunakan untuk shalat ‘Id atau sejenisnya). Hukum-hukum bagi masjid tidak
dapat diterapkan pada mushalla.

Istilah masjid menurut syara’ adalah tempat yang disediakan untuk shalat di
dalamnya dan sifatnya tetap, bukan untuk sementara.

Pada dasarnya, istilah masjid menurut syara adalah setiap tempat di bumi yang
digunakan untuk bersujud karena Allah di tempat itu. Ini berdasarkan hadits Jabir
Radhiyallahu anhu dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda.

َّ ‫ فَأَيُّ َما َر ُجل ِم ْن أ ُ َّمتِ ْي أَد َْر َكتْهُ ال‬،‫ط ُه ْو ًرا‬


‫ فَ ْليُص َِل‬،ُ‫صالَة‬ َ ‫ًاو‬
َ ‫س ِجد‬ ُ ‫ي اْأل َ ْر‬
ْ ‫ض َم‬ َ ‫َو ُج ِعلَتْ ِل‬

..Dan bumi ini dijadikan bagiku sebagai tempat shalat serta sarana bersuci
(tayammum). Maka siapa pun dari umatku yang datang waktu shalat (di suatu
tempat), maka hendaklah ia shalat (di sana).
ni adalah kekhususan Nabi kita Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan ummatnya.
Sementara para Nabi sebelum beliau hanya diperbolehkan shalat di tempat
tertentu saja, seperti sinagog dan gereja.
Dari Abu Dzar Radhiyallahu anhu dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam beliau
bersabda

َّ ‫َواَ ْينَ َماأَد َْر َكتْكَ ال‬


ْ ‫ فَ ُه َو َم‬،‫صالَةُ فَص َِل‬
‫س ِجد‬

Dan di tempat mana saja waktu shalat tiba kepadamu, maka shalatlah, karena
tempat itu adalah masjid.

2. Kenapa kita membutuhkan bangunan masjid juga, silahkkan


jelaskan
Jawaban : Masjid adalah rumah Allah, tempat ibadah umat muslim. Dengan
adanya masjid, umat Islam bisa berkumpul untuk melaksanakan sholat
berjamaah. Masjid juga dapat dimanfaatkan sebagai tempat untuk melakukan
kegiatan sosial dalam ajaran Islam.

Dikutip dari buku Reuni Ahli Surga: Sejumlah Amalan Penting Penghuni Surga
Saat di Dunia oleh Ahmad Abi Al-Musabbih disebutkan bahwa embangun masjid
merupakan suatu amalan yang dapat menjadi penyebab seseorang masuk
surga.

Sesuai dengan firman Allah SWT dalam Al-Qur'an surat Al-Baqarah: 245:

ُ ‫ض َويَب‬
ُ ‫ْص‬
َ‫ط َو ِإلَ ْي ِه ت ُ ْر َجعُون‬ ُ ‫ٱّللُ يَ ْق ِب‬ َ ِ‫ضعَافًا َكث‬
َّ ‫يرةً َو‬ َ َٰ ُ‫سنًا فَي‬
ْ َ ‫ض ِعفَهُۥ لَهُۥٓ أ‬ َ ‫ٱّلل قَ ْرضًا َح‬ ُ ‫َّمن ذَا ٱلَّذِى يُ ْق ِر‬
َ َّ ‫ض‬

Arab-Latin: Man żallażī yuqriḍullāha qarḍan ḥasanan fa yuḍā'ifahụ lahū aḍ'āfang


kaṡīrah, wallāhu yaqbiḍu wa yabṣuṭu wa ilaihi turja'ụn

Artinya: Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang
baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan meperlipat
gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah
menyempitkan dan melapangkan (rezeki) dan kepada-Nya-lah kamu
dikembalikan.

Ayat di atas menggambarkan bahwa berniaga dengan Allah SWT melalui


sedekah membangun masjid akan dibalas dengan pahala yang berlipat ganda.
Tentunya hal ini harus diiringi dengan niat yang tulus semata-mata hanya
mengharapkan kebaikan dari Allah SWT.

masjid memiliki fungsi lainnya yang berperan penting dalam perkembangan umat
muslim. Adapun beberapa fungsi masjid di antaranya sebagai berikut:

1. Sebagai Tempat Ibadah

Fungsi masjid yang paling utama ialah sebagai tempat ibadah, khususnya shalat.
Masjid difungsikan sebagai sarana bagi umat muslim untuk melaksanakan
shalat, baik shalat fardhu maupun shalat sunnah. Hal ini sebagaimana yang
tertuang di dalam salah satu surah Alquran, Allah berfirman yang artinya:

“Dan sesungguhnya masjid-masjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah


kamu menyembah seseorang pun di dalamnya di samping (menyembah) Allah.”
(QS Al-Jin: 72)

2. Sebagai Pusat Pendidikan

Selain sebagai tempat untuk shalat, masjid juga berfungsi sebagai tempat
kegiatan proses belajar mengajar dalam memperdalam ilmu agama Islam. Di
mana setiap muslim berhak untuk memberikan atau mendapatkan ilmu melalui
kajian-kajian agama yang diadakan di masjid.

Sebagai masyarakat majemuk, sudah seharusnya masjid juga senantiasa


digunakan untuk menyebarkan dakwah yang menyejukkan dalam praktik
kehidupan sehari-hari.
3. Sebagai Tempat Musyawarah

Fungsi masjid berikutnya yang tidak kalah penting ialah sebagai tempat
musyawarah. Dalam perkembangan umat muslim saat ini, kita tahu banyak
masjid yang telah digunakan umat muslim untuk membahas berbagai persoalan
ke-umat-an. Misalnya di Palestina, di mana masjid berfungsi sebagai tempat
perjuangan pembebasan dan tempat merumuskan gerakan.

Di Indonesia sendiri, beberapa masjid juga telah difungsikan sebagai ruang


terbuka untuk membahas persoalan kehidupan sehari-hari. Masjid hadir sebagai
jembatan yang menghubungkan antara umat manusia dengan Allah dan
manusia dengan manusia.

4. Sebagai Tempat Akad Nikah

Selain sebagai pusat musyawarah, fungsi masjid yang kerap digunakan oleh
umat muslim berikutnya ialah sebagai tempat nikah.

Seperti yang sudah kita ketahui bersama, banyak masjid yang dipilih oleh
pasangan untuk melaksanakan akad nikah. Tentunya hal ini karena masjid
merupakan salah satu tempat yang dijaga kesuciannya.

5. Sebagai Tempat Perlindungan

Fungsi masjid lainnya yaitu sebagai tempat berlindung. Ketika terjadi bencana atau
musibah, masjid menjadi salah satu tempat yang paling banyak digunakan sebagai
tempat perlindungan. Pasalnya, setiap muslim akan merasa aman dan tentram ketika
berada di dalam masjid.

3. Silahkan dijelaskan sejarah kiblat Umat Muslim yang ajarannya


disempurnakan Nabi Muhammad SAW.

Jawaban :

Kiblat di Awal Kemunculan Islam


Sejarah kiblat umat islam memiliki arti arah pertemuan dan berhubungan dengan
tempat bersejarah islam. Pada awal kemunculan Islam, umat muslim bebas
menghadap sejarah kiblat umat islam ke mana saja untuk melaksanakan shalat.
Hal itu berdasarkan firman Allah SWT di Alquran dalam surat Al Baqarah ayat
115. “Dan milik Allah timur dan barat. Ke manapun kamu menghadap, di
sanalah wajah Allah. Sungguh Allah Maha Luas, Maha Mengetahui“

Setelah Nabi Muhammad SAW hijrah dari Mekah ke Madinah, posisi sejarah
kiblat umat islam berubah ke arah Baitul Maqdis (Masjidil Aqsa) di Yerusalem
yang berhubungan dengan jenis tempat yang sah untuk melakukan shalat.
Dalam buku ‘Di Tengah Pusaran Ka’bah’ yang ditulis Akhmad Siddiq Thabrani
dijelaskan umat muslim menghadapi tantangan soal sejarah kiblat umat islam
saat berada di Madinah.

Di wilayah itu, kaum muslim hidup berdampingan dengan pemeluk agama


Yahudi dan Kristiani. Saat itu, kaum Yahudi juga menjadikan Baitul Maqdis
sebagai sejarah kiblat umat islam mereka. Pada satu sisi, kaum Yahudi merasa
senang karena mereka mendapat dukungan dan pembenaran dari muslim.

Namun di sisi lain, perubahan arah sejarah kiblat umat islam banyak tidak
disukai orang muslim meskipun pada akhirnya mereka tetap melakukan karena
hal itu adalah perintah Allah agar mendapat pahala yang paling besar dalam
islam. Kondisi tersebut terjadi selama 16 hingga 17 bulan. Kaum muslim yang
berada di Madinah rindu akan tanah kelahiran mereka di Mekah. Begitupun
kerinduan terhadap Kakbah.

Melalui Firman dalam Alquran Surat Al-Baqarah Ayat 144:

Di tengah kerinduan dan kegalauan kaumnya akan arah sejarah kiblat umat
islam dan berhubungan dengan hukum tidur menghadap kiblat dalam islam,
Rasulullah berdoa kepada Allah sejarah kiblat umat islam dapat berubah ke
Kakbah yang menjadi sejarah kiblat umat islam Nabi Ibrahim. Allah mengabulkan
doa Rasulullah SAW melalui firman dalam Alquran surat Al-Baqarah ayat 144.
“Kami melihat wajahmu (Muhammad) sering menengadah ke langit, maka
akan Kami palingkan engkau ke sejarah kiblat umat islam yang engkau
senangi. Maka hadapkanlah wajahmu ke arah Majsjid al-Haram. Dan di
mana saja engkau berada, hadapkanlah wajahmu ke arah itu. Dan
sesungguhnya orang-orang yang diberi Kitab (Taurat dan Injil) tahu, bahwa
(pemindahan sejarah kiblat umat islam) itu adalah kebenaran dari Tuhan
mereka. Dan Allah tidak lengah terhadap apa yang mereka kerjakan“

Saat menerima perintah itu, Rasulullah tengah mengerjakan shalat Dhuhur pada
dua rakaat di masjid Bani Salamah. Begitu masuk rakaat ketiga dan keempat,
arah sejarah kiblat umat islam berubah dengan menghadap Kakbah. Dari
peristiwa itulah kini masjid tempat Rasulullah shalat tersebut dikenal dengan
masjid Qiblatain (dua sejarah kiblat umat islam).

Hubungan dengan Kota Yerusalem

Kota Yerusalem yang ditemukan tahun 4.000 Sebelum Masehi (SM) merupakan
daerah yang sangat penting bagi tiga agama Abrahamik, Islam, Kristen dan
Yahudi. Di Kota Lama Yerusalem inilah terdapat satu wilayah yang dikenal
dengan nama Temple Mount atau Haram al-Sharif (Tanah/Bukit Suci) yang
kemudian menjadi area tempat berdirinya Masjid Al-Aqsa dan Kubah Shakhrah.

Bukit Suci ini memiliki luas sekitar 35 hektar dan dikelilingi oleh tembok
berbentuk persegi panjang di bagian timur wilayah Kota Lama Yerusalem yang
termasuk kawasan Yerusalem Timur. Karena memiliki nilai yang sangat penting
bagi agama Abrahamik, tak pelak wilayah ini menjadi wilayah yang paling
diperebutkan. Wilayah ini juga dikenal oleh kaum Yahudi dengan nama Har
haBáyit.
Jauh sebelum masjid Al-Aqsa dan Kubah Shakhrah dibangun di wilayah
Yerusalem, tepatnya pada 1000 SM, Raja Daud (Nabi Daud A.S) menaklukkan
kota Yerusalem dari kekuasaan orang-orang Yebus. Setelah penaklukkan, Raja
Daud menjadikan kota Yerusalem ini sebagai ibu kota dari Kerajaan Israel.
Ketika Raja Daud wafat pada 970 SM, anaknya Salomo (Nabi Sulaiman A.S)
meneruskan tahtanya.

Raja Salomo membangun Bait Suci Pertama (sebelumnya dikenal dengan Bait
Solomo) di area Bukit Suci, tepatnya pada tahun 968 SM. Bait Suci Pertama ini
terus berdiri kokoh selama 375 tahun. Kemudian, pada tahun 586 SM, Bait Suci
Pertama ini dihancurkan oleh pasukan Babilonia.

Konstruksi Bait Suci Kedua mulai dilakukan oleh Raja Cyrus sekitar tahun 538
SM. Proses rekonstruksi Bait Suci Kedua ini memakan cukup banyak waktu dan
baru selesai pada tahun 516 SM. Lalu, sekitar tahun 19 SM, Raja Herodes
(Herod the Great) melakukan ekspansi besar-besaran. Kala itu, Raja Herodes
memerintahkan para tukang batu untuk memotong permukaan batu di sisi timur
dan selatan bukit, lalu melapisinya dengan platform buatan dan melakukan
rekonstruksi kembali Bait Suci Kedua.

Akan tetapi, terjadi perang pertama yang melibatkan kaum Yahudi dan bangsa
Romawi. Usai pemberontakan besar orang Yahudi terhadap pemerintahan
Romawi di provinsi Iudaea, Bait Suci Kedua ini kemudian dihancurkan oleh
tentara Romawi yang dipimpin Jendral Titus yang merupakan anak dari Kaisar
Vespasian pada 70 M.

Pada tahun 530-an M, Kaisar Yustinianus membangun sebuah gereja di situs


bekas Bait Suci ini. Gereja Kristen yang dinamai Church of Our Lady ini sengaja
dibangun oleh Kaisar Yustinianus sebagai persembahan untuk Bunda Maria.
Kemudian, di awal abad ke-7, Kaisar Sassania Khosrau II menghancurkan
gereja ini dan hanya menyisakan reruntuhannya.

Didirikannya Masjid Al Aqsa


Tidak diketahui secara pasti, kapan Masjid Al-Aqsa didirikan di wilayah Bukit
Suci ini. Mulanya, Masjid Al-Aqsa merupakan sebuah masjid kecil yang dibangun
oleh Umar bin Khattab. Kemudian, masjid kecil ini dirombak dan dibesarkan
bangunannya pada masa pemerintahan Bani Umayyah yang kala itu dipimpin
oleh Abd al-Malik. Proses rekonstruksi ini baru selesai di masa pemerintahan al-
Walid yang merupakan anak dari Abd al-Malik.

Dalam ajaran Islam, dijelaskan bahwa Masjid Al-Aqsa ini merupakan salah satu
destinasi dalam perjalanan Isra Mi’raj Nabi Muhammad SAW. Dari Masjid Al-
Aqsa ini, Malaikat Jibril mengantar Nabi Muhammad SAW untuk melakukan
perjalanan ke surga. Di dalam perjalanan ini, Rasulullah bertemu beberapa nabi
pendahulunya dan pada akhirnya menerima perintah shalat lima waktu.

Masjid Al-Aqsa ini juga merupakan sejarah kiblat umat islam pertama untuk
menunaikan shalat selama 16-17 bulan setelah perpindahan ke Madinah di
tahun 624. Akan tetapi, setelah Rasulullah menerima petunjuk pada saat sedang
melaksanakan shalat, Rasulullah mengubah arah sejarah kiblat umat islam ini
menjadi menghadap Ka’bah.

Karena inilah, Bukit suci dianggap menjadi tanah suci ketiga bagi umat Muslim.
Meskipun dalam Al-Qur’an sendiri tidak disebutkan kota Yerusalem secara
gamblang, kota Yerusalem tempat Bukit Suci ini berada kerap disebut dalam
hadist-hadist Rasulullah SAW. Beberapa akademisi juga menghubungkan
kesucian Yerusalem ini dengan perkembangan dan perluasan dari suatu gaya
sastra yang dikenal sebagai Al-Fadhail atau Sejarah Kota. Fadhail Yerusalem ini
kemudian menginspirasi para Muslim, khususnya pada periode Bani Umayyah,
untuk memperindah kesucian kota tersebut.

Berhubungan dengan Kewajiban Shalat Lima Waktu

Sejarah mencatat bahwa shalat lima waktu yang pertama kali diwajibkan pada
Nabi dan beberapa sahabatnya yang sudah memeluk Islam itu diwajibkan pada
tahun 11 kenabian Muhammad Saw. Pada waktu itu, shalat yang pertama kali
dikerjakan Nabi adalah Dhuhur.
Sementara itu, wudhu sendiri diwajibkan sebelum kewajiban shalat lima waktu,
bahkan jauh sebelum shalat lima waktu. Namun ada riwayat yang mengatakan
bahwa wudhu disyariatkan pada tahun 10 kenabian.

Saat itu, kakbah merupakan sejarah kiblat umat islam untuk shalat. Sekitar tahun
14 kenabian, Nabi Muhammad Saw. hijrah ke Madinah yang waktu itu masih
bernama Yatsrib. Artinya, tahun 14 kenabian ini berepatan dengan awal hijrah
Nabi. Pada bulan Rajab tahun ke-2 hijriah, barulah Nabi dan umat Muslim
mengalihkan sejarah kiblat umat islam shalat ke arah Baitul Maqdis selama 16
bulan.

Harapannya, umat Yahudi mau terketuk untuk memeluk Islam, karena umat
Islam sendiri mengikuti sejarah kiblat umat islam mereka. Peralihan sejarah
kiblat umat islam ke arah Baitul Maqdis itu, menurut Imam Thabari, merupakan
wahyu langsung dari Allah, dan Nabi dibebaskan untuk memilih sejarah kiblat
umat islam antara Kakbah atau Baitul Maqdis.

Akhirnya Nabi memilih Baitul Maqdis dengan alasan yang tadi disebutkan. Umat
Yahudi sendiri, menurut Ibnu Asyur, sebenarnya tidak diwajibkan menghadap
Baitul Maqdis, berbeda dengan umat Islam yang mana menghadap sejarah kiblat
umat islam merupakan syarat sahnya shalat.

Karena umat Yahudi selalu mencemooh umat Islam pada waktu itu dengan
berkata, “Loh kok katanya umat Islam itu memiliki ajarannya sendiri yang
berebeda dengan agama kita umat Yahudi, tapi kenapa mereka shalatnya
menghadap Baitul Maqdis?” Tidak rela umat Islam dicemoohkan demikian,
akhirnya Allah menurunkan wahyu pada Nabi yang memerintahkan untuk
menghadap Masjidil Haram kembali.
4. Sebutkan ayat dan terjemahan tentang perubahan arah kiblat
Jawaban : Surat Al-Baqarah, Ayat 144

‫ْث َما كُنت ُ ْم‬ُ ‫س ِج ِد ٱ ْلح ََر ِام َو َحي‬ َ َ‫ض َٰىهَا فَ َو ِل َوجْ َهك‬
ْ ‫ش ْط َر ٱ ْل َم‬ َ ‫س َما ِٓء ۖ فَلَنُ َو ِليَنَّكَ قِ ْبلَةً ت َ ْر‬
َّ ‫ب َوجْ ِهكَ فِى ٱل‬َ ُّ‫قَ ْد نَ َر َٰى تَقَل‬
َ ‫ٱّللُ بِ َٰغَ ِفل‬
َ‫ع َّما يَ ْع َملُون‬ َّ ‫ق ِمن َّربِ ِه ْم َو َما‬ َ َ ‫ش ْط َرهُۥ َوإِنَّ ٱلَّذِينَ أُوتُوا ٱ ْل ِك َٰت‬
ُّ ‫ب لَيَ ْعلَ ُمونَ أَنَّهُ ٱ ْل َح‬ َ ‫فَ َولُّوا ُو ُجو َه ُك ْم‬

Arab latin: Qad narā taqalluba waj-hika fis-samā`, fa lanuwalliyannaka qiblatan


tarḍāhā fa walli waj-haka syaṭral-masjidil-ḥarām, wa ḥaiṡu mā kuntum fa wallụ
wujụhakum syaṭrah, wa innallażīna ụtul-kitāba laya'lamụna annahul-ḥaqqu mir
rabbihim, wa mallāhu bigāfilin 'ammā ya'malụn

Artinya: Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka


sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah
mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan dimana saja kamu berada, palingkanlah
mukamu ke arahnya. Dan sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani)
yang diberi Al Kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa berpaling ke
Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidak lengah
dari apa yang mereka kerjakan.

5. Banyak bangunan gereja kemudian berubah fungsi menjadi


masjid. Ketika akan fungsikan menjadi masjid, apa yang harus
dilakukan.

Jawaban : Menurut Syaikh Muhammad bin Shalih al-Munajjid, hukum


mengubah tempat ibadah-non muslim adalah diperbolehkan.
Apabila ada sebuah tempat yang ingin diubah menjadi masjid, tempat tersebut
pun akan memiliki hukum masjid.
Barang siapa yang melaksanakan salat di dalamnya, pahalanya pun sempurna
tidak berkurang.
Tempat tersebut juga sah-sah saja diubah menjadi masjid walaupun sejak
pertama dibangun tidak disyaratkan sebagai masjid.
Merujuk pada sejarah, umat Islam telah mengubah banyak tempat syirik di
negara-negara yang ditaklukkan menjadi masjid.
‫سلَّ َم أ َ َم َر ُه أَ ْن‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َللا‬ َّ ‫ أَنَّ النَّ ِب‬: ُ‫اص َرضي للاُ ع ْنه‬
َ ‫ي‬ ِ ‫عثْ َمانَ ب ِْن أ َ ِبي ا ْل َع‬
ُ ‫( ع َْن‬450) ‫روى أبو داود‬
َ ُ
‫س ِج َد الطائ َحيْث كَانَ ط َوا ِغيت ُ ُه ْم‬ َّ ْ ‫ يَجْ عَ َل َم‬.

Abu Dawud meriwayatkan dalam hadis nomor 450 dari Utsman bin Abdul
Ash radiallahu anhu, sesungguhnya Nabi Muhammad saw. memerintahkan
dijadikan Masjid Thaif yang dulunya merupakan tempat thagut (sesembahan)
mereka.
Asy-Syaukani rahimahullah berkomentar, “Para perawi sanadnya tsiqah (kuat).”
(al-Albani melemahkannya dalam kitab ‘Dha’if Abu Dawud)
Lalu dalam kitab Aunul Ma’bud dikatakan: “Hadis tersebut menunjukkan
dibolehkan menjadikan gereja, synagogue, dan tempat-tempat patung untuk
masjid. Begitu juga tindakan kebanyakan sahabat ketika menaklukkan suatu
negara, mereka menjadikan tempat ibadah orang kafir menjadi tempat ibadah
bagi umat Islam dan mengubah mihrab (tempat imamnya.”
Pada dasarnya, hukum mengubah gereja menjadi masjid dalam Islam
diperbolehkan dan lebih utama lagi jika mengubah rumah menjadi masjid.

• apa saja yang diperlukan ketika gereja berubah fungsi menjadi


mesjid?

Dari segi bentuk bangunan ada bagian yang harus di hilangkan seperti beberapa
patung yang ada di gereja dan gambar gambar yang mengandung unsur kristiani
dalam bangunan tersebut. Dan jika ada beberapa bagian bangunan yang rusak
atau mengandung unsur kristiani harus direnovasi atau perubahan bentuk.
Dalam perubahan gereja menjadi mesjid harus di tentukan lagi bagian tempat
sholat nya, mihrab (tanda arah kiblat), mimbar (tempat duduk untuk memberikan
ceramah), serambi dan tempat wudhu nya.

Anda mungkin juga menyukai