Anda di halaman 1dari 14

“MASJID SEBAGAI PUSAT SOSIAL KEAGAMAAN”

1. FUNGSI MASJID

Masjid adalah tempat ibadah umat Islam yang memiliki banyak fungsi. Bukan hanya
sekedar menjadi tempat ibadah sebagai keutamaan membangun masjid dalam Islam, tapi juga
bebera pa fungsi lain yang membuat bangunan ini menjadi begitu istimewa. Berikut
adalah beberapa fungsi masjid dalam Islam:

 Tempat shalat

Fungsi utama masjid memang sebagai tempat ibadah. Disinilah tempat umat Islam
melaksanakan shalat, baik shalat wajib atau shalat fardhu serta shalat Sunnah. Kata
masjid sendiri berasal dari bahasa Arab “sajada, yasjudu, sujûdan”, yang berarti “sujud.”
Allah berfirman dalam al-Quran surat al-Jin (72): 18 : “Dan sesungguhnya masjid-masjid
itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu menyembah seseorang pun di
dalamnya di samping (menyembah) Allah.”

 Tempat ibadah lainnya

Allah berfirman dalam surat an-Nur (24): 36-37, yang artinya:


“Bertasbih kepada Allah dimasjid-masjid yang telah diperintahkan untuk dimuliakan dan
disebut nama-Nya di dalamnya, pada waktu pagi dan waktu petang. Laki-laki yang tidak
dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingat Allah, dan (dari)
membayarkan zakat.

 Tempat pendidikan

Masjid bukan hanya sekedar tempat melaksanakan ibadah, tapi juga sebagai tempat
penyebaran pendidikan atau ilmu. Di masjid, banyak dilakukan kegiatan menambah ilmu
seperti dakwah atau pengajian.

 Tempat musyawarah

Masjid merupakan tempat yang penuh dengan ketenangan sehingga sangat cocok
dijadikan sebagai tempat musyawarah. Umat Islam bisa melakukan musyawarah di
masjid tentang berbagai perkara dengan lebih tenang karena masjid jauh dari setan yang
dapat menimbulkan gangguan saat bermusyawarah.

 Tempat pengadilan
Masjid yang jauh dari setan merupakan tempat yang tepat untuk mengadakan
pengadilan dalam berbagai perkara. Di dalam masjid, masyarakat dapat mengambil
keputusan dengan lebih tenang.

 Tempat penyambutan utusan

Di jaman Rasulullah, masjid juga menjadi tempat menyambut utusan. Salah satunya
adalah ketika Rasulullah menyambut utusan dari Nasrani Najran. Ketika itu, jumlah
rombongan adalah 60 orang dengan 14 pembesar Nasrani di dalamnya. Mereka
dipersilakan masuk ke dalam masjid dengan menggunakan jubah kenasranian mereka
dan berdialog dengan Rasul mengenai Nabi Isa as.

 Tempat penjagaan dan kehidupan sosial

Dari Utsman bin Yaman, ia berkata, “Ketika para Muhajirin membanjiri kota Madinah
tanpa memiliki rumah dan tempat tinggal, maka Rasulullah SAW menempatkan mereka
di masjid dan beliau menamai mereka dengan Ashabush Shuffah. Beliau juga duduk
bersama mereka dengan sikap yang sangat ramah”. (HR. Baihaqi)

 Tempat akad nikah

Sebagaimana kita ketahui bahwa masjid juga sering digunakan sebagai tempat
pelaksanaan akad nikah. Banyak pasangan yang memilih untuk melakukan akad nikah
di masjid karena kesucian tempat ini.

Aisyah RA berkata, bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Beritakanlah pernikahan ini dan
selenggarakanlah ia di dalam masjid, lalu pukullah rebana-rebana”. (HR. Tirmidzi, Al
Misykah, juz. II, no. 3152)

 Tempat latihan perang

Dari Aisyah RA, ia berkata: “Aku melihat Nabi SAW menghalangi (pandangan)ku dengan
serbannya, padahal aku sedang memperhatikan orang-orang Habsyi yang sedang
bermain-main di masjid, sehingga aku keluar (hendak melihat mereka lagi). Aku
perkirakan masih suka bermain.” (Shahih Bukhari dengan syarah Ibnu Hajar, juz IX, no.
5236). Ibnu Hajar Al Asqalani mengomentari hadits tersebut bahwa yang dimaksud
bermain-main di dalam hadits itu adalah “latihan perang”, bukan semata-mata bermain.
Tetapi di dalamnya adalah melatih keberanian di medan-medan pertempuran dan
keberanian menghadapi musuh”.
Sementara itu Ibnu Mahlab berkata, “Masjid merupakan tempat untuk memberi rasa
aman kepada kaum muslimin. Perbuatan apa saja yang membuahkan kemanfaatan bagi
agama dan bagi keluarganya boleh dilakukan di masjid. (Fathul Bari, Ibnu Hajar, juz. II,
hlm. 96).

 Tempat pengobatan

Aisyah RA berkata, “Pada hari terjadinya perang Khandaq, Sa’ad bin Mu’adz mengalami
luka-luka karena dipanah oleh seseorang dari kafir Quraisy. Kata Khabban bin Araqah,
orang itu memanah Sa’ad pada bagian lehernya. Maka, Nabi SAW membuatkan tenda di
masjid agar beliau bisa pulang (istirahat) dari jarak yang dekat.”

 Tempat perlindungan

Masjid juga menjadi tempat paling baik untuk berlindung, baik dari bencana maupun
serangan. Ketika musibah datang, masjid yang bangunannya lebih kokoh dibandingkan
bangunan lain menjadi tempat perlindungan yang paling aman. Masjid juga akan selalu
dilindungi oleh Allah SWT.

 Tempat pembelaan agama

Masjid adalah wadah umat Islam dimana di dalamnya berisikan orang-orang yang akan
selalu membela agama Allah. Masjid menjadi tempat pusat penyebaran agama Islam
yang tidak akan pernah sepi.

Itulah 12 fungsi masjid dalam Islam. Diriwayatkan oleh Imam at-Tirmidzi (5/12 dan 277),
Ibnu Majah (no. 802), Ahmad (3/68 dan 76) dan al-Hakim (1/322 dan 2/363) dari Abu
Sa’id al-Khudri radhiallahu’anhu bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
“Jika engkau melihat seorang hamba yang selalu mengunjungi masjid maka
persaksikanlah keimanannya”.

2. PERAN MASJID

Dalam arti khusus adalah tempat atau bangunan yang dibangun khusus untuk menjalankan
ibadah, terutama salat jema’ah. Pengertian ini juga menggerucut menjadi, masjid yang
digunakan untuk salat jum’at disebut masjid jami’. Karna salat jum’at diikuti oleh orang banyak
maka masjid jami’ biasanya besar. Sedangkan masjid yang hanya digunakan untuk salat lima
waktu, bisa di perkampungan, bisa juga di kantor, dan biasnya tidak terlalau besar atau bahkan
kecil sesuai dengan keperluan, disebut musholla, artinya tempat solat. Dibeberapa daerah,
musholla diberi nama langgar atau surau. Jika menengok sejarah Nabi, ada tujuh langkah
strategisbyang dilakukan oleh Rasul dalam membangun masyarakat madani dimadinah.

1. Mendirikan masjid

2. Mengikat persaudaraan antar komunitas muslim

3. Mengikat perjanjian dengan nonmuslim

4. Membangun sitem politik(syura)

5. Meletakkan system dasar ekonomi

6. Membangun keteladanan pada elit masyarakat

7. Menjadikan ajaran Islam sebagai system nilai dalam masyarakat

Ketika Nabi memilih membangun masjid sebagai langkah pertama membangun masyarakat
madani, konsep masjid bukan hanya sebagai tempat solat, atau tempat berkumpulnya
kelompok masyarakat(kabilah) tertentu, tetapi masjid sebagai majlis untuk memotifisir atau

Beberapa peran masjid dalam kehidupan kita adalah:

1. Peran ruhaniyah masjid

Peran masjid yang paling utama adalah untuk menmemotivasi dan membangkitkan kekuatan
ruhanyah dan imam, sebaliknya, jika kita merenungkan tentang peran tempat-tempat
peribadatan agama lain, kita lihat bahwa tempat-tempat tersebut merupakan tempat
dilakukannya perbuatan yang tercela. Karna masjid sangat berbeda, suasana yang berlaku
dalam masjid karna mendorong untuk diamalkannya ibadah dan shalat,islam benar-benar
membasmi perbuatan yang hina, seperti sebelum islam datang orang-orang arab biasanya
bertwaf di ka’bah dalam keadaan telanjang bulat sebagai suatu ibadah, dan hal ini dilakukan
secara bersama-sama oleh laki-laki dan perempuan.

Di dalam islam juga kita bisa beribadah dimana pun tempat asalkan tempat itu bersih dan suci,
islam juga mengajar kan kita kita untuk bertutur yang sopan, dan menghindari perkataanyang
keji. Islam memerintahkan para pemeluknya untuk shalat lima kali sehari semalam di mesjid,
sehingga aktifitas keduniaan mereka di sesuaikan dengan shalat lima waktu di mesjid.

2. Mesjid sebagai pusat kebudayaan

Peran mesjid yang terpenting dalam masyarakat juga untuk menghidupkan kebudayaan yang
ada, kebudayaan islam meliputi setiap bidang kehidupan, dan ia mencerminkan cara kehidupan
islam yang lengkap, dan memiliki hubungan yang khusus dan mendasar dengan pengetahuan
yang muncul sejak lahirnya islam. Budaya-budaya yang dimaksud di sini yakni seperti memiliki
madrasah-madrasah unruk anak-anak menuntut ilmu seperti al-quran dan hadits. Jadi kita
harus bisa memahami budaya yang ada dalam agama kita, jangan lah kita terlalu larut dalam
budaya barat yang hanya akan membawa kita kedalam lembah kesesatan.

3. Peran mesjid dalam bidang social

Dalam bidang social peran masjid tentu begitu penting, dengan adanya masjid didekat kita
maka akan lebih memudahkan kita untuk melaksanakan shalat lima waktu, dan kita akan tau
waktu shalat lebih cepat karna adanya orang yang azan, dan yang lebih penting dengan masjid
dekat dengan lingkungan kita itu membuat kita rajin untuk shalat jema’ah, karna pahala shalat
jema’ah 27 derjat lebih mulia dari pada shalat sendiri. Dalam buku Suprianto Abdullah peran
mesjid dalam bidang social yakni semua urusan kemasyarakatan, baik yang menyangkut
urusan pribadi maupun bersama akan dibicarakan di dalam mesjid, dan segala keputusan akan
diselesaikan semua nya didalam mesjid.dengan keterangan diatas peran mesjid dapat
membuktikan bahwa dalam islam urusan ruhani maupun dunia dan kebendaan saling terkait,
dan adalah sebagai pusatnya.

4. Peran mesjid dalam bidang politik

Dalam bidang politik yang dimainkan umat islam yang shalih dan taat boleh dikatakan bahwa
politik adalah hal yang terlarang, karna bagaimana pun politik adalah alat untuk mencapai
tujuan yang banyak mengandung arti keji, seperti kita lihat pada saat ini politik hanya lah
sebuah kebohongan untuk mencapai sebuah kemakmuran, yang belum tentu lama untuk kita
nikmati, apa gunanya kita bahagia dalam kebohongan. Saat politik seakan saama dengan
korupsi, tipu daya, dan haus akan sebuah kekuasaan.

Sesungguhnnya politik yang diterapkan dalam islam adalah politik untuk menyeru manusia agar
mereka dapat berserah diri secara mutlak kepada allah, dan menolak secara mutlak hal-hal
yang bertentangan dengan kehendak allah dan agar saling menjaga hubungan yang selaras
dengan sesama manusia.

3. ADAB DALAM MASJID

Bukan hanya kondisi masjid yang selalu terjaga, tentu kita sebagai penggunanya pun harus
menjaga sikap dan etika ketika berada di dalam masjid. Kita tidak diperkenankan melakukan
tindakan sembarangan, apalagi sampai mengganggu ibadah oranglain saat berada di dalam
masjid. Mengenai hal itu, Nabi SAW telah menyampaikan adab-adab atau etika ketika seorang
muslim berada di dalam masjid. Adapun adab-adab saat berada di masjid sebagai berikut:

a) Berdoa saat pergi ke masjid

Hadist Ibnu Abbas menyebutkan, “Adalah Rasulullah apabila ia keluar (rumah) pergi
shalat (di masjid) berdoa, ‘Ya Allah, jadikanlah cahaya di dalam hatiku, dan cahaya pada
lisanku, dan jadikanlah cahaya pada pendengaranku, dan jadikanlah cahaya dari
belakangku, dan cahaya dari depanku, dan jadikanlah cahaya dari atasku dan cahaya
dari bawahku. Ya Allah, anugerahilah aku cahaya dari bawahku. Ya Allah anugerahilah
aku cahaya’,” (Muttafaq’alaih)

b) Berjalan menuju masjid untuk shalat dengan tenang dan khidmat

Rasulullah bersabda, “Apabila shalat telah diqamatkan, maka janganlah kamu datang
menujunya dengan berlari, tetapi datanglah kepadanya dengan berjalan dan
memperhatikan ketenangan. Maka apa (bagian shalat) yang kamu dapati ikutilah dan
yang tertinggal sempurnakanlah,” (Muttafaq’alaih)

c) Berdoa ketika masuk dan keluar masjid

Disunnahkan bagi orang yang masuk masjid mendahulukan kaki kanan, kemudian
bersholawat kepada Nabi lalu mengucapkan “Ya Allah, bukakanlah bagiku pintu-pintu
rahmatmu.”

d) Disunnahkan melakukan shalat Tahiyatul Masjid bila telah masuk masjid

Rasulullah bersabda, “Apabila seseorang di antara kamu masuk masjid, hendaklah


shalat dua rakaat sebelum duduk,” (Muttafaq’alaih)

e) Dilarang berjual-beli dan mengumumkan barang hilang di dalam masjid

Berdasarkan sabda Rasulullah, “Apabila kamu melihat orang yang menjual atau membeli
sesuatu di dalam masjid, maka doakanlah, ‘Semoga Allah tidak memberi keuntungan
bagimu’. Dan apabila kamu melihat orang yang mengumumkan barang hilang, maka
doakanlah, ‘Semoga Allah tidak mengembalikan barangmu yang hilang’,” (HR At-
Turmudzi dan dishahihkan oleh Al-Albani)

f) Dilarang masuk ke masjid bagi orang makan bawang putih, bawang merah,
atau orang yang badannya tidak sedap
Rasulullah bersabda, “Barang siapa yag memakan bawang putih, bawang merah, atau
bawang daun, maka jangan sekali-kali mendekat ke masjid kami ini, karena malaikat
merasa terganggu dari apa yang dengannya manusia terganggu,” (HR Muslim)

g) Dilarang keluar dari masjid sesudah adzan

Rasulullah bersabda, “Apabila muadzin telah adzan, maka jangan ada seorang pun yang
keluar sebelum shalat,” (HR Al Baihaqi dan dishahihkan oleh Al-Albani)

h) Tidak lewat di depan orang yang sedang shalat

Dan disunnatkan bagi orang yang shalat menaruh batas di depannya. Rasulullah
bersabda, “Kalau sekiranya orang yang lewat di depan orang yang sedang shalat itu
mengetahui dosa perbuatannya, niscaya ia berdiri dari jarak empat puluh itu lebih baik
daripada lewat di depannya,” (Muttafaq’alaih)

i) Tidak menjadikan masjid sebagai jalan (masuk masjid hanya lewat tanpa
shalat)

Rasulullah bersabda, “Janganlah kamu menjadikan masjid sebagai jalan, kecuali


(sebagai tempat) untuk berdzikir dan shalat,” (HR At Tabrani, dinilai hasan oleh Al
Albani)

j) Tidak menyaringkan suara di dalam masjid dan tidak mengganggu orang


yang sedang shalat

Di dalam masjid tidak boleh bersuara keras, karena dapat mengganggu kekhusyukan
ibadah orang lain. Begitu pula dengan mengaktifkan handphone di saat shalat.

k) Hendaknya wanita tidak memakai parfum atau berhias bila akan pergi ke
masjid

Rasulullah bersabda, “Apabila salah seorang di antara kamu (kaum wanita) ingin shalat
di masjid, maka janganlah menyentuh parfum,” (HR Muslim)

l) Orang yang junub, wanita haid atau nifas tidak boleh masuk masjid

Allah berfirman, “(Dan jangan pula menghampiri masjid), sedang kamu dalam keadaan
junub, kecuali sekedar berlalu saja, hingga kamu mandi,” (QS An Nisa: 43)

‘Aisyah meriwayatkan, bahwa Rasulullah telah bersabda kepadanya, “Ambilkan buat


saya kain alas dari masjud.” Aisyah menjawab, “Sesungguhnya aku haid.” Nabi
bersabda,”Sesungguhnya haidmu bukan di tanganmu,” (HR Muslim)
4. MANAJEMEN PENGELOLAAN MASJID

Dengan luasnya fungsi masjid, maka pengelolaan masjid harus dilakukan dengan
manajemen modern dan professional, jika masjid hanya dikelola secara tradisional maka masjid
tidak akan mengalami kemajuan dan pada gilirannya akan tertinggal. Untuk itu perlu adanya
manajemen masjid atau Idarah dengan meningkatkan kualitas dalam pengorganisasian
kepengurusan masjid dan pengadministrasian yang rapi, transparan, mendorong partisipasi
jamaah sehingga tidak terjadi penyalahgunaan wewenang di dalam kepengurusan masjid.

Idarah masjid disebut juga manajemen masjid, pada garis besarnya dibagi menjadi 2
bidang:

1. Idarah binail maadiy (physical management)

Idarah binail maadiy adalah manajemen secara fisik yang meliputi: kepengurusan, pengaturan
pembangunan masjid, penjagaan kehormatan, kebersihan, ketertiban dan keindahan masjid,
pemeliharaan tata tertib dan keamanan masjid, penataan keuangan masjid, dan sebagainya.

2. Idarah binail ruhiy (functional management)

Idarah binail ruhiy adalah pengaturan tentang pelaksanaan fungsi masjid sebagai wadah
pembinaan umat, sebagai pusat pembangunan umat dan kebudayaan Islam seperti
dicontohkan oleh Rasulullah saw. Idarah binail ruhiy meliputi ini meliputi pengentasan bid`ah
dan pendidikan aqidah Islamiyah, pembinaan akhlakul karimah, penerangan ajaran Islam
secara teratur menyangkut:

1. Pembinaan ukhuwah islamiyah dan persatuan umat;

2. Melahirkan fikrul islamiyah dan kebudayaan Islam; dan

3. Mempertinggi mutu ke-Islaman dalam diri pribadi dan masyarakat.

Tujuan Idarah Binail Ruhiy adalah:

1. Pembinaan pribadi muslim menjadi umat yang benar-benar mukmin.

2. Pembinaan manusia mukmin yang cinta ilmu pengetahuan dan teknologi.

3. Pembinaan muslimah masjid menjadi mar’atun shalihatun.

4. Pembinaan remaja atau pemuda masjid menjadi mukmin yang selalu mendekatkan diri
kepada Allah SWT
5. Membina umat yang giat bekerja, tekun, rajin dan disiplin yang memiliki sifat sabar,
syukur, jihad dan takwa.

6. Membangun masyarakat yang memiliki sifat kasih sayang, masyarakat marhamah,


masyarakat bertaqwa dan masyarakat yang memupuk rasa persamaan.

7. Membangun masyarakat yang tahu dan melaksanakan kewajiban sebagaimana


mestinya, masyarakat yang bersedia mengorbankan tenaga dan pikiran untuk
membangun kehidupan yang diridhai Allah SWT.

Untuk keberhasilan maksimal dari idarah binail maadiy dan idarah binai ruhiy tersebut, maka
perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1. Management Kepengurusan

Guna menata lembaga ke-masjid-an harus diselenggarakan Musyawarah Jama’ah yang


dihadiri umat Islam anggota jama’ah Masjid. Musyawarah tersebut dilaksanakan terutama untuk
merencanakan Program Kerja dan memilih Pengurusan Ta’mir Masjid. Seluruh jama’ah
bertanggungjawab atas suksesnya acara ini. Program Kerja disusun berdasarkan keinginan
dan kebutuhan jama’ah yang disesuaikan dengan kondisi aktual dan perkiraan masa akan
datang. Bagan dan Struktur Organisasi disesuaikan dengan pembidangan kerja dan Program
Kerja yang telah disusun. Hal ini dimaksudkan agar nantinya organisasi Ta’mir Masjid dapat
berjalan secara efektif dan efisisen dalam mencapai tujuan.

Dalam management kepengurusan, beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain:

1. Memilih dan menyusun Pengurus.

2. Penjabaran Program Kerja.

3. Rapat dan notulen.

4. Kepanitiaan.

5. Rencana Kerja dan Anggaran Pengelolaan (RKAP) tahunan.

6. Laporan Pertanggungjawaban Pengurus.

7. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.

8. Pedoman-pedoman organisasi dan implementasinya.

9. Yayasan Masjid.

 
2. Management Kesekretariatan

Sekretariat adalah ruangan atau gedung dimana aktivitas Pengurus direncanakan dan
dikendalikan. Tempat ini merupakan kantor yang representatif bagi Pengurus. Sekretaris
bertanggungjawab dalam menjaga kebersihan, keindahan dan kerapian sekretariat serta
memberikan laporan aktivitas kesekretariatan. Disamping itu Pengurus, khususnya Sekretaris,
juga berfungsi sebagai humas atau public relation bagi Masjid. Terkait dengan kesekretariatan,
ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain :

1. Surat menyurat dan agendanya.

2. Administrasi jama’ah.

3. Fasilitas pendukung, seperti: komputer desktop, notebook, LCD projector, screen,


printer, scanner, wireless sound system, megaphone, dan lain sebagainya.

4. Fasilitas furniture, seperti: meja dan kursi tamu, almari arsip, meja kerja dan lain
sebaginya.

5. Lembar informasi, leaflet dan booklet.

6. Papan pengumuman.

7. Papan kepengurusan.

8. Papan aktivitas.

9. Papan keuangan.

10. Karyawan Masjid

11. Management Keuangan

Administrasi keuangan adalah sistim administrasi yang mengatur keuangan organisasi. Uang
yang masuk dan keluar harus tercatat dengan rapi dan dilaporkan secara periodik. Demikian
pula prosedur pemasukan dan pengeluaran dana harus ditata dan dilaksanakan dengan baik.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain :

1. Penganggaran.

2. Pembayaran jasa.

3. Laporan keuangan.
4. Dana dan Bank.

5. Management Dana Dan Usaha

Untuk menunjang aktivitas Ta’mir Masjid, Bidang Dana dan Usaha berusaha mencari dana
secara terencana, sistimatis dan terus menerus (continue) dari beberapa sumber yang
memungkinkan, di antaranya adalah:

1. Dana pemerintah.

2. Donatur tetap.

3. Donatur bebas.

4. Kotak amal dan kaleng jum’at.

5. Jasa, dan

6. Ekonomi.

7. Management Pembinaan Jama’ah

Salah satu kelemahan umat Islam adalah kurang terorganisir jama’ah Masjid-nya. Keadaan ini
menyebabkan jama’ah kurang dapat memperoleh layanan yang semestinya dan sebaliknya
dukungan merekapun menjadi kurang optimal. Kondisi ini sangat mendesak (urgent) untuk
diperbaiki. Setelah Administrasi Jama’ah tertata dengan baik, maka dilanjutkan dengan upaya-
upaya pembinaan di antaranya adalah:

1. Shalat berjama’ah.

2. Pengajian rutin dan pengajian akbar.

3. Majelis Ta’lim Ibu-Ibu.

4. Pengajian remaja.

5. Tadarus dan bimbingan membaca Al Qur`an.

6. Lembar Informasi.

7. Ceramah, dialog dan seminar.

8. Kunjungan (ziarah).

9. Management Pendidikan dan Pelatihan


Pelayanan pendidikan dan pelatihan bagi jama’ah dapat dilakukan melalui sarana formal dan
non formal. Pendidikan formal TK, SD, SLTP dan SLTA dapat dikelola oleh yayasan Masjid.
Mengingat sekarang sudah banyak lembaga Islam yang menangani, maka keberadaan
lembaga formal tersebut tidaklah sangat mendesak. Kecuali bilamana di tempat tersebut tidak
ada, barangkali keberadaannya perlu untuk direalisasikan. Sebaiknya Pengurus Ta’mir Masjid
berkonsentrasi dahulu dalam pengadaan lembaga-lembaga atau kegiatan pendidikan dan
pelatihan non formal, antara lain:

1. Perpustakaan Masjid.

2. Taman Pendidikan Al Quraan (TPA).

3. Up Grading Kepengurusan.

4. Pelatihan Kepemimpinan.

5. Pelatihan Jurnalistik.

6. Pelatihan Mengurus Jenazah.

7. Kursus Kader Da’wah.

8. Kursus bahasa.

9. Kursus pelajaran sekolah.

10. Pembinaan Bidang Imarah (Memakmurkan Masjid)

Memakmurkan masjid menjadi kewajiban setiap muslim yang mengharapkan untuk


memperoleh bimbingan dan petunjuk Allah SWT. Sesuai dengan firman Allah surat At Taubah
ayat 18:

“Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah
dan hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan tidak takut kepada
siapapun selain kepada Allah maka merekalah orang-orang yang mendapat petunjuk”.

Manakala idarah binail madiy dan idarah binail ruhiy berjalan secara maksimal, maka insya
Allah masjid akan makmur dengan sendirinya. Makmur dalam artian, bahwa ia dapat berfungsi
sebagaimana mestinya, yaitu meliputi fungsi sebagai sarana atau tempat beribadah, sarana
atau tempat pembinaan dan pencerahan ummat baik bidang pemahaman keberagamaan,
pengetahuan umum, dan ekonomi ummat.
Di samping hal yang dikemukakan pada poin di atas, perlu juga diadakan hal-hal berikut :

1. Management Kesejahteraan Umat

Apabila di suatu daerah belum ada Badan Amil Zakat (BAZ) atau Lembaga Amil Zakat (LAZ),
Ta’mir Masjid dapat menerima dan menyalurkan zakat, infaq dan shadaqah dari para muzakki
atau dermawan kepada para mustahiq atau dlu’afa. Dalam hal ini, Pengurus bertindak selaku
‘amil zakat. Kegiatan pengumpulan dan penyaluran zakat, infaq dan shadaqah biasanya
semarak di bulan Ramadlan, namun tidak menutup kemungkinan di bulan-bulan lain,
khususnya untuk infaq dan shadaqah.

Kegiatan tersebut harus dilaksanakan secara transparan dan dilaporkan kepada para muzakki
atau dermawan penyumbangnya serta diumumkan kepada jama’ah. Hal ini untuk menghindari
fitnah atau rumor yang berkembang di masyarakat adanya penyelewengan dana zakat, infaq
dan shadaqah oleh Pengurus.

Beberapa kegiatan lain yang dapat diselenggarakan untuk meningkatkan kesejahteraan umat
adalah:

1. Sumbangan ekonomi.

2. Bimbingan dan penyuluhan.

3. Ukhuwah islamiyah.

4. Bakti sosial.

5. Rekreasi.

6. Management Pembinaan Remaja Masjid

Remaja Masjid beranggotakan para remaja muslim, biasanya berumur sekitar 15-25 tahun.
Kegiatannya berorientasi keislaman, keremajaan, kemasjidan, keterampilan dan
keorganisasian. Memiliki kepengurusan sendiri yang lengkap menyerupai Ta’mir Masjid dan
berlangsung dengan periodisasi tertentu. Organisasi ini harus dilengkapi konstitusi organisasi,
seperti misalnya Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, Pedoman Kepengurusan,
Pedoman Kesekretariatan, Pedoman Pengelolaan Keuangan dan lain sebagainya. Konstitusi
organisasi diperlukan sebagai aturan main berorganisasi dan untuk memberi arahan kegiatan.

Pengurus Ta’mir Masjid Bidang Pembinaan Remaja Masjid berkewajiban untuk membina dan
mengarahkan mereka dalam berkegiatan. Namun pembinaan yang dilakukan tidak
menghambat mereka untuk mengekspresikan kemauan dan kemampuan mereka dalam
berorganisasi secara wajar dan bebas bertanggungjawab. Beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam upaya-upaya pembinaan Remaja Masjid antara lain:

1. Kepengurusan.

2. Musyawarah Anggota.

3. Kegiatan.

4. Bimbingan.

5. Kepanitiaan.

Anda mungkin juga menyukai