Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PERADABAN ISLAM MELALUI MASJID

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah


AGAMA ISLAM

Dosen Pengampu :
Dr. Winarto., M.Pdl

Disusun Oleh :
Kelompok 4
1. Sindy Ana Herawati NIM 22106620098
2. Nadia Dwi Ocktaviani NIM 22106620115
3. Qori’ah Naning Putri .S. NIM 22106620134

KELAS C
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ISLAM BALITAR
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
limpahan rahmatnya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu tanpa ada
halangan yang berarti sesuai dengan harapan.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada bapak Dr. Winarto., M.Pdl
sebagai dosen pengampu mata kuliah Agama Islam yang telah membantu memberikan
arahan dan pemahaman dalam penyusunan makalah ini.
Makalah ini tentunya jauh dari kata sempurna, tapi penulis tentunya bertujuan
untuk menjelaskan atau memaparkan isi dari makalah ini sesuai dengan pengetahuan
yang kami peroleh baik dari buku, maupun sumber-sumber yang lain. Semoga
makalah ini bermanfaat untuk kita. Bila ada kesalahan tulisan atau kata-kata didalam
makalah ini, penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Blitar, 8 Juli 2023

Kelompok 4
DAFTAR ISI

COVER ..........................................................................................................i
KATA PENGANTAR..................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang...............................................................................
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................
1.3 Tujuan Penulisan ...........................................................................
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Zakat.............................................................................
2.2 Masjid Sebagai Pusat Kebudayaan Islam.......................................
2.3 Masjid Pada Masa Nabi Muhammad Saw. Dan Umatnya.............
2.4 Fungsi Dan Peran Masjid Di Era Modern .....................................
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ....................................................................................
3.2 Saran ..............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masjid dalam catatan sejarah peradaban Islam, merupakan institusi pusat
perjuangan yang memiliki peran strategis dalam membangun peradaban. Risalah
(track record ) masjid pada awal masa perkembangan Islam (qurȗn al-ȗla),
tidaklah dapat disangkal bahwa fenomena masjid dalam Islam mencakup semua
segi kehidupan. (Riyâd Dâr al- Fadhîlah, 2001: 8)
Ka’bah sebagai rumah ibadah pertama di muka bumi menjadi bukti kehadiran
manusia untuk mengabdi kepada Allah. Keberadaan masjid al-Haram di Makkah
dan masjid al-Aqsha di Yerussalem merupakan bukti kehadiran para utusan Allah
yang mengajarkan agama, yang menyeru kepada ketundukan dan ketaatan kepada
Allah, yakni nabi Ibrahim AS. dan keturunannya, nabi Ya‟qub AS., nabi
Sulaiman AS. hingga nabi Muhammad SAW.
Masjid dan shalat adalah dua hal yang saling berkaitan. Orang yang
menunaikan shalat menjadi salah satu yang dinyatakan layak untuk
memakmurkan masjid, perintah shalat pun diterima Rasulullah SAW. melalui
perjalanan isra dan mikraj nabi Muhammad SAW. Perjalanannya dari masjid ke
masjid yang dibangun oleh Rasulullah pendahulunya. Mulai dari masjid al-Haram
menuju masjid al-Aqsha (isra) dan dari masjid al-Aqsha ke Sidratulmuntaha
(mikraj).
Masjid merupakan langkah awal Rasulullah memulai pembangunan peradaban
Islam di Madinah, disusul langkah berikutnya dengan Piagam Madinah. Pada
masa Rasulullah, masjid sebagai tempat pusat kendali seluruh aktivitas baik
ibadah, sosial, ekonomi, maupun politik pemerintahan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu pengertian masjid
2. Bagaimana masjid sebagai kebudayaan islam?
3. Bagaimana masjid pada masa Nabi Muhammad Saw. Dan Umatnya?
4. Apa saja fungsi dan peran masjid di era modern?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian masjid
2. Memahami masjid sebagai pusat kebudayaan islam
3. Mengetahui masjid pada masa Nabi Muhammad Saw. Dan Umatnya
4. Mengetahui fungsi dan peran masjid di era modern
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Masjid


Masjid berasal dari bahasa arab sajada yang berarti tempat bersujud atau
tempat menyembah Allah swt. Sujud adalah rukun shalat, sebagai bentuk ikhtiar
hamba dalam mendekatkan diri pada Allah SWT. Sujud juga dapat diartikan
sebagai perbuatan meletakkan kening ke tanah, secara maknawi mengandung arti
menyembah.Sedangkan sajadah berasal dari kata sajjadatun yang mengandung
arti tempat yang dipergunakan untuk sujud, mengkerucut maknanya menjadi
selembar kain atau karpet yang dibuat khusus untuk shalat orang per orang.
Karena itu, karpet masjid yang lebar, meski fungsinya sama tetapi tidak disebut
sajadah (Kurniawan, 2014).
Ada beberapa pengertian masjid menurut para ahli, yaitu :
a. Menurut Abu Bakar, masjid adalah tempat memotivasi dan membangkitkan
kekuasaan ruhaniyah dan keimanan seorang muslim.
b. Mohammad E. Ayub mendefinisikan bahwa masjid merupakan tempat orang-
orang muslim berkumpul dan melakukan shalat jama’ah dengan meningkatkan
solidaritas dan silaturahmi dikalangan muslimin.

Secara umum masjid adalah tempat suci umat islam yang berfungsi sebagai
tempat ibadah, pusat kegiatan keagamaan, dan kemasyarakatan yang harus dibina,
dipelihara dan dikembangkan secara teratur dan terencana. untuk menyemarakan
siar islam, meningkatkan semarak keagamaan dan menyemarakan kualitas umat
islam dalam mengabdi kepada allah, sehingga partisipasi dan tanggung jawab
umat islam terhadap pembangunan bangsa akan lebih besar. Sedangkan
pengertian khusus masjid adalah tempat atau bangunan yang didirikan untuk
menjalankan ibadah, terutama shalat berjamaah. Quraish Shihab (1996:459),
berpendapat, masjid dalam pengertiannya adalah tempat shalat umat Islam, namun
akar katanya terkandung makna “tunduk dan patuh”, karena itu hakikat masjid
adalah tempat melakukan aktivitas “apapun” yang mengandung kepatuhan kepada
Allah SWT (Kurniawan, 2014).
Jadi, secara singkat masjid adalah tempat dimana diajarkan, dibentuk,
ditumbuhkan dan dikembangkan dunia pikiran dan dunia rasa islam.

Masjid dalam al-Qur’an disamping diungkapkan dengan akar kata sajada, juga


sering diungkapkan dengan kata bait atau dalam bentuk jama’ buyut yang berarti
rumah atau rumah-rumah (Allah). Kata masjid terulang sebanyak 80 kali di dalam
al-Qur’an. Sedang kata bait atau buyut yang menunjuk pada pengertian rumah
Allah atau masjid terulang kurang lebih sebanyak 13 kali. Menurut bahasa masjid
berarti tempat sujud.
Seorang mufassir Indonesia, M. Quraish Shihab menjelaskan bahwa kata
masjid yang diambil dari akar kata sajada-sujud, yang berarti patuh, tunduk, taat
serta tunduk dengan penuh hormat dan takzim dengan  meletakkan dahi, kedua
tangan, lutut dan kaki ke bumi yang kemudian oleh syari’at dinamai sujud adalah
merupakan bentuk lahiriyah yang paling nyata dari makna-makna di atas.
Allah  berfirman  dalam Al-Qur’an surat Al-Jin (72) ayat 18:

‫اج َد هَّلِل ِ فَاَل تَ ْد ُعوا َم َع هَّللا ِ َأ َحدًا‬


ِ ‫َوَأ َّن ْال َم َس‬
Artinya: “Sesungguhnya masjid-masjid itu adalah milik Allah, karena itu jangan
menyembah sesuatpun selain Dia”

Ayat di atas menunjukkan bahwa masjid pada dasarnya adalah tempat


peribadatan dan pengabdian diri kepada Allah SWT., di dalamnya tidak
diperkenankan bagi seseorang untuk menyekutukan-Nya dan tidak diperbolehkan
melakukan aktifitas yang menyimpang dari ajaran-ajaran-Nya. Masjid didirikan
sebagai tempat peribadatan kepada Allah SWT.
Dan jika dihubungkan dengan hadits Rasulullah Saw. sebagai berikut:

‫اجدًا َوطَهُوْ رًا‬ ْ َ‫ج ُِعل‬


ِ ‫ت لِى االَرْ ضُ َم َس‬
Artinya: “Telah dijadikan untukku (dan untuk umatku) bumi sebagai masjid dan
sarana pensucian diri”.
M. Quraish Shihab memaparkan kaitan pengertian hadits di atas bahwa masjid
bukan hanya sekedar tempat sujud dan sarana pensucian, di sini juga kata masjid
tidak lagi hanya berarti bangunan tempat shalat atau bahkan bertayamum sebagai
cara bersuci sebagai pengganti wudhu. Akan tetapi kata masjid di sini berarti juga
tempat melaksanakan segala sesuatu aktivitas manusia yang mencerminkan
kepatuhan kepada Allah SWT. Letak masjid dengan demikian secara hakiki ada di
mana-mana.
Masjid itu menjadi tambatan hati bagi orang yang menginginkan jaminan
perlidungan Allah kelak di hari kiamat.  Juga menjadi tempat pelatihan diri untuk
dapat membentuk manusia yang berkualitas tinggi dalam pandangan Allah yakni
manusia yang selalu ingat kepada Allah dengan selalu bertasbih kepada-Nya.
Bertasbih bukan hanya berarti mengucapkan subhanallah, melainkan lebih luas
lagi, sesuai dengan makna yang diucapkan  oleh kata tersebut beserta
konsekuensinya. Sedangkan arti dan konteks-konteks tersebut dapat disimpulkan
dengan kataqwa (Astari, 2014).
Dengan demikian, masjid adalah pangkal tempat orang-orang
muslim  bertolak, sekaligus tempat kembali untuk berbuat segala sesuatu yang
dapat mencerminkan kepatuhan dan ketaqwaan seorang hamba kepada Khaliknya.

2.2 Masjid Sebagai Kebudayaan Islam


Masjid pada umumnya dipahami oleh masyarakat sebagai tempat ibadah
khusus, seperti shalat, padahal fungsi masjid lebih luas dari itu. Pada zaman
Rasulullah, masjid berfungsi sebagai pusat peradaban. Nabi mensucikan jiwa
kaum muslimin, mengajar Al-qur’an dan Al-hikmah, bermusyawarah berbagai
permasalahan umat hingga masalah upaya-upaya peningkatan kesejahteraan umat.
Dan hal tersebut berjalan hingga 700 tahun. Sejak Nabi mendirikan masjid yang
pertama, fungsi masjid dijadikan simbol persatuan umat dan masjid sebagai pusat
peribadatan dan peradaban. Sekolah-sekolah dan universitas-universitas kemudian
bermunculan justru dari masjid. Masjid Al Azhar di Mesir merupakan salah satu
contoh yang dapat dikenal oleh umat Islam di Indonesia maupun dunia. Masjid ini
mampu memberikan beasiswa bagi para pelajar dan mahasiswa, bahkan
pengentasan kemiskinan merupakan program nyata masjid.
Dikatakan kebudayaan tentu hal itu mempunyai seni, ekspresi seni
dimunculkan dalam masjid, khususnya dalam seni arsitektur sebenarnya tidak
terlepas dari ekspresi manusia itu sendiri yang merupakan makhluk dengan fitrah
seni – cinta pada keindahan.
Seni adalah semua yang menimbulkan keharuan keindahan. Bahkan Shihab
mengatakan seni merupakan ekspresi ruh dan budaya manusia yang mengandung
dan mengungkapkan keindahan. Dalam kajian filsafat, hubungan antara yang
indah dan yang baik bermakna hubungan seni dan etik. Oleh karna itu, pada
prinsipnya citarasa seni yang dimiliki manusia adalah penjiwaan terhadap
keindahan suatu obyek, dan semua obyek yang indah tersebut diciptakan Allah
swt untuk manusia.
Namun tidak hanya itu, kemegahan masjid tidak menjamin bahwa masjid itu
memiliki kehidupan yang makmur dengan ramainya kegiatan jemaah. Pada saat
ini kita akan sangat sulit menemukan masjid yang memiliki program nyata di
bidang pencerdasan keberagamaan umat. Kita mungkin tidak menemukan masjid
yang memiliki kurikulum terprogram dalam pembinaan keberagamaan umat.
Terlebih-lebih lagi masjid yang menyediakan beasiswa dari upaya pengentasan
kemiskinan. Dalam perkembangan berikutnya muncul kelompok-kelompok yang
sadar untuk mengembalikan fungsi masjid sebagaimana mestinya. Kini mulai
tumbuh kesadaran umat akan pentingnya peranan masjid untuk mencerdaskan
mensejahterakan jamaahnya.
Menurut ajaran Islam masjid memiliki dua fungsi utama, yaitu :
1. sebagai pusat ibadah ritual, dan
2. berfungsi sebagai pusat ibadah sosial.
2.3 Masjid Pada Masa Nabi Muhammad Saw. Dan Umatnya
Masjid pertama yang didirikan pada masa Nabi Muhammad Saw.adalah
Masjid Quba. Masjid ini didirikan ketika Rasulullah singgah di daerah ini waktu
dalam perjalanan hijrah ke Madinah. Al-Quran menjelaskan hal ini dalam  surat
At-Taubah /9 ayat 108:

‫ق َأ ْن تَقُو َم فِي ِه فِي ِه ِر َجا ٌل‬ َ ‫ْج ٌد ُأس‬


ُّ ‫ِّس َعلَى التَّ ْق َوى ِم ْن َأ َّو ِل يَوْ ٍم َأ َح‬ ِ ‫اَل تَقُ ْم فِي ِه َأبَدًا لَ َمس‬
َ‫يُ ِحبُّونَ َأ ْن يَتَطَهَّرُوا َوهَّللا ُ يُ ِحبُّ ْال ُمطَّه ِِّرين‬
Artinya: “Janganlah kamu bersembahyang dalam masjid itu selama-lamanya.
Sesungguhnya masjid yang didirikan atas dasar takwa (masjid Quba), sejak hari
pertama adalah lebih patut kamu bersembahyang di dalamnya.Dan di dalamnya
ada orng-orang yang ingin membersihkan diri.Dan Allah menyukai oeng-orang
yang bersih”.

           Masjid berikutnya yang dibangun oleh Rasul dan Sahabat-sahabatnya


adalah masjid Al-Nabawi Al-Syarif. Masjid ini termasuk dalam masjid-masjid
yang bernilai sangat tinggi sehingga sangat di istimewakan.  Seperti halnya masjid
Makkah al-Mukaramah dan Masjid al-Aqsha. Masjid Nabawi yang berdiri di
kota Yasrib – nama sebelum Madinah –menjadi tempat peradaban atau paling
tidak menjadi benih lahirnya peradaban baru umat manusia.  Dan terlepas dari
perbedaan pendapat para ulama tentang julukan masjid yang dibangun atas dasar
ketaqwaan – masjid Quba dan masjid Nabawi – yang jelas keduanya sama
dibangun atas dasar itu. Dan seyogyanya semua mesjid mempunyai landasan dan
fungsi yang sama seperti kedua masjid tersebut.
Masjid yang dibangun bukan atas dasar ketaqwaan tidak akan mempunyai
manfaat untuk agama Allah, karenanya Rasulullah Saw. memerintahkan untuk
merobohkan bangunan kaum munafik yang juga mereka sebut masjid dan
menjadikan lokasi itu tempat pembuangan sampah dan bangkai binatang.
Al-Qur’an (Surah At-Taubah/9: 107) menggambarkan bangunan kaum munafik
tersebut sebagai berikut:

‫ب هَّللا َ َو َرسُولَهُ ِم ْن قَ ْب ُل‬ َ ْ‫ض َرارًا َو ُك ْفرًا َوتَ ْف ِريقًا بَ ْينَ ْال ُمْؤ ِمنِينَ َوِإر‬
َ ‫صادًا لِ َم ْن َحا َر‬ ِ ‫ َوالَّ ِذينَ اتَّ َخ ُذوا َم ْس ِجدًا‬ …
            Artinya: “Dan  (diantara orang-orang munafik itu) ada orang-orang yang
mendirikan masjid untuk kemadharatan (pada orang-orang mukmin), untuk
kefakiran dan untuk memecah belah antara orang-orang mu‘min serta menunggu
kedatangan orang-orang yang telah memerangi Allah dan rasul-Nya sejak
dahulu.”

Pada masa Rasulullah, masjid mempunyai fungsi yang sangat beragam.Dan


telah dicatat dalam sejarah bahwa fungsi Masjid Nabawi pada saat itu tidak
kurang dari sepuluh hal. Pada saat itu masjid dapat berfungsi sebagai: tempat
ibadah (shalat dan zdikir), tempaat konsultasi dan komunikasi masalah ekonomi,
sosial budaya,  tempat pendidikan, tempat santunan sosial, tempat latihan militer
dan persiapan alat-alatnya, tempat pengobatan para korban perang, tempat
perdamaian dan pengadilan sengketa, aula dan tempat menerima tamu, tempat
menawan tahanan, dan sebagai pusat penerangan atau pembelaan agama.

2.4 Fungsi Dan Peran Masjid Di Era Modern


a. Ibadah (hablumminallah)
Ibadah secara bahasa (etimologi) berarti merendahkan diri serta tunduk artinya
sebuah proses aktualisasi ketertundukan, keterikatan batin manusia dan potensi
spiritual manusia terhadap Allah SWT. yang menciptakan dan memberi
kehidupan. Jika manusia secara emosional intelektual merasa lebih hebat, maka
proses ketertundukan tersebut akan memudar. Sedangkan menurut Istilah
(terminologi) berarti segala sesuatu yang diridhoi Allah dan dicintai-Nya dari
yang diucapkan maupun yang disembunyikan.
Fungsi dan peran Masjid yang pertama dan utama adalah sebagai tempat
shalat.Shalat memiliki makna “menghubungkan”, yaitu menghubungkan diri
dengan Allah dan oleh karenanya shalat tidak hanya berarti menyembah saja.
Ghazalba berpendapat bahwa shalat adalah hubungan yang teratur antara muslim
dengan tuhannya (Allah). Ibadah shalat ini boleh dilakukan dimana saja, karena
seluruh bumi ini adalah masjid (tempat sujud), dengan ketentuan tempat tersebut
haruslah suci dan bersih, akan tetapi masjid sebagai bangunan khusus rumah
ibadah tetap sangat diperlukan. Karena, masjid tidak hanya sebagai tempat
kegiatan ritual sosial saja, tetapi juga merupakan salah satu simbol terjelas dari
eksistensi Islam.
b. Sosial Kemasyarakatan (Hablumminannas)
Menurut Enda, sosial adalah cara tentang bagaimana para individu saling
berhubungan. Sedangkan menurut Daryanto, sosial merupakan sesuatu yang
menyangkut aspek hidup masyarakat. Namun jika dilihat dari asal katanya, sosial
berasa dari kata “socius” yang berarti segala sesuatu yang lahir, tumbuh dan
berkembang dalam kehidupan secara bersama-sama.
Seiring dengan kemajuan zaman dan perubahan-perubahan yang sangat
cepatnya, maka hal ini mempengaruhi suasana dan kondisi masyarakat muslim.
Termasuk perubahan dalam mengembangkan fungsi dan peranan masjid yang ada
di lingkungan kita. Salah satu fungsi dan peran masjid yang masih penting untuk
tetap di pertahankan hingga kini adalah dalam bidang sosial
kemasyarakatan.Selain itu masjid juga difungsikan sebagai tempat mengumumkan
hal-hal yang penting berkaitan dengan peristiwa-peristiwa sosial kemasyarakatan
sekitar.
Karena pada dasarnya masjid yang didirikan secara bersama dan untuk
kepunyaan serta kepentingan bersama.Sekalipun masjid tersebut didirikan secara
individu, tetapi masjid tersebut tetaplah difungsikan untuk tujuan bersama.Hal ini
dapat diamati dari pengaruh shalat berjama’ah.Orang-orang duduk, berdiri, dan
sujud dalam shaf (barisan) yang rapi bersama-sama dipimpin oleh seorang imam.
Masjid mempunyai posisi yang sangat vital dalam memberikan solusi bagi
permasalahan sosial di masyarakat apabila benar-benar dijalankan sesuai dengan
fungsinya. Fungsi masjid sejatinya akan berjala dengan baik apabila ada program-
program yang dirancang sebagai solusi bagi permasalahan sosial yang ada.
c. Ekonomi
Menurut Chapra, ekonomi Islam adalah sebuah pengetahuan yang membantu
upaya realisasi kebahagiaan manusia melalui alokasi dan distribusi sumber daya
yang terbatas yang berada dalam koridor yang mengacu pada pengajaran Islam
tanpa memberikan kebebasan individu atau tanpa perilaku makro ekonomi yang
berkesinambungan dan tanpa ketidakseimbangan lingkungan.
Berawal dari keyakinan bahwa masjid adalah merupakan pembentuk
peradaban masyarakat Islam yang didasarkan atas prinsip keutamaan dan tauhid,
masjid menjadi sarana yang dapat melaksanakan dari apa yang menjadi kebutuhan
masyarakat sekitarnya, minimal untuk masjid itu sendiri agar menjadi otonom dan
tidak selalu mengharapkan sumbangan dari para jama’ahnya.
Hubungan masjid dengan kegiatan ekonomi tidak hanya hubungan tempat
mengkaji gagasan-gagasan tentang ekonomi saja, tetapi sebagai lingkungan
tempat transaksi tindakan ekonomi pada khususnya disekitar masjid, seperti
dihalaman dan pinggiran masjid.Ide-ide dasar prinsip Islam mengenai ekonomi
berlaku dan dipraktikkan oleh umat Islam dari dulu hingga sekarang kini.Dulu
masjid bisa melahirkan kompleks pertokoan, karena toko-toko tersebut dapat
membantu melengkapi segala kebutuhan masjid dan sarananya.Aktifitas ekonomi
tersebut merupakan Masjid mempunyai posisi yang sangat vital dalam
memberikan solusi bagi permasalahan sosial di masyarakat apabila benar-benar
dijalankan sesuai dengan fungsinya. Fungsi masjid sejatinya akan berjala dengan
baik apabila ada program-program yang dirancang sebagai solusi bagi
permasalahan sosial yang ada.
d. Pendidikan
Pendidikan diartikan sebagai upaya untuk memanusiakan manusia, melalui
pendidikan ini dapat tumbuh dan berkembang secara wajar dan sempurna
sehingga dapat melaksankan tugas-tugasnya sebagai khalifah Allah Swt.
Pendidikan dapat mengubah manusia dari tidak baik menjadi baik.Sebagaimana
yang telah banyak dicatat oleh kaum sejarawan bahwa Rasulullah Saw, telah
melakukan keberhasilan dakwahnya ke seluruh penjuru dunia. Salah satu faktor
keberhasilan dakwah tersebut tidak lain karena mengoptimalkan masjid, salah
satunya adalah bidang pendidikan. Masjid sebagai tempat pendidikan nonformal,
juga berfungsi membina manusia menjadi insan beriman, bertakwa, berilmu,
beramal shaleh, berakhlak dan menjadi warga yang baik serta bertanggung jawab.
Untuk meningkatkan fungsi masjid dibidang pendidikan memerlukan waktu lama,
sebab pendidikan adalah proses yang berlanjut dan berulang-ulang.
e. Dakwah
Dakwah secara etimologi berasal dari bahasa Arab, yaitu da’ayad’uda’watan,
artinya mengajak, menyeru, memanggil. Secara etimologi pengertian dakwah dan
tabligh itu merupakan suatu proses penyampaian (tabligh) pesan-pesan tertentu
yang berupa ajakan atau seruan dengan tujuan agar orang lain memenuhi ajakan
tersebut. pengertian dakwah secara terminologi, Dakwah adalah mengajak
manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah
Tuhan, untuk kemaslahatan dan kebahagiaan mereka di dunia dan akhirat.
Masjid merupakan pusat dakwah yang selalu menyelenggarakan kegiatan-
kegiatan rutin seperti pengajian, ceramah-ceramah agama, dan kuliah subuh.
Kegiatan semacam ini bagi para jama’ah dianggap sangat penting karena forum
inilah mereka mengadakan internalisasi tentang nilai-nilai dan norma-norma
agama yang sangat berguna untuk pedoman hidup ditengah-tengah masyarakat
secara luas atau ungkapan lain bahwa melalui pengajian, sebenarnya masjid telah
menjalankan fungsi sosial.
f. Politik
Secara etimologis, politik berasal dari kata polis (bahasa Yunani) yang artinya
negara kota. Kemudian diturunkan kata lain seperti polities (warga negara),
politikus (kewarganegaraan atau civics) dan politike tehne (kemahiran politik) dan
politike episteme (ilmu politik).Secara terminologi, politik adalah interaksi antara
pemerintah dan masyarakat dalam rangka pembuatan dan pelaksanaan keputusan
yang mengikat tentang kebaikan bersama masyarakat yang tinggal dalam suatu
wilayah tertentu.
Masjid juga memiliki fungsi dan peran sebagai tempat pemerintahan, di dalam
masjidlah, nabi Muhammad saw, melakukan diskusi-diskusi pemerintahan dengan
para sahabatnya, di masjidlah dilakukan diskusi siasat perang, perdamaian, dan
lain sebagainya. Segala hal duniawi yang di diskusikan di dalam masjid akan
tunduk dan taat akan aturan-aturan Allah, yang artinya tidak akan terjadi
penyelewengan dari syariat Allah dalam mengambil keputusannya.
g. Kesehatan
Menurut Undang-Undang RI. No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan,
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan social yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara social dan ekonomi.Dikatakan
sehat secara fisik adalah orang tersebut tidak memiliki gangguan apapun secara
klinis.Fungsi organ tubuhnya berfungsi secara baik, dan dia memang tidak
sakit.Sehat secara mental/psikis adalah sehatnya pikiran, emosional, maupun
spiritual dari seseorang. Sedangkan dikatakan sehat secara social adalah
kemampuan seseorang untuk berinteraksi dengan lingkungan di mana ia tinggal,
Kemudian orang dengan katagori sehat secara ekonomi adalah orang yang
produktif, produktifitasnya mengantarkan ia untuk bekerja dan dengan bekerja ia
akan dapat menunjang kehidupan keluarganya.
Masjid berfungsi sebagai balai pengobatan, pada masa Rasulullah, masjid di
jadikan balai pengobatan bagi seluruh pejuang-pejuang yang mengalami luka
setelah berperang.Setiap sisi ruangan/bagian masjid selalu di manfaatkan oleh
rasulullah untuk segala hal aktifitas duniawi (hablumminannas). Jika masjid
memiliki balai pengobatan seperti klinik atau rumah sakit, maka masyarakat yang
membutuhkan akan sangat terbantu dalam pengobatannya. Dan masjid juga tidak
sepi setiap harinya.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Masjid berasal dari bahasa arab sajada yang berarti tempat bersujud atau
tempat menyembah Allah SWT. Masjid pada umumnya dipahami oleh
masyarakat sebagai tempat ibadah khusus, seperti shalat, padahal fungsi masjid
lebih luas dari itu. Pada zaman Rasulullah, masjid berfungsi sebagai pusat
peradaban. Nabi mensucikan jiwa kaum muslimin, mengajar Al-qur’an dan Al-
hikmah, bermusyawarah berbagai permasalahan umat hingga masalah upaya-
upaya peningkatan kesejahteraan umat. Masjid selain sebagai tempat untuk
menyembah Allah SWT. Juga memiliki peran dalam bidang lain seperti Sosial
Kemasyarakatan, Ekonomi, Pendidikan, Dakwah, Politik dan Kesehatan.

3.2 Saran
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini,
untuk itu penulis mengharapkan kepada pembaca untuk dapat memberikan kritik
dan saran demi kemajuan makalah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Samsul Munir Amin, 2010, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: Amzah)


Muriah, Siti, 2000, Metodologi Dakwah Kontemporer (Mitra Pustaka: Yogyakarta)
Ya’kub, Ali Mustafa, 1997, Sejarah Dan Metode Dakwah Nabi
(Pustaka Firdaus: Jakarta)

Anda mungkin juga menyukai