Anda di halaman 1dari 18

MANAJEMEN MASJID

“MACAM-MACAM MASJID”

Dosen Pengampu:
M. Adi Trisna Wahyudi. S.Sos. M.M.

Penyusun :
Kirana Fahira Achmad B74219043
Anna Dhifatul Fajriyah B94219069

PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

SURABAYA
2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masjid berasal dari kata sujud yang berarti patuh, taat, dan penuh hormat.
Sujud dalam syariat Islam berarti berlutut, meletakkan dahi dan kedua tangan ke
tanah. Masjid adalah tempat pusat ibadah umat muslim dan juga tempat yang dapat
digunakan umat muslim untuk berkumpul dalam rangka menjalin silaturahmi agar
tetap terjaga. Namun masjid secara luas tidak hanya digunakan hanya dalam fungsi
ibadah saja, namun di dalamnya dapat berguna sebagai sarana kegiatan sosial seperti
pengajian, pendidikan dan lain-lainnya.

Dalam proses mengelola pengembangan masjid, perlu dipahami mengenai


ilmu manajemen masjid yaitu suatu pengelolaan di dalam masjid yang digunakan
untuk mencapai tujuan yang diinginkan dengan melaksanakan berbagai kegiatan atau
aktivitas yang bertujuan untuk memakmurkan masjid. Mengelola masjid di zaman
sekarang membutuhkan keterampilan manajemen yang baik. Dengan keterampilam
manajemen yang baik dapat membawa sebuah masjid menjadi lebih makmur.

Istilah yang terkait dengan masjid juga memiliki pengertian masing-masing


dari masjid, sebuah masjid juga memiliki beberapa klasifikasi yang perlu dipahami.
Fungsi utama dari masjid adalah tempat untuk ibadah dan perlu dipahami juga
mengenai tipologi yang digunakan untuk mengklasifikasikan masjid berdasarkan
aspek-aspek tertentu. Aspek tersebut merupakan aspek fungsi, geometrik, dan
geografi. Namun, beberapa dari masyarakat tidak memahami topologi masjid yang
ada.

Oleh karena itu pentingnya memahami mengenai klasifikasi masjid yang ada
di Indonesia untuk menambah wawasan dan mengetahui perbedaan dari macam-
macam masjid yang ada. Perbedaan dari macam-macam masjid juga dapat
dikategorikan dari fungsi, ukuran, wilayah, aktivitas, dan lain sebagainya. Masjid
mengalami perkembangan seiring adanya perkembangan zaman yang ada pada saat
ini.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan latar belakang diatas, maka dapat disusun rumusan
masalah dalam makalah ini, sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan masjid secara bahasa?
2. Apa yang dimaksud dengan masjid secara syar’i?
3. Apa saja istilah yang terkait dengan masjid?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian masjid secara bahasa.
2. Untuk mengetahui pengertian masjid secara syar’i.
3. Untuk mengetahui apa saja istilah yang terkait dengan masjid.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Masjid Secara Bahasa


1. Pengertian
Masjid secara bahasa dikenal dari bahasa Arab “sajada, yasjudu, sujuudan”,
yang dapat diartikan sebagai tempat yang digunakan untuk bersujud. Masjid
adalah bangunan yang digunakan umat Islam untuk beribadah. Masjid
merupakan kata benda yang menunjukkan arti tempat sujud (isim makan dari fi‟il
sajada).1 Bangunan Ibadah umat muslim ini mengandung makna sebagai pusat
dari sebala kebajikan kepada Allah SWT. yang didalamnya terdiri dari dua
bentuk kebajikan yakni kebajikan ibadah khusus seperti sholat fardhu dan
kebajikan yang berbentuk sehari hari seperti beramal, silaturahmi, dan lain-lain.
Menurut Sidi Gazalba, masjid memiliki arti sebagai tempat sembahyang, yang
dimana dalam bahasa arab berasal dari kata sajadah, sebagai tempat sujud, dapat
dirumuskan bahwa masjid memiliki pemaknaan yang lebih luas. Bukan hanya
sekedar bangunan yang digunakan untuk melaksanakan sujud atau ibadah, karena
umat Islam dapat melaksanakan sujud atau ibadah kepada Allah SWT.
dimanapun mereka berada.
Moh. E Ayub berpendapat bahwa masjid tidak bisa dilepaskan dari
permasalahan shalat, shalat dapat dilakukan dimana saja seperti di rumah, di
jalan, kebun, dan di tempat lainnya. Selain itu masjid menjadi tempat untuk umat
Islam berkumpul dan melakukan ibadah berjamaah yang bertujuan untuk
menjalin silaturahmi dan solidaritas agar tetap terjaga. (Ayub, 2001: 1). Masjid
perlu dikelola untuk melakukan pengembangan yang lebih baik, yakni dengan
melakukan manajemen masjid yang merupakan tata cara pengelolaan masjid
dengan benar yang digunakan untuk menciptakan jamaah yang sejahtera dan

1
Syamsul Kurniawan, “Masjid Dalam Lintasan Sejarah Umat Islam”, Jurnal Khatulistiwa (Journal of
Islamic Studies), Vol. 04, No. 02, September 2014, Hal. 170
rukun. Manajemen masjid memiliki tiga instrumen yang beruhubungan dengan
kegiatan manajerial masjid, yakni:
a. Bidang ida>rah atau manajemen. Proses pelaksanaan segala administrasi
yang transparan untuk membangun kepercayaan jamaah agar tetap dapat
berpartisipasi secara aktif di dalam masjid.
b. Bidang „ima>rah atau pemakmuran masjid. Bidang yang memiliki peran
untuk memakmurkan masjid dengan mengelola berbagai kegiatan Ibadah baik
seperti amal sosial, pendidikan, dan lain-lain
c. Bidang ri‟a>yah atau pemeliharaan masjid. Bidang yang memiliki tugas
untuk menjadikan masjid menjadi tempat yang nyaman, indah, dan edukatif.2
Masjid berperan sebagai sumber pengembangan mengenai keagamaan Islam,
terutama dalam pengembangan dakwah Islam. Pengembangan masjid dilakukan
dalam ilmu manajemen masjid yang menjadi 4 yaitu seperti manajemen pada
umumnya: perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan.
Sambas (2006: VIII) menjelaskan bahwa ada dua jenis model manajemen masjid
di Indonesia yaitu model golongan dan model pola. Setiap penerapan model
manajemen akan didasari oleh pihak pengurus masjid yang memiliki sangkutan
dengan salah satu organisasi Islam. Maka dari itu dengan hal tersebut dapat
mendapatkan ciri khas dari organisasi Islam yang diikuti oleh pihak pengurus
masjid.
Manajemen masjid juga disebut sebagai Idarah masjid, idarah masjid harus
memiliki segala perencanaan yang jelas dan hal ini diutamakan karena di
dalamnya dapat terjadi peningkatan atau perkembangan mutu umat Islam seperti
bidang akhlak, akidah, amaliyah, dan lain-lain. Dengan adanya manajemen
masjid dapat menumbuhkan rasa sadar beragama untuk menegakkan dan
mentaati aturan-aturan Allah SWT yang juga dapat memajukan kesejahteraan
umat muslim.

2
Suhairi Umar, Pendidikan Masyarakat Berbasis Masjid, (Yogyakarta: Penerbit Deepublish,
2019)Hal. 33
2. Fungsi
Masjid secara harfiah memiliki fungsi sebagai tempat beribadah kepada
Allah SWT.. Setiap adanya perkembangan masjid, maka seiring perkembangan
zaman, fungsi dari masjid berubah kurun waktu terjadi. Masjid merupakan
tempat yang mengumandangkan nama Allah melalui azan, qaman, tasbih,
tahmid, tahlil, istighfar, dan lain-lainnya.3 Berikut adalah beberapa fungsi dari
masjid:
a. Masjid merupakan tempat umat muslim beribadah kepada Allah SWT..
b. Masjid adalah tempat umat muslim beritikaf, membersihkan diri, membangun
batin untuk membina kesadaran dan mendapatkan pengalaman keagamaan
sehingga selalu terpelihara keseimbangan jiwa dan raga.
c. Masjid adalah tempat bermusyawarah umat muslimin guna memecahkan
berbagai persoalan yang biasanya timbul di dalam masyarakat.
d. Masjid adalah tempat umat muslim untuk berkonsultasi mengajukan
kesulitan-kesulitan, meminta bantuan dan pertolongan.
e. Masjid adalah tempat membina keutuhan ikatan para jamaah dan kepedulian
dalam mewujudkan kesejahteraan bersama.
f. Masjid dengan majelis taklim dapat dijadikan wadah untuk menambah
wawasan pengetahuan muslimin.
g. Masjid adalah tempat pembinaan dan pengembangan kader-kader pimpinan
umat.
h. Masjid tempat mengumpulkan dana, menyimpan, dan membagikannya.
i. Masjid adalah tempat untuk melaksanakan segala pengaturan dan supervisi
sosial.4

B. Pengertian Masjid Secara Syar’i

3
Mohammad E. Ayub, Manajemen Masjid: Petunjuk praktis bagi para pengurus, (Jakarta: Gema
Insani Press, 1996), Hal. 7
4
Ibid., Hal. 8
Secara istilah syar’I Al Imam Az-Zarkasyi Asy Syafi’I menjelaskan bahwa
masjid merupaan setiap tempat yang ada di bumi. Rasulullah SAW bersabda:

“Setiap bagian dari bumi Allah adalah tempat sujud (masjid)”. (HR. Muslim).
Definisi umum dari para ahli fiqih, masjid adalah sebidang tanah yang terbebas dari
kepemilikan seseorang dan dikhususkan untuk shalat dan beribadah.
Hadis ini menjelaskan bahwa seluruh asal tanah yang ada di bumi ini adalah suci
sampai juga dijelaskan bahwa tanah itu najis dan bahwa setiap tanah itu merupakan
alat bersuci yang baik untuk melaksanakan shalat, terkecuali tanah yang sudah
dijelaskan juga di dalil diatas seperti kuburan, pemandian, dan lain sebagainya.

Pada hadis yang lain, Rasulullah SAW bersabda:

“Telah dijadikan bagi kita bumi ini sebagai tempat sujud dan keadaannya bersih.”
(HR. Muslim)
Pada masa Nabi Muhammad SAW masjid dijadikan sebagai pusat kegiatan umat
muslim. Kegiatan yang dimasud ini seperti bidang pemerintahaan politik, ekonomi,
sosial, dan lain-lain. Masjid juga dijadijan sebagai ajang halaqah atau diskusi, tempat
mengaji, dan memperdalam ilmu-ilmu agama ataupun juga ilmu secara umum.5 Umat
muslim menggunakan masjid sebagai tempat untuk mencari ilmu kegamaan dan
ilmu-ilmu lainnya. Seperti yang terdapat di dalam firman Allah yang berbunyi:
“Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang
beriman kepada Allah dan Hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat,

5
Barit Fatkur Rosadi, “Masjid Sebagai Pusat Kebudayaan Islam”, Jurnal An-Nur, Vol 06, No. 01, Juni
2014, Hal. 130
menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka
merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang
mendapat petunjuk.” (Q.S At-Taubah : 18)

Sejarah masjid berawal dari kisah hijrah Nabi Muhammad dari Mekkah ke
Madinah. Nabi Muhammad bermukim di Quba’ selama dua pekan. Beliau
mendirikan masjid Quba’ dan menjadikan masjid tersebut sebagai tempat bersujud,
tempat beribadah, tempat berteduh dari terik matahari. Di dalam al-Qur’an terdapat
ayat yang berkaitan dengan hal ini, yaitu:

ۚ
ۚ ۚ
Artinya:
“Janganlah kamu bersembahyang dalam masjid itu selama-lamanya. Sesungguhnya
masjid yang didirikan atas dasar takwa (masjid Quba), sejak hari pertama adalah lebih
patut kamu bersembahyang di dalamnya. Di dalamnya ada orang-orang yang ingin
membersihkan diri. Dan Allah menyukai orang-orang yang bersih”. (At-Taubah:
108).

C. Istilah Terkait Masjid


Berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam
Tahun 2014 Tentang Standar Pembinaan Manajemen Masjid menjelaskan tipologi
masjid dalam 9 jenis, yaitu:6
1. Masjid Negara
Masjid Negara adalah masjid yang berada di Ibu Kota Negara Indonesia,
menjadi pusat kegiatan keagamaan tingkat kenegaraan. Masjid yang berada di

6
Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, Keputusan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat
Islam Nomor DJ. II / 802 Tentang Standar Pembinaan Manajemen Masjid, Tipologi Masjid, 2014.
tingkat Negara dibiayai dari subsidi Negara melalui APBN, APBD serta bantuan
masyarakat.
Masjid Negara berfungsi sebagai pembina masjid-masjid yang ada diwilayah
provinsi. Organisasi dan kepengurusan masjid ditetapkan dan dilantik oleh
Menteri Aagama untuk waktu 5 tahun dan maksimal 2 periode.
Fasilitas penunjang yang dimiliki masjid Negara seperti kantor, bank syariah,
toko, aula, hotel atau penginapan, poliklinik, sekolah atau kampus. Memiliki nilai
budaya, arsitektur nasional dan memiliki potensi sebagai tempat tujuan wisata,
baik domestik maupun mancanegara, serta memiliki nilai sejarah kebangsaan.

Contoh Masjid Negara:


 Masjid Istiqlal di Jakarta Indonesia
 Masjid Negara Malaysia di Kuala Lumpur Malaysia
 Masjidil Haram di Makkah
 Masjid Nabawi di Madinah

2. Masjid Nasional
Masjid Nasional adalah masjid di Ibu Kota Provinsi yang ditetapkan oleh
Menteri Agama sebagai Masjid Nasional dan menjadi pusat kegiatan keagamaan
tingkat Pemerintahan Provinsi. Masjid di tingkat Nasional dibiayai dari
Pemerintah Provinsi melalui APBD dan bantuan masyarakat.
Masjid Nasional berfungsi sebagai pembina Masjid Agung yang ada
diwilayah provinsi bersama dengan Masjid Raya. Kepengurusannya ditetapkan
dan dilantik oleh Gubernur atau yang mewakilinya atas rekomendasi Direktur
Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam berdasarkan usulan Kepala Kanwil
Kementerian Agama Provinsi untuk waktu 3 tahun, dan dapat dipilih kembali
maksimal 2 periode.
Fasilitas penunjang yang dimiliki masjid Nasional sama seperti masjid Negara
namun terdapat perbedaan di daya tampung jamaah. Memiliki nilai budaya,
arsitektur serta nilai sejarah kebangsaan.

Contoh Masjid Nasional di Indonesia:


 Masjid Nasional Baiturrahman Banda Aceh Provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam
 Masjid Nasional Al Akbar di Surabaya Jawa Timur

3. Masjid Raya
Masjid Raya adalah masjid yang ada di Ibu Kota Provinsi dan ditetapkan oleh
Gubernur atas rekomendasi Kepala kantor Wilayah Kementerian Agama
Provinsi sebagai masjid Raya serta menjasi pusat kegiatan keagamaan tingkat
Pemerintahan Provinsi. Masjid Raya dibiayai Pemerintah Provinsi melalui
APBD dan dana masyarakat.
Masjid Raya berfungsi sebagai pembina Masjid Agung yang ada di wilayah
provinsi. Kepengurusan ditetapkan dan dilantik oleh Gubernur atau yang
mewakili atas rekomendasi Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama
Provinsi untuk waktu 3 tahun maksimal dipilih 2 periode.

Contoh Masjid Raya:


 Masjid Raya Baiturrahman di Semarang Jawa Tengah
 Masjid Raya Medan / Masjid Raya Al Mashun di Medan Sumatera Utara
 Masjid Raya Bandung Jawa Barat
 Masjid Raya Sumatera Barat

4. Masjid Agung
Masjid Agung adalah masjid yang terletak di Ibu Kota Pemerintahan
Kabupaten /Kota yang ditetapkan oleh Bupati/Walikota atas rekomendasi Kepal
Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota, menjadi pusat kegiatan sosial
keagamaan yang dihadiri oleh pejabat Pemerintaha Kabupaten/Kota. Masjid pada
tingkat ini dibiayai oleh Pemerintah Kabupaten/Kota dan swaadya masyarakat
muslim.
Masjid Agung berfungsi sebagai sebagai pembina masjid-masjid yang ada di
wilayah Kabupaten/Kota. Kepengurusannya ditetapkan oleh Bupati/Wali kota
atas rekomendasi Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota
berdasarkan usulan KUA Kecamatan, lembaga masyarakat, baik organisasi
kemasyarakatan maupun yayasan serta menjadi rujukan masjid dalam wilayah
Kabupaten/Kota.

Contoh Masjid Agung:


 Masjid Agung Jawa Tengah di Semarang
 Masjid Agung Demak di Demak Jawa Tengah
 Masjid Agung Solo di Solo Jawa Tengah
 Masjid Agung Banten di Kota Serang Banten
 Masjid Agung Sang Cipta Rasa di kompleks Keraton Kasepuhan, Cirebon,
Jawa Barat
 Masjid Agung Palembang di Kota Palembang Sumatera Selatan

5. Masjid Besar
Masjid Besar adalah masjid yang berada di kecamatan dan ditetapkan oleh
Pemerintah Daerah setingkat Camat atas Rekomendasi Kepala KUA Kecamatan
sebagai Masjid Besar, menjadi pusat kegiatan sosial keagamaan yang dihadiri
oleh camat, pejabat dan tokoh masyarakat tingkat kecamatan. Masjid yang
berada di tingkat ini dibiayai oleh Pemerintah Kecamatan atau organisasi
kemasyarakatan dan yayasan.
Masjid Besar berfungsi sebagai pembina masjid-masjid yang ada diwilayah
Kecamatan. Kepengurusan masjid dipilih oleh jamaah dan dikuatkan oleh Camat
atas usul Kepala KUA Kecamatan.
Contoh Masjid Besar:
 Masjid Al-Hidayah Bedugul, Bali
 Masjid Besar Cipaganti Kec. Sukajadi, Kota Bandung
 Masjid Besar Al Fatwa – Adi Sucipto, Kalimantan Barat
 Masjid Besar Al Furqon Nguter Sukoharjo Jawa Tengah

6. Masjid Jami’
Masjid Jami adalah masjid yang terletak di pusat pemukiman di wilayah
pedesaan/kelurahan. Masjid pada tingkat ini dibiayai oleh Pemerintah
Desa/Kelurahan dan swadaya masyarakat. Kepengurusan masjid dipilih oleh
jamaah dan ditetapkan oleh pemerintah setingkat Kelurahan/Desa atas
rekomendasi Kepala KUA Kecamatan.

7. Masjid Bersejarah
Masjid Bersejarah adalah masjid yang berada dikawasan peninggalan
Kerajaan/Wali/penyebar agama islam/memiliki nilai besar dalam sejarah
perjuangan bangsa. Dibangun oleh para Raja/Kesultanan/para wali penyebar
agama islam serta para pejuang kemerdekaan.

Kriteria masjid bersejarah :


a. Memiliki ciri-ciri arsitektural yang khas sesuai dengan zamannya serta latar
belakang historis, budaya pada zaman Kerajaan Islam maupun zaman
revolusi kemerdekaan
b. Tercatat oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata setempat sebagai cagar
budaya dan memiliki nilai sejarah
c. Pembiayaan pemeliharaan dan biaya operasional didanai oleh pemerintah
dan atau swasta (swadaya masyarakat), dan dari pihak swasta/masyarakat
d. Menjadi pusat kajian / informasi bagi wisatawan / pengunjung
e. Kepengurusan masjid ditetapkan oleh Gubernur atas usulan Kementerian
Agama Provinsi
Contoh Masjid Bersejarah :
 Masjid Menara Kudus
 Masjid Agung Demak

8. Masjid Di Tempat Publik


Masjid di tempat publik adalah masjid yang terletak dikawasan publik untuk
menfasilitasi masyarakat dalam melaksanakan ibadah. Kriteria sebagai berikut :
a. Berada di kawasan tertentu seperti kantor perusahaan, pabrik, perbankan,
kampus, sekolah/madrasah/pondok pesantren, rumah sakit, hotel, pelabuhan,
SPBU, Rest Area, dll.
b. Dibangun dan dibiayai oleh pemerintah / perusahaan/ instansi terkait/ biaya
dari pihak swasta / masyarakat.
c. Diusahakan berada dibangunan tersendiri / terpisah dari bangunan utama,
atau ruangan khusus yang memang diperuntukkan untuk ibadah
d. Memiliki ruang ganti atau ruang khusus bagi khatib, imam yang memadai
e. Berfungsi untuk pembinaan keagamaan, karakter dan tradisi
keilmuan/budaya kerja bagi karyawan, jamaah, mahasiswa/i dan masyarakat
f. Pengurus dipilih oleh jamaah atau pimpinan perusahaan/ instansi/ kampus
yang sesuai dengan otoritas kerjanya.

9. Mushalla
Mushalla adalah masjid kecil yang terletak di kawasan pemukiman maupun
publik untuk menfasilitasi masyarakat melaksanakan ibadah. Kriteria sebagai
berikut :
a. Berada di kawasan tertentu seperti pemukiman setingkat RT, kantor,
perusahaan, pabrik, sekolah, restoran, dll.
b. Dibangun atau dibiayai oleh pemerintah/instansi, perusahaan atau swadaya
masyarakat
c. Berada di bangunan tersendiri atau berupa ruangan khusus pada bangunan /
gedung yang diperuntukkan untuk ibadah
d. Berfungsi sebagaimana umumnya masjid, yakni sebagai tempat shalat
berjamaah masyarakat dan untuk pembinaan keislaman, akhlak, dan tradisi
keilmuan.
e. Pengurus ditetapkan dan dilantik oleh jamaah atau pimpinan perusahaan,
instansi yang sesuai dengan otoritas kerjanya
f. Mushalla di lingkungan masyarakat menjadi bagian dari pembinaan masjid
disekitarnya.

Terdapat sejumlah istilah yang sering digunakan masyarakat berhubungan


dengan masjid. Kementerian Agama Republik Indonesia membagi tipologi masjid
berdasarkan 8 hal, yakni :7
1. Masjid Berdasarkan Ukuran dan Fungsi :
a. Masjid, merupakan bangunan tempat ibadah shalat yang bentuk bangunannya
dirancang khusus dengan berbagai atribut masjid yang cukup megah seperti
menara, kubah dll.
b. Mushalla, merupakan sebuah bangunan tempat ibadah shalat yang dapat
menampung maksimal 100 jamaah dilengkapi dengan atribut seperti kubah,
hiasan kaligrafi, dll. Biasanya berada di tempat keramaian dan terkadang bisa
untuk melaksanakan shalat jum’at.
c. Langgar, merupakan sebuah bangunan tempat ibadah shalat yang bangunannya
tidak terlalu besar yang dapat menampung maksimal 50 jamaah namun tidak
bisa dipakai melaksanakan shalat jum’at.
2. Masjid Berdasarkan Wilayah :
a. Masjid Negara
b. Masjid Nasional
c. Masjid Raya

7
Tipologi Masjid, Dirjen Bimas Islam Departemen Agama, 2008, halaman: 49-65.
d. Masjid Agung
e. Masjid Besar
f. Masjid Jami’
g. Masjid-masjid yang berada di lingkungan masyarakat
3. Masjid Berdasarkan Aktifitas :
a. Masjid Statis
Pengelola atau pengurus masjid mengurus jamaah tetap hanya saat
shalat fardhu. Hubungan pengelola dan jamaah hanya sebatas hubungan
formal antara imam dan jamaah saat melaksanakan shalat. Sifat kepengurusan
tertutup dan biasanya turun temurun.
b. Masjid Aktif
Pengelola atau pengurus masjid aktif memperhatikan potensi-potensi
jamaah dan masyarakat sekitar untuk diajak bersama-sama membina diri dan
jamaah lainnya melalui lembaga masjid. Sifat kepengurusan lebih terbuka dan
memiliki semangat untuk memakmurkan masjid.
c. Masjid Berdasarkan Professional
Pembagian tugas pengurus dan program kerja tersusun rapi. Para
pengelola masjid mengurus dan merangkul secara aktif jamaah tetap dan
jamaah yang potensial di luar masjid itu sendiri.
4. Masjid Berdasarkan Status Pengelolaan
a. Masjid yang dikelola oleh keluarga
b. Masjid yang dikelola oleh masyarakat
c. Masjid yang dikelola oleh pemerintah
d. Masjid yang dikelola oleh yayasan atau organisasi
5. Masjid Berdasarkan Status Kepemilikan
a. Status tanah dan bangunan
b. Status dana pembangunan
6. Masjid Berdasarkan Sumber Pembiayaan
a. Sumber dana sepenuhnya dari pemerintah
b. Sumber dana non pemerintah
7. Berdasarkan Letak Geografis
a. Masjid di daerah perkotaan
b. Masjid di daerah pedesaan
Perbedaannya terletak pada banyak hal seperti : budaya masyarakat, kebiasaan
berorganisasi, fasilitas, tingkat partisipasi masyarakat, dll.
8. Letak geografis
a. Masjid Kampus
b. Masjid Pesantren
c. Masjid Sekolah
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Masjid adalah rumah tempat ibadah umat muslim. Masjid menjadi fasilitas
bagi umat Islam untuk mencapai perkembangan di era sekarang. Fungsi masjid pada
awalnya memang tidak hanya sekedar untuk beribadah atau tempat sujud, melainkan
memiliki banyak fungsi lain di dalamnya yang dapat menjadi sentra kegiatan
ekonomi, sosial, budaya, dan lain-lain.
Masjid juga di klasifikasikan menjadi beberapa macam yang dikategorikan
sesuai tipe-tipe yang ada. Pengkategorian ini dijadikan sebagai pembeda diantara
masjid-masjid yang lain dengan ketentuan beberapa aspek yang harus dipahami.
Dengan memahami berbagai tipologi klasifikasi masjid dapat menambah
pengetahuan mengenai masjid yang sesuai dengan aspek fungsi, wilayah, aktivitas,
ukuran, dan lain-lainnya.

B. Saran
Makalah ini memuat materi tentang ilmu wawasan mengenai klasifikasi dari
masjid yang relevan dengan ilmu manajemen masjid. Penulis membuat makalah ini
berdasar sumber-sumber terpercaya berharap agar dapat bermanfaat untuk para
pembaca dapat memahami mengenai manajemen masjid yang baik. Namun, pembaca
diharapkan juga menambah sumber lain untuk referensi yang lebih luas.
DAFTAR PUSTAKA

Afif, Mufti, dkk., Optimalisasi Pengelolaan Filantropi Islam Berbasis


Masjid. Ponorogo:UNIDA GONTOR PRESS, 2021.
Ayub, Mohammad E., Manajemen Masjid: Petunjuk praktis bagi para pengurus,
Jakarta: Gema Insani Press, 1996.
Darojat dan Wahyudiana, “Memfungsikan Masjid Sebagai Pusat Pendidikan Untuk
Membentuk Peradaban Islam”, Jurnal Islamadina, Vol. 13, No. 02, Juli 2014.
Fauzan, Syaikh Abdullah bin Shalih al-, Fiqih Seputar Masjid: Definisi, Keutamaan,
Adab, Hukum, Tata Cara Shalat Jamaah, Shalat Jum‟at, Serta Hukum Wanita
Datang Ke Masjid, Jakarta: Imam Syafii, 2011.
Humairah, Siti dan Faizah Mastutie, "Tipologi Fasad Bangunan Masjid Di Indonesia"
Jurnal Media Matrasain, Vol. 10, No. 02, Agustus 2013.
Jamal, Moh. Yusup Saepuloh, dkk., Transformasi Dan Optimalisasi Potensi Masjid
Daerah Ujung Utara Kabupaten Tasikmalaya: (Penelitian Transformatif di
Masjid Al Barokah Dusun Cikadu Desa Guranteng Tasikmalaya), Wonosobo:
Penerbit Mangku Bumi, 2019.
Kurniawan, Syamsul, “Masjid Dalam Lintasan Sejarah Umat Islam”, Jurnal
Khatulistiwa (Journal of Islamic Studies), Vol. 04, No. 02, September 2014.
Rosadi, Barit Fatkur, “Masjid Sebagai Pusat Kebudayaan Islam”, Jurnal An-Nur, Vol
06, No. 01, Juni 2014.
Saputra, Andika dan Nur Rahmawati Syamsiyah, Arsitektur Masjid: Dimensi
Idealitas dan Dealitas. Surakarta: Muhammadiyah University Press, 2020.
Umar, Suhairi, Pendidikan Masyarakat Berbasis Masjid, Yogyakarta: Penerbit
Deepublish, 2019.
Zainal, Masjid Silaturrahim Dan Sepenggal Kisahnya. Yogyakarta: Penerbit
Deepublish, 2020.

Anda mungkin juga menyukai