MASJID
NURUL AWWALIN
Disusun oleh :
Masjid merupakan tempat yang sangat mulia dan jika kita berada di
dalamnya tentu akan mersakan suatu kebahagiaan. Dari masjid kita dapat belajar
mengenai berbagai sendi kehidupan mulai tentang agama, urusan sosial, sampai pada
soal pendidikan, bahkan kegiatan yang aspek ekonomi dalam arti luas.
Kondisi sebagaimana disebutkan tadi sering diperoleh di Masjid yang
dikelola oleh Manajemen Masjid yang memadai. Marilah kita belajar dari masjidil
Haram di Makkah yang tidak pernah berhenti dari yang namanya kegiatan. Bahkan
yang pernah datang kesana selalu rindu untuk kembali mendatanginya. Daya tariknya
sungguh luar biasa.
Ada beberapa prinsip yang terjadi di Masjidil Haram, yang terjadi juga di
beberapa masjid di Indonesia seperti jamaah yang selalu membludak dan sebagainya.
Masjid-masjid tersebut pada umumnya relatif makmur, bisa memberikan solusi bagi
umat yang membutuhkan penanganan persoalan dan penyelesaian masalah. Masjid
yang demikian biasanya memiliki pengelolaan yang yang baik.
Maka dari itu makalah ini akan membahas tentang beberapa persoalan dan
penyelesaian yang di hadapi Masjid Nurul Awwalin yang terletak di dukuh Gunung
tengah desa Argosari, kabupaten Kebumen.
PEMBAHASAN I
TEORI UMUM TENTANG MASJID
A. Pengertian Masjid
Masjid berarti tempat beribadah. Akar kata masjid
adalah sajada dimanasajada berarti sujud atau tunduk. Kata masjid sendiri berakar
dari bahasa arab. Diketahui pula bahwa, kata masgid ditemukan dalam sebuah
inskripsi dari abad ke-5 sebelum masehi yang berarti “tiang suci” atau “tempat
sembahan”. Masjid dapat diartikan sebagai tempat dimana saja untuk bersembahyang
orang muslim, seperti sabda Nabi Muhammad saw. Sebagai berikut:” Di manapun
engkau bersembahyang, tempat itulah masjidnya”.
Hakikat dari masjid adalah tempat melakukan segala aktivitas berkaitan
dengan kepatuhan kepada Allah semata. Oleh karena itu masjid dapat diartikan, bukan
hanya tempat shalat dan bertayamum (berwudlu) namun juga sebagai tempat
melaksanakan segala aktivitas kaum muslimin berkaitan dengan kepatuhan kepada
Allah SWT.[1]
C. Fungsi Masjid
bahwa sepanjang perjalanannya, amsjid yang pertama kali didirikan tidak
kurang dari sepuluh fungsi yang diembannya yaitu sebagai berikut:
1. Temopat ibadah (shalat dan dzikir)
2. Tempat konsultasi dan komunikasi ( maslah ekonomi, sosial, dan budaya)
3. Tempat pendidikan
4. Tempat santuna sosial
5. Tempat latihan militer dan persiapan alat-alatnya
6. Tempat pengobatan para korban perang
7. Tempat perdamaian dan pengadilan sengketa
8. Aula tempat menerima tamu
9. Tempat menawan tahanan dan pusat penerangan dan pembelaan agama.[3]
D. Pengelolaan Masjid
1. Pengelolaan serta pengembangan Sarana, Prasarana, dan Fasilitas
Semua sarana, prasarana, dan fasilitas masjid yang sudah ada harus dikelola
dengan baik dan tepat penggunaannya, karena hal itu merupakan bagian dari amanat
umat. Di samping itu semua saprafas yang ada hendaknya di kembangkan sedemikian
rupa.
Banyak cara yang dapat dilakukan untuk melaksanakan pengembangan sarana
prasarana fasilitas masjid, diantaranya dapat dilaksanakan melalui cara-cara sebagai
berikut:
a. Menambahkan jumlah sarana prasarana fasilitas masjid yang masih kurang
b. Memperluas lahan atau ruangan
c. Memperbaiki sarana,prasarana fasilitas yang masih dapa digunakan
d. Mengganti sarana prasarana fasilitas yang sudah rusak
e. Menyelenggarakan pelatihan dan pendidikan bagi SDM untuk meningkatkan
kualitas pengurus atau pengelolaan masjid
f. Melakukan penelitian sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan dalam rangka
pengembangan masjid
g. Bekerja sama dengan pihak terkait dalam rangka mengembangkan seluruh sarana
prasarana fasilitas.[4]
2. Pengelolaan dan pengembangan SDM
Tampaknya tak perlu diragukan lagi bahwa pengurus masjid sekarang semakin
baik. Para pendahulu kita banyak yang bijak dalam mengelola potensi umat. Kini pun
tidak sedikit pengelola potensi umat yang menyamai kualitasnya khususnya yang
berkiprah melalui kegiatan-kegiatan dalam rangka memakmurkan masjid.
Tiga hal yang mendasari pengelolaan dan pengembangan agar lebih efisien
dan efektif yaitu rapat pengurus, pengajian, dan kaderisasi. Sesungguhnya dapat
dirangkum dalam satu kegiatan yaitu pengajian rutin. Adapun pengajian rutin itu
sebaiknya di bagi menjadi 5 bagian:
a. Pengajian rutin pengurus masjid
b. Majlis ta’lim ibu-ibu
c. Pengajian “IRMA”
d. Pengajian anak-anak
e. Pengajian rutin bagi para jamaah[5].
3. Pengelolaan dan pengembangan keuangan masjid
Untuk pengembangan keuangan masjid sebaiknya dilakukan hal-hal sebagai
berikut:
a. Melakukan usaha-usaha produktif yang sesuai dengan syariat
b. Budidaya umat
c. Mengembangkan kerjasama melalui silaturahmi antar pengurus dan atau antar
jamaah masjid.[6]
E. Problematika
Masjid tidak luput dari berbagai problematika, baik menyangkut pengurus
maupun berkenaan dengan jamaahnya, jika hal ini dibiarkan keberadaan masjid tak
berbeda dengan banguna biasa.
1. Pengurus Tertutup
Pengurus dengan corak kepemimpina yang tertutup biasanya tidak peduli
terhadap aspirasi jamaahnya. Mereka menganggap diri lebih tahu dan bersikap masa
bodoh atas usul dan pendapat. Mereka sulit memperlakukan kritik sebagai masukan
yang konstruktif untuk perbaikan.[7]
2. Jamaah Pasif
Jamaah yang pasif juga salah satu faktor penghambat kemajuan dan
kemakmuran masjid. Pembangunan masjid akan sangat tersendat apabila jamaahnya
enggan turun tangan atau malas menghadiri kegiatan-kegiatan yang direncanakan oleh
pihak pengelola.[8]
3. Kegiatan Kurang
Memfungsikan masjid semata-mata sebagai tempat ibadah shalat jum’at
otomatis menisbikan inisiatif untuk menggelorakan kegiatan kegioatan lain. Masjid
seperti ini sungguh jauh dari status maju apalagi makmur.[9]
F. Keuangan Masjid
Ada cara mengumpulkan dana ada beberapa cara diantaranya:
1. Mengadakan bazar amal
2. Mengadakan pertunjukan
3. Menjual kalender hijriah
4. Lelang bahan bangunan masjid
5. Menjual piagam[10]
PEMBAHASAN II
MASJID NURUL AWWALIN
A. KESIMPULAN
Dari beberapa uraian diatas dimulai dari pembahasan teori umum tentang
masjid kemudian dilanjutkan dengan hasil penelitian pemakalah yaitu tentang masjid
Nurul Awwalin dapat disimpulkan bahwa masjid Nurul Awwalin masih menerapkan
sistem tradisional walaupun tidak secara keseluruhan misalnya di kepengurusan sudah
ada struktural yang jelas ini berarti sudah menerapkan sistem modern. Kenapa masih
menerapkan sistem modern, hal ini karena masjid Nurul Awwalin merupakan masjid
yang terletak di pedesaan terpencil di Kebumen, yaitu dukuh Gunung tengah RT 01-
RT 06 RW 05 desa Argosari, kecamatan Ayah.
Dengan demikian pengembangan tidak mengalami peningkatan yang
signifikan. Misalnya untuk pemasukan sumber dana hanya mengandalkan dari infaq
dan iuran atau donatur dari masyarakat sekitar. Selain itu juga banyak problematika
yang di hadapi oleh masjid Nurul Awwalin misalnya, Kurangnya Pengurus yang
hanya terdapat enam orang yang masuk kedalam struktural kepengurusan sehingga
optimal dalam pengelolaan masjid dan juga kurangnya fasilitas seperti tempat
berwudu masih belum memadai, belum ada tempat parkir, alat pembersih, almari,
Qur’an dan kitab masih sedikit sehingga cara ngajinya bergantian.
Dan salah satu kelemahan lain yang paling menonjol dalam pembinaan
masjid yang berada dalam masjid pedesaan adalah pengurusan masjid di desa-desa
praktis berpusat di satu tangan seorang ulama setempat saja. Ia menjalankan peran
rangkap sebagai imam sekaligus khatib, amil, guru ngaji, penyelenggara jenazah dan
lain-lain.
B. ANALISIS
1. Kritik
a. Memperbaiki problematika masjid untuk mencapai kesejahteraan masjid.
b. Menahan lahan untuk tempat parkir
c. Dan menyediakan mukena dan fasilitas lainnya untuk para santri.
2. Saran
a. Sebaiknya pengurus masjid lebih serius dalam menangani persoalan-persoalan yang
berhubungan dengan masjid sebagai pusat ibadah dan kajian islam bagi masyarakat
sekitar.
b. Dapat lebih memperhatikan dan mengembangkan kegiatan yang sudah di
agendakan.
c. Agar rencana pembangunan dan pengembangan masjid dapat lancar dan sukses
maka sebaiknya menerapkan konsep modern yaitu planning, organizing,
actuating, dan controling.
DAFTAR PUSTAKA
Ayub, Moh. Manajemen Masjid Petunjuk Praktis Bagi Para Pengurus. Jakarta: GEMA INSANI
PRESS.1996.
Suherman, Eman. Manajemen Masjid Kiat Sukses Meningkatkan Kualitas SDM Melalui
Optimalisasi Kegiatan Umat Berbasis Pendidikan Berkualitas Unggul.Bandung:
ALFABETA. 2012.
Handryant, Aisyah N. Masjid Sebagai Pusat Pengembangan Masyarakat Integrasi Konsep
habluminallah, Habluminannas, Habluminal’alam. Malang: UIN-MALIKI Press
2010
http://nurwahidiain.blogspot.co.id/2015/01/makalah-manajemen-masjid.html