PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Masjid merupakan pusat tempat ibadah kaum muslim, selain itu masjid juga
merupakan tempat rang berkumpul dan melakukan sholat berjamaah, dengan tujuan
untuk meningkatkan solidaritas dan silaturahmi dikalangan kaum muslim, dimasjid
pula merupakan tempat untuk melangsungkan shlat Jumat. Adanya pengetahuan
mengenai konsep dasar masjid sangat dibutuhkan untuk meningkatkan rasa solidaritas
akan pentingnya keberadaan masjid, dan tetap menjaga eksistensi keberadaanya.
Khususnya bagi kalangan muda yang semestinya mengetahui akan pentingnya
keberadaan masjid dilingkungan mereka.
Fenomena yang muncul, terutama di kota – kota besar, memperlihatkan
banyak masjid yang telah menunjukkan fungsinya sebagai tempat ibadah, tempat
pendidikan, dan kegiatan – kegiatan sosial lainnya.
B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian masjid ?
2. Apa saja ruang lingkup masjid ?
3. Apa saja peran dan fungsi masjid ?
C. Tujuan masalah
1. Untuk mengetahui apa pengertian masjid.
2. Untuk mengetahui apa saja ruang lingkup masjid.
3. Untuk mengetahui apa saja peran dan fungsi masjid.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian masjid
Masjid berasal dari bahasa arab sajadah yang berarti tempat sujud atau tempat
menyembah Allah SWT bumi yang kita tempati inilah masjid bagi kaum muslimin
seirang muslim boleh melakukan sholat di belahan bumi manapun, terkecualidiatas
kuburan, diatas tempat yang bernajis, dan ditempat-tempat yang menurut syariat islam
tidak sesuai untuk dijadikan tempat sholat.
Secara bahasa masjid adalah tempat yang digunakan atau dipakai untuk
bersujud. Kemudian maknanya meluas menjadi bangunan khusus yang dijadikan
orang – orang untuk tempat berkumpul menunaikan shalat berjamaah. Az- zarkasyi
berkata, “ manakala sujud merupakan perbuatan paling mulia dalam sholat,
disebabkan kedekatan hamba Allah kepada – Nya di dalam sujud, maka tempat untuk
melaksanakan shlat di ambil dari kata sujud (yakni masjad = tempat sujud), kemudian
perkembangan berikutnya lafazh masjad berubah menjadi masjid, yang secara istilah
berarti bangunan khusus yang disediakan untuk sholat lima waktu.
1
E. Mohammad.Ayub., Muhsin, Ramlan.Mardjoned, manajemen masjid (Jakarta: Gema Insani Press, 1996),15.
2
tingkat tinggi. Sebaliknya, tidak sedikit jumlah masjid yang pembangunannya
diusahakan dengan susah payah justru sunyi dari kegiatan. Disana sini dijumpai
masjid yang berfungsi seminggu sekali, yakni untuk shalat Jum’at.
Di dalam proses pembangunan masjid, hal-hal ironis pun makin jadi
pemandangan biasa. Sebagai “proyek”, si pemborong yang terbiasa berfikir
dalam perhitungan benefit medmpergunakan para pekerja. Mereka bekerja keras
membangun masjid bahkan tinggal di masjid, tapi tidak kenal shalat.Bagi mereka,
taka da bedanya antara kerja membangun gedung biasa dengan mendirikan
masjid.Belum pernah terdengar ada pihak yang memberlakukan sanksi bagi
pekerja suatu masjid yang tidak shalat mungkin saja ada yang mengingatkan atau
menasehati mereka, tetapi tidak sampai pada tindakan pemecatan.Padahal, tidak
sedikit pemborong bangunan masjid yang berpredikat haji.
Rasulullah mempraktikkan masjid sebagai pusat pembinaan umat.Benang
merah kemakmuran masjid dirangkai dari pembinaannya yang intensif.Pada
zaman Rasul, masjid senantiasa padat dengan kegiatan terutama shalat
berjamaah.Setiap shalat di selenggarakan berjamaah, sehingga masjid tidak pernah
sepi dari kegiatan takwa.Jika akhir-akhir ini kita melihat mujud fisik yang
bangunannya megah tetapi sunyi dari kegiatan, itu jelas merupakan
penyiumpangan fungsi yang keterlaluan.
Kekurang berdayaan “masjid membina umat” terlihat nyata di masjid yang
tersebar di desa-desa.Suara adzan saja terkadang belum dikumandangkan setiap
waktu, apalagi waktu subuh. Dikota-kota, banyak masjid yang megah indah dan
strategis tempatnya tapi jamaahnya tidak lebih dari lima orang pada saat shalat
subuh.
2. Dinamika Masjid
Keadaan masjid mencerminkan keadaan umat Islam.Makmur atau sepinya
masjid sangat bergantung pada mereka.Apabila mereka rajin beribadah ke masjid,
maka makmurlah tempat ibadah itu.Tapi apabila mereka enggan dan malas
beribadah ke masjid, maka sepi pulalah baitullah tersebut.Logis pula jika keadaan
umat Islam dapat di ukur dari kehidupan dan kemakmuran masjidnya.Masjid yang
makmur menunjukan kemajuan umat disekitarnya, sedangkan masjid yang
terlantar dan kurang terawat mengisyaratkan tipisnya iman dan kurangnya rasa
tanggung jawab umat di sekitarnya.
3
Dinamika sebuah masjid amat ditentukan oleh faktor objektif umat Islam di
sekitarnya. Umat yang dinamis akan menjadikan masjidnya dinamis. Berbagai
aktivitas dan kreativitasnya tentu akan berlangsung di masjid. Tempat ibadah ini
jadi memiliki daya tarik bagi jamaahnya.
3. Problematika Masjid
Masjid tidak luput dari berbagai problematika, baik menyangkut pengurus,
kegiatan, maupun yang berkenaan dengan jamaah.Jika saja rupa-rupa
problematika ini dibiarkan berlarut-larut, kemajuan dan kemakmuran masjid bisa
terhambat.Fungsi masjid menjadi tidak berjalan sebagaimana mestinya, sehingga
keberadaan masjid tak berbeda dengan bangunan biasa.
- Pengurus tertutup
pengurus masjid dipilih oleh jamaah dan dari jamaah secara demokratis.
Mereka dianggap mampu mengemban amanah jamaah.Yakni, melaksanakan
tugas dengan baik dan membuat laporan pertanggungjawaban kerja secara
berkala. Lantaran harapan tak selalu sama dengan kenyataan, jamaah dapat
saja salah pilih. Muncullah pengurus yang tidak aktif, atau yang bersifat
keluarga sentris, atau yang menetapkan corak kepimimpinan tertutup dalam
hal program kegiatan masjid dan keuangan.
- Jamaah pasif
Jamaah yang pasif juga salah satu faktor penghambat kemajuan dan
kemakmuran masjid. Pembangunan masjid akan sangat tersendat-sendat
apabila jamaahnya enggan turun tangan, berkeberatan mengeluarkan sebagian
kecil rezekinya untuk sumbangan, atau malas menghadiri kegiatan-kegiatan
yang direncanakan oleh pihak pengelola masjid. Tanpa dukungan aktif dari
jamaah di sekitar, tentu saja berlebihan mendambakan hasil yang berarti dxari
masjid.
- Berpihak pada satu golongan atau paham
Pengurus masjid yang dalam melaksanakan tugas pembangunan atau kegiatan
pelaksanaan ibadah memihak satu golongan atau paham akan mengakibatkan
jamaah itu pasif. Menolak sikap/paham golongan yang kebetulan tidak
senaluan, disamping tidak memperlihatkan jiwa besar, juga akan menjadikan
kegiatan masjid kehilangan gairah. Perbedaan paham dalam masalah
khilafiyah, misalnya, bukan harga mati untuk menolak kerja sama yang
berdimensi keagamaan. Adalah ironis jika pengurus masjid sampai terjebak
4
pada fanatisme sempit atas nuansa perbedaan yang bersifat tidak terlalu
prinsip.
- Kegiatan kurang
memfungsikan masjid semata-mata sebagai tempat ibadah shalat Jum’at
otomatis menisbikan inisiatif untuk menggelorakan kegiatan kegiatan lain.
Masjid hanya ramai sekali dalam seminggu.Di luar jadwal itu barangkali
hanya para musafir yang dating untuk shalat dan beristirahat.Masjid seperti ini
namanya tetap masjid, tapi sungguh jauh dari status maju apalagi makmur.
Masjid “nganggur” semacam ini memerlukan suntikan program agar ia lebih
berfungsi.
- Tempat wudhu kotor
kurangnya pemeliharaan mengakibatkan masjid kotor dan rusak bila tempat
mengambil wudhu dan WC-nya kurang dirawat dan dibersihkan, banyak
masjid yang mengabaikan kebersihan kedua tempat rawan itu. Bau tak sedap
yang ditimbulkan dapat mengganggu orang-orang yang hendak beribadah di
masjid. Citra masjid pun lama-lama akan menjadi negative. Masjid sebagai
tempat ibadah harus dibebaskan dari kesan jorok. Bukankah sunnah bagi umat
Islam untuk senantiasa bersih dan memelihara kebersihan.
4. Mengatasi Problematika Masjid
Setiap problematika masjid yang muncul perlu diatasi sesuai dengan
keadaan dan kemampuan pengurus dan jamaah masjid.Tentu aja tidak semuanya
dapat diatasi, tetapi niscaya ada yang dapat ditangani dengan baik dengan
mendahulukan yang lebih patut. Teknik pemecahan masalah pada umumnya
manjur dengan cara bertahap karena terapi yang drastis cenderung berakibat
mengejutkan. Meski pendekatan berjenjang ini agak memakan waktu, sasaran
terpenting adalah suksesnya mencapai tujuan.
Problematika masjid yang muncul tidak boleh dibiarkan berlarut, sehingga
keadaannya makin parah dan berat.Setiap masalah yang muncul sebaiknya siatasi
sesegera mungkin. Bertindak dalam tahap awal akan lebih ringan jika
dibandingkan dengan mengatasi sesuatu yang terlanjur kronis. Namun,
kesemuannya itu terpulang kembali kepada faktor manusianya, yakni pengurus
dan jamaahnya mampukah mereka mengatasinya dengan baik atau tidak.
5. Memelihara Citra Masjid
5
Sebagai baitullah, masjid merupakan tempat suci umat Islam.Di tempat
inilah umat Islam beribadah, menghadapkan wajahnya kepada Allah SWT.apabila
ada orang yang mengotori masjid, sudah sewajarnya umat Islam merasa
tersinggung dan marah. Umat yakin bahwa masjid tempat yang wajib dibela dan
dipelihara kesuciannya. Karena itu, apapun bentuk usaha yang merusak kesucian
masjid mereka akan berjihad untuk membela masjid.
Pemeliharaan dan pelestarian citra masjid terpikul sepenuhnya di pundak
umat Islam.Baik sebagai pribadi maupun komunitas, umat harus menjaga agar
citra masjid tidak buruk dan rusak dalam pandangan dan gangguan pihak
luar.Memelihara citra masjid tidak terbatas pada aspek fisik bangunannya, tetapi
juga menyangkut gairah kegiatannya. Dalam konteks ini, faktor penentunya tak
lain dari sumber daya manusia, yakni pengurus dan jamaah.
2
E. Mohammad.Ayub., Muhsin, Ramlan.Mardjoned, manajemen masjid (Jakarta: Gema Insani Press, 1996),7.
6
e. Masjid didirikan oleh orang-orang takwa secara bergotong royong untuk
kemaslahatan bersama.
Dengan demikian peranan masjid tidak hanya menitikberatkan pada pola aktivitas
yang bersifat akhirat, tetapi memperpadukan antara aktivitas ukhrawi dan aktivitas
duniawi.
fungsi utama masjid adalah tempat sujud kepada Allah SWT tempat
sholat dan tempat beribadah kepada-Nya. Lima kali sehari semalam umat islam
dianjurkan mengunjungi masjid guna melaksanakan sholat berjamaah. Masjid
7
juga merupakan tempat yang paling banyak dikumandangkan nama Allah melalui
adzan, qamat, tasbih, tahmid, tahlil, istighfar, dan ucapan lain yang dianjurkan
dibaca di masjid sebagai bagian dari lafaz yang berkaitan pengagungan asma
Allah, selain itu masjid juga berfungsi sebagai;
8
pengembangan dan pengelolan yang baik sehingga bisa mencetak insan-insan
yang berkualitan dan masyarakat yang sejahtera.
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Islam sebagai agama universal (kaffah atau menyeluruh) ditakdirkan sesuai
dengan tuntunan tempat dan zaman.Ia sempurna sebagai sumber dari segala sumber
nilai. Di dalam Islam tersedia prinsip-prinsip dasar kesempurnaan itu, prinsip yang
tidak akan mengalami perubahan sedikit pun sepanjang sejarah umat manusia. Jadi,
sungguh tidak tepat usaha/sikap memahami Islam yang bersifat sepotong-potong.Dan
masjid merupakan sarana untuk pemahaman serta pendalaman berbagai aspek
keislaman tersebut.
Dewasa ini, kita memasuki era globalisasi.Era yang ditandai dengan kian
gencarnya pembangunan menyeluruh dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan
teknologi (iptek), dengan arus informasi sebagai acuan utamanya. Salah satu
tujuannya adalah mengangkat harkat, derajat, dan martabat manusia sehingga akan
tercipta kenyamanan, kelengkapan, keseimbangan,dan kesempurnaan hidup manusia.
B. Saran
Sebagai generasi muda muslim, kita diharuskan untuk senantiasa menjaga dan
merawat akan adanya keberadaan masjid. Masjid tidak hanya dijadikan sebagai
tempat ibadah saja, melainkan sebagai sarana pendidikan dan tempat kegiatan –
kegiatan sosial lainnya. Dengan adanya pengelolaan masjid dengan baik maka akan
mampu menciptakan lingkungan kehidupan yang baik disekitar masjid.
10
DAFTAR PUSTAKA
11