POLITEKNIK LP3I
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT , atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah yang berjudul “ Peran dan Fungsi Mesjid Untuk Kesejahteraan Umat “ dapat tersusun
sampai dengan selesai.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan bagi
pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan
dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................................
DAFTAR ISI..................................................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN..............................................................................................................
LATAR BELAKANG……………………………………………………………………
RUMUSAN MASALAH…………………………………………………………………
BAB 2 PEMBAHASAN................................................................................................................
BAB 3 PENUTUP..........................................................................................................................
KESIMPULAN……………………………………………………………………………
SARAN…………………………………………………………………………………...
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Masjid merupakan pusat kegiatan kaum muslimin. Dari sanalah seharusnya kaum
muslimin merancang masa depannya, baik dari segi din (agama), ekonomi, politik, sosial
dan seluruh sendi kehidupan, sebagaimana para pendahulunya memfungsikan masjid
secara maksimal. Perkembangan masjid pada masa sekarang ini yang begitu pesat itu
dapat dilihat di kota-kota sampai ke pelosok-pelosok desa. Masjid mudah kita jumpai
dimana saja, baik di terminal, tempat rekreasi, dan dilembaga-lembaga pendidikan.
Keadaan yang demikian di satu sisi tentu membuat hati begitu senang dan bahagia karena
orang-orang mulai sadar akan pentingnya shalat. Mereka membuat masjid di berbagai
tempat dengan harapan agar mempermudah proses ibadah yang akan mereka kerjakan.
Hal itu boleh-boleh saja dilakukan mengingat sekarang ini banyak orang yang memiliki
mobilitas tinggi, hingga mereka dituntut untuk berpacu dengan waktu. Kehadiran masjid-
masjid di sekitar mereka sedikit banyak akan membantu karena tidak perlu waktu lama
untuk mendatangi masjid dan shalat berjamaah di dalamnya (Faruq, 2010: 23). Di sisI
lainnya, fenomena pertumbuhan masjid yang semakin banyak ternyata tidak diimbangi
dengan upaya memakmurkannya. Tidak semua masjid yang dibangun bisa
mengoptimalkan fungsinya, karena masjid mulai mengalami mutilasi fungsi dan distorsi
wilayah kerja. Masjid hanya identik dengan tempat shalat, tidak lebih dari itu. Kalaupun
lebih maksimal hanya event-event seremonial tahunan. Itupun kalau bisa berjalan dengan
baik, karena ada beberapa masjid yang bahkan tidak digunakan shalat jamaah lagi,
terlebih shalat dzuhur dan asar. Sehingga banyak masjid telah dibangun tetapi sepi dari
jamaah. Semua itu disebabkan karena pada masa sekarang banyak orang membangun
masjid tidak didasari dengan rasa taqwa melainkan hanya sebagai pelengkap dan
legitimasi keislaman di suatu lingkungan. Saat ini orang mendirikan masjid di mana-
mana tanpa ada suatu perencanaan yang baik sebagai tempat pembinaan umat lahir dan
batin. Jangankan mempersiapkan perencanaan pembinaan umatnya, pengurus masjidnya
sendiri jarang ke masjid (Supardi, 2001: 20). Keadaan masjid mencerminkan keadaan
umat Islam. Makmur dan sepinya masjid bergantung mereka. Apabila mereka rajin
beribadah ke masjid, maka makmurlah tempat ibadah itu. Tetapi apabila mereka enggan
atau malas ke masjid maka sepi pulalah masjid tersebut. Memang logis apabila
keadaan umat Islam diukur dengan keadaan masjid yang ada di daerahnya. Masjid yang
makmur menunjukkan kemajuan umat di sekitarnya, sedangkan masjid yang sepi
menunjukkan kualitas iman dan rasa tanggung jawab umat di sekitarnya sudah menipis.
Dengan adanya
umat Islam di sekitarnya, masjid perlu mengaktualisasikan perannya dalam
mengkoordinir mereka, baik untuk shalat jamaah, maupun aktivitas lainnya, dalam
rangka menyatukan potensi dan kepemimpinan umat. Selanjutnya, umat yang
terkoordinir secara rapi oleh pengurus masjid (dalam hal ini takmir masjid) dibina
keimanan, ketakwaan, ukhuwah dan dakwah Islamiyah sehingga masjid menjadi basis
umat Islam yang kokoh (Siswanto, 2005: 27). Mewujudkan masjid yang makmur dan
mengoptimalkan fungsinya pastinya menjadi kewajiban bagi seluruh umat Islam. Karena,
masjid adalah tempat yang suci bagi kaum muslimin, sehingga dituntut untuk mengelola
dan melestarikannya. Banyak hal yang bisa dilakukan dalam rangka mengelola dan
melestarikan masjid. Hal yang paling sederhana, namun memiliki nilai yang sangat besar
adalah menunaikan shalat berjamaah di masjid secara rutin. Tidak hanya pahala yang
didapat, tetapi juga keterikatan secara emosional terhadap masjid menjadikan jamaah
semakin mencintainya. Rasa cinta itulah yang kemudian akan menjadikan semangat
jamaah semakin mantap sehingga muncul keinginan untuk menghidupkan dan
memajukan masjid dari ranah ibadah hingga pembinaan umat sebagai upaya pendidikan
Islam nonformal. Berawal dari shalat jamaah, maka bisa dikembangkan pengajian rutin.
Kebiasaan shalat berjamaah dan mengikuti pengajian rutin akan semakin membentuk niat
seseorang untuk memakmurkan masjid. Dari uraian di atas telah dijelaskan bahwa
makmurnya masjid tergantung dari umat yang ada di lingkungan masjid tersebut. Oleh
karena itu, orang-orang yang mau memakmurkan dan meramaikan masjid semata mata
hanya atas dasar iman dan taqwanya menjadi penting
2. RUMUSAN MASALAH
Bagaimana pengertian masjid dalam Al-Qur’an dan Hadis
Apa Fungsi dan peran Masjid ?
Bagaimana Manejemen pengelolaan masjid?
3. TUJUAN
Mengetahui pengertian masjid dalam Al-Qur’an dan Hadis
Mengetahui Fungsi dan peran masjid
Agar memahami cara memanajemen Masjid
BAB 2
PEMBAHASAN
Pendapat Ibn Ashur dan mayoritas ulama yang menyatakan bahwa masjid
merupakan tempat ibadah khusus bagi kaum muslim karena alasan kelanjutan
syariat. Kata masjid sebagai tempat ibadah juga diungkapkan oleh Al-Qur’an
dengan kata bunyan berarti bangunan yang bersifat umum.
Hadis riwayat Abu Daud: dilaporkan dari abi said bahwa Nabi SAW bersabda :
“seluruh bumi ini adalah masjid kecuali kamar mandi dan kuburan” kata masjid
pada hadis ini merujuk pada definisi masjid secara umum yaitu tempat dimuka
bumi dapat dijadikan tempat ibadah kecuali tempat tempat tertentu. Hal ini
merujuk pada hadis lain riwayat Jabir Bi Abdullah : “Bumi ini bagiku dijadikan
sebagai masjid dan tempat suci.” (Bukhari :427).
B. Peran Masjid Dalam Islam
Pada masa Nabi, masjid selalu difungsikan sebagai pusat peradaban masyarakat.
Masjid tidak hanya sebagai tempat ibadah shalat dan itikaf, namun juga bisa
dijadikan sebagai tempat untuk membicarakan masalah dan menyelesaikan
permasalahan yang bersifat duniawi, masjid adalah tempat untuk belajar apa saja
bahkan, masjid juga bisa digunakan tempat untuk berlatih dan membicarakan
strategi perang.
Dalam beberapa cerita sejarah juga disebutkan, ketika bergrilya dan mengobarkan
perlawanan rakyat terhadap penjajahan belanda, pangeran dipenogooro selalu
membangun masjid di berbagai pelosok tanah air sebagai landasan membangun
basis basis perlawanan. Kalau belanda memakai benteng stelsel dengan
membangun benteng dan stansi prajurit di seluruh pelosok negeri, pangeran
dipeniogoro mengimbangi stretegi perang itu denganmembangun masjid.
Dari masjid masjid yang dibangun dipenogoro itulah semangat rakyat terus
dipompa untuk melakukan perlawanan. Mereka yang bdatang ke masjid bukan
hanya diajari tata cara ibadah mahdhah saja tetapi juga untuk belajar ibadah yang
lain. Barajamaah juga diajari pencak silat dan ilmu ilmu pemerintahan serta ilmu
peperangan. Rakyat menjadi melek politik sehingga sadar dan mampu untuk
melawan Negara yang dzalim potensi masjid sebagai basis perlawanan terhadap
bangsa dzalim itutentu masih diingat oleh para juru dakwah pada awal masa orde
baru. Dimanakaki tangan komkamtib (komando keamana dan ketertiban) selalu
memantau danmengawasi setiap masjid yang ada, terutama di daerah basis
masyarakat yangoleh Negara saat itu: dianggap sebgai basis kaum ektrem kanan,
atau di suatutempat yang yang partai pemerintahnya tidak dapat menang secara
mutlak.oleh karena masjid merupakan pusat peradaban masyarakat muslim, fungsi
pelayanan social yang harus dimainkan oleh setiap masjid tentu saja juga harus
senantiasa berkembang sesuai dengan gliran zaman. Menyesuaikan diri dengan
tantanganzaman yang mengalami mengalami perubahan bentuk dan coraknya
Umat islam atau masyakat islam adalah sekumpulan orang orang islam yang hidup
dalam satu jamaah pada suatu daearah tertentu, mereka beribadah mengamalkan
syariat islam dalam kehidupan sehari hari seoptimal mungkin.Semua kegiatan
ummat terpusat di masjid dengan imam sebagai pemimpin yang efektif dari setiap
masjid. Masjid mempunyai daerah pembinaan tertentu dan pembinaan diberikan
secara maksimal kepeda masyarakat di sekelilingnya yang menjadi jamaah pada
masjid tersebut (Supardi dan teuku amiruddin :2001)
kehidupan sehari hari umat islam terkait erat dengan masjid yang didirikan atas
dasar iman. Penampilan dan manajemen masjid dapat memberi gambaran tentang
hubungan masjid dengan sumber daya manusia disekelilingnya. Manajemen
masjid harus dilaksanakan sebagai pengamalan dan hubungan manusia dengan
Allah SWT. Dan hubungan manusia dengan manisia lain yang dalam alquranr srat
ali imron ayat 122 sebagai berikut "mereka akan di timpa kehinaan dimana saja
mereka berada, kecuali kalau mereka tetapbmenjaga hubungannya dengan allah
dan menjaga hubungannya dengan manusia"
Kualitas sumber daya manusia yang merupakan pengamalan ilmu dapat tergambar
dalam bentuk bangunan (arsitektur) dan manajemen dari sebuah masjid
sebagaimana telah diketahui bahwa arsitektur sebuah bangunan masjidmempunyai
dengan perkembangan budaya. Sedangkan budaya itu sendirimerupakan hasil dari
rekayasa akal manusia. Dalam arti kata bahwa kebudayaanitu adalah hasil upaya
(rekayasa) dalam keseluruhan ilmu pengetahuan yangdimiliki oleh menusia.
Perkembangan ilmu pengetahuan itu terkait erat denganriAuang dan waktu
tertentu. Oleh karena itulah maka kebudayaan itu merupakangambaran dari
perkembangan intelektual manusia yang sangat dipengaruhi oleh nalar dalam
ruang dan waktu tertentu
Pembangunan masjid haruslah merupakan manifestasi iman dan takwa serta dalam
rangka mencari ridha Allah sermata. Ungkapan iman dan takwa ini dapat terjadi
dengan memilih bahan yang baik dan kuat, kebersihan, keindahan,kenyamanan dan
lain sebagainya, sesuai dengan tingkat pendidikan dan tingkat kemakmuran atau
lingkungan masyarakat.
BAB 3
PENUTUP
A. KESIMPULAN