Anda di halaman 1dari 15

TES SUBTANTIF

ATAS TRANSAKSI
Fifi Ayudia 202141003
PENGERTIAN
• Substantive test adalah tes terhadap kewajaran saldo-saldo perkiraan
laporan keuangan (Laporan Posisi Keuangnan [neraca] dan laporan
laba rugi)
• Kegiatan pengujian substantif atas transaksi dan saldo akun akun
laporan keuangan adalah salah satu tahap penting dalam setiap
pekerjaan audit laporan keuangan guna menghimpun bukti yang
cukup dan tepat sebagai dasar memberikan opini audit atas
kewajaran penyajian laporan keuangan.
Prosedur oemeriksaan yang dilakukan
dalam substantive test antara lain :
 Inventarisasi aset tetap
 Observasi atas stock opname
 Konfirmasi piutang, utang dan bank
 Konfirmasi piutang utang dan bank
 Subsequent collection dan subsequent payment
 Kas opname
 Pemeriksaan rekonsialiasi bank dan lain-lain
Substantive test
• Jika pada waktu melakukan substantive test, auditor menemukan kesalahan-
kesalahan, harus dipertimbangkan apakah kesalahan tersebut jumlahnya
material atau tidak.
• Jika kesalahannya material, auditor harus mengusulkan audit adjustment secara
tertulis ( dalam bentuk daftar audit adjustment )
• Jika usulan adjustment tidak disetujui klien, dan auditor yakin usulan adjustment
tersebut benar, maka auditor tidak boleh memberikan unqualified opinion
• Untuk kesalahan yang jumlahnya tidak material ( immaterial), auditor tetap
perlu mengajukan usulan adjustment, tetapi tidak perlu dipaksakan karena tidak
akan mempengaruhi opini akuntan public
• Dalam melakukan substantive test, auditor perlu membuat kertas kerja dalam
bentuk working balance sheet, working profit and loss top schedule dan
supporting schadule
Cara pemilihan sampel
 Dalam melakukan pemeriksaannya, akuntan public biasanya tidak memeriksa
keseluruhan transaksi dan bukti-bukti yang terdapat dalam Perusahaan. Karena kalua
seluruhnya diperiksa, tentunya akan memerlukan waktu yang lama dan memakan biaya
yang besar
 Karena iu transaksi-transaksi dan bukti-bukti diperiksa secara “test basis” aau secara
“sampling”. Dari keseluruhan “universe” diambil beberapa sampel untuk ditest, dan hasil
pemeriksaan sampel, auditor akan menarik kesimpulan mengenai “universe” secara
keseluruhan
 Cara pemilihan sampel tidak boleh seenaknya, karena sampel tersebut haruslah
mewakili universe secara tepat, karena jika sampel yang dipilih tidak tepat, akan sangat
mempengaruhi kesimpulan yang ditarik
 Sampel harus dipilih dengan cara tertentu yang bisa dipertanggungjawabkan, sehingga
sampel tersebut betul-betul representative
Menurut SA 530.2
 Sampling audit (sampling) : penerapan prosedur audit terhadap kurang dari 100% unsur
dalam suatu populasi audit yang relevan sedemikian rupa sehingga semua unit
sampling memiliki peluang yang sama untuk dipilih memberikan basis memadai bagi
auditor untuk menarik kesimpulan tentang populasi secara keseluruhan
 Risiko sampling : risiko bahwa kesimpulan auditor didasarkan pada suatu sampel dapat
berbeda dengan kesimpulan jika prosedur audit yang sama diterapkan pada
keseluruhan populasi
 Risiko nonsampling : risiko bahwa auditor mencapai suatu kesimpulan yang salah
dengan alasan apapun yang tidak terkait dengan risiko sampling
 Ada dua pendekatan umum dalam sampli audit : nonstatistik dan statistic. Kedua
pendekatan tersebut mengharuskan auditor menggunakan pertimbangan
profesionalnya dalam perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian sampel, serta dalam
menghubungkan bukti audit yang dihasilkan dari sampel dengan bukti audit lain dalam
penarikan kesimpulan atas saldo akun kelompok transaksi yang berkaitan
 Kedua pendekaatan sampling audit, jika diterapkan dengan semestinya, dapat
menghasilkan bukti audit yang cukup
Menurut SA 530.3
o Sampling statistic : suatu pendekatan sampling yang memiliki
karakteristik sebagai berikut
1. Pemilihan unsur –unsur sampel dilaksanakan secara acak
2. Penggunaan teori probabilitas untuk menilai hasil sampel, termasuk
untuk mengukur risiko sampling
o Pendekatan sampling yang tidak memiliki karakteristik-karakteristik i
dan ii dianggap sabagai sampling nonstatistik
Menurut SA 530.7 dan 530.8
Keputusan untuk menggunakan pendekatan statistic atau nonstatistik
dalam sampling membutuhkan perimbangan auditor. Namun, ukuran
sampel bukan merupakan kriteria yang tepat untuk membedakan antara
pendekatan statistic atau nonstatistik
Menurut SA 530.10
Pengevaluasian Hasil Sampling Audit
 Untuk pengujian pengendalian, suatu tingkat penyimpangan sampel yang
tinggi yang tidak diharapkan dapat meningkatkan risiko kesalahan
penyajian material yang telah ditentukan, kecuali jika diperoleh bukti
audit tambahan yang memperkuat penilian awal resiko tersebut.
 Untuk pengujian rinci, suatu jumlah kesalahan penyajian yang tinggi yang
tidak diharapkan dalam suatu sampel dapat menyebabkan auditor
meyakini bahwa terdapat kesalahan penyajian material dalam suatu
golongan transaksi atau saldo akun, kecuali bukti audit tambahan
membuktikan tidak ada kesalahan penyajian material
Beberapa cara pemilihan sampling yang
sering digunakan :
 Random/Judgement Sampling
● pemilihan sampel dilakukan secara random dengan menggunakan
jugdgement si akuntan public.
● Misalnya : dalam melakukan tes transaksi atas pengeluaran kas auditor
menentukan bahwa semua pengeluaran kas yang lebih besar atau sama
dengan Rp5.000,000 harus di-vouching, ditambah dua setiap bulan yang
berjumlah di bawah Rp5.000.000
● Cara lainnya auditor bisa menggunakan random sampling table dalam
memilih sampel. Pemilihan sampel juga dilakukan dengan menggunakan
computer
Beberapa cara pemilihan sampling yang
sering digunakan :
 Block sampling
● Dalam hal ini auditor memilih transaksi di bulan-bulan tertentu sebagai sampel
● Misalnya bulan Januari, Juni dan Desember
● Keberhasilan kedua cara diatas walaupun paling mudah, tetapi sangat tergantung
pada judgement si auditor, semakin banyak pengalaman auditor semakin baik
hasilnya, dalam arti sampel yang dipilih betul-betul representative. Tetapi jika
auditor kurang berpengalaman, sampel yang dipilih akan kurang resresentative
 Statistical sampling
● Pemilihan sampel dilakukan secara ilmiah, sehingga walaupun lebih sulit namun
sampel yang terpilih betul-betul representative. Karena memakan waktu yang lebih
banyak, statistical sampling lebih banyak digunakan dalam audit diperusahaan
yang sangat besar dan mempunyai internal control yang cukup baik
Tujuan spesifik dari pengujian substantif adalah untuk
mendapatkan bukti bahwa:
 Semua transaksi telah dicatat dan tercermin dalam laporan keuangan (uji kelengkapan)
 Semua transaksi dicatat dan dilaporkan untuk periode akuntansi yang tepat (uji cutoff),
memenuhi syarat untuk dicatat sesuai standar akuntansi (uji rekognisi) dan didukung oleh
bukti transaksi yang sah dan mencukupi (uji validitas).
 Semua transaksi dicatat dan dilaporkan secara akurat, baik dari aspek input, pengolahan dan
outputnya (uji akurasi matematis dan ketepatan nilai)
 Semua transaksi yang dicatat dan dilaporkan adalah merupakan milik atau kewajiban dari
entitas pelapor, bukan entitas lain (uji hak/kewajiban entitas)
 Semua transaksi yang dicatat dan dilaporkan adalah benar-benar ada / terjadi (uji eksistensi
& keterjadian)
 Semua informasi penting telah diungkapkan dalam laporan keuangan secara cukup dan
dalam format, terminologi dan pengklasifikasian sesuai dengan yang disyaratkan oleh
standar akuntansi yang berlaku (uji kecukupan pengungkapan).
Contoh penerapan pengujian substantive
 Pengujian kelengkapan:
• Menggunakan nomor urut tercetak pada dokumen sebagai kriteria
• Melakukan rekonsiliasi & komparasi
• Melakukan konfirmasi
• Observasi, Wawancara
• Re-kalkulasi
• Pemeriksaan dokumen
Contoh penerapan pengujian substantive
 Pengujian Validasi dan Ketetapan Cut-off & Rekognisi
• Memeriksa keabsahan dan kelengkapan dokumen pendukung transaksi
• Menguji ketetapan periode pencatatan

 Pengujian Akurasi, Kebenaran, Keberadaan dan Keterjadian:


• Re-kalkulasi, rekonsiliasi & komparasi
• Mentrasir
• Melakukan konfirmasi, observasi, wawancara, pemeriksaan fisik
• Pemeriksaan dokumen
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai