Anda di halaman 1dari 9

SIFAT BUKTI AUDIT DAN TES TRANSAKSI

Rencana Mutu Kontrak


Auditing
Pertemuan ke-6

Oleh :
Kelompok : 6
1. Ni Luh Gede Sri Wahyuni (202134121002)
2. Made Krisna Amanda Kusuma (202134121019)
3. I Gede Indra Bagus Hartawan (202134121013)

Program Studi Akuntansi


Sekolah Vokasi
Universitas Warmadewa
Tahun 2023
BAB VI

BUKTI AUDIT DAN TES TRANSAKSI

6. 1. SIFAT BUKTI AUDIT ( AUDI T E VI DE NC E )

Auditor harus merancang dan melaksanakan prosedur audit yang tepat sesuai dengan kondisi
untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat. Bukti audit diperlukan untuk mendukung
opini dari laporan auditor. Bukti audit ini bersifat komulatif dan diperoleh dari prosedur audit.
Prosedur audit mencakup inspeksi, observasi, konfirmasi, perhitungan kembali,pelaksanaan ulang
dan prosedur analitis, dan sering kali memadukan beberapa prosedur permintaan keterangan dari
manajemen.
Prosedur untuk memperoleh bukti audit:
a. Prosedur penilaian risiko

b. Prosedur audit lanjutan yang terdiri atas :

1. Pengujian pengendalian ,ketika disyaratkan oleh SA atau ketika auditor telah memilih
untuk melakukan hal tersebut
2. Prosedur substantif, termasuk pengujian rinci dan prosedur analitis substantif.

Bukti audit yang mendukung laporan keuangan terdiri atas data akuntansi dan semua
informasi penguat yang tersedia bagi auditor. Jurnal,buku besar ,buku
pembantu,buku pedoman akuntansi yang berkaitan, serta catatan lembaran kerja (work sheet) dan
spread sheet yang mendukung alokasi biaya,perhitungan,dan rekonsiliasi keseluruhannya
merupakan bukti yang mendukung laporan keuangan. Data akuntansi saja tidak dapat sebagai
pendukung yang cukup bagi suatu laporan keuangan.

Bukti audit penguat meliputi cek,catatan electronic fund system ,faktur , surat kontrak,
notulen rapat, konfirmasi dan representasi tertulis dari pihak yang mengetahui ,informasi yang
diperoleh auditor melalui permintaan keterangan ,pengamatan,inspeksi,dan
pemeriksaan fisik,serta informasi lain yang dikembangkan oleh atau tersedia bagi auditor yang
memungkinkannya menarik kesimpulan berdasarkan alasan yang kuat.

1
Untuk dapat dikatakan kompeten,bukti audit harus sah dan relevan. Bukti ekstern yang didapat
dari pihak independen diluar perusahaan dianggap lebih kuat atau dapat lebih dipercaya keabsahannya
daripada bukti yang didapat dari dalam perusahaan tersebut.

Menurut Konrath ada 6 tipe audit yaitu :

1. Physical Evidence terdiri atas segala sesuatu yang bisa dihitung, dipeliahara, diobservasi dan
terutama berguna untuk mendukung tujuan eksistensi atau keberadaan. Seperti bukti fisik dari
stock opname, observasi dari perhitungan fisik persediaan,
pemeriksaan fisik surat berharga, dan inventarisasi tetap.

2. Confirmation Evidence adalah bukti yang diperoleh mengenai eksistensi kepemilikan atau
penilaian,langsung dari pihak ketiga di luar klien . Contoh jawaban konfirmasi
piutang,barang konsinyasi,utang,surat berharga yang disimpan biro administrasi efek dan
konfirmasi dari penasihat hukum klien.
3. Documentary Evidence terdiri atas catatan-catatan akuntansi dan dokumen pendukung

transaksi . contoh faktur pembelian,copy faktur penjualan ,journal voucher , general ledger, dan sub
ledger.
4. Mathematical E vidence merupakan perhitungan,perhitungan kembali dan rekonsiliasi

yang dilakukan auditor. Misalnya footing,cross footing ,extension dan rincian

persediaan ,perhitungan dan alokasi beban penyusutan,perhitungan beban

bunga,laba/rugi penarikan aset tetap,PPh dan accruals.

5. Analytical E vidence butki yang diperoleh dari penelaahan analitis terhadap informasi keuangan klien.
Prosedur analitis bisa dilakukan dalam bentuk :
a. Trend yaitu membandingkan angka angka laporan keuangan tahun berjalan dengan tahun tahun
sebelumnya .
b. Common size analysis

c. Ratio analysis misalnya menghitung rasio likuiditas,rasio profitabilitas,rasio


leverage,dan rasio manajemen aset.
6. H earsay Evidence merupakan bukti dalam bentuk jawaban lisan dari klien atas

pertanyaan pertanyaan yang diajukan auditor misalnya pertanyaan mengenai

2
pengendalian intern,persediaan yang bergerak lambat atau rusak,kejadian penting setelah
laporan posisi keuangan dan lain lain

6. 2. COMLI ANCE TEST DAN SUB STANTI VE TE ST

Test ketaatan (Compliance Test) atau test recorded transactions adalah tes terhadap

bukti-bukti pembukuan yang mendukung transaksi yang dicatat perusahaan untuk mengetahui
apakah setiap transaksi yang terjadi sudah diproses dan dicatat sesuai dengan sistem dan prosedur
yang ditetapkan manajemen.Jika terjadi penyimpangan dalam
pemrosesan dan pencatatan transaksi, walaupun jumlah (rupiah)-nya tidak material, auditor harus
memperhitungkan pengaruh dari penyimpangan tersebut terhadap efektivitas pengendalian entern.

Misalnya :
Compliance Test biasanya dilakukan untuk transaksi berikut ini :

Jenis Transaksi Jenis Comliance Test Sampel yang Digunakan

• Penjualan • Sales Test • Faktur Penjualan


• Penerimaan Kas • Cash Receipts • Kuitansi
• Pengeluaran Kas • Cash Disbursements • Nomor Check/Giro
• Pembelian Test • Purchase Order
• Pembayaran Gaji dan • Purchase Test • Daftar Gaji
Upah • Payrol Test • Jurnal Voucher
• Jurnal • Journal Voucher Test
Koreksi/Penyesuaian

Dalam melaksanakan compliance test, auditor harus memerhatikan hal-hal berikut:

a. Kelengkapan bukti pendukung (supporting document)


b. Kebenaran perhitungan matematis (footing,cross footing,extension)

c. Otoritasi dari pejabat perusahaan yang berwenang


d. Kebenaran nomor perkiraan yang didebit/dikredit

Substantive Test adalah test terhadap kewajaran saldo-saldo perkiraan Laporan Keuangan
(Laporan Posisi Keuangan (Neraca) dan Laporan Laba Rugi). Prosedur
pemeriksaan yang dilakukan dalam substantive test antara lain:

1. Intventarisasi aset tetap


2. Observasi atas stock opname
3. Konfirmasi piutang,utang dan bank
4. Subsequent collection dan subsequent payment
5. Kas opname
6. Pemeriksaan rekonsiliasi bank dan lain-lain.

Jika pada waktu melakukan substantive test, auditor menemukan kesalahan- kesalahan, harus
dipertimbangkan apakah kesalahan tersebut jumlahnya material atau tidak.Untuk kesalahan yang
jumlahnya tidak material (immaterial) , auditor tetap perlu

4
mengajukan usulan adjustment, tetapi tidak perlu dipaksakan karena tidak akan memengaruhi opini
akuntan public.Dalam melakukan substantive test, auditor perlu membuat kertas kerja dalam bentuk
Working Balance Sheet, Working Profit and
Loss,Top Schedule dan Supporting Schedule.

6. 3. CARA PEMILIHAN SAMPEL

Akuntan Publik biasanya tidak memeriksa keseluruhan transaksi dan bukti-bukti yang terdapat
dalam perusahaan. Transaksi dan bukti- bukti diperiksa secara “test basis” atau secara sampling.
Dari keseluruhan “universe” diambil beberapa sampel untuk ditest, dan dari hasil pemeriksaan
sampel, auditor akan menarik kesimpulan mengenai “universe” secara ke seluruhan. Cara pemilihan
sampel tidak boleh seenaknya, karena jika sampel yang diplih tidak tepat akan sangat mempengaruhi
kesimpulan yang ditarik. Sampel harus dipilih dengan cara tertentu yang bisa
dipertanggungjawabkan, sehingga sampel tersebut betul-betul representative.

1. Menurut SA 530.2

Sampling audit ( sampling) : Penerapan prosedur audit terhadap kurang dari 100% unsure
dalam suatu populasi audit yang relevan sedemikian rupa sehingga semua unit sampling
memiliki peluang yang sama untuk diplih untuk memberikan basis memadai bagi auditor
untuk menarik kesimpulan tentang populasi secara keseluruhan.

Resiko sampling : Resiko bahwa kesimpulan auditor yang didasarkan pada suatu sampel
dapat berbeda dengan kesimpulan jika prosedur audit yang sama diterapkan pada
keseluruhan populasi.

Resiko Non Sampling : Resiko bahwa auditor mencapai suatu kesimpulan yang salah dengan
alasan apa pun yang tidak terkait dengan resiko sampling.

“Ada dua pendekatan umum dalam sampling audit : nonstatistik dan statistik. Kedua
pendekatan tersebut mengharuskan auditor menggunakan pertimbangan
profesionalnya dalam perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian sampel, serta dalam
menghubungkan bukti audit yang dihasilkan dari sampel dengan bukti

5
audit lain dalam penarikan kesimpulan atas saldo akun kelompok transaksi yang
berkaitan”.

“Kedua pendekatan sampling audit di atas, jika diterapkan dengan semestinya,


dapat menghasilkan bukti audit yang cukup”.

2. Menurut SA 530.3

Sampling Statistik : Suatu pendekatan sampling yang memiliki kararkteristik sebagai


berikut,

i. Pemilihan unsure-unsur sampel dilaksanakan secara acak; dan

ii. Penggunaan teori probabilitas untuk menilai hasil sampel, termasuk untuk
mengukur resiko sampling.

Pendekatan sampling yang tidak memiliki karakteristik – karakteristik i dan ii dianggap


sebagai sampling nonstatistik.

3. Menurut SA 530.7 dan 530.8

Keputusan untuk menggunakan pendekatan statistik atau nonstatistik dalam sampling


membutuhkan pertimbangan auditor; namun; ukuran sampel bukan merupakan kriteria
yang tepat untuk membedakan antara pendekatan statistik atau nonstatistik.

4. Menurut SA 530.10
Pengevaluasian Hasil Sampling Audit
Untuk pengujian pengendalian, suatu tingkat penyimpangan sampel yang tinggi yang tidak
diharapkan dapat meningkatkan resiko kesalahan penyajian material yang telah ditentukan,
kecuali jika diperoleh bukti audit tambahan yang memperkuat penilaian awal resiko
tersebut. Untuk pengujian rinci, suatu jumlah kesalahan penyajian yang tinggi yang tidak
diharapkan dalam suatu sampel dapat menyebabkan auditor meyakini bahwa terdapat
kesalahan penyajian material dalam suatu golongan transaksi atau saldo akun, kecuali bukti
audit tambahan membuktikan tidak ada kesalahan penyajian material.

6
Beberapa cara pemilihan sampling yang sering digunakan adalah :
a. Random/Judgement Sampling
Pemilihan sampel dilakukan secara random dengan menggunakan judgement si akuntan
publik. Caranya auditor bisa menggunakan random sampling table dalam memilih sampel.
Pemilihan sampel bisa juga dilakukan dengan menggunakan computer.
b. Block Sampling

Dalam hal ini auditor memilih transaksi di bulan-bulan tertentu sebagai sampel, misalnya bulan
Januari, Juni, dan Desember.
Keberhasilan kedua cara diatas walaupun paling mudah, tetapi sangat tergantung
pada judgement si auditor, semakin banyak pengalaman auditor, semakin baik hasilnya, dalam
arti sampel yang dipilih betul-betul representative. Tetapi jika auditor kurang pengalaman,
sampel yang dipilih akan kurang representative.
c. Statistical Sampling
Pemilihan sampel dilakukan secara ilmiah, sehingga walaupun lebih sulit namun sampel
yang terpilih betul – betul representative. Karena memakan waktu yang lebih banyak,
statistical sampling lebih banyak digunakan dalam audit
diperusahaan yang sangat besar dan mempunyai internal control yang cukup
baik.

7
DAFTAR PUSTAKA :

Mulyadi. 2002. Auditing. Jakarta: Salemba Empat.


Makalah Bukti Audit Dan Test Transaksi. https://id.scribd.com/document/529131252/Makalah-Bukti-Audit-Dan-Tes-Transaksi

Anda mungkin juga menyukai