Anda di halaman 1dari 2

RESUME AUDITING KELOMPOK 3

 Evidia Prawisti (2032550120)


 Fahmi Lefi Mazid (2032550046)
 Febriani Gita Fadhilah (2032550115)
 Floransia Nora Katarina (2032550102)

Sifat Bukti Audit (Audit Evidence)


Bukti audit yang mendukung laporan keuangan terdiri atas data akuntansi dan semua
informasi penguat yang tersedia bagi auditor. Bukti yang mendukung laporan keuangan
merupakan yang mendukung alokasi biaya, perhitungan, dan rekonsiliasi keseluruhannya.
Bukti audit penguat meliputi baik informasi tertulis maupun informasi elektronik seperti cek,
faktur, surat kontrak, dan notulen rapat. Untuk dapat dikatakan kompeten, bukti audit harus
sah dan relevan. Bukti ekstern yang diperoleh dari pihak independen di luar perusahaan
dianggap lebih kuat, dalam arti dapat lebih andalkan/dipercaya keabsahannya daripada bukti
yang diperoleh dalam perusahaan itu sendiri (bukti intern). Menurut Konrath (2002: 114 &
115) ada 6 tipe bukti audit yaitu:
1. Physical evidence, terdiri atas segala sesuatu yang bisa dihitung, dipelihara,
diobservasi atau diinspeksi, dan terutama berguna untuk mendukung tujuan eksistensi
atau keberadaan.
2. Evidence obtain through confirmation, bukti yang diperoleh mengenai eksistensi,
kepemilikan atau penilaian, langsung dari pihak ketiga di luar klien.
3. Documentary evidence, terdiri atas catatan-catatan akuntansi dan seluruh dokumen
pendukung transaksi.
4. Mathematical evidence, perhitungan kembali dan rekonsiliasi yang dilakukan auditor.
5. Analytical evidence, bukti yang diperoleh melalui penalaran analitis terhadap
informasi keuangan klien.
6. Hearsay evidence, bukti dalam bentuk jawaban lisan dari klien atas pertanyaan-
pertanyaan yang diajukan auditor.
Compliance Test and Substantive Test
Tes Ketaatan (Compliance Test) atau test of recorded adalah tes terhadap bukti-bukti pembukuan
yang mendukung transaksi yang dicatat perusahaan untuk mengetahui apakah setiap transaksi yang
terjadi sudah diproses dan dicatat sesuai dengan system dan prosedur yang ditetapkan manajemen.
Jika terjadi penyimpangan dalam pemrosesan dan pencatatan transaksi, walaupun jumlah (rupiah)-
nya tidak material, auditor harus memperhitungkan pengaruh dari penyimpangan tersebut terhadap
efektivitas pengendalian intern.

Compliance test biasanya dilakukan untuk transaksi berikut ini:

Jenis Transaksi Jenis Compliance Test Sampel yang Digunakan


 Penjualan Sales Test Faktur Penjualan
 Penerimaan Kas Cash Receipts Test Kuitansi
 Pengeluaran Kas Cash Disbursements Test Nomor Check/Gim
 Pembelian Purchase Test Purchase Order
 Pembayaran Gaji dan Upah Payrol Test Daftar Gaji
 Journal Koreksi/Penyesuaian Journal Voucher Test Jurnal Voucher

Dalam melaksanakan compliance test, auditor harus memperhatikan hal-hal berikut:

a. Kelengkapan bukti pendukung (supporting documents)


b. Kebeneran perhitungan matematis (footing, cross footing, extension)
c. Otorisasi dari pejabat perusahaan yang berwenang.
d. Dst.

Cara Pemilihan Sampel


Cara pemilihan sample tidak boleh seenaknya, karena sample tersebut
haruslah mewakili “universe” secara tepat, karena jika sample yang dipilih tidak
tepat, akan sangat mempengaruhi kesimpulan yang ditarik. Menurut SA 530.2 “Ada
dua pendekatan umum dalam sampling audit : nonstatistik dan statistik. Kedua
pendekatan tersebut mengharuskan auditor menggunakan pertimbangan
profesionalnya dalam perencanaan, pelaksanaan dan penilaian sampel, serta dalam
menghubungkan bukti audit yang dihasilkan dari sampel dengan bukti audit yang lain
dalam penarikan kasimpulan atas saldo akun kelompok transaksi yang berkaitan”.
Cara pemilihan sampling yang sering digunakan :

1. Random / Judgement Sampling, yaitu pemilihan sample yang dilakukan


secara random dengan menggunakan judgement si akuntan publik.
2. Block Sampling, yaitu auditor memilih transaksi dibulan-bulan tertentu
sebagai sampel.
3. Statistical Sampling, yaitu pemilihan sampel dilakukan secara ilmiah,
sehingga walaupun lebih sulit namun sampel yang terpilih betul-betul
representative.

Anda mungkin juga menyukai