Anda di halaman 1dari 7

9.1.

BUKTI AUDIT (Audit Evidence)


Sebagian besar pekerjaan auditor independen dalam rangka memberikan pendapat/opini
atas laporan keuangan terdari atas usaha mendapatkan dan mengevaluasi bukti yang
diperoleh pada saat melaksanakan audit.

Keabsahan (validity) dari bukti yang diperoleh tergantung dari pertimbangan auditor
indenpenden.

Bukti audit bervarasi pengaruhnya terhadap kesimpulan yang ditarik oleh auditor
independen dalam rangka memberikan pendapatan/opini atas laporan keuangan yang
diauditya. Relevansi, objektivitas, ketepatan waktu dan keberadaan bukti audit yang dapat
dijadikan penguat kesimpulan atas opini yang diberikan.

Standar Pekerjaan Lapangan IAPI : “Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh
melalui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar yang
memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan”.

9.2. SIFAT BUKTI AUDIT (Audit Evidence)


Bukti audit yang mendukung laporan keuangan terdiri atas data akuntansi dan semua
informasi penguat yang tersedia bagi auditor.

Junal, buku besar dan buku pembantu dan buku pedoman akuntansi yang bekaitan serta
catatan-catatan seperti lembaran kerja (work sheet) dan spread sheet yang mendukung
alokasi biay, perhitungan dan rekonsiliasi keseluruhannya merupakan bukti yang
mendukung laporan keungan.

Data akuntansi ini sering kali dalam bentuk elektronik. Data akuntansi saja tidak dapat
dianggap sebagai pendukung yang cukup bagi suatu laporan keuangan.

Bukti audit penguat meliputi informasi tertulis maupun elektronik, seperti cek,catatan
electronic fund system, faktur, surat kontrak, notulen rapat, konfirmasi dan representasi
tertulis dari pihak yang mengetahui. Informasi yang diperoleh auditor melalui permintaan
keterangan, pengamatan, inspeksi dan pemeriksaan fisik serta infomasi lain yang
dikembangkan oleh/tersedia bagi auditor yang memungkinkannya menarik kesimpulan
berdasarkan bukti dan informasi yang kuat dan berdasar.

Hasil audit dikatakan kompeten jika bukti audit harus sah dan relevan. Keabsahan sangat
tergantung atas keadaan yang berkaitan dengan perolehan bukti audit. Bukti yang
diperoleh dari pihak luar perusahaan yang dianggap independen dianggap lebih akurat
dibandingkan dengan informasi yang didapat dari perusahaan itu sendiri. Semakin efektif
pengendalian intern, semakin besar jaminan yang diberikan mengenai keadalan data
akuntansi dan laporan keuangan yang disajikan.

Pengetahuan auditor yang diperoleh melalui inspeksi fisik, pengamatan dan perhitungan
lebih bersifat menyimpulkan bukti yang diperoleh dari data internal perusahaan.

9.3. TIPE BUKTI AUDIT


Tipe bukti audit menurut Konrath (2002) :

1. Physical Evidence (Bukti Fisik)

Segala sesuatu yang bisa dihitung, dipelihara, diobservasi atau diinspeksi, dan terutama
berguna untuk mendukung tujuan eksistensi atau keberadaan.

Seperti : kas opname, perhitungan fisik persediaan dan inventarisasi asset tetap.

2. Evidence Obtain Trough Confirmation (Bukti yang diperoleh melalui konfirmasi)

Bukti yang diperoleh mengenai eksistensi, kepemilikan atau penilaian langsung dari pihak
ke tiga di luar klien.

Seperti : jawaban konfirmasi piutang, utang, barang konsinyasi, surat berharga yang
disimpan biro administrasi efek dan konfirmasi dari penasihat hukum klien.

3. Documentary Evidence (Bukti Dokumentasi)

Terdiri dari catatan-catatan akuntansi dan seluruh dokumen pendukung transaksi.

Seperti : faktur pembelian, copy faktur penjualan, journal voucher, general ledger dan
subsidiary ledger.

4. Mathematical Evidence (Bukti Matematis)


Merupakan perhitungan, penghitungan kembali dan rekonsiliasi yang dilakukan auditor.

Seperti : footing, cross footing dari rincian persediaan, perhitungan dan alokasi beban
penyusutan, perhitungan beban bunga, laba/rugi penarikan aktiva tetap, PPh dan accruals

5. Analytical Evidence (Bukti Analitis)

Bukti yang diperoleh dari penelaahan analitis terhadap informasi keuangan klien. Penelitian
ini dilakukan pada waktu perencanaan audit sebelum melakukan substantive test dan pada
akhir pekerjaan lapangan.

Prosedurnya bisa dilakukan dalam bentuk :

a. Trend (horizontal) analysis, yaitu membandingkan angka-angka L/R tahun berjalan dgn
tahun-tahun sebelumnya dan menyelidiki kenaikan/penurunan yang signifikan baik dalam
jumlah rupiah maupun persentase.

b. Common size (vertical) analysis, yaitu membandingkan item-item dalam laporan


keuangan sebagai persentase item kunci seperti aset dan pendapatan. Dalam laporan laba
rugi, akun-akunnya dibagi dengan pendapatan, sedangkan di neraca, setiap akun
dibandingkan dengan total asset, hal ini bertujuan untuk menilai kinerja operasi perusahaan
selama periode tersebut, dan mengevaluasi prospeknya ke depan.

c. Ratio analysis, seperti ratio likuiditas, profitabilitas, leverage, manajemen aset.

6. Hearsay Evidence (Bukti Lisan)

Bukti dalam bentuk jawaban lisan dari klien atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan
auditor.

Seperti : pertanyaan mengenai pengendalian intern, persediaan yang bergerak lambat atau
rusak, kejadian penting setelah tanggal neraca.
9.4. COMPLIANCE TEST DAN SUBSTANTIVE TEST
1. Compliance test (Tes Ketaatan) adalah tes terhadap bukti-bukti pembukuan yang
mendukung transaksi yang dicatat perusahaan untuk mengetahui apakah setiap transaksi
yang terjadi diproses dan dicatat sesuai dengan sistem dan prosedur yang ditetapkan
manajemen.

Jika terjadi penyimpangan dalam pencatatan transaksi walaupun jumlahnya tidak material,
auditor harus memperhitungkan pengaruh dari penyimpangan tersebut
terhadap efektivitas pengendalian intern.

Compliance test yang biasanya dilakukan :


Dalam melaksanakan compliance test, auditor harus memperhatikan :

a. Kelengkapan bukti pendukung

b. Keakuratan perhitungan matematika

c. Otorisasi dari pejabat yang berwenang

d. Kebenaran nomor perkiraan yang di debit/kredit

e. Kebenaran posting ke buku besar dan sub buku besar

2. Substantive test adalah tes terhadap kewajaran saldo-saldo yang ada pada laporan
keuangan.

Jika dalam melakukan Substantive test auditor menemukan kesalahan yang jumlahnya
material, maka auditor berhak mengusulkan audit justment secara tertulis, dan jika klien
tidak menyetujuinya, maka auditor tidak dibenarkan memberikan unqualified opinion, dan
jika menemukan kesalahan yang jumlahnya tidak material, auditor tetap harus
mengusulkan audit justment secara tertulis, dan jika klien tidak menyetujuinya, maka tidak
perlu dipaksakan sebab tidak mempengaruhi opini audit, tetapi harus tetap
memasukkannya ke kertas kerja pemeriksaan.

9.5. PEMILIHAN SAMPEL AUDIT


Salama melakukan audit, Akuntan Publik tidak memeriksa keseluruhan transaksi dan bukti-
bukti yang terdapat dalam perusahaan, sebab akan memerlukan waktu yang lama dengan
biaya yang tidak sedikit.
Oleh karena itu, transaksi dan bukti diperiksa secara test basis atau secara sampling. Dari
keseluruhan transaski dan bukti diambil beberapa sampel untuk di tes, dan dari
pemeriksaan sampel tersebut auditor akan menarik kesimpulan dari audit tersebut.

Metode sampling plan yang sering digunakan dalam audit :

1. Random/Judgement Sampling

Pemilihan sampel audit dilakukan dengan cara acak terhadap semua transaksi atau bukti
audit berdasarkan peniaian dari auditor

2. Block Sampling

Pemilihan sampel dipilih berdasarkan bulan-bulan tertentu, seperti bulan Maret, Juni,
September dan Desember.

3. Statistical Sampling

Pemilihan sampel digunakan secara ilmiah dan betul-betul representative, pemilihan sampel
menggunakan metode ini membutuhkan waktu yang lebih banyak dibandingkan ke dua
metode diatas. Metode ini digunakan biasanya pada auit perusahaan yang besar dan
mempunyai internal control yang cukup baik.

9.6. KESIMPULAN
Tes transaksi (test of recorded transactions) merupakan tes terhadap bukti-bukti
pembukuan yang dicatat perusahaan untuk mengetahui apakah setiap transaksi sudah
disajikan dengan system dan prosedur asersi manajemen. Tujuan tes transaksi tersebut
adalah untuk memastikan keakuratan proses transaksi pengeluaran kas/bank yang dibuat
oleh perusahaan. Bukti Pengeluaran Kas/bank mempunyai beberapa transaksi dan
prosesnya harus sesuai prosedur asersi manajemen tersebut. Bila asersi manajemen atas
transaksi tidak dipatuhi oleh perusahaan, maka akan berakibat fatal pada kewajaran laporan
keuangan.

Kantor Akuntan Publik (KAP) dipilih untuk memeriksa informasi keuangan yang
membutuhkan perhatian lebih tersebut karena bertindak sebagai pihak yang independen.
Pihak independen dari akuntan publik akan memeriksa bukti pengeluaran kas/bank sesuai
dengan standart auditing lapangan. Teknik pemilihan sampel harus ditentukan untuk
mempertimbangkan waktu dan biaya yang dihabiskan dalam pemeriksaan yang dilakukan
dalam audit.

Bukti audit berbeda dengan bukti hukum yang digunakan di peradilan

Anda mungkin juga menyukai