Anda di halaman 1dari 24

BAB 6

TEST TRANSAKSI
(TEST OF RECORDED
TRANSACTION)
Pembahasan :
• Sifat Bukti Audit (Audit Evidence)
• Compliance Test and Substantive Test
• Cara Pemilihan Sampel
Standar pekerjaan lapangan ketiga
IAPI (2011:326.1) berbunyi:

“Bukti audit kompeten yang cukup harus


diperoleh melalui inspeksi, pengamatan,
permintaan keterangan dan konfirmasi sebagai
dasar yang memadai untuk menyatakan
pendapat atas laporan keuangan auditan”.

Untuk membuktikan efektif tidaknya pengendalian intern


disuatu perusahaan, akuntan publik harus melakukan
compliance test atau test of recorded transaction.
Untuk membuktikan kewajaran saldo-saldo perkiraan
laporan posisi keuangan dan laba rugi komparatif, akuntan
publik harus melakukan substantive test dan analytical
review.
SIFAT BUKTI AUDIT (AUDIT EVIDENCE)
Bukti audit yang mendukung laporan keuangan terdiri
dari data akuntansi dan semua informasi penguat
yang tersedia bagi auditor.
Bukti audit penguat meliputi baik informasi tertulis
maupun elektronik, seperti cek; catatan electronic
fund system; faktur; surat kontrak; notulen rapat;
konfirmasi dan representasi tertulis dari pihak yang
mengetahui; informasi yang diperoleh auditor melalui
permintaan keterangan, pengamatan, inspeksi dan
pemeriksaan phisik; serta informasi lain yang
dikembangkan oleh atau tersedia bagi auditor yang
memungkinkannya menarik kesimpulan berdasarkan
alasan yang kuat.
Untuk dapat dikatakan kompeten, bukti audit harus sah dan
relevan. Keabsahan sangat tergantung atas keadaan
yang berkaitan dengan pemerolehan bukti tersebut.
Bukti ekstern yang diperoleh dari pihak independen di
luar perusahaan dianggap lebih kuat, dalam arti dapat
lebih diandalkan/dipercaya keabsahannya daripada
bukti yang diperoleh dari dalam perusahaan itu sendiri
(bukti intern).
Semakin efektif pengendalian intern, semakin besar jaminan
yang diberikan mengenai keandalan data akuntansi dan
laporan keuangan. Pengetahuan auditor secara pribadi
dan langsung yang diperoleh melalui inspeksi phisik,
pengamatan, perhitungan, dan inspeksi, lebih bersifat
menyimpulkan (persuasive evidence) daripada bukti
yang bersifat meyakinkan (convincing evidence)
Menurut Konrath (2002: 114 & 115)
ada enam tipe bukti audit, yaitu:

1. Physical evidence
2. Evidence obtain through confirmation
3. Documentary evidence
4. Mathematical evidence
5. Analytical evidence
6. Hearsay evidence
Physical evidence terdiri dari segala
sesuatu yang bisa dihitung, dipelihara, di
observasi atau di inspeksi, dan terutama
berguna untuk mendukung tujuan
eksistensi atau keberadaan. Contohnya
adalah bukti-bukti phisik yang diperoleh
dari kas opname, observasi dari
perhitungan phisik persediaan,
pemeriksaan phisik surat berharga dan
inventarisasi aset tetap.
Confirmation Evidence, adalah bukti yang
diperoleh mengenai eksistensi, kepemilikan
atau penilaian, langsung dari pihak ketiga
diluar klien. Contohnya adalah jawaban
konfirmasi piutang, utang, barang konsinyasi,
surat berharga yang disimpan biro
administrasi efek dan konfirmasi dari
penasihat hukum klien.
Documentary Evidence, terdiri dari catatan-
catatan akuntansi dan seluruh dokumen
pendukung transaksi. Contohnya adalah faktur
pembelian, copy faktur penjualan, journal
voucher, general ledger, dan sub ledger. Bukti
ini berkaitan dengan asersi manajemen
mengenai completeness dan eksistensi dan
berkaitan dengan audit trail yang
memungkinkan auditor untuk mentrasir dan
melakukan vouching atas transaksi-transaksi dan
kejadian-kejadian dari dokumen ke buku besar
dan sebaliknya.
Mathematical Evidence,
Evidence merupakan perhitungan,
perhitungan kembali dan rekonsiliasi yang
dilakukan auditor. Misalnya footing, cross footing
dan extension dari rincian persediaan,
perhitungan dan alokasi beban penyusutan,
perhitungan beban bunga, laba rugi penarikan
aset tetap, PPh dan accruals. Untuk rekonsiliasi
misalnya pemeriksaan rekonsiliasi bank,
rekonsiliasi saldo piutang usaha dan hutang
menurut buku besar dan sub buku besar,
rekonsiliasi inter company accounts dan lain-
lain.
Analytical Evidence,
Evidence bukti yang
diperoleh melalui penelaahan analitis
terhadap informasi keuangan klien.
Penelaahan analitis ini harus
dilakukan pada waktu membuat
perencanaan audit, sebelum
melakukan substantive test dan
pada akhir pekerjaan lapangan
(audit field work).
Hearsay (oral) Evidence, merupakan bukti
dalam bentuk jawaban lisan dari klien atas
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan auditor.
Misalnya pertanyaan-pertanyaan auditor
mengenai pengendalian intern, ada tidaknya
contigent liabilities, persediaan yang bergerak
lambat atau rusak, kejadian penting sesudah
tanggal laporan posisi keuangan dan lain-lain.

Pada Exhibit 6-1, diperlihatkan urutan reliabilitas dari keenam tipe


bukti audit.
COMPLIANCE TEST AND SUBSTANTIVE TEST

Compliance Test (Test Ketaatan) atau test of


recorded transactions adalah test terhadap bukti-
bukti pembukuan yang mendukung transaksi yang
dicatat perusahaan untuk mengetahui apakah
setiap transaksi yang terjadi sudah diproses dan
dicatat sesuai dengan sistim dan prosedur yang
ditetapkan manajemen. Jika terjadi penyimpangan
dalam pemprosesan dan pencatatan transaksi,
walaupun jumlah (rupiah) nya tidak material,
auditor harus memperhitungkan pengaruh dari
penyimpangan tersebut terhadap efektifitas
pengendalian intern.
Compliance test biasanya dilakukan untuk
transaksi berikut ini :

Jenis Transaksi Jenis Compliance Test Sample yang digunakan


− Penjualan Sales Test Faktur Penjualan
− Penerimaan Kas Cash Receipts Test Kwitansi
− Pengeluaran Kas Cash Disbursements Nomor Check/giro
− Pembelian Test Purchase Order
− Pembayaran Gaji dan Purchase Test Daftar Gaji
Upah Payrol test Journal Voucher
− Journal Journal Voucher Test
Koreksi/Penyesuaian
Dalam melaksanakan compliance test, auditor
harus memperhatikan hal-hal berikut:

a. kelengkapan bukti pendukung


(supporting documents)
b. kebenaran perhitungan mathematis
(footing, cross footing, extension)
c. otorisasi dari pejabat perusahaan yang
berwenang
d. kebenaran nomor perkiraan yang
didebit/dikredit
e. kebenaran posting ke buku besar dan
sub buku besar
Contoh kertas kerja untuk test transaksi
pengeluaran kas bisa dilihat di Exhibit 5-2
Substantive test adalah test terhadap kewajaran
saldo-saldo perkiraan laporan keuangan
(Laporan Posisi Keuangan dan Laporan Laba Rugi
Komparatif).
Prosedur pemeriksaan yang dilakukan dalam
substantive test antara lain:
• inventarisasi aktiva tetap
• observasi atas stock opname
• konfirmasi piutang, utang dan bank
• subsequent collection dan subsequent payment
• kas opname
• pemeriksaan rekonsiliasi bank dan lain-lain
CARA PEMILIHAN SAMPLE

Cara pemilihan sample tidak boleh


seenaknya, karena sample tersebut
haruslah mewakili universe secara tepat,
karena jika sample yang dipilih tidak
tepat, akan sangat mempengaruhi
kesimpulan yang ditarik.
Sample harus dipilih dengan cara tertentu
yang bisa dipertanggungjawabkan,
sehingga sample tersebut betul-betul
representative.
Menurut PSA No.26:

“Sampling audit adalah


penerapan prosedur audit
terhadap unsur-unsur suatu saldo
akun atau kelompok transaksi
yang kurang dari seratus persen
dengan tujuan untuk menilai
beberapa karakteristik saldo akun
atau kelompok transaksi
tersebut.”
“Ada dua pendekatan umum dalam sampling
audit : nonstatistik dan statistik. Kedua
pendekatan tersebut mengharuskan auditor
menggunakan pertimbangan profesionalnya
dalam perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian
sample, serta dalam menghubungkan bukti audit
yang dihasilkan dari sample dengan bukti audit
lain dalam penarikan kesimpulan atas saldo
akun kelompok transaksi yang berkaitan”.
“Kedua pendekatan sampling audit diatas, jika
diterapkan dengan semestinya, dapat
menghasilkan bukti audit yang cukup”.
Metode sampling apapun yang digunakan, auditor
dianjurkan untuk terlebih dahulu menyusun “sampling
plan”. Beberapa cara pemilihan sampling yang sering
digunakan adalah:

a. Random/Judgement Sampling
Pemilihan sample dilakukan secara random dengan
menggunakan judgement si akuntan publik.
Salah satu cara, misalnya: dalam melakukan test transaksi atas
pengeluaran kas auditor menentukan bahwa semua
pengeluaran kas yang lebih besar atau sama dengan
Rp.5.000.000,- harus di vouching, ditambah dua setiap bulan
yang berjumlah dibawah Rp. 5.000.000,-.
Cara lainnya auditor bisa menggunakan random sampling table
dalam memilih sample. Pemilihan sample bisa juga dilakukan
dengan menggunakan computer.
b. Block Sampling

Dalam hal ini auditor memilih transaksi dibulan-bulan


tertentu sebagai sample, misalnya bulan Januari, Juni
dan Desember.
Keberhasilan kedua cara di atas walaupun paling
mudah, tetapi sangat tergantung pada judgement si
auditor, semakin banyak pengalaman auditor,
semakin baik hasilnya, dalam arti sample yang dipilih
betul-betul representative. Tetapi jika auditor kurang
pengalaman, sample yang dipilih akan kurang
representative.
Dalam hal ini auditor memilih transaksi dibulan-bulan
tertentu sebagai sample, misalnya bulan Januari, Juni
dan Desember.
Keberhasilan kedua cara di atas walaupun paling
mudah, tetapi sangat tergantung pada judgement si
auditor, semakin banyak pengalaman auditor,
semakin baik hasilnya, dalam arti sample yang dipilih
betul-betul representative. Tetapi jika auditor kurang
pengalaman, sample yang dipilih akan kurang
representative.
c. Statistical Sampling

Pemilihan sample dilakukan secara ilmiah,


sehingga walaupun lebih sulit namun sample
yang terpilih betul-betul representative. Karena
memakan waktu yang lebih banyak, statistical
sampling lebih banyak digunakan dalam audit di
perusahaan yang sangat besar dan mempunyai
internal control yang cukup baik (contoh Slovin).
Reliabilitas dari Bukti Audit
RELIABILITAS TERTINGGI RELIABILITAS TERENDAH
Physical Evidence

Confirmation
Evidence

Mathematical
Evidence

Analytical
Evidence

Internal Documents
Under Conditions of
Strong Internal Control

Internal Documents
Under Conditions of
Weak Internal Control

Hearsay
Evidence
Sumber: Konrath, (2002: 126)

Anda mungkin juga menyukai