Anda di halaman 1dari 7

KELOMPOK 6

1. Priscillia Tan (200503113)


2. Regita Widyanti (200503117)
3. Vania Dinda Azura (200503128)
BAB 6
BUKTI AUDIT

Bukti audit adalah segala informasi yang mendukung angka-angka atau


informasi lain yang disajikan dalam laporan keuangan, yang dapat digunakan oleh auditor
sebagai dasar yang layak untuk menyatakan pendapatnya. Bukti audit yang mendukung
laporan keuangan terdiri dari: data akuntansi dan semua informasi penguat
(corroborating information) yang tersedia bagi auditor.
Salah satu tipe bukti audit adalah data akuntansi. Jurnal, buku besar, dan buku
pembantu, serta buku pedoman akuntansi, memorandum, dan catatan tidak resmi, seperti
daftar lembaran kerja (work sheet) yang mendukung alokasi biaya, perhitungan, dan
rekonsiliasi secara keseluruhan merupakan bukti yang mendukung laporan keuangan.
Data akuntansi saja tidak dapat dianggap sebagai pendukung yang cukup suatu laporan
keuangan; di pihak lain, tanpa dilandasi oleh kewajaran dan kecermatan data akuntansi
yang mendukung laporan keuangan, pendapat auditor atas laporan keuangan tidak akan
terjamin.

Informasi Penguat

Tipe bukti audit lain yang dikumpulkan oleh auditor sebagai dasar pernyataan
pendapatnya atas laporan keuangan adalah informasi penguat. Informasi penguat meliputi
segala dokumen sepeni cek, faktur, surat kontrak, notulen rapat, konfirmasi, dan
pernyataan tertulis dari pihak yang mengetahui; informasi yang diperoleh auditor melalui
permintaan keterangan, pengamatan, inspeksi dan pemeriksaan fisik, serta informasi lain
yang dikembangkan oleh atau tersedia bagi auditor yang memungkinkannya untuk
menarik kesimpulan berdasarkan alasan yang kuat.
Cukup atau Tidaknya Bukti Audit
Faktor yang mempengaruhi pertimbangan auditor dalam menentukan cukup atau
tidaknya bukti audit adalah:
a. Materialitas dan risiko
b. Faktor ekonomi
c. Ukuran dan karaktetistik populasi

Kompetensi Bukti Audit


Kompetensi bukti audit berhubungan dengan kualitas atau keandalan data akuntansi dan
informasi penguat.

Kompetensi Data Akuntansi


Keandalan catatan akuntansi diperngaruhi secara langsung oleh efektivitas pengendalian
intern.

Kompetensi Informasi Penguat


Kompetensi informasi penguat dipengaruhi oleh berbagai faktor berikut ini:
a. Relevansi
Faktor relevansi berarti bahwa bukti audit harus berkaitan dengan tujuan audit.
Jika tujuan audit adalah untuk menentukan eksistensi sediaan yang dicantumkan oleh
klien dalam neraca, auditor harus memperoleh bukri dengan melakukan pengamatan
terhadap penghitungan fisik sediaan yang dilaksanakan oleh klien. Namun, bukti audit
tersebut tidak akan relevan dengan tujuan audit yang lain, seperti untuk menentukan
kepemilikan (asersi hak dan kewajiban) serta asersi penilaian (asersi penilaian atau
alokasi) sediaan.

b. Sumber
Bukti audit yang berasal dari sumber di luar organisasi klien pada umumnya
merupakan bukti yang tingkat kompetensinya dianggap tinggi. Dalam audit, auditor dapat
memperoleh informasi secara langsung dengan cara pemeriksaan tangan pertama,
pengamatan, dan perhitungan yang dilakukan sendiri oleh auditor tersebut. Auditor juga
melakukan pemeriksaan secara tidak langsung, yaitu dengan mengumpulkan informasi
tangan kedua.

c. Ketepatan Waktu
Ketepatan waktu berkaitan dengan tanggal berlakunya bukti yang diperoleh
auditor. Ketepatan waktu pemerolehan bukti audit sangat penting dalam memverifikasi
aktiva lancar, utang lancar, dan saldo akun laba-rugi yang bersangkutan. Untuk akun-
akun yang berkaitan dengan aktiva lancar, utang lancar, dan akun laba-rugi yang
bersangkutan, auditor harus memperoleh bukti bahwa klien telah melakukan pisah batas
semestinya (proper cutoff) transaksi kas, penjualan, dan pembelian pada tanggal neraca.

d. Objektivitas
Bukti yang bersifat objektif umumnya dianggap lebih andal dibandingkan dengan
bukti yang bersifat subjektif. Sebagai contoh, bukti tentang eksistensi aktiva tetap
berwujud akan lebih kompeten bila diperoleh melalui inspeksi fisik, karena secara
objektif bukti tersebut lebih konklusif.

e. Cara pemeroleh bukti


Bukti Audit sebagai Dasar yang Layak untuk Menyatakan Pendapat Auditor
Pertimbangan auditor tentang kelayakan bukti audit dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut
ini:
a. Pertimbangan profesional
b. Integritas manajemen
c. Kepemilikan publik versus terbatas
d. Kondisi keuangan

Tipe Bukti Audit


Menurut Kontrath (2002:114&115) ada enam tipe bukti audit:
a. Physical evidence
Physical evidence terdiri atas segala sesuatu yang bisa dihitung, dipelihara,
diobservasi atau diinspeksi, dan terutama berguna untuk mendukung tujuan eksistensi
atau keberadaan. Contohnya adalah bukti-bukti fisik yang diperoleh dari kas opname,
observasi dari perhitungan fisik persediaan, pemeriksaan fisik surat berharga dan
inventarisasi aset tetap

b. Evidence obtain through confirmation


Confirmation Evidence, adalah bukti yang diperoleh mengenai eksistensi,
kepemilikanatau penilaian, langsung dari pihak ketiga diluar klien. Contohnya adalah
jawaban konfirmasipiutang, utang, barang konsinyasi, surat berharga yang disimpan biro
administrasi efek dan konfirmasi dari penasihat hukum klien.

c. Documentary evidence
Documentary Evidence, terdiri atas catatan-catatan akuntansi dan seluruh
dokumen pendukung transaksi. Contohnya adalah faktur pembelian, copy faktur
penjualan, journal voucher, general ledger, dan sub ledger. Bukti ini berkaitan dengan
asersi manajemen mengenai completeness dan eksistensi dan berkaitan dengan audit trail
yang memungkinkan auditor untuk mentrasir dan melakukan vouching atas transaksi-
transaksi dan kejadian- kejadian dari dokumen ke buku besar dan sebaliknya.
d. Mathematical evidence
Mathematical Evidence, merupakan perhitungan, perhitungan kembali dan
rekonsiliasi yang dilakukan auditor. Misalnya footing, cross footing dan extension dari
rincian persediaan, perhitungan dan alokasi beban penyusutan, perhitungan beban bunga,
laba/rugi penarikan aset tetap, PPh dan accruals. Untuk rekonsiliasi misalnya
pemeriksaan rekonsiliasi bank, rekonsiliasi saldo piutang usaha dan utang menurut buku
besar dan sub buku besar, rekonsiliasi inter company accounts dan lain-lain.

e. Analytical evidence
Analytical Evidence, bukti yang diperoleh melalui penelaahan analitis terhadap
informasi keuangan klien. Penelaahan analitis ini harus dilakukan pada waktu membuat
perencanaan audit, sebelum melakukan substantive test dan pada akhir pekerjaan
lapangan (audit field work). Prosedur analitis bisa dilakukan dalam bentuk:
1. Trend (Horizontal) Analysis, yaitu membandingkan angka-angka laporan
keuangan tahun berjalan dengan tahun-tahun sebelumnya dan menyelidiki
kenaikan/penurunan yang signifikan baik dalam jumlah rupiah maupun
persentase.
2. Common Size (Vertical) Analysis, yaitu analisis yang dilakukan dengan cara
membandingkan hubungan setiap komponen dengan total akun dalam laporan
keuangan tunggal.
3. Ratio Analysis, yaitu teknik analisis yang digunakan untuk menganalisis laporan
keuangan yang meliputi minimal 3 periode atau lebih untuk mengetahui
perkembangan perusahaan dan memprediksi situasi misalnya menghitung rasio
likuiditas, rasio profitabilitas, rasio leverage dan rasio manajemen aset.

f. Hearsay evidence
Hearsay (oral) Evidence, merupakan bukti dalam bentuk jawaban lisan dari klien
atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan auditor. Misalnya pertanyaan-pertanyaan
auditor mengenai pengendalian intern, ada tidaknya contigent liabilities, persediaan yang
bergerak lambat atau rusak, kejadian penting sesudah tanggal neraca dan lain-lain.

Compliance test dan Substantive test


1. Compliance test
Compliance test adalah tes terhadap bukti-bukti pembukuan yang mendukung
transaksi yang dicatat perusahaan untuk mengetahui apakah setiap transaksi yang
terjadi sudah diproses dan dicatat sesuai dengan sistem dan prosedur yang ditetapkan
manajemen. Jika terjadi penyimpangan dalam pemprosesan dan pecatatan transaksi,
walaupun jumlah (rupiah) nya tidak material, auditor harus memperhitungkan
pengaruh dari penyimpangan tersebut terhadap efektivitas pengendalian intern.
Juga harus dipertimbangkan apakah kelemahan dalam salah satu aspek
pengendalian intern bisa di atasi dengan suatu “compesanting control”. Compliance
test biasanya dilakukan untuk transaksi berikut ini:

Jenis Transaksi Jenis Compliance test Sampel yang digunakan


Penjualan Sales test Faktur penjualan
Penerimaan kas Cash receipts test Kuitansi
Pengeluaran kas Cash disbursements test Nomor check/giro
Pembelian Purchase test Purchase order
Pembayaran gaji dan upah Payroll test Daftar gaji
Jurnal koreksi/penyesuaian Journal voucher test Jurnal voucher

2. Substantive test
Substantive test adalah tes terhadap kewajaran saldo-saldo perkiraan laporan
keuangan (Neraca dan Laporan Laba Rugi)
Prosedur pemeriksaan yang dilakukan dalam Substantive test:
a. Inventarisasi aset tetap
b. Observasi atas stock opname
c. Konfirmasi piutang, utang, dan bank
d. Subsequent collection dan subsequent payment
e. Kas opname
f. Pemeriksaan rekonsiliasi bank dan lain-lain

Jika pada waktu melakukan substantive test, auditor menemukan


kesalahan-kesalahan harus dipertimbangkan apakah kesalahan tersebut jumlahnya
material atau tidak. Jika kesalahannya material, auditor harus mengusulkan audit
adjustment secara tertulis. Jika usulan adjustment tidak disetujui klien, dan auditor
yakin usualan adjustment tersebut benar, maka auditor tidak boleh memberikan
unqualified opinion.
Untuk kesalahan yang jumlahnya tidak material (immaterial), auditor tetap
perlu mengajukan usulan adjustment, tetapi tidak perlu dipaksakan karena tidak
akan mempengaruhi opini akuntan publik. Dalam melakukan substantive test,
auditor perlu membuat kertas kerja dalam bentuk Working Balance Sheet,
Working Profit and Loss, Top Schedule dan Supporting Schedule.

Anda mungkin juga menyukai