Anda di halaman 1dari 9

BAB 5

TEST TRANSAKSI (TEST OF RECORDED TRANSACTION)

1. SIFAT BUKTI AUDIT


Bukti audit yang mendukung laporan keuangan terdiri atas data akuntansi dan semua
informasi penguat yang tersedia bagi auditor.

Jurnal, buku besar dan buku pembantu, dan buku pedoman akuntansi yang berkaitan, serta
catatan seperti lembaran kerja (work sheet) dan spread sheet yang mendukung alokasi biaya,
perhitungan, dan rekonsiliasi keseluruhannya merupakan bukti yang mendukung laporan
keuangan. Data akuntansi ini seringkali dalam bentuk elektronik. Data akuntansi saja tidak
dapat dianggap sebagai pendukung yang cukup bagi suatu laporan keuangan; di pihak lain,
tanpa cukup perhatian atas kewajaran dan kecermatan data akuntansi yang melandasinya,
pendapat auditor atas laporan keuangan tidak akan terjamin.

Bukti audit penguat meliputi baik informasi tertulis maupun elektronik, seperti cek, catatan
electronic fund system; faktur; surat kontrak; notulen rapat; konfirmasi dan representasi
tertulis dari pihak yang mengetahui; informasi yang diperoleh auditor melalui permintaan
keterangan, pengamatan, inspeksi dan pemeriksaan fisik; serta informasi lain yang
dikembangkan oleh atau tersedia bagi auditor yang memungkinkannya menarik kesimpulan
berdasarkan alasan yang kuat.

Untuk dapat dikatakan kompeten, bukti audit harus sah dan relevan. Keabsahan sangan
tergantung atas keadaan yang berkaitan dengan pemrolehan bukti tersebut. Bukti ekstern
yang diperoleh dari pihak independen di luar perusahaan dianggap lebih kuat, dalam arti
dapat lebih diandalkan/dipercaya keabsahannya daripada bukti yang diperoleh dari dalam
perusahaan itu sendiri (bukti intern). Semakin efektif pengendalian intern, semakin besar
jaminan yang diberikan mengenai keandalan data akuntansi dan laporan keuangan.
Pengetahuan auditor secara pribadi dan langsung yang diperoleh melalui inspeksi fisik,
pengamatan, dan inspeksi, lebih bersifat menyimpulkan (persuasive evidence) daripada bukti
yang bersifat meyakinkan (convicing evidence).

Menurut Konrath (2002: 114 & 115) ada enam tipe bukti audit, yaitu:

1
1. Physical evidence
Physical evidence, terdiri atas segala sesuatu yang bisa dihitung, dipelihara,
diobservasi atau diinspeksi, dan terutama berguna untuk mendukung tujuan
eksistensi atau keberadaan. Contohnya adalah bukti-bukti fisik yang diperoleh dari
kas opname, observasi dari perhitungan fisik persediaan, pemeriksaan fisik surat
beharga dan inventarisasi aset tetap.
2. Evidence obtain through confirmation
Confirmation Evidence, adalah bukti yang diperoleh mengenai eksistensi,
kepemilikan atau penilaian, langsung dari pihak ketiga diluar klien. Contohnya
adalah jawaban konfirmasi piutang, utang, barang konsinyasi, surat beharga yang
disimpan biro administrasi efek dan konfirmasi dari penasihat hukum klien.
3. Documentary evidence
Documentary Evidence, terdiri atas catatan-catatan akuntansi dan seluruh
dokumen pendukung transaksi. Contohnya adalah faktur pembelian, copy faktur
penjualan, journal voucher, general ledger, dan sub ledger. Bukti ini berkaitan
dengan asersi manajemen mengenai completeness dan eksistensi dan berkaitan
dengan audit trail yang memungkinkan auditor untuk mentrasir dan melakukan
vouching atas transaksi-transaksi dan kejadian-kejadian dari dokumen ke buku
besar dan sebaliknya.
4. Mathematical evidence
Mathematical Evidence, merupakan perhitungan, perhitungan kembali dan
rekonsiliasi yang dilakukan auditor. Misalnya footing, cross footing dan extension
dari rincian persediaan, perhitungan dan alokasi beban penyusutan, perhitungan
beban bunga, laba/rugi penarikan aset tetap, PPh dan accruals. Untuk rekonsiliasi
misalnya pemeriksaan rekonsiliasi bank, rekonsiliasi saldo piutang usaha dan
utang menurut buku besar dan sub buku besar, rekonsiliasi inter company
accounts dan lain-lain.
5. Analytical evidence
Analytical Evidence, bukti yang diperoleh melalui penelaahan analitis terhadap
informasi keuangan klien. Penelaahan analitis ini harus dilakukan pada waktu
membuat perencanaan audit, sebelum melakukan substantive test dan pada akhir
pekerjaan lapangan (audit field work). Prosedur analitis bisa dilakukan dalam
bentuk:

2
a) Trend (Horizontal) Analysis, yaitu membandingkan angka-angka laporan
keuangan tahun berjalan dengan tahun-tahun sebelumnya dan menyelidiki
kenaikan/penurunan yang signifikan baik dalam jumlah rupiah maupun
persentase.
b) Common Size (Vertical) Analysis.
Ratio Analysis, misalnya menghitung rasio likuiditas, rasio profitabilitas, rasio
leverage dan rasio manajemen aset.
6. Hearsay evidence
Hearsay (oral) Evidence, merupakan bukti dalam bentuk jawaban lisan dari klien
atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan auditor. Misalnya pertanyaan-
pertanyaan auditor mengenai pengendalian intern, ada tidaknya contigent
liabilities, persediaan yang bergerak lambat atau rusak, kejadian penting sesudah
tanggal neraca dan lain-lain.

2. COMPLIANCE TEST DAN SUBTANTIVE TEST


Test Ketaatan (Compliance Test) atau test of recorded transactions adalah tes terhadap bukti-
bukti pembukuan yang mendukung transaksi yang dicatat perusahaan untuk mengetahui
apakah setiap transaksi yang terjadi sudah diproses dan dicatat sesuai dengan sistem dan
prosedur yang ditetapkan manajemen. Jika terjadi penyimpangan dalam pemrosesan dan
pencatatan transaksi, walaupun jumlah (rupiah) nya tidak material, auditor harus
memperhitungkan pengaruh dari penyimpangan tersebut terhadap efektivitas pengendalian
intern.

Juga harus dipertimbangan apakah kelemahan dalam salah satu aspek pengendalian intern
bisa di atasi dengan suatu “compensating control”.

Misalnya:
Kesalahan yang Kelemahan I/C Compensating Control
ditemukan

1. Bukti pengeluaran kas Timbul kemungkinan 1. Subledger utang selalu di update


dan bukti-bukti bukti pendukung dan setiap akhir bulan direconcile
pendukung tidak di digunakan untuk dengan saldo utang dibuku besar.
cap lunas. pembayaran yang
2. Perusahaan memiliki bagian

3
kedua kalinya. internal audit yang cukup kuat dan
setiap bulan memeriksa
kelengkapan bukti-bukti
pengeluaran kas.

2. Bukti pengeluaran kas Timbul kemungkinan Perusahaan menggunakan imprest


tidak bernomor urut penyalahgunaan bukti fund system untuk pengeluaran
tercetak. tersebut untuk <Rp.750.000,- untuk jumlah
keuntungan pribadi. >Rp.750.000,- dibayar dengan giro,
yang urutan nomornya selalu diawasi.

Compliance tets biasanya dilakukan untuk transaksi berikut ini:


Jenis Transaksi Jenis Compiance Test Sampel yang digunakan

 Penjualan Sales Test Faktur penjualan

 Penerimaan kas Cash Receipts Test Kwitansi

 Pengeluaran kas Cash Disbursements Test Monor Check/giro

 Pembelian Purchase Test Purchase Order

 Pembayaran gaji dan upah Payrol Test Daftar Gaji

 Journal koreksi/penyesuaian Journal Voucher Test Jurnal Voucher

Dalam melaksanakan compliance test, auditor harus memperhatikan hal-hal berikut:


a. Kelengkapan bukti pendukung (supporting documents)
b. Kebenaran perhitungan mathematis (footing, cross footing, extension)
c. Otorisasi dari pejabat perusahaan yang berwenang
d. Kebenaran nomor perkiraan yang didebit/dikredit
e. Kebenaran posting ke buku besar dan sub buku besar

Compliance test bisa dilakukan pada waktu interim audit dan dilanjutkan setelah perusahaan
melakukan penutupan buku pada akhir tahun.

4
Substantive test adalah tes terhadap kewajaran saldo-saldo perkiraan laporan keuangan
(Neraca dan Laporan Laba Rugi).
Prosedur pemeriksaan yang dilakukan dalam substantivetest antara lain:
1. Inventarisasi aset tetap
2. Observasi atas stock opname
3. Konfirmasi piutang, utang dan bank
4. Subsequent collection dan subsequent payment
5. Kas opname
6. Pemeriksaan rekonsiliasi bank dan lain-lain

Jika pada waktu melakukan substantive test, auditor menemukan kesalahan-kesalahan, harus
dipertimbangkan apakah kesalahan tersebut jumlahnya material atau tidak. Jika kesalahannya
material, auditor harus mengusulkan audit adjustment secara tertulis (dalam bentuk daftar
audit adjustment). Jika usulan adjustment tidak disetujui klien, dan auditor yakin usulan
adjustment tersebut benar, maka auditor tidak boleh memberikan unqualified opinion.

Untuk kesalahan yang jumlahnya tidak material (immaterial), auditor tetap perlu mengajukan
usulan adjustment, tetapi tidak perlu dipaksakan karena tidak akan mempengaruhi opini
akuntan publik. Dalam melakukan substantive test, auditor perlu membuat kertas kerja dalam
bentuk Working Balance Sheet, Working Profit and Loss, Top Schedule dan Supporting
Schedule.

5
Contoh Compliance Test dan Substantive Test

3. CARA PEMILIHAN SAMPEL


Dalam melakukan pemeriksaanya, akuntan publik biasanya tidak memeriksa keseluruhan
transaksi dan bukti-bukti yang terdapat dalam perusahaan. Karena kalau seluruhnya
diperiksa, tentunya akan memerlukan waktu yang lama dan memakan biaya yang besar.

Karena itu transaksi-transaksi dan bukti-bukti diperiksa secara “test basis” atau secara
sampling. Dari keseluruhan “universe” diambil beberapa sampel untuk ditest, dan dari hasil
pemeriksaan sampel, auditor akan menarik kesimpulan mengenai “universe” secara
keseluruhan.

Cara pemilihan sampel tidak boleh seenaknya, karena sampel tersebut haruslah mewakili
universe secara tepat, karena jika sampel yang dipilih tidak tepat, akan sangat mempengaruhi
kesimpulan yang ditarik.

6
Sampel harus dipilih dengan cara tertentu yang bisa dipertanggungjawabkan, sehingga
sampel tersebut betul-betul representative.

Menurut PSA No.26:


“Sampling audit adalah penerapan prosedur audit terhadap unsur-unsur suatu saldo
akun atau kelompok transaksi yang kurang dari seratus persen dengan tujuan untuk menilai
beberapa karakteristik saldo akun atau kelompok transaksi tersebut.”

“Ada dua pendekatan umum dalam sampling audit: nonstatistik dan statistik, Kedua
pendekatan tersebut mengharuskan auditor menggunakan pertimbangan profesionalnya
dalam perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian sampel, serta dalam menghubungkan bukti
audit yang dihasilkan dari sampel dengan bukti audit lain dalam penarikan kesimpulan atas
saldo akun kelompok transaksi yang berkaitan”.

“Kedua pendekatan sampling audit di atas, jika diterapkan dengan semestinya, dapat
menghasilkan bukti audit yang cukup”.

Metode sampling apa pun yang digunakan, auditor dianjurkan untuk terlebih dahulu
menyusun “sampling plan”. Beberapa cara pemilihan sampling yang sering digunakan
adalah:
a. Random/Judgement Sampling
Pemilihan sampel dilakukan secara random dengan menggunakan judgement si
akuntan publik.
Salah satu cara, misalnya: dalam melakukan tes transaksi atas pengeluaran kas
auditor menentukan bahwa semua pengeluaran kas yang lebih besar atau sama
dengan Rp 5.000.000 harus di vouching, ditambah dua setiap bulan yang
berjumlah di bawah Rp 5.000.000
Cara lainnya auditor bisa menggunakan random sampling table dalam memilih
sampel. Pemilihan sampel bisa juga dilakukan dengan menggunakan komputer.
b. Block Sampling
Dalam hal ini auditor memilih transaksi di bulan-bulan tertentu sebagai sampel,
misalnya bulan Januari, Juni dan Desember.
Keberhasilan kedua cara di atas walaupun paling mudah, tetapi sangat tergantung
pada judgement si auditor, semakin banyak pengalaman auditor, semakin baik

7
hasilnya, dalam arti sampel yang dipilih betul-betul representative. Tetapi jika
auditor kurang pengalaman, sampel yang dipilih akan kurang representative.
c. Statistical Sampling
Pemilihan sampel dilakukan secara ilmiah, sehingga walaupun lebih sulit namun
sampel yang terpilih betul-betul representative. Karena memakan waktu yang
lebih banyak, statistical sampling lebih banyak digunakan dalam audit di
perusahaan yang sangat besar dan mempunyai internal control yang cukup baik.

Soal Latihan BAB 5

Tuliskan B jika menurut saudara kalimat berikut ini Benar dan S jika Salah

1. Sebagian besar pekerjaan akuntan publik dalam rangka memberikan pendapat atas laporan
keuangan terdiri dari usaha untuk medapatkan dan mengevaluasi bukti audit yang sifatnya
sama dengan bukti hukum _____

2. Untuk membuktikan efektif tidaknya pengendalian intern disuatu perusahaan, akuntan


publik harus melakukan substantive test _____

3. Untuk membuktikan kewajaran saldo-saldo perkiraan neraca dan laba rugi, akuntan publik
harus melakukan compliance test dan analytical review _____

4. Bukti audit yang mendukung laporan keuangan terdiri dari data akuntansi dn semua
informasi penguat yang tersedia bagi auditor _____

5. Bukti audit penguat meliputi segala dokumen seperti check, faktur, surat kontrak, notulen
rapat, konfirmasi, penyertaan tertulis dari pihak yang mengetahui dan rekonsiliasi bank
_____

6. Untuk dapat dikatakan kompeten, bukti audit harus sah, relevan dan material _____

7. Compliance test bisa dilakukan pada waktu interim audit dan dilanjutkan setelah
perusahaan melakukan penutupan buku pada akhir tahun _____

8
8. Dalam melaksanakan pemeriksaannya, auditor harus memeriksa seluruh transaksi dan
bukti-bukti yang terdapat di perusahaan _____

9. Beberapa cara pemilihan sampling yang sering digunakan adalah: random sampling, block
sampling, dan statistical sampling _____

10. Sampling audit adalah penerapan proedur audit terhadap nsur-unsur suatu saldo perkiraan
atau kelompok transaksi yang kurang dari seratus persen dengan tujuan untuk menilai
beberapa karakteristik saldo perkiraan atau kelompok transaksi _____

Anda mungkin juga menyukai