Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

KONSEP BUKTI AUDIT, EVALUASI BUKTI


DAN REPRESENTASI TERTULIS
KONSEP MATERIALITAS, ESTIMASI AKUNTANSI
DAN KESINAMBUNGAN USAHA

Disusun Oleh :
Nindy Riesmaviana
22075000004

UNIVERSITAS MERDEKA MALANG


FAKULTAS EKONOMI
2022
KONSEP BUKTI AUDIT, EVALUASI BUKTI DAN REPRESENTASI
TERTULIS

KONSEP BUKTI AUDIT


Bukti Audit merupakan informasi penting dari hasil pemeriksaan audit yang kemudian
digunakan oleh para auditor sebagai dasar acuan dalam memberikan opini mereka.
Keputusan utama yang dihadapi para auditor adalah menentukan jenis dan jumlah bukti
audit yang tepat untuk dikumpulkan agar dapat memberikan keyakinan yang memadai
bahwa berbagai komponen dalam laporan keuangan serta dalam keseluruhan laporan
lainnya telah disajikan secara wajar. Berbagai keputusan auditor dalam pengumpulan bukti
audit dapat dipilah kedalam empat sub keputusan berikut ini:
1. Prosedur-prosedur audit apakah yang akan digunakan
2. Ukuran sampel sebesar apakah yang akan dipilih untuk prosedur tertentu
3. Item-item manakah yang akan dipilih dari populasi
4. Kapankah berbagai prosedur itu akan dilakukan.

Indikator Mengukur Kelayakan Bukti Audit :


Bukti audit yang digunakan dalam proses audit, harus dan berkualitas. Semakin kompeten
bukti audit yang diberikan, maka semakin baik nilai dari kewajaran atas laporan keuangan
1. Relevansi : Bukti audit yang diberikan haruslah relevan dengan tujuan
dilaksanakannya audit.
2. Sumber Perolehan Bukti : Sumber perolehan bukti dan Informasi yang diperoleh dari
pihak lain yang independen akan semakin dipercaya.
3. Ketepatan Waktu : Ketepatan waktu digunakan untuk mengetahui apakah
pengakuan yang dilakukan sudah tepat (Tingkat Validitas).
4. Objektivitas : Bukti yang sifatnya objektif tentu lebih baik dari bukti yang sifatnya
subjektif.

Beberapa Jenis Bukti Audit :


Terdapat banyak jenis bukti audit yang dapat digunakan oleh auditor, sebagai dasar
pelaksanaan audit serta penyusunan audit report, diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Bukti Fisik merupakan suatu bukti yang sudah diperoleh dari hasil pemeriksaan fisik
dan perhitungan object secara nyata
2. Bukti Konfirmasi merupakan suatu bukti yang dipeorleh dari berbagai timdakan
konfirmasi dengan pihak ketiga
3. Proses dokumentasi merupakan suatu bukti yang sudah diperoleh dari pemeriksaan
catatan transaksi keuangan.
4. Observasi merupakan suatu tindakan yang sudah dilakukan untuk memperoleh
bukti-bukti audit dengan cara menggunakan panca indra. Dimana kita melakukan
pengamatan terhadap berbagai fasilitas yang terdapat dalam perusahaan.
5. Inquiries merupakan bukti-bukti yang berasal dari hasil wawancara dari pihak
auditor kepada karyawan.
6. Perhitungan merupakan suatu bukti yang sudah diperoleh dari beberapa kali
pengujian perhitungan Kembali. Hal ini dilakukan untuk memastikan tingkat
kecermatan auditee dalam melakukan perhitungan.
7. Reperformance merupakan bukti yang diperoleh dari pemeriksaan prosedur kerja
(SOP) yang masih berlaku dan masih bisa dijalankan oleh pihak auditee termasuk
juga tentang pengendalian internalnya.
8. Tes analisis merupakan suatu bukti yang sudah diperoleh dengan cara
membandingkan dari beberapa saldo sampai dengan membentuk sebuah rasio.  

EVALUASI BUKTI AUDIT


Setelah mengumpulkan semua bukti yang ada, Auditor kemudian akan Mengevaluasi Bukti
Audit yang telah dikumpulkan. Team Audit kemudian akan menilai apakah bukti-bukti yang
telah dikumpulkan mengarah ke hal yang memuaskan atau tidak memuaskan. Evaluasi bukti
audit dapat dilakukan selama dan pada akhir pekerjaan lapangan audit. Pelaksanaan
pengevaluasian bukti audit akan mpertimbangkan:
1. Evaluasi Risiko Salah Saji yang Diperkirakan
Laporan keuangan mengandung salah saji material jika laporan tersebut berisikan
kecurangan dan kekeliruan yang dapat berdampak pada kerugian secara individual maupun
gabungan dengan signifikan. Sehingga hal ini dapat mencegah penyajian laporan keuangan
tersebut secara wajar dan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku.
2. Evaluasi Kompetensi dan Kecukupan Bukti Audit yang Dikumpulkan
Bukti audit yang tepat dan cukup dapat menjadi dasar untuk menyatakan pendapat atas
laporan keuangan. Evaluasi kompetensi terbagi menjadi :
a. Evaluasi Ketepatan Bukti Audit : Apabila bukti yang didapatkan oleh Auditor dianggap
sangat tepat, maka hal ini dapat membantu dalam menyakinkan Auditor untuk
menyimpulkan bahwa laporan keuangan telah disajikan dengan wajar.
b. Evaluasi Kecukupan Bukti Audit : Kecukupan berkaitan dengan kualitas dan kuantitas
bukti audit yang diperoleh. Adapun factor yang mempengaruhi Kecukupan Bukti Audit
adalah :
1. Materialitas : Terdapat hubungan terbalik antara tingkat materialitas dengan
kuantitas bukti audit yang diperlukan. Semakin rendah tingkat materialitas maka akan
semakin banyak kuantitas bukti audit yang diperlukan dan juga demikian sebaliknya.
2. Resiko audit : Rendahnya resiko audit berarti juga tingginya tingkat kepastian yang
diyakini auditor mengenai ketepatan pendapatnya sehingga bukti yang dikumpulkan
juga harus lebih banyak. Semakin rendah tingkat resiko audit yang dapat diterima
auditor maka semakin banyak juga kuantitas bukti yang diperlukan
3. Factor ekonomi : Seorang auditor bekerja dalam batasan ekonomi yang
menentukan bahwa kecukupan bukti harus diperoleh dalam batasan waktu dan biaya
yang memadai. Dengan demikian, seorang auditor seringkali menghadapi keputusan
apakah penambahan waktu dan biaya akan memberikan manfaat yang sepadan
berupa perolehan bukti yang lebih meyakinkan.
4. Ukuran dan Karakteristik Populasi : Ukuran populasi akuntansi mendasari banyak
item laporan keuangan yang digunakan dalam penarikan sampel yang diperlukan
untuk pengumpulan bukti audit. Secara umum, semakin besar populasinya akan
semakin besar pula jumlah bukti yang diperlukan untuk memperoleh dasar yang
memadai guna menarik kesimpulan tentang hal itu.
c. Asersi Manajemen dan Kesesuaian Bukti Audit dengan Tujuan Audit Dalam
mengevaluasi bukti : auditor harus mempertimbangkan apakah tujuan audit telah tercapai.
Tujuan audit spesifik ditentukan berdasarkan pada asersi – asersi yang dibuat oleh pihak
manajemen yang tercantum dalam laporan keuangan. Ada lima asersi yaitu :
1. Eksistensi atau Kejadian, merupakan pernyataan manajemen bahwa aktiva dan
kewajiban yang dicatat dalam laporan keuangan secara aktual ada pada tanggal
neraca dan transaksi yang dicatat dalam laporan keuangan yang terjadi selama
periode laporan keuangan.
2. Kelengkapan, yang berarti semua transaksi dan akun yang seharusnya tercatat
dalam laporan keuangan telah dicatat.
3. Telah mencatat secara actual hak dan kewajiban klien seperti Hutang
4. Penilaian atau alokasi, yaitu apakah aktiva, kewajiban, pendapatan dan beban yang
tercatat dalam laporan keuangan pada jumlah yang tepat.
5. Penyajian atau pengungkapan, merupakan pernyataan manajemen bahwa pos-pos
yang terdapat di laporan keuangan telah diklasifikasikan, diuraikan dan
diungkapkan secara tepat sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku.
Bukti audit yang diperoleh, selanjutnya akan melalui prosedur audit yaitu prosedur analitik.
Prosedur analitik adalah evaluasi infromasi keuangan melalui analisis atas hubungan antara
data keuangan dan nonkeuangan. Tujuan prosedur analitik adalah sebagai berikut :
a. Memahami industri dan bisnis klien
b. Menilai kemampuan entitas yuntuk terus going concern
c. Menunjukkan adanya kemungkinan salah saji dalam laporan keuangan
d. Mengurangi pengujian audit yang terperinci

REPRESENTASI TERTULIS
Representasi tertulis adalah pernyataan tertulis yang dibuat oleh manajemen perusahaan
kepada auditor yang diterima selama periode audit untuk mengkonfirmasi suatu hal atau
untuk mendukung bukti audit yang lainnya. Representasi tertulis merupakan cara terakhir
untuk mendapatkan bukti audit jika tidak ada bukti lain yang tersedia dalam keadaan
tersebut. Jika suatu representasi yang dibuat oleh manajemen bertentangan dengan bukti
audit lain, maka auditor harus segera menyelidiki keadaan tersebut kemudian
mempertimbangkan keandalannya.

Surat representasi biasanya harus dibuat dengan memasukkan representasi semestinya dari
manajemen tentang hal-hal khusus yang berkaitan dengan bisnis entitas atau industrinya.
Representasi tertulis umumnya meliputi hal-hal sebagai berikut:
1. Tersedianya catatan keuangan dan data yang berkaitan.
2. Tidak terdapat kesalahan dalam laporan keuangan dan transaksi yang tidak tercatat.
3. Informasi mengenai transaksi antarpihak yang mempunyai hubungan istimewa.
4. Masalah yang melibatkan karyawan dan manajemen.
5. Pengungkapan saldo kompensasi atau perjanjian yang menyangkut pembatasan
terhadap saldo kas dan pengungkapan line-of-credit.
6. Hak atas aset, hak gadai atas aset, dan aset yang dijaminkan dengan adanya
perjanjian untuk membeli kembali aset yang sebelumnya dijual.
7. Rugi dari komitmen pembelian untuk jumlah persediaan yang melebihi kebutuhan
atau pada harga diatas harga pasar.
8. Liabilitas lain dan laba atau rugi bersyarat yang harus diungkapkan.
Apabila terjadi penolakan manajemen untuk melengkapi representasi tertulis menandakan
bahwa terdapat pembatasan terhadap lingkup audit yang akan menghalangi auditor untuk
memberikan pendapat wajar tanpa pengecualian dan dapat menyebabkan auditor tidak
memberikan pendapat atau menarik diri dari perikatan.
KONSEP MATERIALITAS, ESTIMASI DAN KESINAMBUNGAN USAHA

KONSEP MATERIALITAS
Materialitas adalah konsep yang berhubungan dengan seberapa penting dan signifikannya
sebuah jumlah, transaksi dan selisih yang mungkin terdapat di laporan keuangan. Saat
perencanaan awal audit , seorang auditor harus menggunakan pertimbangan awal
mengenai tingkat materialitas dengan suatu cara yang diharapkan, dalam keterbatasan yang
melekat pada proses audit, sehimgga dapat memberikan bukti audit yang cukup untuk
mencapai keyakinan yang memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material.

Tujuan Penggunaan Materialitas dalam Audit untuk membantu pengguna laporan


keuangan di tahap akhir untuk bisa membuat keputusan akhir. Pihak yang berkepentingan
bisa memiliki informasi yang cukup sesuai dengan yang mereka butuhkan. Materialitas
adalah salah satu faktor yang berpengaruh terhadap pertimbangan auditor tentang
kecukupan (jumlah yang dibutuhkan) bukti audit. Sehingga terdapat hubungan antara
materialitas dengan bukti audit, yaitu semakin rendah tingkat materialitas ,maka semakin
banyak bukti audit yang dibutuhkan oleh seorang auditor.

Prinsip-Prinsip Materialitas :
1. Kekeliruan dalam laporan keuangan dianggap sebagai material apabila berpotensi
mempengaruhi keputusan pengguna laporan keuangan.
2. Penilaian terhadap materialitas kemudian berdasarkan keadaan eksternal yang utamanya
termasuk ukuran dan sifat kekeliruan tersebut.
3. Penilaian terhadap materialitas juga berdasarkan kebutuhan umum pengguna yang
merupakan sebuah kelompok.

Penentuan materialitas digunakan seorang auditor untuk dalam menilai risiko audit.
Terdapat 3 jenis risiko audit (audit risk) yaitu sebagai berikut :
a. Risiko Bawaan (Inheren Risk)
Risiko bawaan terjadi saat auditor menilai adanya kemungkinan bahwa terdapat sejumlah
salah saji material (kekeliruan atau kecurangan) yang sudah ada sebelum auditor melakukan
pemeriksaaan (mengaudit) suatu laporan keuangan.
b. Risiko Pengendalian(Control Risk)
Risiko pengendalian merupakan pengukuran yang digunakan oleh auditor untuk menilai
adanya kemungkinan bahwa terdapat sejumlah salah saji material yang tidak terdeteksi oleh
pengendalian intern yang dimiliki klien. Risiko pengendalian terjadi pada saat auditor
melakukan proses audit, sehingga risiko ini tidak dapat diprediksi dari awal.
c. Risiko Deteksi (Detection Risk)
Risiko deteksi adalah risiko yang bisa timbul akibat kegagalan auditor dalam menedeteksi
adanya salahsaji bersifat material dan/atau penggelapan (fraud).Risiko deteksi ini timbul
karena adanya risiko bawaan dan risiko pengendalian.
ESTIMASI AKUNTANSI
Estimasi Akuntansi adalah nilai yang mendekati suatu nilai uang yang digunakan jika tidak
ada pengukuran yang tepat. Istilah estimasi ini digunakan untuk jumlah yang diukur dengan
nilai wajar di mana ada ketidakpastian dalam maupun jumlah-jumlah lain yang memerlukan
estimasi.

Tiga tahap audit atas estimasi


1. Tahap Risk Assessment (Penilaian Risiko) seperti memastikan estimasi apa saja yang
diperlukan dalam laporan keuangan dan berapa besarnya ketidakpastian proses estimasi
yang terjadi.
2. Tahap Risk Response (Menanggapi Risiko) seperti Auditor harus memastikan apakah
estimasi sudah dibuat menggunakan cara yang benar, metode yang konsisten tiap tahunnya
dan apakah terdapat bukti terjadinya kecurangan.
3. Tahap Reporting (Pelaporan) seperti Apakah disclosures mengenai estimasi akuntansi
dalam laporan keuangan sudah sesuai dengan kerangka laporan.

Ketika bukti audit sudah diperoleh, Aditor mengevaluasi kewajaran luasnya salah saji:
1. Apabila bukti mendukung suatu poin estimasi maka perbedaan antara poin estimasi dari
auditor dan poin estimasi dari manajemen merupakan suatu salah saji.
2. Apabila auditor menyimpulkan bahwa dengan menggunakan kisaran yang menurut
auditor adalah wajar memberikan bukti audit yang cukup dan tepat, maka poin estimasi
manajemen di luar kisaran tersebut tidaklah didukung oleh bukti audit.

KESINAMBUNGAN USAHA
Dalam penyusunan Laporan Keuangan sangat diperlukan konsep Asumsi Kesinambungan
Usaha dengan tujuan untuk memprediksi keberlanjutan usaha, dimana suatu entitas
dianggap mempunyai usaha yang berkesinambungan dalam waktu dekat di masa
mendatang jika manajemen tidak mempunyai rencana untuk melikuidasi entitas itu atau
berhenti beroperasi. Pernyataan ini biasanya disajikan dalam paragraf penjelasan terpisah
yang mengikuti paragraf opini auditor.
Auditor bertanggung jawab untuk mengevaluasi apakah terdapat keraguan substansial
tentang kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan bisnisnya untuk
jangka waktu yang wajar

Tujuan Auditor dalam Audit Kesinambungan Usaha :


1. Memperoleh bukti yang cukup tentang tepat atau tidaknya penggunaan asumsi
kesinambungan usaha oleh manajemen dalam membuat laporan keuangan
2. Menyimpulkan, berdasarkan bukti audit yang diperoleh, apakah ada ketidakpastian
material mengenai peristiwa atau kondisi yang mungkin menimbulkan keraguan
mengenai kemampuan entitas untuk melanjutkan usahanya yang berkesinambungan
3. Menentukan implikasinya terhadap laporan auditor

Faktor yang dapat menimbulkan keraguan yang Besar Mengenai Ausmsi Kesinambungan
Usaha dalam perusahaan :
1. Indikator Keuangan seperti rasio keuangan yang buruk, kerugian operasional yang besar,
ketidakmampuan membayar kewajiban sepeti dividen dan hutang
2. Indikator Operasional sepertinya hilangnya tim inti manajemen tanpa pengganti,
kekurangan bahan baku dan pemasok untuk produksi barang yang penting, niat
manajemen untuk meberhentikan operasi
3. Lain-lain seperti adanya Tuntutan hukum terhadap entitas yang belum final (masih
pending), yang jika berhasil, dapat berdampak buruk (ketidakmampuan entitas
memenuhi tuntutan tersebut)

Langkah Auditor dalam Menangani Masalah Kesinambungan Usaha


Jika peristiwa atau kondisi sudah diidentifikasi dapat menimbulkan keraguan besar
mengenai kemampuan entitas melanjutkan usahanya secara berkesinambungan, auditor
wajib memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat untuk menentukan apakah ada
ketidakpastian material, dengan melakukan prosedur audit tambahan, termasuk
mempertimbangkan faktor-faktor yang memitigasi. Prosedur ini meliputi:
1. Dapatkan Penilaian dan Recana Manajemen, Jika auditor belum memperolehnya, minta
manajemen membuat penilaian terhadap kemampuan entitas melanjutkan usahanya
secara berkesinambungan
2. Evaluasi Rencana Manajemen, untuk menanggapi penilaian tentang kesinambungan
Usaha seperti apakah hasil akhir dari rencana tersebut dapat memperbaiki keadaaan,
Apakah rencana tersebut feasible dalam situasi yang dihadapi dan Berapa andalnya
prakiraan laba/arus kas, dan hal apa yang mendukung ausmsi yang digunakan
3. Minta Representasi Tertulis dari manajemen dan, jika perlu meminta rencana mereka
untuk tindakan di masa mendatang dan tentang feasibility dari rencana tersebut

Rencana manajemen untuk tindakan di masa mendatang, mengenai masalah


kesinambungan usaha dapat dilakukan melalui cara sebagai berikut :
a. Melikuidasi (menjual) aset
b. Meminjam uang atau merestrukturisasi uang
c. Mengurangi atau menunda pengeluaran
d. Merestrukturisasi operasi perusahaan
e. Mengupayakan merger atau akuisisi
f. Meningkatkan modal

Anda mungkin juga menyukai