Disusun Oleh :
Nindy Riesmaviana
22075000004
REPRESENTASI TERTULIS
Representasi tertulis adalah pernyataan tertulis yang dibuat oleh manajemen perusahaan
kepada auditor yang diterima selama periode audit untuk mengkonfirmasi suatu hal atau
untuk mendukung bukti audit yang lainnya. Representasi tertulis merupakan cara terakhir
untuk mendapatkan bukti audit jika tidak ada bukti lain yang tersedia dalam keadaan
tersebut. Jika suatu representasi yang dibuat oleh manajemen bertentangan dengan bukti
audit lain, maka auditor harus segera menyelidiki keadaan tersebut kemudian
mempertimbangkan keandalannya.
Surat representasi biasanya harus dibuat dengan memasukkan representasi semestinya dari
manajemen tentang hal-hal khusus yang berkaitan dengan bisnis entitas atau industrinya.
Representasi tertulis umumnya meliputi hal-hal sebagai berikut:
1. Tersedianya catatan keuangan dan data yang berkaitan.
2. Tidak terdapat kesalahan dalam laporan keuangan dan transaksi yang tidak tercatat.
3. Informasi mengenai transaksi antarpihak yang mempunyai hubungan istimewa.
4. Masalah yang melibatkan karyawan dan manajemen.
5. Pengungkapan saldo kompensasi atau perjanjian yang menyangkut pembatasan
terhadap saldo kas dan pengungkapan line-of-credit.
6. Hak atas aset, hak gadai atas aset, dan aset yang dijaminkan dengan adanya
perjanjian untuk membeli kembali aset yang sebelumnya dijual.
7. Rugi dari komitmen pembelian untuk jumlah persediaan yang melebihi kebutuhan
atau pada harga diatas harga pasar.
8. Liabilitas lain dan laba atau rugi bersyarat yang harus diungkapkan.
Apabila terjadi penolakan manajemen untuk melengkapi representasi tertulis menandakan
bahwa terdapat pembatasan terhadap lingkup audit yang akan menghalangi auditor untuk
memberikan pendapat wajar tanpa pengecualian dan dapat menyebabkan auditor tidak
memberikan pendapat atau menarik diri dari perikatan.
KONSEP MATERIALITAS, ESTIMASI DAN KESINAMBUNGAN USAHA
KONSEP MATERIALITAS
Materialitas adalah konsep yang berhubungan dengan seberapa penting dan signifikannya
sebuah jumlah, transaksi dan selisih yang mungkin terdapat di laporan keuangan. Saat
perencanaan awal audit , seorang auditor harus menggunakan pertimbangan awal
mengenai tingkat materialitas dengan suatu cara yang diharapkan, dalam keterbatasan yang
melekat pada proses audit, sehimgga dapat memberikan bukti audit yang cukup untuk
mencapai keyakinan yang memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material.
Prinsip-Prinsip Materialitas :
1. Kekeliruan dalam laporan keuangan dianggap sebagai material apabila berpotensi
mempengaruhi keputusan pengguna laporan keuangan.
2. Penilaian terhadap materialitas kemudian berdasarkan keadaan eksternal yang utamanya
termasuk ukuran dan sifat kekeliruan tersebut.
3. Penilaian terhadap materialitas juga berdasarkan kebutuhan umum pengguna yang
merupakan sebuah kelompok.
Penentuan materialitas digunakan seorang auditor untuk dalam menilai risiko audit.
Terdapat 3 jenis risiko audit (audit risk) yaitu sebagai berikut :
a. Risiko Bawaan (Inheren Risk)
Risiko bawaan terjadi saat auditor menilai adanya kemungkinan bahwa terdapat sejumlah
salah saji material (kekeliruan atau kecurangan) yang sudah ada sebelum auditor melakukan
pemeriksaaan (mengaudit) suatu laporan keuangan.
b. Risiko Pengendalian(Control Risk)
Risiko pengendalian merupakan pengukuran yang digunakan oleh auditor untuk menilai
adanya kemungkinan bahwa terdapat sejumlah salah saji material yang tidak terdeteksi oleh
pengendalian intern yang dimiliki klien. Risiko pengendalian terjadi pada saat auditor
melakukan proses audit, sehingga risiko ini tidak dapat diprediksi dari awal.
c. Risiko Deteksi (Detection Risk)
Risiko deteksi adalah risiko yang bisa timbul akibat kegagalan auditor dalam menedeteksi
adanya salahsaji bersifat material dan/atau penggelapan (fraud).Risiko deteksi ini timbul
karena adanya risiko bawaan dan risiko pengendalian.
ESTIMASI AKUNTANSI
Estimasi Akuntansi adalah nilai yang mendekati suatu nilai uang yang digunakan jika tidak
ada pengukuran yang tepat. Istilah estimasi ini digunakan untuk jumlah yang diukur dengan
nilai wajar di mana ada ketidakpastian dalam maupun jumlah-jumlah lain yang memerlukan
estimasi.
Ketika bukti audit sudah diperoleh, Aditor mengevaluasi kewajaran luasnya salah saji:
1. Apabila bukti mendukung suatu poin estimasi maka perbedaan antara poin estimasi dari
auditor dan poin estimasi dari manajemen merupakan suatu salah saji.
2. Apabila auditor menyimpulkan bahwa dengan menggunakan kisaran yang menurut
auditor adalah wajar memberikan bukti audit yang cukup dan tepat, maka poin estimasi
manajemen di luar kisaran tersebut tidaklah didukung oleh bukti audit.
KESINAMBUNGAN USAHA
Dalam penyusunan Laporan Keuangan sangat diperlukan konsep Asumsi Kesinambungan
Usaha dengan tujuan untuk memprediksi keberlanjutan usaha, dimana suatu entitas
dianggap mempunyai usaha yang berkesinambungan dalam waktu dekat di masa
mendatang jika manajemen tidak mempunyai rencana untuk melikuidasi entitas itu atau
berhenti beroperasi. Pernyataan ini biasanya disajikan dalam paragraf penjelasan terpisah
yang mengikuti paragraf opini auditor.
Auditor bertanggung jawab untuk mengevaluasi apakah terdapat keraguan substansial
tentang kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan bisnisnya untuk
jangka waktu yang wajar
Faktor yang dapat menimbulkan keraguan yang Besar Mengenai Ausmsi Kesinambungan
Usaha dalam perusahaan :
1. Indikator Keuangan seperti rasio keuangan yang buruk, kerugian operasional yang besar,
ketidakmampuan membayar kewajiban sepeti dividen dan hutang
2. Indikator Operasional sepertinya hilangnya tim inti manajemen tanpa pengganti,
kekurangan bahan baku dan pemasok untuk produksi barang yang penting, niat
manajemen untuk meberhentikan operasi
3. Lain-lain seperti adanya Tuntutan hukum terhadap entitas yang belum final (masih
pending), yang jika berhasil, dapat berdampak buruk (ketidakmampuan entitas
memenuhi tuntutan tersebut)