Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

CONTOH KASUS BUKTI AUDIT

Dosen Pengampuh:

Dr. Paulus K. Allolayuk, SE.,M.Si.,Ak., CA

Rudiawie Larasati, SE.,M.Ak

Disusun oleh:

Andri Tonapa : Andri Tonapa

Nim : 20180411034020

Kelas :B

Mata kiliah : Pemeriksaan Akuntan 1


JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNISS

UNIVERSITAS CENDERAWASIH

JAYAPURA

2020

PENDAHULUAN

Audit merupakan pengumpulan data dan evaluasi bukti tentang informasi untuk
menentukan dan melaporkan derajat kesesuaian antara informasi itu dan kriteria yang telah
ditetapkan. Audit harus dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen.
Akuntan publik merupakan audit yang menyediakan jasa kepada masyarakat umum
terutama dalam bidang audit atas laporan keuangan yang dibuat oleh kliennya. Akuntan
publik harus dapat menunjukkan bahwa jasa audit yang diberikan yaitu kualitas audit yang
dapat dipercaya karena profesinya tersebut memiliki peran penting dalam memberikan
informasi yang dapat diandalkan, dipercaya dan memenuhi kebutuhan pengguna jasa akuntan
publik kedalam dunia usaha yang semakin kompetitif. Laporan keuangan menyediakan
berbagai informasi yang diperlukan sebagai sarana pengambilan keputusan baik oleh pihak
internal maupun pihak eksternal perusahaan. Berdasarkan Standar Akuntan Pemerintah
(SPA) No 1 terdapat karakterisik kualitatif laporan keuangan yaitu relevan (relevance)
apabila informasi yang termuat di dalamnya dapat mempengaruhi keputusan pengguna
dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu atau masa kini, dan
memprediksi masa depan, serta menegaskan atau mengoreksi hasil evaluasi mereka dimasa
lalu. Laporan Keuangan andal (reliable) yaitu Informasi dalam laporan keuangan bebas dari
pengertian yang menyesatkan dan kesalahan material, menyajikan setiap fakta secara jujur,
serta dapat diverivikasi. Kedua karakteristik tersebut sangatlah sulit untuk diukur, sehingga
para pemakai informasi membutuhkan jasa pihak ketiga yaitu auditor independen untuk
memberi jaminan bahwa laporan keuangan tersebut relevan dan dapat diandalkan, sehingga
dapat meningkatkan kepercayaan semua pihak yang berkepentingan dengan perusahaan
tersebut. Para pemakai laporan keuangan akan selalu melakukan pemeriksaan dan mencari
informasi tentang kehandalan laporan keuangan perusahaan. Cara mencari informasi tersebut
andal adalah dengan mengharuskan dilakukan audit secara independen agar informasi yang
digunakan dalam pengambilan keputusan lengkap, akurat, dan tidak bias.

1. Pengertian Bukti Audit


Bukti audit adalah segala informasi yang mendukung angka-angka atau informasi lain
yang disajikan dalam laporan keuangan, yang dapat digunakan oleh
auditor
sebagai dasar yang layak untuk menyatakan pendapatnya. Bukti audit yang
mendukung laporan keuangan terdiri dari data akuntansi dan semua informasi penguat
( controlling information) yang tersedia bagi auditor ( Mulyadi, 2002: 74).

a. Data Akuntansi
Salah satu tipe bukti audit adalah data akuntansi. Jurnal, buku besar,
buku pembantu serta buku pedoman akuntansi, memorandom dan catatan tidak
resmi,seperti daftar lembaran kerja ( worksheet) yang mendukung alokasi
biaya, perhitungan, dan rekonsiliasi secara keseluruhan merupakan bukti
yang mendukung laporan keuangan . Dipihak lain, tanpa dilandasi oleh
kewajaran
dan kecermatan data akuntansi yang mendukung laporan keuangan,
pendapat auditor atas laporan keuangan tidak akan terjamin. Auditor
menguji data akuntansi yang mendasari laporan keuangan dengan jalan:
1. Menganalisis dan me-review
2. Menelusuri kembali langkah-langkah prosedur yang diikuti dalamm proses
akuntansi dan dalam proses pembuatan lembaran kerja dan alokasi yang
bersangkutan.
3. Menghitung kembali dan melakukan rekonsiliasi jumlah jumlah yang
berhubungan dengan penerapan informasi yang sama.

b. Informasi Penguat
Bukti audit lain yang dikumpulkan oleh auditor sebagai dasaar pernyataan
pendapatnya atas laporan keuangan adalah informasi penguat. Informasi
penguat meliputi segala dokumen seperti cek, faktur, surat kontrak, notulen rapt,
konfirmasi, dan pernyataan tertulis dari pihak yang mengetahui: informasi yang
diperoleh auditor melalui permintaan keterangan, pengamatan,inspeksi dan
pemeriksaan, fisik; serta informasi lain yang dikembangkan oleh atau tersedia
bagi auditor yang memungkinkannya untuk menarik kesimpulan berdasarkan
alasan yang kuat. Dokumen yang relevan yang menunjang pencatan dalam akun-akun
dan asersi dalam laporan keuangan, biasanya disimpan dalam arsip perusahaan
dan tersedia bagi auditor untuk membuktikan asersi tentang keberadaannya.

1. Cukup atau Tidaknya Bukti Audit


Cukup atau tidaknya bukti audit berkaitan dengan kuantitas bukti yang harus
dikumpulkan oleh auditor yang memerlukan pertimbangan profesional auditor yang
memegang peranan yang cukup penting.Faktor yang mempengaruhi pertimbangan
auditor dalam menentukan cukup atau tidaknya bukti audit adalah:
a. Matrealitas dan Resiko
Secara umum untuk jumlah akun yang saldonya besar dalam laporan keuangan
diperlukan jumlah bukti yang lebih banyak bila dibandingkan dengan akun yang
bersaldo tidak material. Dengan demikian jumlah bukti audit yang dikumpulkan
dikumppulkan auditor dalam memeriksa sediaan diperusahaan manufajtur akan lebih
banyak dibandingkan dengan bukti audit yang dikumpulkan oleh auditor dalam
pemeriksaan terhadap surat berharga. Untuk akun yang memiliki kemungkinan
tinggi untuk disajikan salah saji dalam laporan keuangan, jumlah audit
yang dkumpulkan oleh auditornya umumnya lebih banyak bila dibandingkan
dengan akun yang memiliki kemungkinan kecil untuk salah disajikan dalam
laporan keuangan. Karena penyediaan sediaan pada tanggal neraca lebih tinggi bila
dibandingkan dengan resiko salah saji tanah.
b. Faktor Ekonomi
Pengumpulan bukti audit yang dilakukan oleh auditor dibatasi oleh dua faktor:
faktor waktu dan biaya.Auditor harus memperimbangkan factor ekonomi
didalam didalam menentukan jumlah dan kompetensi bukti audit yang
dikumpulkan.Jika dengan memeriksa sejumlah bukti yang lebih sedikit dapat
diperoleh keyakinan yang sama tingginya dengan pemeriksaan terhadap keseluruhan
bukti, auditor memilih untuk memeriksa jumlah yang lebih sedikit berdasarkan
pertimbangan ekonomi, biaya dan manfaat (cost and benefit).
c. Ukuran dan Karakteristik populasi
Dalam pemeriksaan atas-atas unsur-unsur tertentu laporan keuangan, auditor
seringkali menggunakan sampling audit. Dalam sampling audit, auditor memilih
secara acak sebagian anggota populasi untuk diperiksa karakteristiknya.
Umumnya semakin besar populasi semakin banyak jumlah bukti audit
yang diperiksa oleh auditor.Karakteristik populasi ditentukan oleh homogenitas
anggota populasu. Jika auditor menghadapi populasi dengan anggota yang homogen,
jumlah bukti audit yang dipilih dari populasi tersebut lebih kecil bila
dibandingkan dengan populasi yang beranggota hiterogen.
2. Kompetensi bukti audit
Kompetensi bukti audit berhubungan dengan kualitas atau keandalan data akuntansi
dan informasi penguat.

 Kompetensi Data Akuntansi


Keandalan catatan akuntansi dipengaruhi secara langsung oleh
efektivitas
pengendalian intern.Pengendalian intern yang kuat menyebabkan
keandalan
akuntansi dan bukti-bukti lainnya yang dibuat dalam organisasi
klien. Sebaliknya pengendalian klien yang lemah seringkali tidak dapat
mencegah atau mendeteksi kekeliuran dan ketidakberesan yang terjadi dalam
proses akuntansi.
 Kompetensi Informasi Penguat
Kompetensi informasi penguat dipengaruhi oleh:
a. Relevansi: fakor relevansi berarti bukti audit harus berkaitan dengan tujuan audit. Jika
tujuan audit adal untuk menentukan eksistensi sediaan yang dicantumkan
oleh klien dalam neraca, auditor harus memperoleh bukti dengan
memperoleh bukti dengan melakukan pengamatan terhadap perhitungan fisik
sediaan yang dilakukan oleh klien.
b. Sumber: bukti audit yang berasal dari sumber di luar organisasi klien pada umumnya
merupakan bukti yang tingkat kompetensinya dianggap tinggi. Dalam audit,
auditor dapat memperoleh informasi secara langsung dengan cara pemeriksaan
tangan pertama, pengamatan, perhitungan yang dilakukan sendiri oleh
auditor tersebut. Auditor juga melakukan pemeriksaan secara tidak langsung

3. Bukti Audit sebagai Dasar yang Layak untuk Menyatakan Pendapat Auditor
Pertimbangan bukti audit tentang kelayakan bukti audit dipengaruhi oleh beberapa
faktor berikut ini:
a. Pertimbangan profesional. Yang menentukan keseragaman penerapan mutu
dan jumlah bukti yang diperlukan dalam audit. Pernyataan standar Auditing yang
diterbitkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia berisi persyaratan tentang bukti
audit dan memberikan panduan tentang cara yang harus ditempuh oleh auditor untuk
memenuhi persyaratan tersebut. Auditor diharuskan memberikan alasan setiap
penyimpangan dari Persyaratan Standar Auditing.
b. Integritas Manajemen. Manajemen bertanggung jawab atas asersi yang
tercantum dalam laporan keuangan. Manajemen juga berada dalam posisi
untuk mengendalikan sebagian besar bukti penguat dan data akuntansi yang
mendukung laporan keuangan. Oleh karena itu, auditor akan meminta bukti
kompenten jika terdapat keraguan terhadap integritas manajemen.
c. Kepemilikan Publik versus Terbatas. Umumnya auditor memerlukan tingkat
keyakinan yang lebih tinggi dalam audit atas laporan keuangan perusahaan public
(misalnya PT yang go public) dibandingkan dengan audit atas laporan keuangan
perusahaan yang dimiliki oleh kalangan terbatas (misalnya PT Tertutup).
Hal ini disebabkan karena dalam audit atas laporan keuangan perusahaan
publik, laporan audit digunakan oleh pemakai dari kalangan lebih luas, dan pemakai
laporan audit tersebut hanya mengandalkan pengambilan keputusan investasinya
terutama atas laporan keuangan auditan.
d. Kondisi Keuangan. Umumnya jika sesuatu perusahaan mengalami kesulitan keuangan
dan proses kebangkrutan, pihak-pihak yang berkepentingan, seperti kreditur, akan
meletakkan kesalahan di pundak auditor, karena kegagalan auditor untuk
memberikan peringatan sebelumnya mengenai memburuknya kondisikeuangan
perusahaan.Dalam keadaan ini, auditor harus mempertahankan pendapatnya atas
laporan keuangan auditan dan mutu pekerjaan audit yang telah dilaksanakan.

4. Tipe Bukti Audit


Tipe bukti audit dapat digolongkan menjadi dua ( Mulyadi, 2002: 79) yaitu sebagai
berikut:
a. Tipe Data Akuntansi Didalam tipe data akuntansi masih dibagi lagi menjadi dua
yaitu:
 Pengendalian intern sebagai bukti : digunakan untuk mengecek ketelitian
dan keandalan data akuntansi. kesalahan yang timbul akan segera dan secara
otomatisdapat diketahui dengan adanya pengecekan silang (cross check) dan
cara-cara pembuktian (proff) yang dibentuk didalamnya.Oleh karena itu,
jika auditor mengetahui bahwa klien telah merancang pengendalian
intern dan telah melaksanakan dalam kegiatan usahanya setiap hari, hal ini
merupakan bukti audit yang kuat bagi auditor mengenai keandalan informasi
yang dicantumkan dalam laporan keuangan. Kuat dan lemahnya pengendalian
intern merupakan faktor utama yang menentukan jumlah bukti audit
yang harus dikumpulkan oleh auditor dari berbagai sumber bukti.Semakin
kuat pengendalian intern, semakin sedikit bukti audit yang yang harus
dikumpulkan sebagai dasar pernyataan pendapat auditor.
 Catatan akuntansi sebagai bukti: jurnal, buku besar, dan buku
pembantu, rekapitulasi biaya, penjualan, dan rekapitulasi angka yang lain,
daftar saldo, laporan keuangan intern, dan laporan keuangan yang dibuat
manajemen, merupakan catatan akuntansi yang digunakan oleh klien untuk
mengolah transaksi keuangan guna menghasilkan laporan keuangan. Oleh
karena itu pada waktu auditor melakukan verifikasi terhadap laporan
keuangan, ia akan melakukan penelusuran kembali jumlah tersebut melalui
catatan akuntansi. Keandalan catatan akuntansi sebagai bukti audit
tergantung pada pengendalian intern yang diterapkan dalam
penyelenggaraan catatan akuntansi tersebut.
b. Tipe Informasi PenguatTerbagi menjadi enam yaitu:
 Bukti fisik : bukti audit yang diperoleh dengan cara inspeksi
atau perhitungan aktiva berwujud. Tipe bukti ini pada umumnya
dikumpulkan oleh auditor dalam pemeriksaan terhadap sediaan
dan kas, surat berharga, piutang wesel, investasi jangka panjang,
dan aktiva berwujud. Pemeriksaan secara fisik terhadap aktiva merupakan
cara langsung untuk membuktikan kebenaran adanya aktiva tersebut.Oleh
karena itu, untuk untuk jenis aktiva tertentu, bukti fisik dianggap sebagai
buktinyang paling andal dan bermanfaat. Akan tetapi untuk aktiva
tertentu bukan merupakan bukti audit yang cukup untuk
menentukan hak kepemilikan terhadap aktiva tersebut dan seringkali bukti
audit bukan merupakan bukti yang konklusif sifatnya. Oleh
karena itu, meskipun bukti fisik merupakan hal yang penting dalam hal
pemeriksaan terhadap aktiva, namun pada umumnya masih harus
didukung oleh tipe bukti audit yang lain.
 Bukti dokumenter. Dibagi menjadi tiga macam yaitu :
1) Bukti dokumenter yang dibuat oleh pihak luar yang bebas ysng
dikirimkan langsung kepada auditor.
2) Bukti dokumenter yang dibuat pihak luar yang bebas yang bebas disimpan dalam
arsip klien.
3) Bukti documenter yang dibuat dan disimpan dalam organisasi klien.
 Perhitungan. Contoh tipe bukti audit ini adalah:
1) Footing,yaitu pembuktian penjumlahan vertikal.
2) Croos-footing yaitu pembuktian penjumlahan horizontal.
3) Pembuktiaan ketelitian perhitungan biaya depresiasi dengan cara
menggunakan tarif depresiasi yang digunakan oleh klien.
4) Pembuktian ketelitiaan penentuan taksiran kerugian piutang usaha,laba persaham
yang beredar, taksiran pajak perseroan dan lain-lain.
 Bukti lisan. Dalam rangka mengumpulkan bukti audit, auditor banyak
meminta keterangan secara lisan yang menghasilkan keterangan
informasi secara tertulis ataupun lisan. Keterangan yang diminta oleh
auditor meliputi: masalah-masalah yang sangat luas, seperti kebijakan
akuntansi, lokasi catatan dan dokumen, alasan penggunaan akuntansi yang
berlaku umum, kemungkinan pengumpulan piutang usaha yang sudah lam
tertagih, dan kemungkinan adanya uang bersyarat.
 Perbandingan dan ratio. Bukti ini dikumpulkan oleh auditor pada awal
audit untuk membantu penentuan objek audit yang memerlukan
penyelidikan yang mendalam dan diperiksa kembali pada akhir audit untuk
mengeluarkan kesimpulan-kesimpulan yang dibuat atas dasar-dasar bukti
lain.
 Bukti dari spesialis.Spesialis adalah seorang atau perusahaan yang
memiliki keahlian atau pengetahuan khusus dalam bidang selain akuntansi
dan auditing.

 Sebuah Kasus Audit Asset Tetap


Pada Desember 2006 Indonesia Corruptin Watch (ICW) melaporkan kasus
dugaan korupsi ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dalam ruislaag (tukar
guling) antara asset PT. Industri Sandang Nusantara (ISN), sebuah BUMN
yang bergerak di bidang tekstil, dengan asset PT. GDC, sebuah perusahaan
swasta.Dalam ruislaag tersebut PT. ISN menukarkan tanah seluas 178.497 meter
persegi dikawasan Senayan dengan Tanah seluas 47 hektar beserta Pabrik dan mesin
di karawang.Berdasarkan hasil temuan Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK)
semesterII Tahun Anggaran 1998/1999, menyatakan ruislaag itu berpotensi
merugikan keuangan Negara sebesar Rp. 121,628 miliar.Kerugian itu terdiri dari
kekurangan luas bangunan pabrik dan mesin milik PT. GDC senilai Rp. 63,954
miliar, berdasarkan penilaian aktiva tetap oleh PT. Sucofindo pada1999;
penyusutan nilai asset pabrik milik PT. GDC senilai Rp.31,546 miliar;dan
kelebihan perhitungan harga tanah senilai Rp. 0,127 miliar. Selain itu juga
ditemukan bahwa terdapat nilai saham yang belum dibayarkan oleh PT. GDC sebesar
Rp. 26 miliar.
 Penyelesaian Kasus
Dalam kasus Ruislaag di atas, karena ketidakjelasan prosedur dan syarat-syarat tukar
guling asset, sehingga sangat rawan untuk diselewengkan. Seharusnya keputusan
Tukar Guling tidak hanya menjadi wewenang salah satu pejabat
saja,melainkan melibatkan beberapa pejabat sebagai pengendali dan control yang
baik. Selain itu juga diperlukan sebuah aturan baku oleh perusahaan
mengenai tukar guling, sehingga kemungkinan penyelewengan menjadi
berkurang.Diperlukan juga control dari lembaga bersangkutan terhadap
penelitian tim penilik yang meneliti kelengkapan mengenai status asset, dokumen
kelengkapan asset, sehingga tidak ada manipulasi dari nilai asset tersebut serta proses
tukar menukar.Walaupun menggunakan jasa Appraisal, penilaian asset tetap juga
tetap harus diawasi untuk mencegah kecurangan-kecurangan.Dari kasus diatas dapat
dibuktikan bahwa PT. ISN memiliki pengendalian intern yang sangat
buruk.Sehingga PT. ISN rawan dicurangi oleh rekanan-rekanan bisnisnya maupun
oleh oknum-oknum pejabat perusahaan yang ingin mengambil keuntungan. Oleh
karena itu hal pertama yang harus dibenahi oleh PT.ISN adalah soal
PengendalianInternnya.

Anda mungkin juga menyukai