Anda di halaman 1dari 12

Nama : Adiliya

NIM : 20121045

Quis, kelas 6C-Sore


Minggu, 26-03-2023. Pukul 10.00-12.00

1. Mengapa bukti dokumen diperlukan dan apa yang harus disertakan? Tanggungjawab apa
yang diterima KAP?, dan tanggungjawab Klien??
2. Pada kasus PT Maju Makmur, informasi apa yang harus tersedia bagi auditor agar dapat
menaksir HPP?
3. Area manakah yang berpotensi menimbulkan masalah dalam mengaudit suatu bisnis
seperti PT Maju makmur? Akun-akun/ transaksi apa saja yang memiliki tingkat risiko
inheren yang tinggi?
4. Bagaimana auditor dapat mengetahui bahwa bukti telah cukup diperoleh?
5. Bagaimana kualitas bukti yang dikumpulkan melalui prosedur tes subtantif? Bagaimana
kompetensi bukti yang diperoleh melalui prosedur analitis dibanding dengan bukti lain
yang diperoleh dengan cara berbeda?
6. Seberapa dalamkah tingkat pengetahuan yang seharusnya dimiliki oleh seorang auditor
mengenai industry klien dan Jalan apa yang ditempuh oleh auditor untuk mendapatkan
informasi tersebut?
7. Apakah permasalahan potensial yang dapat muncul bagi KAP yang mendapatkan
kliennya melalui kompetisi fee audit?
8. Apa hubungan antara risiko control dengan risiko deteksi?
9. Bagaimana KAP menaksir resiko kecurangan?
10. Apakah KAP AS & R layak menerima PT maju makmur sebagai kliennya mengingat
KAP AS & R belum teregistrasi di OJK sebagai KAP yang mengaudit perusahaan
Publik?

Jawaban
1. Bukti dokumen audit diperlukan untuk membantu auditor menyediakan jaminan wajar
bahwa audit yang memadai telah dilakukan sesuai dengan standar audit yang umum
diterima. Secara khusus, dokumentasi audit bertujuan sebagai pendukung dalam
memberikan opini, memberikan sebuah dasar untuk merencanakan audit, sebuah catatan
bukti yang diakumulasikan dan hasil dari ujian, sebagai bahan supervise oleh supervisor
dan rekan, sebagai acuan untuk audit tahun berikutnya, sebagai referensi bila ada
pertanyaan oleh pihak lain. Dokumntasi audit memberikan sumber informasi penting
untuk membantu auditor dalam menentukan laporan audit yang tepat untuk dibuat dalam
keadaan tertentu. Selain itu bukti dokumen juga sebagai dokumentasi tertulis atas
perikatan yang dilakukan yang memiliki kekutan hukum, sehingga apabila ada suatu
wanprestasi, dokumen ini bisa dijadikan sebagai bukti pendukung.
Bukti Dokumen bahwa perikatan telah dilakukan merupakan salah satu bentuk Kertas
Kerja yang dimiliki oleh KAP. Dan berdasarkan PSA No. 15 SA 339, dijelaskan bahwa :
Kertas kerja terutama berfungsi untuk:
a. Menyediakan penunjang utama bagi laporan auditor, termasuk representasi tentang
pengamatan atas standar pekerjaan lapangan, yang tersirat ditunjukkan dalam
laporan auditor dengan disebutkannya frasa “berdasarkan standar auditing yang
ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia”.
b. Membantu auditor dalam pelaksanaan dan supervisi audit.

Tanggung jawab spesifik apa yang diterima KAP?


KAP bertanggung jawab atas :
 Melakukan Audit atas L/K perusahaan untuk tahun yang telah ditetapkan, yang
terdiri atas Laporan posisi keuangan, L/R, Arus Kas, Perubahan Ekuitas guna
memberikan opini mengenai kewajaran dan kesesuaian L/K yang disusun klien
berdasarkan PABU.
 Melaksanakan audit berdasarkan standar auditing yang disusun oleh Ikatan Akuntan
Indonesia.
 Merencanakan dan melaksanakan audit untuk memperoleh keyakinan yang layak dan
bukan keyakinan absolute terkait L/K bebas salah saji yang material.
 Audit tidak didesain untuk mendeteksi kesalahan atau kecurangan yang tidak
material terhadap L/K, oleh karena itu audit tidak mendeteksi salah saji yang
dibawah level material yang telah ditetapkan.
 Perencanaan audit dilakukan untuk menentukan sifat, waktu dan perluasan prosedur
audit, namun tidak didesain untuk memberikan keyakinan terhadap pengendalian
intern.
 Memastikan komite audit tanggap terhadap kondisi yang dilaporkan.
Tanggung Jawab apa yang harus dilakukan oleh perusahaan klien?
Tanggung jawab manajemen, antara lain :
 Manajemen bertanggung jawab atas L/K keuangan yang telah disusun telah sesuai
dengan PABU (Prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum).
 Menciptakan dan memelihara pengendalian internal yang efektif atas L/K.
 Mengidentifikasi dan memastikan bahwa perusahaan patuh pada hokum dan
peraturan yang berlaku.
 Menyediakan semua catatan dan informasi yang berkaitan dengan proses audit.
 Menyediakan representation letter.

2. PT Maju Makmur bergerak dalam bidang retail, oleh karena itu HPP bida ditentukan
melalui beberapa informasi berikut ini :
 Penjualan (baik tunai maupun kredit)
 Pembelian (baik tunai maupun kredit)
 Retur dan diskon Penjualan
 Retur dan diskon Pembelian
 Persediaan Awal dan Akhir
 Biaya kirim
 Penentuan harga Jual

3. PSA No. 25 SA 312 menjelaskan bahwa Risiko bawaan (Inherent risk) adalah
kerentanan suatu saldo akun atau golongan transaksi terhadap suatu salah saji material,
dengan asumsi bahwa tidak terdapat pengendalian yang terkait.
Dalam bisnis retail, risiko inhern yang tinggi biasanya terdapat pada akun :
 Kas dan setara kas  terkait dengan sifatnya sangat liquid dan mudah sekali
dihilangkan.
 Persediaan  pencatatan dan control yang kurang bagus pada persediaan akan
meningkatkan risiko kehilangannya, mengingat persediaan PT Maju Makmur
merupakan persediaan yang ekonomis dan dapat diperjualbelikan dengan mudah.
 Penjualan  terkait dengan pengakuan pendapatan atas penjualan dan piutang tak
tertagih berhubungan dengan penjualan kredit.
 Biaya terkait dengan penjualan (biaya kirim, biaya promosi, dll)  kaitannya
terhadap pengakuan, pengukuran dan penilaian biaya, semakin rendah biaya, maka
akan semakin tinggi laba, sehingga perhitungan bonus akan semakin tinggi, hal ini
yang bisa memicu munculnya kecurangan dengan kecenderungan menekan biaya
untuk laba yang tinggi.

4. Berdasarkan PSA No. 07 SA 326 : Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh
melalui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan dan konfirmasi sebagai dasar
memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan. Audit yang
dilakukan auditor independen bertujuan untuk memperoleh bukti audit kompeten yang
cukup untuk dipakai sebagai dasar memadai dalam merumuskan pendapatnya. Jumlah
dan jenis bukti audit yang dibutuhkan oleh auditor untuk mendukung pendapatnya
memerlukan pertimbangan profesional auditor setelah mempelajari dengan teliti keadaan
yang dihadapinya. Dalam banyak hal, auditor independen lebih mengandalkan bukti
yang bersifat mengarahkan (persuasive evidence) daripada bukti yang bersifat
meyakinkan (convincing evidence).
Auditor bekerja dalam batas-batas pertimbangan ekonomi; agar secara ekonomis
bermanfaat, pendapatnya harus dirumuskan dalam jangka waktu yang pantas dan dengan
biaya yang masuk akal. Auditor harus memutuskan, sekali lagi dengan menggunakan
pertimbangan profesionalnya, apakah bukti audit yang tersedia baginya dengan batasan
waktu dan biaya, cukup memadai untuk membenarkan pernyataan pendapatnya. Sebagai
pegangan, harus terdapat hubungan yang rasional antara biaya untuk mendapatkan bukti
dengan manfaat informasi yang diperoleh. Masalah kesulitan dan biaya pengujian suatu
pos bukan merupakan dasar yang sah untuk menghilangkan pengujian tersebut dalam
proses audit.
Sehingga Bukti audit dikatakan cukup apabila bukti audit yang diperoleh mampu
memberikan keyakinan yang memadai terhadap opini yang akan diberikan auditor atas
L/K yang telah diaudit.

5. Prosedur pengujian substantif dirancang untuk memperoleh bukti mengenai


kelengkapan, keakuratan dan keabsahan data-data yang dihasilkan oleh sistim akuntansi
serta ketepatan penerapan perlakuan akuntansi terhadap transaksi-transaksi dan saldo-
saldo. Hal ini diklasifikasikan dalam 2 tahap prosedur audit umum, yaitu :
1. Analytical Review
2. Tes secara terperinci atas Transaksi dan Saldo (Tests of Details of Transactions and
Balances)
Auditor harus diarahkan untuk melakukan seefisien mungkin pekerjaan yang perlu untuk
mencapai hasil audit yang memuaskan. Luasnya tingkat pengujian audit yang akan
diterapkan pada umumnya adalah berdasarkan judgement Auditor dengan
memperhatikan beberapa factor sebagai berikut :
1. Sejauh mana pengendalian internal dapat diandalkan
2. Unsur Materialitas sehubungan dengan penyajian laporan keuangan secara
keseluruhan
3. Sifat dan ukuran masing-masing pos yang membentuk saldo perkiraan tertentu
4. Sejauh mana kekeliruan dapat diungkapkan

Bagaimana kompetensi bukti yang diperoleh melalui prosedur analitis dibanding


dengan bukti lain yang diperoleh dengan cara berbeda?
 Pengujian ini dilakukan oleh auditor pada tahap awal proses auditnya dan pada tahap
review menyeluruh terhadap hasil audit. Pengujian ini dilakukan oleh auditor dengan
cara mempelajari perbandingan dan hubungan antara data yang satu dengan data yang
lain. Pada tahap awal proses audit, pengujian analitis dimaksudkan untuk membantu
auditor dalam memahami bisnis, klien dan dalam menemukan bidang yang memerlukan
audit lebih intensif. Sebelum seorang auditor melaksanakan audit secara rinci dan
mendalam terhadap objek audit, ia harus memperoleh gambaran yang menyeluruh
mengenai perusahaan yang diaudit. Untuk itu, analisis ratio, analisis laba bruto, analisis
terhadap laporan keuangan perbandingan (comparative financial statements) merupakan
cara yang umumnya ditempuh oleh auditor untuk mendapatkan gambaran menyeluruh
dan secara garis besar mengenai keadaan keuangan dan hasil usaha klien. 
Prosedur Analitis menggunakan berbagai perbandingan dan hubungan-hubungan untuk
menilai apakah saldo-saldo akun atau data lainnya nampak wajar. Prosedur analitis
digunakan untuk tujuan berbeda atas sebuah audit. Tujuannya adalah berikut ini.
 Memahami industri dan bisnis klien
 Menilai kemampuan keberlanjutan bisnis entitas
 Menunjukkan munculnya kemungkinan kesalahan penyajian dalam laporan
keuangan
 Mengurangi ujian audit rinci
Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa bukti yang diperoleh dari subtantif tes
memiliki kompetensi yang lebih baik dibandingkan bukti dari analytical tes. Subtantif tes
langsung mencari bukti dengan melakukan tes pada data riil perusahaan dan bukan
dengan analisa-analisa atau perbandingan-perbandingan rasio saja. Sehingga tingkat
keakuratannya lebih menjamin kondisi sebenarnya perusahaan yang diaudit.

6. Menurut PSA No. 05 SA 311, Auditor harus memperoleh pengetahuan tentang bisnis
entitas yang memungkinkannya untuk merencanakan dan melaksanakan auditnya
berdasarkan standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia. Tingkat
pengetahuannya harus memungkinkan auditor untuk memahami peristiwa, transaksi, dan
praktik yang, menurut pertimbangannya, kemungkinan mempunyai dampak terhadap
laporan keuangan. Tingkat pengetahuan yang umumnya dimiliki oleh manajemen
tentang pengelolaan bisnis entitas jauh lebih banyak dibandingkan dengan pengetahuan
mengenai hal yang sama yang diperoleh auditor dari pelaksanaan auditnya. Pengetahuan
tentang bisnis entitas membantu auditor dalam:
a. Mengidentifikasi bidang yang memerlukan pertimbangan khusus.
b. Menilai kondisi yang di dalamnya data akuntansi dihasilkan, diolah, di-review, dan
dikumpulkan dalam organisasi.
c. Menilai kewajaran estimasi, seperti penilaian atas sediaan, depresiasi, penyisihan
kerugian piutang, persentase penyelesaian kontrak jangka panjang.
d. Menilai kewajaran representasi manajemen.
e. Mempertimbangkan kesesuaian prinsip akuntansi yang diterapkan dan kecukupan
pengungkapannya.

Auditor harus memperoleh pengetahuan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan sifat
bisnis entitas, organisasinya, dan karakteristik operasinya. Hal tersebut mencakup,
sebagai contoh, tipe bisnis, tipe produk dan jasa, struktur modal, pihak yang mempunyai
hubungan istimewa, lokasi, dan metode produksi, distribusi, serta kompensasi. Auditor
juga harus mempertimbangkan hal-hal yang mempengaruhi industri tempat operasi
entitas, seperti kondisi ekonomi, peraturan pemerintah, serta perubahan teknologi, yang
berpengaruh terhadap auditnya. Hal lain yang harus dipertimbangkan oleh auditor adalah
praktik akuntansi yang umum berlaku dalam industri, kondisi persaingan, dan, jika
tersedia, trend keuangan dan ratio keuangan.
PSA No. 67 SA 318 menjelaskan bahwa Auditor dapat memperoleh pengetahuan tentang
industri dan entitas dari berbagai sumber. Sebagai contoh:
a. Pengalaman sebelumnya tentang entitas dan industrinya.
b. Diskusi dengan orang dalam entitas (seperti direktur, personel operasi senior)
c. Diskusi dengan personel dari fungsi audit intern dan review terhadap laporan auditor
intern.
d. Diskusi dengan auditor lain dan dengan penasihat hukum atau penasihat lain yang
telah memberikan jasa kepada entitas atau dalam industri.
e. Diskusi dengan orang yang berpengetahuan di luar entitas (seperti ahli ekonomi
industri, badan pengatur industri, customers, pemasok, dan pesaing).
f. Publikasi yang berkaitan dengan industri (seperti statistik yang diterbitkan oleh
pemerintah, survei, teks, jurnal perdagangan, laporan oleh bank, pialang efek, koran
keuangan).
g. Perundangan dan peraturan yang secara signifikan berdampak terhadap entitas.
h. Kunjungan ke tempat atau fasilitas pabrik entitas.
i. Dokumen yang dihasilkan oleh entitas (seperti, notulen rapat, bahan yang dikirim
kepada pemegang saham dan diserahkan kepada badan pengatur, buku-buku
promosi, laporan keuangan dan laporan tahunan atau sebelumnya, anggaran, laporan
manajemen intern, laporan keuangan interim, panduan kebijakan manajemen,
panduan akuntansi dan sistem pengendalian intern, daftar akun, deskripsi jabatan,
rencana pemasaran dan penjualan).

7. Berdasarkan Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik Seksi 302 dijelaskan sebagai
berikut: Besarnya fee Anggota dapat bervariasi tergantung antara lain: risiko
penugasan, kompleksitas jasa yang diberikan, tingkat keahlian yang diperlukan
untuk melaksanakan jasa tersebut, struktur biaya KAP yang bersangkutan dan pertimbangan
profesional lainnya. Anggota KAP tidak diperkenankan mendapatkan klien dengan cara
menawarkan fee yang dapat merusak citra profesi.
Dari pernyataan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa, kompetisi fee audit akan
mempengaruhi independensi auditor dalam memberikan opini atas L/K yang diaudit.
Auditor akan sulit bersifat obyektif apabila perikatan audit dipengaruhi adanya kompetisi
fee audit. Jika memang hal ini terjadi, maka kompetensi auditor akan dipertanyakan dan
hal ini bias merusak citra profesi sebagaimana dijelaskan dalam aturan etika akuntan
public.

8. Menurut PSA No. 25 SA 312, Risiko pengendalian adalah risiko bahwa suatu salah saji
material yang dapat terjadi dalam suatu asersi tidak dapat dicegah atau dideteksi secara
tepat waktu oleh pengendalian intern entitas. Risiko ini merupakan fungsi efektivitas
desain dan operasi pengendalian intern untuk mencapai tujuan entitas yang relevan
dengan penyusunan laporan keuangan entitas. Beberapa risiko pengendalian akan selalu
ada karena keterbatasan bawaan dalam setiap pengendalian intern.
Risiko deteksi adalah risiko bahwa auditor tidak dapat mendeteksi salah saji material
yang terdapat dalam suatu asersi. Risiko deteksi merupakan fungsi efektivitas prosedur
audit dan penerapannya oleh auditor. Risiko ini timbul sebagian karena ketidakpastian
yang ada pada waktu auditor tidak memeriksa 100% saldo akun atau golongan transaksi,
dan sebagian lagi karena ketidakpastian lain yang ada, walaupun saldo akun atau
golongan transaksi tersebut diperiksa 100%. Ketidakpastian lain semacam itu timbul
karena auditor mungkin memilih suatu prosedur audit yang tidak sesuai, menerapkan
secara keliru prosedur yang semestinya, atau menafsirkan secara keliru hasil audit.
Ketidakpastian lain ini dapat dikurangi sampai pada tingkat yang dapat diabaikan melalui
perencanaan dan supervisi memadai dan pelaksanaan praktik audit yang sesuai dengan
standar pengendalian mutu.
Risiko deteksi mempunyai hubungan yang terbalik dengan risiko pengendalian. Semakin
kecil risiko risiko pengendalian yang diyakini oleh auditor, semakin besar risiko deteksi
yang dapat diterima. Sebaliknya, semakin besar adanya risiko bawaan dan risiko
pengendalian yang diyakini auditor, semakin kecil tingkat risiko deteksi yang dapat
diterima.
Sebagaimana dijelaskan dalam modul, bahwa Auditor harus melakukan substantive test
dengan lebih baik (kualitas lebih tinggi) jika resiko deteksinya rendah, dengan kata lain
jika risiko control tinggi otomatis risiko deteksi rendah dan subtantif tes harus diperluas.
Begitu juga sebaliknya jika risiko control rendah, maka risiko deteksi tinggi dan subtantif
tes bias dikurangi.

9. SA Seksi 110 (PSA No. 01) Tanggung Jawab dan Fungsi Auditor Independen,
menyatakan bahwa “Auditor bertanggung jawab dalam merencanakan dan melaksanakan
audit untuk memperoleh keyakinan memadai tentang apakah laporan keuangan bebas
dari salah saji material, baik yang disebabkan oleh kekeliruan dan kecurangan.
SA Seksi 312 (PSA No. 25) Risiko Audit dan Materialitas dalam Pelaksanaan
Audit menjelaskan bahwa penentuan lingkup prosedur audit secara langsung
berhubungan dengan pertimbangan atas risiko audit dan menunjukkan bahwa risiko
tentang salah saji material dalam laporan keuangan sebagai akibat dari kecurangan
merupakan bagian dari risiko audit.
Menurut PSA No. 70 SA 316, Salah saji yang timbul dari kecurangan dalam
pelaporan keuangan adalah salah saji atau penghilangan secara sengaja jumlah atau
pengungkapan dalam laporan keuangan untuk mengelabuhi pemakai laporan keuangan.
Kecurangan dalam laporan keuangan dapat menyangkut tindakan seperti yang disajikan
berikut ini:
a. Manipulasi, pemalsuan, atau perubahan catatan akuntansi atau dokumen
pendukungnya yang menjadi sumber data bagi penyajian laporan keuangan
b. Representasi yang salah dalam atau penghilangan dari laporan keuangan
peristiwa, transaksi, atau informasi signifikan
c. Salah penerapan secara sengaja prinsip akuntansi yang berkaitan dengan jumlah,
klasifikasi, cara penyajian, atau pengungkapan.
Dalam melakukan penaksiran ini, auditor harus mempertimbangkan faktor resiko
kecurangan yang berkaitan dengan baik (a) salah saji yang timbul sebagai akibat
kecurangan dalam pelaporan keuangan maupun (b) salah saji yang timbul dari perlakuan
tidak semestinya terhadap aktiva untuk setiap golongan yang bersangkutan. Sebagai
bagian dari penaksiran resiko, auditor juga harus meminta keterangan kepada manajemen
(a) untuk memperoleh pemahaman dari manajemen tentang resiko kecurangan dalam
entitas dan (b) untuk menentukan apakah manajemen memiliki pengetahuan tentang
kecurangan yang telah dilakukan terhadap atau terjadi dalam entitas.
Auditor harus menggunakan pertimbangan profesionalnya pada waktu menentukan
signifikan atau tidaknya serta relevansi faktor risiko kecurangan dan dalam menentukan
tanggapan audit yang semestinya dilakukan. Jika resiko yang ditaksir auditor ini tinggi,
maka tingkat materialitas menjadi rendah. Namun jika resiko yang ditaksir auditor
rendah, maka tingkat materialitas tinggi. Selain itu, semakin banyak resiko yang ditaksir
oleh auditor dan auditor merasa membutuhkan tenaga profesional untuk melakukannya,
maka auditor berhak menggunakan tenaga profesional tersebut untuk tujuan auditnya.
10. Dalam kasus ini, PT Maju Makmur belum menjadi perusahaan public dan masih akan
menjadi perusahaan public, sehingga KAP AS & R masih boleh melakukan audit atas
L/K PT Maju Makmur. Namun, lain halnya jika PT Maju Makmur telah menjadi
perusahaan public, maka hanya KAP yang sudah terdaftar di OJK lah yang boleh
mengaudit L/K nya.
Menurut Keputusan BAPEPAM Peraturan Nomor VIII.A.1 yang berisi tentang
Pendaftaran Akuntan yang Melakukan Kegiatan di Pasar Modal, syarat-syarat agar KAP
bisa terdaftar di OJK-Bapepam-LK adalah sebagai berikut :
1) Akuntan yang melakukan kegiatan di bidang Pasar Modal wajib terlebih dahulu
terdaftar di OJK-Bapepam dan LK serta memenuhi persyaratan sebagaimana diatur
dalam peraturan ini.
2) Persyaratan akuntan sebagaimana dimaksud dalam angka 1 peraturan ini adalah
sebagai berikut :
a. Mempunyai izin Akuntan dari Menteri Keuangan;
b. Tidak pernah melakukan perbuatan tercela dan/atau dihukum karena terbukti
melakukan tindak pidana di bidang keuangan;
c. Memiliki akhlak dan moral yang baik;
d. Wajib menaati kode etik yang diterapkan oleh IAPI sepanjang tidak bertentangan
dengan peraturan perundang-undangan di bidang Pasar Modal;
e. Wajib menaati standar profesi yang ditetapkan oleh IAPI sepanjang tidak
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan di bidang Pasar Modal;
f. Wajib menerapkan SAK yang ditetapkan oleh IAI dan praktek akuntansi
keuangan yang lazim berlaku di Pasar Modal;
g. Wajib bersikap independen, objektif, dan profesional dalam melakukan kegiatan
di bidang Pasar Modal;
h. Telah menjadi anggota IAPI;
i. Tidak bekerja rangkap dalam jabatan apapun pada Kantor Akuntan lain dan/atau
pada Pihak yang memperleh izin, persetujuan, dan pendaftaran dari Bapepam dan
LK, serta Pihak yang mengajukan Pernyataan Pendaftaran atau yang Pernyataan
Pendaftarannya telah menjadi efektif, kecuali :
 Komisaris Bursa Efek, dan
 Dosen pada perguruan tinggi yang tidak menduduki jabatan sebagai pimpinan,
pengurus, atau jabatan yang setara di perguruan tinggi.
j. Wajib memiliki keahlian di bidang Pasar Modal. Persyaratan keahlian tersebut
dipenuhi melalui program Pendidikan Profesi yang diselenggarakan oleh Forum
Akuntan Pasar Modal-Institut Akuntan Publik Indonesia (FAPM-IAPI) dengan
jumlah paling kurang 30 (tiga puluh) satuan kredit profesi dalam satu kali
keikutsertaan;
k. Wajib secara terus-menerus mengikuti pendidikan profesi lanjutan di bidang
akuntansi Pasar Modal dan peraturan perundang-undangan di bidang Pasar Modal
yang diselenggarakan oleh FAPM-IAPI paling kurang 5 (lima) satuan kredit
profesi setiap tahun;
l. Berkedudukan sebagai rekan pada KAP yang memenuhi persyaratan sebagai
berikut :
 Memiliki izin usaha dari MK dan dipimpin oleh Akuntan yang telah memiliki
izin Akuntan Publik dari MK dan telah terdaftar di Bapepam dan LK;
 Menerapkan paling tidak 2 (dua) jenjang pengendalian (supervisi) dalam
melakukan pemeriksaan yaitu Rekan yang bertanggung jawab untuk
menandatangani laporan dan pengawas menengah yang melakukan
pengawasan terhadap staf pelaksana;
 Memiliki dan menaati pedoman pengendalian mutu yang merupakan standar
yang berlaku pada KAP yang bersangkutan, yang antara lain memuat :
- Pedoman penerimaan dan penolakan klien,
- Kepastian mutu dan kebijakan etika,
- Pedoman manajemen resiko,
- Pengendalian mutu penugasan,
- Pedoman independensi Akuntan dan KAP,
- Prosedur audit dan non audit, dan
- Penelaahan mutu.
 Telah menjadi anggota FAPM-IAPI;
 Sanggup menjalani review yang dilakukan oleh Bapepam dan LK terhadap
pelaksanaan pekerjaan pemeriksaan dan pengendalian mutu pada KAP yang
bersangkutan;
 Bagi KAP yang hanya memiliki 1 (satu) orang Rekan yang terdaftar di
Bapepam dan LK, untuk dapat melaksanakan kegiatan di Pasar Modal wajib
membuat perjanjian kerja sama dengan KAP lain tentang pengalihan tanggung
jawab apabila Akuntan yang bersangkutan berhalangan untuk melaksanakan
tugasnya, dengan ketentuan bahwa KAP lain tersebut mempunyai Rekan yang
sudah terdaftar di Bapepam dan LK.

Anda mungkin juga menyukai