Anda di halaman 1dari 5

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI LATANSA MASHIRO

SOAL UJIAN TENGAH SEMESTER


PRODI AKUNTANSI SEMESTER VII

Tanggal : April 2023


Waktu : 16.00 – 18.00
Mata Kuliah : Akuntansi Manajemen
Dosen : Dr. Rudiyanto, SE, M.Si
Kerjakan beberapa soal berikut dengan baik dan benar.
1. Mengapa akuntansi manajemen tradisional lebih menekankan pada keluaran produksi dan
biaya ? berikan penjelasan anda.
2. Berikan penjelasan mengenai perbedaan akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen.
3. Apa yang anda ketahui tentang klasifiksi biaya pada perusahaan pabrikasi? Berikan
penjelasan menurut jenis dan pengertiannya.
4. Untuk membuat 1 unit kursi sofa diperlukan 8 meter persegi kulit sintesis yang harganya Rp.
200.000 permeter, dan dibutuhkan 3 orang tukang dengan jam kerja yang dibutuhkan untuk
penyelesaiannya selama 8 jam. Jika tarif jam kerja adalah Rp. 25.000 perjam, tentukan:
a. jumlah biaya bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung per unit kursi sofa.
b. biaya overhead, jika biaya produk tersebut diperkirakan sebesar Rp2.500.000,-
5. Jelaskan dan berikan contohnya mengenai perilaku biaya berikut.
a. Biaya Tetap
b. Biaya Variabel
6. Berikan beberapa faktor yang menjadikan perbedaan antara Job Order Costing System dengan
Process Costing System.

SEMOGA SUKSES

1
Nama : ADILIYA

NIM :20121045

Kelas : 6 C

Jawaban:

1. Akuntansi manajemen tradisional lebih menekankan pada keluaran produksi dan biaya
karena fokus utama dari akuntansi manajemen tradisional adalah untuk memberikan
informasi kepada manajemen dalam pengambilan keputusan terkait dengan perencanaan,
pengendalian, dan evaluasi kinerja bisnis.

Dalam hal ini, akuntansi manajemen tradisional berfokus pada pengukuran dan analisis
biaya produksi yang dihasilkan dalam proses bisnis dan keluaran produksi yang dihasilkan
sebagai hasil dari kegiatan operasional perusahaan.

Dengan menekankan pada biaya produksi dan keluaran, akuntansi manajemen tradisional
dapat membantu manajemen dalam menentukan tingkat produksi yang optimal, menentukan
harga jual yang sesuai, serta memastikan efisiensi dalam penggunaan sumber daya
perusahaan.

Namun, kelemahan dari pendekatan ini adalah bahwa informasi tentang faktor-faktor non-
keuangan seperti kepuasan pelanggan, kualitas produk, dan inovasi tidak diambil dalam
pertimbangan. Oleh karena itu, akuntansi manajemen modern mempertimbangkan informasi
non-keuangan yang lebih luas dalam evaluasi kinerja perusahaan.

2. Akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen memiliki perbedaan yang cukup signifikan
dalam tujuan, lingkup, dan penggunaannya dalam organisasi. Berikut penjelasan singkat
mengenai perbedaan keduanya:
 Tujuan: Tujuan akuntansi keuangan adalah untuk memberikan informasi keuangan
kepada pihak luar seperti investor, kreditor, dan regulator, sedangkan tujuan akuntansi
manajemen adalah untuk memberikan informasi yang dibutuhkan oleh manajemen
perusahaan untuk membuat keputusan bisnis.
 Lingkup: Akuntansi keuangan meliputi semua transaksi keuangan yang terjadi di dalam
organisasi, sementara akuntansi manajemen hanya meliputi transaksi yang terkait dengan
aktivitas operasional dan pengambilan keputusan manajemen.
 Pengukuran dan Pelaporan: Akuntansi keuangan menggunakan prinsip akuntansi yang
telah ditetapkan oleh standar akuntansi yang berlaku, sedangkan akuntansi manajemen
dapat menggunakan pengukuran dan pelaporan yang lebih fleksibel dan dapat
disesuaikan dengan kebutuhan manajemen.

2
 Penggunaan: Akuntansi keuangan digunakan oleh pihak luar seperti investor, kreditor,
dan regulator, sedangkan akuntansi manajemen digunakan oleh manajemen perusahaan
untuk membuat keputusan bisnis.
 Fokus: Akuntansi keuangan lebih fokus pada pencatatan dan pelaporan transaksi
keuangan yang telah terjadi di masa lalu, sedangkan akuntansi manajemen lebih fokus
pada pengambilan keputusan di masa depan dengan menggunakan informasi dari
transaksi keuangan yang telah terjadi di masa lalu.

Dalam ringkasan, akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen berbeda dalam tujuan,
lingkup, pengukuran dan pelaporan, penggunaan, serta fokusnya. Namun, keduanya saling
terkait dan memainkan peran penting dalam manajemen dan pengambilan keputusan bisnis.

3. Dalam perusahaan manufaktur atau pabrikasi, biaya dapat diklasifikasikan menjadi beberapa
jenis berdasarkan sumber dan tujuannya. Berikut adalah penjelasan singkat mengenai jenis-
jenis biaya pada perusahaan manufaktur:
 Biaya Bahan Baku: Biaya ini mencakup biaya untuk bahan mentah yang digunakan
dalam proses produksi. Biaya bahan baku meliputi harga pembelian bahan mentah, biaya
pengiriman, dan biaya penyimpanan.
 Biaya Tenaga Kerja Langsung: Biaya tenaga kerja langsung meliputi gaji dan upah
pekerja yang langsung terlibat dalam proses produksi, seperti operator mesin dan pekerja
pabrik.
 Biaya Overhead Pabrik: Biaya overhead pabrik mencakup biaya-biaya produksi yang
tidak termasuk biaya bahan baku atau biaya tenaga kerja langsung, seperti biaya listrik,
biaya pemeliharaan mesin, dan biaya penyusutan.
 Biaya Produksi: Biaya produksi adalah jumlah dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja
langsung, dan biaya overhead pabrik yang dibutuhkan untuk menghasilkan produk.
 Biaya Operasional: Biaya operasional mencakup biaya-biaya yang terkait dengan operasi
sehari-hari perusahaan, seperti biaya sewa, biaya gaji karyawan non-produksi, dan biaya
pemasaran.
 Biaya Non-operasional: Biaya non-operasional adalah biaya yang tidak terkait langsung
dengan operasi sehari-hari perusahaan, seperti biaya bunga dan biaya pajak.

Klasifikasi biaya pada perusahaan manufaktur penting untuk mengelola dan mengontrol
biaya produksi, serta untuk mengetahui harga pokok produk yang dihasilkan. Dengan
memahami jenis-jenis biaya dan pengaruhnya terhadap harga pokok produk, perusahaan
dapat membuat keputusan yang lebih baik dalam mengelola sumber daya dan meningkatkan
efisiensi operasi produksi.

4. Perhitungannya:
a. Jumlah biaya bahan baku langsung (BBL) dan tenaga kerja langsung (TKL) per unit kursi
sofa:

3
BBL = luas kulit sintesis yang dibutuhkan x harga per meter persegi = 8 meter persegi x Rp.
200.000/meter persegi = Rp. 1.600.000

TKL = jumlah tukang x tarif jam kerja x waktu pengerjaan = 3 orang x Rp. 25.000/jam x 8
jam = Rp. 600.000

Jadi, total BBL dan TKL per unit kursi sofa adalah: Rp. 1.600.000 + Rp. 600.000 = Rp.
2.200.000

b. Biaya overhead:

Biaya produk diperkirakan sebesar Rp. 2.500.000, jadi biaya overhead bisa dihitung dengan
mengurangi total biaya bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung dari biaya produk
tersebut:

Biaya overhead = biaya produk - total BBL dan TKL

Biaya overhead = Rp. 2.500.000 - Rp. 2.200.000 = Rp. 300.000

5. Penjelasannya:
a. Biaya tetap adalah jenis biaya yang jumlahnya tidak berubah walaupun jumlah produksi atau
penjualan suatu produk berubah. Biaya tetap ini tidak tergantung pada tingkat aktivitas
perusahaan dalam jangka pendek, misalnya biaya sewa gedung, gaji manajemen, dan biaya
asuransi. Contoh lain dari biaya tetap adalah biaya bunga pinjaman, biaya pajak, dan biaya
penyusutan aset tetap.

Contoh: Sebuah perusahaan memiliki biaya tetap bulanan sebesar Rp. 5.000.000 untuk
membayar sewa gedung. Biaya ini tidak akan berubah meskipun perusahaan tidak
melakukan produksi atau penjualan sama sekali. Sebaliknya, meskipun perusahaan
melakukan penjualan yang besar, biaya sewa gedung tersebut tetap sebesar Rp. 5.000.000
per bulan.

b. Biaya variabel adalah jenis biaya yang jumlahnya berubah secara proporsional dengan
jumlah produksi atau penjualan suatu produk. Biaya variabel ini tergantung pada tingkat
aktivitas perusahaan dalam jangka pendek, misalnya biaya bahan baku, biaya tenaga kerja
langsung, dan biaya pengiriman produk. Semakin besar jumlah produksi atau penjualan,
semakin besar juga biaya variabel yang dikeluarkan.

Contoh: Sebuah perusahaan memproduksi kotak makan dengan biaya variabel sebesar Rp.
10.000 per kotak makan. Jika perusahaan memproduksi 100 kotak makan, biaya variabel
yang dikeluarkan adalah sebesar Rp. 1.000.000. Namun, jika perusahaan memproduksi 200
kotak makan, biaya variabel yang dikeluarkan akan menjadi sebesar Rp. 2.000.000.

4
6. Job Order Costing System dan Process Costing System adalah dua sistem akuntansi biaya
yang berbeda yang digunakan oleh perusahaan untuk menghitung biaya produksi. Berikut
adalah beberapa faktor yang membedakan antara Job Order Costing System dengan Process
Costing System:
 Karakteristik produksi: Job Order Costing System digunakan oleh perusahaan yang
memproduksi produk yang berbeda-beda dan khusus, sedangkan Process Costing System
digunakan oleh perusahaan yang memproduksi produk massal dengan proses produksi
yang sama.
 Sifat biaya: Job Order Costing System mengalokasikan biaya produksi untuk setiap
produk yang diproduksi secara individual, sedangkan Process Costing System
mengalokasikan biaya produksi untuk setiap proses produksi yang dilakukan.
 Akumulasi biaya: Job Order Costing System mengakumulasi biaya produksi dari setiap
pesanan produksi yang diterima, sedangkan Process Costing System mengakumulasi
biaya produksi dari setiap proses produksi yang dilakukan.
 Penghitungan harga pokok: Job Order Costing System menghitung harga pokok produksi
untuk setiap pesanan produksi secara individu, sedangkan Process Costing System
menghitung harga pokok produksi untuk seluruh produk yang diproduksi selama periode
tertentu.
 Tingkat kesulitan pengalokasian biaya: Job Order Costing System memerlukan
pengalokasian biaya yang lebih rumit karena setiap produk memiliki karakteristik yang
unik, sedangkan Process Costing System lebih mudah dalam pengalokasian biaya karena
produk yang dihasilkan homogen.
 Periode pelaporan: Job Order Costing System memerlukan pelaporan biaya produksi
pada setiap pesanan produksi, sedangkan Process Costing System melaporkan biaya
produksi untuk seluruh produk yang diproduksi selama periode tertentu.

Anda mungkin juga menyukai