KELAS : 3B
NPM : 18102010070
3.
Errors/kekeliruan adalah kekeliruan salah saji yang tidak disengaja.
Irregularities adalah kesalahan yang disengaja seperti kecurangan/fraud manajemen
dan kecurangan pegawai atau penggelapan.
4.
1. Dampak positif:
• Membawa efek nyata bahwasannya pekerjaan lebih mudah dikerjakan karena
pengendalian dari sistem komputerisasi yang lebih efektif dibandingkan dengan
sistem manual
• memudahkan untuk mencari informasi yang berkualitas dan bermutu, serta
mengurangi kerumitan dalam pengelolahan audit internal informasi dan pengetahuan.
• Komputer memproses informasi secara konsisten serta dapat menggurangi salah saji
dengan mengganti prosedur yang dilakukannya secara manual dengan pengendalian
yang terprogram dengan menerapkan fungsi saling mengawasi dan mengontrol setiap
transaksi yang diproses.
Dampak negative
• Jika terjadinya kegagalan sistem dari teknologi yang digunakan dalam auditing bisa
mengancam perusahaan,
• resiko adanya penyerangan virus ke dalam data audit informasi dan pengetahuan yang
bisa menyebabkan data mati total ataupun rusak,
• kehilangan data audit jika sistem auditing terkena virus malware,
• dan jika ada kesalahan data yang dimasukkan oleh beberapa auditor dan ingin
mengklarifikasi auditor yang memasukkan data tidak dapat terlacak karena tidak
terdapat jejak dari auditor yang memasukkan data member tersebut.
Contoh kasus:
Studi Kasus Pada RSUD Kota Tasikmalaya
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Tasikmalaya termasuk pada klasifikasi Rumah
Sakit Umum Kelas B Non Pendidikan. SIMRS pada RSUD Kota Tasikmalaya sudah
didukung oleh Teknologi Informasi (TI) berupa infrastruktur (perangkat komputer, server dan
jaringan), sistem aplikasi beserta basis data. Sistem aplikasi yang sudah digunakan terbatas
pada lingkup sistem untuk pelayanan kesehatan terhadap pasien, terutama sistem administrasi
pembayaran. Dari hasil studi pendahuluan ditemukan bahwa sistem aplikasi untuk pelayanan
kesehatan terhadap pasien di RSUD Kota Tasikmalaya masih terkendala oleh lambatnya
proses Sistem Informasi (SI) yang menyebabkan pasien harus menunggu lama dalam
memperoleh layanan. Lamanya proses SI sering menyebabkan pasien harus antri cukup lama
dalam memperoleh layanan. Layanan data dari SI juga sering dikeluhkan pasien karena
ketidaksesuain dengan tagihan yang dikenakan kepada pasien saat membayar di kasir.
Penyebab terjadinya kesalahan dan keterlambatan pemrosesan yang ada pada SI tersebut
belum diketahui dengan pasti.
Guna membuat rekomendasi pengembangan SI dibutuhkan pengetahuan mengenai tingkat
kematangan SIMRS saat ini di RSUD Kota Tasikmalaya. Berdasarkan latar belakang tersebut
maka dapat disimpulkan bahwa RSUD Kota Tasikmalaya dituntut untuk melakukan audit
SIMRS, terutama pada lingkup sistem pelayanan kesehatan terhadap pasien. Atas dasar itu,
solusi yang ditawarkan adalah audit sistem informasi menggunakan framework COBIT 4.1.
Bagi auditor, manfaat COBIT 4.1 adalah membantu dalam mengidentifikasi isu-isu kendali
TI dalam infrastruktur TI perusahaan. Hal ini juga membantu auditor dalam memverifikasi
temuan audit.
Penentuan ruang lingkup audit dilakukan dengan cara mengidentifikasi tujuan strategi RSUD
Kota Tasikmalaya melalui implementasi Balanced Scorecard.
Setelah mengetahui tingkat kematangan dari proses TI COBIT 4.1 yang menjadi cakupan
audit, selanjutnya dilakukan analisis kondisi yang terjadi dari masing-masing atribut
kematangan. Analisis kondisi dilakukan dengan cara wawancara dan observasi langsung,
dimana peneliti mengadakan pengamatan langsung ke lapangan untuk memperoleh data atau
informasi yang akurat mengenai kondisi SIMRS yang diimplementasikan RSUD Kota
Tasikmalaya.
5. Menurut pendapat saya, sangat penting apabila seorang auditor memiliki keahlian
komputer. Karena, tugas seorang auditor itu ialah memeriksa, dalam arti luas bermakna
evaluasi terhadap suatu organisasi, sistem, proses, atau produk. Untuk itulah, seorang Auditor
dilaksanakan oleh pihak yang kompeten, objektif, dan tidak memihak. Tujuannya adalah
untuk melakukan verifikasi bahwa subjek dari audit telah diselesaikan atau berjalan sesuai
dengan standar, regulasi, dan praktik yang telah disetujui dan diterima. Selain itu, seorang
auditor harus memahami sistem pengendalian manajemen yang ada di perusahaan tersebut,
agar dapat menilai apakah pengendalian yang ada di perusahaan sudah memadai atau belum.
7. Disclaimer opini adalah Opini tidak menyatakan pendapat diberikan auditor ketika auditor
tidak memperoleh bukti yang cukup dan tepat untuk mendasari opini, dan auditor tidak
menyimpulkan bahwa pengaruh kesalahan penyajian material yang tidak terdeteksi yang
mungkin timbul terhadap laporan keuangan, jika ada, dapat bersifat material dan pervasif.
Contoh kasus :
Kasus PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL) tahun 2018
Opini disclaimer diberikan untuk laporan keuangan BTEL tahun buku 2017 dan 2018. Di
laporan keuangan 2018, Krisnawan, Nugroho & Fahmy selaku kantor akuntan publik
menjelaskan, opini tersebut akibat mereka tidak memperoleh bukti audit yang cukup dan
tepat, untuk menyediakan suatu basis bagi opini audit.
Salah satu bukti yang tidak cukup didapatkan adalah soal restrukturisasi utang Wesel Senior,
dengan pokok sebesar US$380 juta atau sekitar Rp5,50 triliun, yang hingga saat ini belum
dapat ditentukan hasilnya.
Aditya pun mengaku bahwa saat ini, pihaknya tengah melakukan proses restrukturisasi utang
tersebut. "Kita harapkan, akhir tahun ini atau awal tahun depan bisa tercapai suatu
perbaikan," kata Aditya.
Berdasarkan materi paparan publik pada 4 Juli 2019, perusahaan telah menyampaikan bahwa
proses penyelesaian utang kepada Wesel Senior akan dilakukan pada rentang kuartal IV-2019
hingga kuartal I-2020.
Dengan demikian, apabila proses restrukturisasi itu rampung, maka Aditya memastikan,
pihaknya segera melakukan pengembangan usaha sesuai proyeksi perseroan ke depannya.
"Kalau proses restrukturisasi utang sudah selesai, maka kita bisa fokus melakukan
pengembangan usaha," ujarnya.
Diketahui, BTEL rencananya akan melakukan transformasi bisnis baru yang berfokus di
contact center services, premium access number, dan voice and data solution untuk pelanggan
korporat, UKM, dan residensial. Proses restrukturisasi bisnis itupun sudah dimulai sejak
2014.
Selain itu, sejak 2017, BTEL juga sudah mulai menerbitkan obligasi wajib konversi (OWK)
yang telah didistribusikan sebagai bagian dari implementasi ketetapan PKPU, atas surat wesel
senior perusahaan.