Anda di halaman 1dari 7

NAMA : AJENG KUNIA RAHAYU

KELAS : 3B
NPM : 18102010070

1. Pertimbangan utama yang mempengaruhi auditor dalam mengumpulkan bukti untuk


mencapai tujuan audit secara keseluruhan adalah
a. Kompetensi
Kompetensi bukti pemeriksaan dimaksudkan sebagai suatu tingkat dimana bukti-
bukti yang diperoleh dapat dipercaya. Jika bukti-bukti yang diperoleh
dipertimbangkan sangat kompeten, maka hal ini akan sangat membantu auditor dalam
menentukan bahwa laporan keuangan yang diperiksanya telah disajikan secara wajar.
Untuk dapat dikatakan kompeten, bukti-bukti pemeriksaan bergantung kepada
beberapa faktor. Pertimbangan- pertimbangan yang telah dilakukan secara luas dalam
pemeriksaan antara lain adalah:
 Relevan (Relevance) : Bukti yang diperoleh haruslah berhubungan dengan
tujuan auditor.
 Sumber perolehan (Sources) : Apabila bukti yang diperoleh berasal dari
sumber yang independen di luar perusahaan bukti tersebut dapat memberikan
jaminan yang keandalan yang lebih besar dibandingkan dengan bukti yang
diperoleh dari dalam perusahaan itu sendiri. Semakin effektif struktur
pengendalian intern perusahaan, semakin besar jaminan yang diberikan
mengenai keandalan data akuntansi dan laporan keuangan.
 Ketepatan waktu (Timeliness) : Ketepatan waktu berhubungan dengan tanggal
pada waktu bukti itu terjadi. Ketepatan waktu ini penting terutama dalam
melakukan penilaian terhadap aktiva lancar, hutang lancar, dan yang
berhubungan dengan saldo-saldo daftar rugi laba. Untuk perkiraan- perkiraan
ini auditor mencari bukti apakah klien telah melakukan cutoff yang tepat
terhadap transaksi kas, penjualan dan pembelian pada tanggal dilaporkan. Hal
ini memungkinkan apabila auditor melakukan prosedur audit menjelang atau
pada tanggal tersebut. Jadi dalam hal ini bukti yang diperoleh dari perhitungan
fisik pada tanggal neraca akan menghasilkan bukti perhitungan yang lebih
baik dibandingkan perhitungan yang dilakukan sesudah waktu tersebut
 Objektifitas (Objectivity) : Bukti yang bersifat objektif umummya lebih dapat
dipercaya. Misalnya, bukti yang diperoleh dari pihak luar perusahaan yang
independen akan lebih objektif daripada bukti yang semata-mata diperoleh
dari klien itu sendiri. Dalam menilai objektifitas suatu bukti, perlu juga
penilaian mengenai kualifikasi personal yang menyediakan bukti tersebut.
Sesuai dengan standar pekerjaan lapangan, audit yang dilakukan auditor
independen bertujuan untuk memperoleh bukti audit kompeten yang cukup
untuk dipakai sebagai dasar yang memadai dalam merumuskan pendapatnya.
Kompetensi data akuntansi yang mendasari dan informasi yang menguatkan,
secara langsung berhungan dengan efektifnya internal kontrol klien.
b. Kecukupan
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pertimbangan auditor mengenai
cukup tidaknya suatu bukti yang diperlukan, antara lain:
 Tingkat Materialitas dan Risiko Secara umum, bukti yang diperlukan bagi
perkiraan - perkiraan yang materiil. Jadi, dalam melakukan pemeriksaan
terhadap perusahaan industri, jumlah bukti yang diperlukan untuk mendukung
pemeriksaan persediaan akan lebih besar dibandingkan dengan jumlah yang
diperlukan dalam pemeriksaan biaya yang dibayar dimuka. Demikian juga
sama halnya perkiraan-perkiraan yang kelihatannya diragukan akan
memerlukan bukti yang lebih banyak dibandingkan dengan perkiraan-
perkiraan .
 Faktor-faktor Auditor Dalam hal ini auditor harus memutuskan dengan
menggunakan pertimbangan profesionalnya apakah bukti audit yang tersedia
dengan batasan waktu dan biaya cukup memadai untuk mendukung
pernyataan pendapatnya.
 Ukuran dan Karakteristik Populasi Ukuran populasi dimaksudkan sebagai
jumlah item-item yang terdapat pada populasi tersebut, seperti jumlah
transaksi penjualan dalam jumlah penjualan, jumlah perkiraan langganan di
dalam buku besar piutang. Umumnya, semakin besar populasi, semakin besar
pula jumlah bukti yang diperlukan untuk mendapatkan dasar yang masuk akal
untuk mencapai kesimpulan tentang populasi itu.
Contoh Kasas ;
“Anggota jaringan EY di Indonesia yang mengumumkan hasil audit atas
perusahaantelekomunikasi pada 2011 memberikan opini yang didasarkan atas bukti yang
tidakmemadai,” demikian disampaikan pernyataan tertulis PCAOB, seperti dilansir
KantorBerita Reuters.Temuan itu berawal ketika kantor akuntan mitra EY di AS melakukan
kajian atas hasil auditkantor akuntan di Indonesia. Mereka menemukan bahwa hasil audit atas
perusahaantelekomunikasi itu tidak didukung dengan data yang akurat, yakni dalam hal
persewaan lebihdari 4 ribu unit tower selular. “Namun afiliasi EY di Indonesia itu merilis
laporan hasil auditdengan status wajar tanpa pengecualian,” demikian disampaikan
PCAOB.PCAOB selain mengenakan denda US$ 1 juta juga memberikan sanksi kepada dua
auditormitra EY yang terlibat dalam audit pada 2011. “Dalam ketergesaan mereka atas
untukmengeluarkan laporan audit untuk kliennya, EY dan dua mitranya lalai dalam
menjalankantugas dan fungsinya untuk memperoleh bukti audit yang cukup,” ujar Claudius
B. Modesti,Direktur PCAOB Divisi Penegakan dan Investigasi.Manajemen EY dalam
pernyataan tertulisnya menyatakan telah memperkuat proses pengawasan internal sejak isu
ini mencuat. “Sejak kasus ini mengemuka, kami terusmelanjutkan penguatan kebijakan dan
pemeriksaan audit global kami,” ungkap ManajemenEY dalam pernyataannya
2. Yang dilakukan auditor untuk kasus tersebut :
• Auditor mencari bukti sebanyak banyaknya seperti bukti fisik, bukti dokumen, bukti
konfrimasi, bukti matematis, dan bukti analitis tentang transaksi transaksi yang tidak di
cantumkan dalam laporan keuangan untuk mendukung opini auditor bahwa laporan
keuangan yang di miliki PT semoga sukses kurang lengkap dan disusun tiidak
berdasarkan PSAK.
• Auditor menunjukan kesalahan apa saja yang tidak sesuai standart PSAK pada akun akun
atau transaksi bahwa akun atau transaksi yang dicantumkan pada laporan keuangan
perusahaan salah
• Auditor setelah mengumpulkan bukti yang kuat dan mengetahui dimana letak kesalahan
laporan keuangan melakukan audit ulang akan laporan keuangan tersebut dan menyusun
laporan keuangan sesuai standart PSAK
b. Apa yang sebaiknya dilakukan oleh PT semoga Sukses :
 Meletakkan kepercayaan sepenuhnya kepada auditor agar auditor dapat leluasa
mengumpulkan buktin sebanyak banyaknya agar perusahaan mengetahui apakah ada
fraud atau salah saji atas laporan keuangan tersebut
c. opini PT Semoga Sukses wajar dengan pengecualian.
Contoh kasus :
Kasus Lapkeu Garuda: Bukti KAP Taraf Internasional Bisa Kebobolan Pesawat Garuda
Indonesia. ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal Pesawat Garuda Indonesia. ANTARA
Kesalahan audit laporan keuangan oleh kantor akuntan publik dilatarbelakangi berbagai
faktor. Bisa karena kesengajaan, bisa pula sebaliknya. Setelah sebulan lebih memeriksa,
Pusat Pembinaan Profesi Keuangan (PPPK) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) akhirnya
membenarkan sejumlah dugaan kejanggalan dalam laporan keuangan PT Garuda Indonesia
(Persero) Tbk. tahun buku 2018. Di Aula Mezzanine kantor Kementerian Keuangan, Jumat
(28/6/2019) pagi, konferesi pers digelar untuk memaparkan sejumlah pelanggaran yang
dilakukan Auditor Publik (AP) Kasner Sirumapea. Kasner diganjar sanksi tegas berupa
pembekuan izin selama 12 bulan lewat Keputusan Menteri Keuangan No. 312/KM.1/2019.
Hal serupa juga dilakukan OJK terhadap Surat Tanda Terdaftar (STTD) AP bernomor
STTD.AP-010/PM.223/2019. "Ada dugaan pelanggaran berat oleh akuntan publik terhadap
opini [laporan auditor independen]," Sekretaris Jenderal Kemenkeu Hadiyanto. PPPK,
sebagai lembaga yang berada di Bawah Kemenkeu, menilai Kanser belum sepenuhnya
mematuhi Standar Audit (SA) 315 terkait Pengidentifikasian dan Penilaian Risiko Kesalahan
Penyajian Material Melalui Pemahaman atas Entitas dan Lingkungannya. Kanser juga dinilai
tak bisa mempertimbangkan fakta-fakta setelah tanggal laporan keuangan sebagai dasar
perlakuan, sehingga auditnya tak sesuai dengan SA 500 dan SA 560.
Kesalahan audit itu muncul terkait piutang Rp2,9 triliun atas kerja sama pemasangan Wi-Fi
dengan PT Mahata Aero Teknologi yang dicatat sebagai pendapatan dalam laporan keuangan
Garuda tahun lalu. "AP belum secara tepat menilai substansi transaksi untuk kegiatan
perlakuan akuntansi terkait pengakuan piutang dan pendapatan lain-lain sekaligus di awal.
Kedua, AP belum sepenuhnya mendapatkan bukti audit yang cukup dan tepat untuk menilai
ketepatan perlakuan akuntansi sesuai dengan substansi transaksi dari perjanjian yang
melandasinya," jelas Hadiyanto. Sesuai Peraturan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 23,
kata Hadiyanto, piutang itu tidak dapat dianggap sebagai pendapatan. Ini karena tingkat
penyelesaian pembayaran piutang itu tak bisa diukur dengan handal. Buktinya, emiten
berkode GIAA itu belum mendapatkan pembayaran sepeserpun atas kerja sama dengan
Mahata hingga saat ini. Bursa Efek Indonesia (BEI) kemudian meminta Garuda untuk
memperbaiki dan menyajikan kembali (restatement) Laporan Keuangan triwulan I/2019 yang
masih mencantumkan piutang Mahata sebagai pendapatan. BEI juga meminta Garuda
Indonesia membayar denda Rp250 juta, di samping sanksi denda Rp100 juta yang
dibebankan OJK kepada direksi dan komisaris perseroan yang setuju atas laporan keuangan
tersebut.
KAP Terafiliasi Internasional Tak Jamin Bebas Kesalahan
Tak sampai di situ, Kemenkeu juga mewajibkan Kantor Akuntan Publik (KAP) Tanubrata,
Sutanto, Fahmi, Bambang dan Rekan--yang menaungi Kasner dan terafiliasi dengan BDO
International Limited--melakukan perbaikan terhadap Sistem Pengendalian Mutu. Kemenkeu
juga meminta BDO International Limited mereview standar yang telah dilakukan KAP
Tanubrata, Sutanto, Fahmi, Bambang & Rekan lantaran kelalaian tersebut. "Dalam KAP ada
sistem pengendalian mutu sebagai suatu sistem KAP bertanggung jawab memastikan kualitas
audit itu direview sehingga sebelum auditor itu menandatangani ada pengendalian mutunya,
apakah ada pelanggaran atau tidak," sambung Hadiyanto. Akuntan profesional Cris Kuntadi
menilai kesalahan audit laporan keuangan oleh kantor akuntan publik dilatarbelakangi
berbagai faktor. Bisa karena kesengajaan, bisa pula sebaliknya. Dalam dunia akuntansi,
kesengajaan itu sering ditemukan dalam kasus window dressing, yakni rekayasa dengan
menggunakan trik-trik dari akuntansi agar neraca perusahaan atau laporan laba rugi terlihat
lebih baik dari yang sebenarnya. Praktik ini umumnya dilakukan dengan menetapkan
aktiva/pendapatan terlalu tinggi atau menetapkan kewajiban/beban terlalu rendah dalam
laporan keuangan. Akibatnya, perusahaan memperoleh laba yang lebih tinggi. Dalam konteks
kasus Garuda, kata Cris, bisa jadi ada faktor kesengajaan yang dilakukan perseroan untuk
memoles laporan keuangan agar tidak mencetak kerugian. Oleh Karena itu, menurut dia,
manajemen Garuda dinilainya sebagai pihak yang paling bertanggung jawab dalam masalah
ini. "Karena mereka wajib menyusun laporan keuangan sesuai standar akuntansi. Ketika
sudah menyusun sesuai standar, dia harus menyatakan itu, tapi untuk meyakinkan kepada
publik apakah pernyataan itu benar atau tidak, diuji auditor publik," ucapnya.
Nah, dalam hal ini, kesalah dalam mengaudit laporan keuangan Garuda seharusnya tidak
terjadi. KAP Tanubrata, Sutanto, Fahmi, Bambang dan Rekan, yang sudah terafiliasi dengan
BDO International Limited biasanya bakal memeriksa ulang opini yang akan diberikan
akuntan publiknya.Jika auditor di KAP tersebut sampai mendapatkan sanksi dari OJK dan
Kemenkeu, kata Cris, bisa dipastikan ada prosedur pengecekan yang tidak dijalankan sesuai
standar. "Ketika dia berafiliasi dengan akuntan publik internasional ada proses review.
Artinya bisa per-pekerjaan atau secara umum apakah prosedurnya sudah memadai atau
belum," tutur pria yang juga menjabat Anggota Dewan Konsultatif Standar Akuntansi Ikatan
Akuntan Indonesia (IAI) tersebut. Sementara itu, Deputi Komisioner Pengawas Pasar Modal
II OJK, Fahri Hilmi mengaku belum bisa memastikan apakan ada unsur kesengajaan dalam
pelanggaran tersebut. Menurut Hilmi, OJK baru sebatas memeriksa standar akuntansi
keuangan yang digunakan. "Tapi yang kami sampaikan adalah [laporan] itu, tidak sesuai
aturan dan itu kami berikan denda. Saya kira untuk saat ini kami belum melihat faktor
kesengajaan, tentunya tidak tertutup kemungkinan adanya faktor kesengajaan" tuturnya.

3.
 Errors/kekeliruan adalah kekeliruan salah saji yang tidak disengaja.
 Irregularities adalah kesalahan yang disengaja seperti kecurangan/fraud manajemen
dan kecurangan pegawai atau penggelapan.
4.
1. Dampak positif:
• Membawa efek nyata bahwasannya pekerjaan lebih mudah dikerjakan karena
pengendalian dari sistem komputerisasi yang lebih efektif dibandingkan dengan
sistem manual
• memudahkan untuk mencari informasi yang berkualitas dan bermutu, serta
mengurangi kerumitan dalam pengelolahan audit internal informasi dan pengetahuan.
• Komputer memproses informasi secara konsisten serta dapat menggurangi salah saji
dengan mengganti prosedur yang dilakukannya secara manual dengan pengendalian
yang terprogram dengan menerapkan fungsi saling mengawasi dan mengontrol setiap
transaksi yang diproses.
Dampak negative
• Jika terjadinya kegagalan sistem dari teknologi yang digunakan dalam auditing bisa
mengancam perusahaan,
• resiko adanya penyerangan virus ke dalam data audit informasi dan pengetahuan yang
bisa menyebabkan data mati total ataupun rusak,
• kehilangan data audit jika sistem auditing terkena virus malware,
• dan jika ada kesalahan data yang dimasukkan oleh beberapa auditor dan ingin
mengklarifikasi auditor yang memasukkan data tidak dapat terlacak karena tidak
terdapat jejak dari auditor yang memasukkan data member tersebut.
Contoh kasus:
Studi Kasus Pada RSUD Kota Tasikmalaya
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Tasikmalaya termasuk pada klasifikasi Rumah
Sakit Umum Kelas B Non Pendidikan. SIMRS pada RSUD Kota Tasikmalaya sudah
didukung oleh Teknologi Informasi (TI) berupa infrastruktur (perangkat komputer, server dan
jaringan), sistem aplikasi beserta basis data. Sistem aplikasi yang sudah digunakan terbatas
pada lingkup sistem untuk pelayanan kesehatan terhadap pasien, terutama sistem administrasi
pembayaran. Dari hasil studi pendahuluan ditemukan bahwa sistem aplikasi untuk pelayanan
kesehatan terhadap pasien di RSUD Kota Tasikmalaya masih terkendala oleh lambatnya
proses Sistem Informasi (SI) yang menyebabkan pasien harus menunggu lama dalam
memperoleh layanan. Lamanya proses SI sering menyebabkan pasien harus antri cukup lama
dalam memperoleh layanan. Layanan data dari SI juga sering dikeluhkan pasien karena
ketidaksesuain dengan tagihan yang dikenakan kepada pasien saat membayar di kasir.
Penyebab terjadinya kesalahan dan keterlambatan pemrosesan yang ada pada SI tersebut
belum diketahui dengan pasti.
Guna membuat rekomendasi pengembangan SI dibutuhkan pengetahuan mengenai tingkat
kematangan SIMRS saat ini di RSUD Kota Tasikmalaya. Berdasarkan latar belakang tersebut
maka dapat disimpulkan bahwa RSUD Kota Tasikmalaya dituntut untuk melakukan audit
SIMRS, terutama pada lingkup sistem pelayanan kesehatan terhadap pasien. Atas dasar itu,
solusi yang ditawarkan adalah audit sistem informasi menggunakan framework COBIT 4.1.
Bagi auditor, manfaat COBIT 4.1 adalah membantu dalam mengidentifikasi isu-isu kendali
TI dalam infrastruktur TI perusahaan. Hal ini juga membantu auditor dalam memverifikasi
temuan audit.
Penentuan ruang lingkup audit dilakukan dengan cara mengidentifikasi tujuan strategi RSUD
Kota Tasikmalaya melalui implementasi Balanced Scorecard.
Setelah mengetahui tingkat kematangan dari proses TI COBIT 4.1 yang menjadi cakupan
audit, selanjutnya dilakukan analisis kondisi yang terjadi dari masing-masing atribut
kematangan. Analisis kondisi dilakukan dengan cara wawancara dan observasi langsung,
dimana peneliti mengadakan pengamatan langsung ke lapangan untuk memperoleh data atau
informasi yang akurat mengenai kondisi SIMRS yang diimplementasikan RSUD Kota
Tasikmalaya.
5. Menurut pendapat saya, sangat penting apabila seorang auditor memiliki keahlian
komputer. Karena, tugas seorang auditor itu ialah memeriksa, dalam arti luas bermakna
evaluasi terhadap suatu organisasi, sistem, proses, atau produk. Untuk itulah, seorang Auditor
dilaksanakan oleh pihak yang kompeten, objektif, dan tidak memihak. Tujuannya adalah
untuk melakukan verifikasi bahwa subjek dari audit telah diselesaikan atau berjalan sesuai
dengan standar, regulasi, dan praktik yang telah disetujui dan diterima. Selain itu, seorang
auditor harus memahami sistem pengendalian manajemen yang ada di perusahaan tersebut,
agar dapat menilai apakah pengendalian yang ada di perusahaan sudah memadai atau belum.

6.Ada 3 faktor yang mempengaruhi dapat dipercayanya bahan bukti yakni :


a. Sumber bahan bukti : Bukti yang tingkat kompetensinya tinggi adalah bukti yang berasal
dari luar klien. Contoh : Konfirmasi Bank, Debitur, Kreditur dll. Struktur Pengendalian
Intern. : Pengendalian Intern yang Kuat / baik menyebabkan dapat dipercayanya catatan
akuntansi dan bukti lain dalam organisasi klien.
b. Cara untuk memperoleh bahan bukti; Bukti yang diperoleh dengan cara pemeriksaan
tangan pertama adalah relatif lebih tinggi tingkat kompetensinya bila dibandingkan
pemeriksaan tangan ke dua.
c. Kualifikasi orang yang memperoleh informasi terhadap bukti : Bukti yang diperoleh dari
pihak spesialis seperti ( Ahli Geologi, Ahli Elektro, Pengacara, dll). Misalnya apabila
kliennya adalah perusahaan Pengolahan Minyak maka dalam penilaian persediaan lebih baik
diperoleh dari Ahli Geologi.

7. Disclaimer opini adalah Opini tidak menyatakan pendapat diberikan auditor ketika auditor
tidak memperoleh bukti yang cukup dan tepat untuk mendasari opini, dan auditor tidak
menyimpulkan bahwa pengaruh kesalahan penyajian material yang tidak terdeteksi yang
mungkin timbul terhadap laporan keuangan, jika ada, dapat bersifat material dan pervasif.
Contoh kasus :
Kasus PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL) tahun 2018
Opini disclaimer diberikan untuk laporan keuangan BTEL tahun buku 2017 dan 2018. Di
laporan keuangan 2018, Krisnawan, Nugroho & Fahmy selaku kantor akuntan publik
menjelaskan, opini tersebut akibat mereka tidak memperoleh bukti audit yang cukup dan
tepat, untuk menyediakan suatu basis bagi opini audit.
Salah satu bukti yang tidak cukup didapatkan adalah soal restrukturisasi utang Wesel Senior,
dengan pokok sebesar US$380 juta atau sekitar Rp5,50 triliun, yang hingga saat ini belum
dapat ditentukan hasilnya.
Aditya pun mengaku bahwa saat ini, pihaknya tengah melakukan proses restrukturisasi utang
tersebut. "Kita harapkan, akhir tahun ini atau awal tahun depan bisa tercapai suatu
perbaikan," kata Aditya.
Berdasarkan materi paparan publik pada 4 Juli 2019, perusahaan telah menyampaikan bahwa
proses penyelesaian utang kepada Wesel Senior akan dilakukan pada rentang kuartal IV-2019
hingga kuartal I-2020.
Dengan demikian, apabila proses restrukturisasi itu rampung, maka Aditya memastikan,
pihaknya segera melakukan pengembangan usaha sesuai proyeksi perseroan ke depannya.
"Kalau proses restrukturisasi utang sudah selesai, maka kita bisa fokus melakukan
pengembangan usaha," ujarnya.
Diketahui, BTEL rencananya akan melakukan transformasi bisnis baru yang berfokus di
contact center services, premium access number, dan voice and data solution untuk pelanggan
korporat, UKM, dan residensial. Proses restrukturisasi bisnis itupun sudah dimulai sejak
2014.
Selain itu, sejak 2017, BTEL juga sudah mulai menerbitkan obligasi wajib konversi (OWK)
yang telah didistribusikan sebagai bagian dari implementasi ketetapan PKPU, atas surat wesel
senior perusahaan.

Anda mungkin juga menyukai