Bukti audit merupakan setiap infromasi yang digunakan oleh auditor untuk menetukan apakah apakah
infromasi yang diaudit telah dinyatakan sesuai dengan kriteria yang ditetapkan. Informasi ini sangat
bervariasi sesuai dengan kemampuannya meyakinkan auditor bahwa laporan keuanagn telah disajikan
sesuai dengan kriteria yang ditetapkan. Bukti audit mencakup informasi yang sangat persuasif, misalnya
perhitungan auditor atass sekuritas yang dapat diperjualbelikan, dan informasi yang kurang persuasif,
misalnya respon atas pertanyaan-pertanyaan dari para karyawan.
Keputusan pentung yang dihadapi para auditor adalah menentukan jenis dan jumlah bukti audit yang
tepat, yang diperlukan untuk memenuhi keyakinan bahwa komponen laporan keuangan klien dan
seluruhnya laporan keuangan telah disajikan secara wajr, dan bahwa klien menyelenggarakan
pengendalian internal yang efektif atas pelapoan keuangan.
Ada empat keputusan mengenai bukti apa yang harus dikumpulkan dan berapa banyak:
Ukuran sampel untuk setiap prosedur tertentu mungkin akan berbeda antara satu audit dengan auidt
lainnya. Misalnya dalam suatu prosedur auidt untuk memverifikasi pengeluaran kas anggaplah bahwa
6.600 cek tercatat dalam pengeluaran kas. Auditor dapat memilih ukuran sampel sebesar 50 cek untuk
dibandingkan dengan jurnal pengeluaran kas.
Setelah memutuskan beberapa sampel untuk suatu prosedur audit, auditor harus memutuskan item-
item dalam populasi yang akan diuji. Sebagai contoh jika Auditor telah memutuskan memilih 50 cek dari
6.600 populasi untuk dibandingkan dengan jurnal pengeluaran kas. Beberapa metode yang dapat
digunakan untuk memilih cekcek tertentu yang akan diperiksa, Auditor dapar :
Berikut ini adalah suatu modifikasi atas prosedur audit yang sebelumnya digunakan untuk
menyertakan 3 (tiga) keputusan audit yakni: porsedur audit, item yang dipih, dan penetapan waktu.
(Huruf miring mengidentifikasi keputusan penetapan waktu, item-item yang dipilih, dan ukuran sampel)
Mengambil jurnal pengeluaran kas bulan Oktober dan membandingkan nama payee,
jumlah uang, dan tanggal cek yang dibatalkan dengena jurnal pemgeluaran kas untuk
suati sampel yang dipilih secara acak dari 40 nomor cek.
Dftar prosedur audit tertentu atau untuk keseluruhan audit diesebut sebagai program audit . program
audit selalu memuat daftar prosedur audit, dan biasanya mencakup ukuran sampel, item-item yang
dipilih, dan penetapan waktu pengujian. Umunya, ada suatu program audit termasuk beberoa prosedur
audit, untuk setiap komponen audit. Kerena itu, akan ada program audit untuk piutang usaha, penjualan
dan seterusnya. Sebagian besar auditor menggunakn ko,puter untuk memepermudah pengususan
progrma audit. Karena aplikasi yang sederhana dan hanya melibatkan pengetikan program audit ke
dalam prosesor kata dan menyimpannya dari satu athun ke tahun berikutnya untuk mempermudah
perubahan serta pembaharuannya.
Persuasivutas Bukti
Karena sifat bukti audit serta pertimbangan biaya dalam melaksanakan audit, tidak mungkin bagi auditor
untuk memperoleh keyakinana 100% bahwa pendapatnya benar. Namun, auditor harus yakin bahwa
pendapatnya benar dengan tingkat kepastian yang tinggi. Dengan menggabungkan semua bukti audit
yang diperoleh dari suatu audit, auditor akan mampu memutuskan kapan ia merasa yakin untuk
menerbitkan sautu laporan audit.
Dua penentu peruasivitas bukti audit adalah ketepan dan mencukupi, yang langsung diambikl dari
standar pekerjaan lapangan ketiga.
1. Ketepatan Bukti (approprianteness of evidence) adalah ukuran mutu bukti, yang berari relevansi
dab reliabilitasnya memenuhi tujuan audit untuk kleas transaksi, saldo akun, dan pengungkapan
yang berkaitan. Jika sutu bukti dianggap sangat tepat, hal itu akan sangat membantu dlam
meyakinkan auditor bahwa laporan keunagan telah disahikan secara wajar.
perhatikan bahwa ketetapanb bukti hanya berkaitan dengan prosedur audit yang dipilih.
Ketepatan itu tidak dapat diperbaiki dengan memilih ukuran sampel yang lebih besar atau item-
item populasi yang berbeda. Ketepatan hanya dapat diperbaiki dengan memilih prosedur audit
yang lebih relevan atau yang memberikan bukti yang lebih andal.
2. Relevansi Bukti. Bukti audit harus relean dengan tujuan audit yang akana diuji oleh auditor
sebelum bukti tersebut dianggap tepat. Sebagai contoh, anggaplah auditor prihatin bahwa klien
belum menagih pelanggan atas barang yang dikirim (tujuan transaksi kelengkapan). Jika auditor
memilih suatu sampel dari salinan faktur penjualan dan menelusuri setiap salinan tersebut ke
dokumen pengiriman tersebut ke dokumen pengiriman terkait, bukti tersebut tidak relevan
dengan tujuan kelengkapan dan dengan demikian , bukan merupakan bukti yang tepat untuk
tujuan tersebut. Relevansi ganya dapat dipertimbangkan dalam tujuan audit khusus, karena
bukti audit mugnkin relevan untuk satu tujuan audit, tetapi tidak relevan untuk tujuan audit
audit lainnya. Dalam contoh pengiriman sebelumnya, apabila auditor menelusuri dari salinan
faktur penjualan ke dokumen pengiriman barang yang terkait, bukti tersebut relevan terhadap
tujuan keterjadian. Sebagian besar bukti relevan bagi lebih dari satu, tetapi tidak semua.
Dampak Gabungan
Persuasivitas bukti hanya dapat dievaluasi setelah mempertimbangkan kombinasi antara
ketepatan dan kecukupan, termasuk pengaruh faktor-faktor yang mempengaruhi ketepatan dan
kecukupan tersebut. Sejumlah besar bukti audit tersebut tidak akan bersifat peruasif kecuali
bukti tersebut relevan dengan tujuaan audit yang sedang diuji. Sejumlah besar sampel butki
yang relevan tetapi tidak objektif juga tudak persuasif.
Standar auditing mensyaratkan bahwa auditor harus yakin secara layak bahwa persediaan itu
tidak mengandung salah saji yang meterial. Karena itu auditor harus memperoleh bukti audit
yang relevan dan dapat diandalkan dalam jumlah yang mencukupi tentang persediaan.
Adalah inspeksi oleh auditor atas dokuemn dan catatan klien untuk mendukung informasi yang
tersaji, atau seharusnya tersaji dalam laporan keuangan. Dokumen yang diperiksa oleh auditor
adalah catatan yang digunakan klien untuk menyediakan informasi bagi pelaksana bsinis dengan
cara yang terorganisir, yang bisa juga dalam bentuk kertas, bentuk elektronik, atau media lain.
Karena setiap transaksi dalam organisasi kien biasanya didukung paling tidak oleh selembar
dokumen, jenis bukti audit ini tersedia dalam jumlah besar.
Dokumen dapat dengan mudah diklasifikasikan sebagai dokumen internal dan eskternal.
Dokumen internal adalah dokumen yang disiapkan dan digunakan dalam organisasi klien dan
disimpan tanpa pernah disampaiakn kepada pihak luar. Contoh : salinan Faktur Penjualan,
laporan Jam kerja karyawan, dan laporan persediaan.
Dokumentasi eksternal adalah dokumen yang ditangani oelh seseorang di luar organisasi klien
dan berakhir di tangan klien atau dapat segera diakses oleh kien.
4. Prosedur Analitis
Menggunakan perandingan dan hubungan untuk menilai apakah saldo akun atau data
lainnya tampak wajar dibandingkan dengan harapan auditor.
5. Wawancara dengan Klien (Memahami industri dan bisnis klien)
Auditor harus memperoleh pengetahuan tentang industri dan bisnis klien sebagai bagian
dari perencanaan audit. Dengan melakukan prosedur analitis dimana informasi tahun
berjalan yang belum diaudit dibandingkan dengan informasi tahun sebelumnya yang sudah
diaudit atau data industri yang perubahannya akan disoroti.
6. Rekalkulasi
- Menilai kemampuan entitas untuk terus going concern
Prosedur analitis sering kali menjadi indikator yang berguna untuk menentuakan apakah
perusahaan klien memiliki masalah keuangan. Prosedur tersebut dapat membantu
memprediksi kemunkinan terjadinya kegagalan bisnis.
- Menunjukkan adanya kemungkinan salah saji dalam laporan keuangan
Perbedaan signifikan tidak diharapkan antara data keuangan tahun berjalan yang belum
diaudit dan data lainnya yang digunakan dalam perbandingan biasanya digunakan sebagai
fluktuasi tidak biasa. Fluktuasi tidak biasa terjadi apabila perbedaan yang signifikan tidak
diperkirakan terjadi tetapi terjadi. Atau apabila diprekdiksikan terjadi tetapi pada
kenyataannya malah tidak terjadi. Jika fluktuasi tidak biasa cukup besar, auditor harus
menentukan alasannya dan yakin bahwa penyebabnya adalah peristiwa ekonomi yang sah,
dan bukan salah saji.