Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH AUDIT DAN ASSURANCES

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Audit Dan Assurances


Dosen Bapak Syafrizal Ikram,Dr.,S.E.,M.Si.,Ak.,C.A.

Disusun Oleh :

NAMA : NOVA CHRISTINA LASMA PURBA

NPM : 51621220033

KELAS : A3

FAKULTAS SEKOLAH PASCASARJANA


MAGISTER AKUNTANSI
UNIVERSITAS WIDYATAMA
BANDUNG
BAB I
PENDAHULUAN

I. Latar Belakang
Secara umum, audit adalah suatu proses sistematik untuk memperoleh dan
mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan tentang kejadian ekonomi, dengan
tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan tersebut dengan kriteria yang
telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepadapemakai yang berkepentingan.
Bukti audit adalah setiap informasi yang digunakan oleh auditor untuk menentukan apakah
informasi yang sedang diaudit tersebut telah disajikan sesuai dengan kriteria yang ada.
Merupakan hal yang sangat penting untuk memperoleh sejumlah bukti audit yang
cukupberkualitas agar dapat mencapai tujuan audit. Menurut Arens, dkk yang diterjemahkan
oleh tim Dejacarta (2013:17), Auditor harus memiliki kualifikasi tertentu dalam memahami
criteria yang digunakan serta harus kompeten (memiliki kecakapan) agar mengetahui tipe
danbanyaknya bukti audit yang harus dikumpulkan untuk mencapai kesimpulan yang tepat
setelah bukti-bukti audit tersebut selesai diuji. Seorang auditor pun harus memiliki sikap
mental yang independen. Kompetensi yang dimiliki seseorang dalam melaksanakan proses
audit hanya bernilai sedikit saja jika ia tidak memilki sikap objektif pada saat pengumpulan
dan pengevaluasian bukti-bukti audit ini.
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN AUDIT
Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia atau sering disingkat dengan IAI (2012:100)
auditing adalah proses pengumpulan data dan pengevaluasian bahan bukti tentang informasi
yang dapat diukur mengenai suatu entitas ekonomi yang dilakukan oleh seseorang auditor yang
berkompeten dan juga independen untuk dapat menetukan danmelaporkan kesesuaian
informasi yang dimaksud dengan kriteria- kriteria yang telah ditetapkan. Auditing adalah
pengumpulan dan evaluasi bukti mengenai informasi untuk menentukan dan melaporkan
derajat kesesuaian antara informasi tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan Elder
(2013:4).

B. BUKTI AUDIT
Menurut Mulyadi (2014:74) menyatakan bahwa Segala informasi yang mendukung angka-
angka atau informasi lain yang disajikan dalam laporan keuangan, yang dapat digunakan oleh
auditor sebagai dasar untuk menyatakan pendapatnya. Menurut Arens, Elder dan Beasley
(2012:225) mengemukakan bahwasebagai setiap informasi yangdigunakan oleh auditor untuk
menentukan apakah informasi yang diaudit telah dinyatakan sesuai dengan kriteria yang
ditetapkan.

1. SIFAT DAN KEPUTUSAN BUKTI AUDIT


Keputusan utama yang dihadapi para auditor adalah menentukan jenis dan jumlah bukti
audit yang tepat untuk dikumpulkan agar dapat memberikan keyakinan yangt memadai
bahwa berbagai komponen dalam laporan keuangan serta dalam keseluruhan laporan
lainnya telah disajikan secara wajar.
Bukti audit kompoten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan
dan konfirmasi sebagai dasar untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang di audit. Bukti audit
diperlukan untuk mendukung opini dan laporan auditor. Bukti audit ini memiliki sifatkumulatif dan terutama
diperoleh dari prosedur audit. Namun, bukti audit dapat juga mencakup informasi yang diperoleh melalui
sumber lain, seperti dari audit periode lalu atau prosedur pengendalian mutu entitas.
Bukti audit terdiri atas data akuntansi dan informasi pendukung lainnya, yang digunakan auditorsebagai
dasar untuk menyatakan pendapatnya mengenai kewajaran laporan leuangan tersebut. Adapun jenis bukti audit
yang diperlukan oleh seorang auditor terdiri dari :
a. Bukti dari data akuntansi
Jurnal, buku besar, buku pembantu Pedoman akuntansi terkait
Informasi dan catatan memorandum ( Kertas kerja perhitungan-perhitungan, rekonsiliasi)
b. Bukti pendukung lainnya :
Dokumen-dokumen (cek, faktur, perjanjian, kontrak, dll)Konfirmasi dan pernyataan tertulis
Informasi dari wawancara, observasi, inspeksi dan pemeriksaan fisik.
Berbagai keputusan auditor dalam pengumpulan bukti audit dapat dipilah kedalam empat
sub keputusan berikut ini:
a. Prosedur-prosedur audit apakah yang akan digunakan
b. Ukuran sampel sebesar apakah yang akan dipilih untuk prosedur tertentu
c. Item-item manakah yang akan dipilih dari populasi
d. Kapankah berbagai prosedur itu akan dilakukan.

a. Prosedur Audit
Adalah rincian intruksi untuk pengumpulan jenis bukti audit yang diperoleh pada
suatu waktu tertentu saat berlangsungnya proses audit. Seabagai contoh berikut ini
adalah suatu prosedur audit untuk pengujian transaksi pengeluaran kas. Ambilah buku
jurnal pengeluaran kas dan bandingkanlah nama sipembayar, nilai uang, dan tanggal
pada berbagai cek yang ditangguhkan dengan data yang terdapat dalam buku jurnal
pengeluaran kas.

b. Ukuran Sampel
Setelah memilih prosedur audit, mungkin sekali memilih beragam ukuran sampel dari
hanya satu sampel hingga semua item yang terdapat dalam populasi yang sedang di uji.
Dalam prosedur audit yang telah dibahas diatas, anggaplah bahwa terdapat 6.600 cek
yang tercatat dalam buku jurnal pengeluaran kas. Auditor barangkali akan memilih
ukuran sampel sebesar 50 cek sebagai perbandingan dengan buku jurnal pengeluaran kas.
Keputusan untuk memilih seberapa banyak item yang akan diuji haruslah dibuat oleh
auditor untuk masing-masing prosedur audit yang ada. Ukuran sampel bagi setiap
prosedur tersebut kemungkinan besar akan berbeda antara satu penugasan audit dengan
penugasan audit lainnya.
c. Item-item yang terpilih
Setelah menentukan ukuran sampel untuk prosedur audit dilakukan, haruslah
ditentukan item- item mana dari populasi yang akan diuji. Jika auditor memutuskan,
umpamanya, untuk memilih 50 cek yang ditangguhkan dari populasi sebesar 6.600 cek
sebagai item-item yang akan dibandingkan dengan data pada buku jurnal pengeluaran
kas, maka dapat digunakan berbagai metode yang berbeda untuk emmilih cek-cek
manakah yang akan di uji. Auditor dapat (1) memilih 50 cek pertama yang tercatat
dalam periode 1 minggu, (2) memilih 50 cek bernilai terbesar, (3) memilih cek-cek
tersebut secara acak, atau, (4) memilih cek-cek yang menurut auditor memiliki
kemungkinan kandungan kekeliruan yang besar.

d. Pemilihan Waktu yang tepat


Audit atas laporan keuangan umumnya mencakup periode waktu tertentu seperti satu
tahun, pada umumnya proses audit baru selesai dilaksanakan setelah beberapa minggu
atau beberapa bulan setelah berakhirnya suatu periode waktu. Waktu pelaksanaan
berbagai prosedur audit beragam mulai dari awal suatu periode akuntansi atau lama
setelah periode akuntansi itu berakhir.

Berbagai prosedur audit seringkali menggabungkan antara ukuran sampel, item-item yang
diuji, dan pemilihan waktu yang tepat kedalam prosedur audit. Berikut ini adalah suatu
modifikasidari prosedur audit diatas yang mencamtumkan keempat keputusan-keputusan bukti
audit. Ambilah buku jurnal pengeluaran kas bulan oktober dan bandingkanlah nama
sipembayar, nilai uang dan tanggal pada berbagai cek yang ditangguhkan dengan data yang
terdapat dalam buku jurnal pengeluaran kas tersebut untuk suatu sampel yang dipilih secara
acak atas 40 nomor cek.

2. PERSUASIVITAS BUKTI
Persuasivitas bukti merupakan tingkat dimana auditor merasa yakin bahwa bukti audit
dapat mendukung pendapat audit, dan penentunya adalah ketepatan dan kecukupan bukti.
A. Ketepatan Bukti (Appropriateness of evidence)
Merupakan ukuran mutu bukti, yang bearti televansi dan reliabilitasnya memenuhi
tujuan audit untuk kelas transaksi, saldo akun, dan pengungkapan yang berkaitan.
Ketepatan suatu bukti audit hanya dapat diperbaiki dengan memilih prosedur audit yang
lebih relevan atau yang memberikan bukti yang lebih andal
i. Relevansi Bukti
Relevansi bukti bearti bukti audit harus berkaitan atau relevan dengan tujuan audit
yang akan di uji oleh auditor sebelum bukti tersebut dianggap benar. Relevansi bukti
dapat diperimbangkan dala tujuan audit khusus, Karena bukti audit mungkin relevan
untuk satu tujuan audit, tetapi tidak relevan unutk tujuan audit lainnya. Reliabilitas
Bukti (Reliability of Evidence) Reliabilitas bukti ini mengacu pada tingkat dimana
bukti tersebut dianggap dapat dipercaya atau layak dipercaya. Terdapat enam
karakteristik reliabilitas dari bukti audit, yaitu :
1. Independensi penyedia
Bukti- Bukti yang diperoleh dari luar entitas lebih dapat diandalkan
dibandingkan dengan bukti yang diperoleh dari dalam entitas. Seperti
komunikasi dari Bank, pengacara, atau para pelanggan, dokumen yang berasal
dari luar organisasi seperti polis asuransi akan lebih dipercaya dibandingkan
komunikasi atau hasil wawancara yang diperoleh dari klien dan dokumen yang
berasal dari intern perusahaan bahkan yang tidak pernah dikirim ke luar
organisasi seperti permintaan pembelian.
2. Efektivitas pengendalian intern klien
Bukti audit lebih dapat diandalkan jika pengendalian intern klien efektif, bukan
lemah.
3. Pengetahuan langsung auditor
Bukti audit yang diperoleh langsung oleh auditor melalui pemeriksaan fisik,
observasi, penghitungan ulang, dan inspeksi akan lebih dapat diandalkan
ketimbang informasi yang diperoleh secara tidak langsung.
4. Kualifikasi individu yang menyediakan informasi
Meskipun sumber informasi bersifat independen, bukti audit tidak dapat
diandalkan kecuali individu yang menyediakan informasi tersebut memenuhi
kualifikasi untuk itu. Selain itu bukti yang diperoleh langsung oleh auditor tidak
dapat diandalkan jika auditor tidak memenuhi kualifikasi untuk mengevaluasi
bukti tersebut.
5. Tingkat objektivitas
Bukti yang objektif lebih dapat diandalkan dibandingkan bukti subjektif. Contoh
bukti objektif adalah konfirmasi piutang usaha dan saldo bank, perhitungan fisik
sekuritas dan kas, sedangkan contoh bukti subjektif adalah surat yang ditulis oleh
pengacara klien yang membahas hasil yang mungkin akan diperoleh dari
gugatan hokum yang sedang dihadapi oleh klientanya jawab dengan manajer,
observasi atas persediaan yang usang selama pemeriksaan fisik.
6. Ketepatan waktu
Bukti yang terkumpul tepat pada waktunya dapat diandalakan untuk akun-akun
neraca apabila diperoleh sedekat mungkin dengan tanggal neraca. Sedangkan
untuk akun-akun laba rugi, bukti yang diperoleh dapat diandalkan jika ada
sampeldari keseluruhan periode yang di audit seperti sampel acak transaksi
penjualan dari setahun penuh, bukan hanya dari sebagian periode.

ii. Kecukupan Bukti


Jumlah bukti yang diperoleh menentukan cukup tidaknya (sufficiency) bukti tersebut.
Jumlah ini diukur melalui ukuran sampel yang diambil oleh auditor. Ada beberapa
faktor yang dapat mempengaruhi pertimbangan auditor mengenai cukup tidaknya
suatu bukti yang diperlukan, antara lain:
Tingkat Materialitas dan Resiko Secara umum, bukti yang diperlukan bagi perkiraan-
perkiraan yang materiil terhadap laporan keuangan akan lebih banyak dibandingkan
bagi perkiraan-perkiraan yang kurang atau tidak materiil. Jadi, dalam melakukan
pemeriksaan terhadap perusahaan industri, jumlah bukti yang diperlukan untuk
mendukung pemeriksaan persediaan akan lebih besar dibandingkan dengan jumlah
yang diperlukan dalam pemeriksaan biaya yang dibayar dimuka. Demikian juga
sama halnya perkiraan-perkiraan yang kelihatannya diragukan akan memerlukan bukti
yang lebih banyak dibandingkan dengan perkiraan-perkiraan yang kelihatannya benar.
Misalnya, resiko terjadinya kesalahan dalam penilaian persediaan biasanya lebih besar
dibandingkan dengan penilaian terhadap tanah yang digunakan sebagai tempat
berdirinya bangunan.

iii. Efek Gabungan


Persuasi bukti dapat dievaluasi hanya setelah mempertimbangkan kecocokan dan
kecukupan kombinasi, termasuk dampak faktor-faktor yang mempengaruhi
kesesuaian dan kecukupan.Sampel besar bukti yang diberikan oleh pihak
independen tidak bersifat persuasif kecuali jikarelevan dengan objek audit yang
sedang diuji. Demikian pula, sampel kecil hanya satu atau dua bagian dari bukti yang
sangat tepat juga biasanya tidak memiliki persuasi. Ketika menentukan bukti
persuasif, auditor harus mengevaluasi sejauh mana kedua kelayakan dan
kecukupantersebut, termasuk semua faktor yang mempengaruhi mereka,
telah terpenuhi.

3. JENIS- JENIS BUKTI AUDIT


Setiap prosedur audit mendapat satu atau lebih jenis-jenis bukti berikut :
1. Pengujian fisik adalah inspeksi atau perhitungan yang dilakukan oleh auditor atas
aktiva yang berwujud (tangible asset). Pada umumnya, pemgujian fisik merupakan
sarana ke tujuan untuk meyakinkan kebenaran kuantitas maupun uraian aktiva dan
dianggap sebagai salah satu jenis bukti audit yang paling terpercaya dan berguna.
2. Konfirmasi menggambarkan penerimaan tanggapan baik secara tertulis
maupun lisan dari pihak ketiga yang independent yang memverifikasi keakuratan
informasi sebagaimana yang diminta oleh auditor. Konfirmasi biayanya relative
tinggi dan dapat menimbulkan beberapa ketidaknyamanan bagi pihak yang diminta
untuk menyediakan konfirmasi tersebut. Konfirmasi merupakan proses pemerolehan dan
penilaian suatu komunikasi langsung dari pihak ketiga sebagai jawaban atas permintaan informasi
tentang unsur tertentu yang berdampak terhadapasersi laporan keuangan. Konfirmasi merupakan
bukti yang sangat tinggi reliabilitasnya karena berisiinformasi yang berasal dari pihak ketiga secara
langsung dan tertulis. Konfirmasi sangat banyak menghabiskan waktu dan biaya. Ada tiga jenis
konfirmasi yaitu:
1. Konfirmasi positif, merupakan konfirmasi yang respondennya diminta untuk menyatakan

persetujuan atau penolakan terhadap informasi yang ditanyakan.


2. Blank confirmation, merupakan konfirmasi yang respondenya diminta untuk mengisikan saldo atau
informasi lain sebagai jawaban atas suatu hal yang ditanyakan.
3. Konfirmasi negatif, merupakan konfirmasi yang respondenya diminta untuk memberikan
jawabanhanya jika ia menyatakan ketidaksetujuannya terhadap informasi yang ditanyakan
3. Dokumentasi adalah pengujian auditor atas berbagai dokumen dan catatan klien
untuk mendukung informasi yang tersaji atau seharusnya tersaji dalam laporan
keuangan. Dokumen dibedakan jadi dua, dokumen internal adalah dokumen yang
dipersiapkan dan dipergunakan dalam organisasi klien itu sendiri sedangkan
dokumeneksternal adalah yang pernah berada dalam genggaman seseorang di luar
organisasi yang mewakili pihak yang menjadi klien dalam bertransasksi.
4. Prosedur analitis menggunakan berbagai perbandingan dan hubungan untuk
menilai apakah saldo akun atau data lainnya nampak wajar. Prosedur analitis
dibutuhkan selama fase perencanaan dan penyelesaian atas semua audit.
5. Wawancara kepada klien adalh upaya untuk emperoleh informasi baik secara
tertulis maupun lisan dari klien sebagai tanggapannya atas berbagai pertanyaan yang
diajukan oleh auditor. Bukti ini tidak dapat dinyatakan sebagai bukti yang
meyakinkan karena tidak diperoleh dari sumber yang independent dan barangkali
cenderung mendukung pihak lain.
6. Rekalkulasi melibatkan pengecekan ulang atas sampel kalkulasi yang dilakukan
oleh klien. Pengecekan kalkulasi klien ini terdiri dari pengujian atas keakuratan
perhitungan klien yang mencakup prosedur seperti perkalian faktor penjualan dan
persediaan, penjumlahan jurnal dan buku tambahan, serta pengecekan kalkulasi
beban penyusutan dan beban dibayar dimuka. Sebagian besar rekalkulasi auditor
dilakukan oleh perangkat lunak audit dengan bantuan komputer.
7. Hitung uji melibatkan pengujian kembali berbagai perhitungan dan transfer
informasi yang dibuat oleh klien pada suatu periode yang berada dalam periode audit
pada sejumlah sample yang diambil auditor.
8. Observasi adalah penggunaan indera perasa untuk menilai aktivitas tertentu.
Observasi ini sangat berguna dalam pelaksanaan sebagian besar proses audit.

4. BIAYA JENIS BUKTI


Pemeriksaan fisik dan konfirmasi merupakan jenis bukti audit yang paling
mahal, pemeriksaan fisik umumnya memerlukan biaya yang besar karena umumnya
memerlukan kehadiran auditor ketika klien sedang menghitung aktiva, yang sering
kali dilaukan pada tanggal neraca

Dokumentasi, prosedur analitis, dan pelaksanaan ulang tidak begitu mahal, jika
karyawan klien menempatkan dokumen dan menyusunya dengan baik pada suatu
lokasi yang mudah ditemukan auditor, biasanya dokumentasi hanya memerlukan
biaya yang cukup rendah. namun jika auditor harus menemukan dokumen itu sendiri,
dokumentasi dapat membutuhkan biaya yang cukup tinggi.

Observasi, tanya jawab dengan klien dan rekalkulasi adalah jenis bukti audit
yang paling murah,
observasi biasanya dilakukan bersamaan dengan prosedur audit lainnya. rekalkulasi
hanya melibatkan perhitungan dan penelusuran sederhana sesuai dengan keperluan
auditor. seringkali perangkat lunak komputer auditor dilakukan untuk melakukan
berbagai jenis pengujian tersebut.

C. DOKUMENTASI AUDIT
Dokumentasi audit adalah catatan utama yang mencakup semua informasi yang perlu
dipertimbangkan oleh auditor untuk melakukan audit secara memadai dan untuk
mendukung laporan audit. Tujuan dokumentasi audit adalah untuk membantu auditor
dalam memberikan kepastian yang memadai bahwa audit telah sesuai dengan standar
audit yang berlaku umum dan juga membantu auditor dalam melaksanakan dan
mensupervisi audit. Menurut Arens, Elder dan Beasley (2018 : 241 – 243) secara lebih
khusus, dokumentasi audit yang berkaitan dengan audit tahun berjalan, memberikan :
a. Dasar bagi Perencanaan Audit.
Jika auditor akan merencanakan audit yang memadai, informasi tentang referensi yang
diperlukan harus tersedia dalam file audit. File itu meliputi berbagai macam informasi
perencanaan sebagai informasi deskriptif tentang pengendalian internal, anggaran
waktu untuk masing – masing area audit, program audit tahun sebelumnya.
b. Catatan Bukti yang Dikumpulkan dan Hasil Pengujian.
Dokumentasi audit adalah sarana utama untuk mendokumentasikan bahwa audit yang
memadai telah dilaksanakan sesuai standar auditing. Jika muncul kebutuhan, auditor
harus mampu memperlihatkan kepada lembaga pembuat peraturan dan pengadilan
bahwa audit telah direncanakan dengan baik dan diawasi secara memadai. Bukti yang
dikumpulkan telah tepat dan mencukupi dan laporan audit tepat dengan
mempertimbangkan hasil audit. Apabila prosedur audit melibatkan sampling transaksi
atau saldo - saldo, maka dokumentasi audit harus mengidentifikasi item – item yang
diuji. File audit juga harus mendokumentasikan temuan atau masalah audit yang
signifikan, tindakan yang diambil untuk menanganinya, dan dasar kesimpulan yang
dicapai.
c. Data untuk menentukan Jenis Laporan Audit yang Tepat.
Dokumentasi audit menyediakan sumber informasi yang penting untuk membantu
auditor dalam memutuskan apakah bukti yang tepat dan mencukupi telah
dikumpulkan guna menjustifikasi laporan audit berdasarkan situasi tertentu. Data yang
ada dalam file memiliki kegunaan yang sama untuk mengevaluasi bukti bahwa audit
telah diawasi secara memadai.
d. Dasar bagi Review oleh Supervisor dan Partner.
File audit adalah kerangka referensi utama yang digunakan oleh supervisor untuk
mereview pekerjaan asisten. Review yang cermat oleh supervisor juga memberikan
bukti bahwa audit telah diawasi secara memadai.

Dokumentasi audit dapat dianggap sebagai kertas kerja, meskipun semakin banyak
dokumentasi audit yang diselenggarakan dalam file komputerisasi. Dokumentasi yang
berupa kertas kerja audit merupakan milik kantor akuntan publik walaupun kertas kerja
tersebut berisi informasi mengenai perusahaan. Kantor akuntan publik diharuskan untuk
menjaga kerahasiaan mengenai informasi perusahaan tersebut, kecuali jika ada izin dari
perusahaan yang diaudit tersebut atau ada perkara pengadilan.
Setiap kantor akuntan publik menetapkan pendekatannya sendiri untuk menyiapkan serta
mengatur file audit dan auditor pemula harus menggunakan pendekatan kantornya. Ada
dasar pemikiran mengenai jenis dokumentasi audit yang disiapkan untuk suatu audit dan
cara dokumentasi itu diatur dalam file. File permanen umum nya meliputi:
a. Kutipan atau salinan dari dokumen perusahaan yang terus penting
b. Dokumentasi pengendalian internal
c. Hasil prosedur analitis tahun sebelumnya
d. Rencana dan program audit
e. Neraca saldo periode berjalan
f. Jurnal penyesuaian dan reklasifikasi
g. Skedul pendukung.

Standar auditing menyatakan bahwa dokumentasi audit adalah catatan utama tentang prosedur
auditing yang diterapkan, bukti yang diperoleh, dan kesimpulan yang dicapai auditor dalam
melaksanakan penugasan.Dokumentasi audit harus mencakup semua informasi yang perlu
dipertimbangkan oleh auditor untuk melakukan audit secara memadai untuk mendukung
laporan audit. Dokumentasi audit juga dapat dianggap sebagai kertas kerja, meskipun semakin
banyak dokumentasi audit yang diselenggarakan dalam file komputerisasi. Tujuan
dokumentasi audit adalah untuk membantu auditor dalam memberikan kepastian yang
memadai bahwa audit telah sesuai dengan standar audit yang berlaku sesuai standar audit.
Secara lebih khusus, dokumentasi audit yang berkaitan dengan audit tahun berjalan.
Bentuk, isi, dan luas dokumentasi audit bergantung pada faktor-faktor berikut ini:
 Ukuran dan kompleksitas entitas.
 Sifat prosedur audit yang akan dilaksanakan.
 Risiko kesalahan penyajian material yang diidentifikasi.
 Signifikansi bukti audit yang diperoleh.
 Sifat dan luas penyimpangan yang diidentifikasi.
 Kebutuhan untuk mendokumentasikan suatu kesimpulan atau basis untuk suatu
kesimpulan yang belum dapat ditentukan dengan segera dari dokumentasi pekerjaan
audit yang dilaksanakan atau bukti audit yang diperoleh.
 Metodologi dan perangkat audit yang digunakan.

Dokumentasi audit dapat dilakukan pada kertas atau media elektronis, atau media lain.
Contoh-contoh dokumentasi audit mencakup:
 Program audit.
 Analisis.
 Memorandum isu.
 Ikhtisar hal-hal signifikan.
 Surat konfirmasi dan surat representasi.
 Ceklis.
 Korespondensi (termasuk email) tentang hal-hal signifikan.

Dasar bagi Perencanaan Audit


Jika auditor akan merencanakan audit yang memadai, informasi tentang referensi yang
diperlukan harus tersedia dalam file audit. File itu meliputi berbagai macam informasi
perencanaan sebagai informasi deskriptif tentang pengendalian internal, anggaran waktu untuk
masing – masing area audit, program audit tahun sebelumnya.

Catatan Bukti yang Dikumpulkan dan Hasil Pengujian


Dokumentasi audit adalah sarana utama untuk mendokumentasikan bahwa audit yang memadai
telah dilaksanakan sesuai standar auditing. Jika muncul kebutuhan, auditor harus mampu
memperlihatkan kepada lembaga pembuat peraturan dan pengadilan bahwa audit telah
direncanakan dengan baik dan diawasi secara memadai. Bukti yang dikumpulkan telah tepat
dan mencukupi dan laporan audit tepat dengan mempertimbangkan hasil audit. Apabila
prosedur audit melibatkan sampling transaksi atau saldo - saldo, maka dokumentasi audit harus
mengidentifikasi item –item yang diuji. File audit juga harus mendokumentasikan temuan atau
masalah audit yang signifikan, tindakan yang diambil untuk menanganinya, dan dasar
kesimpulan yang dicapai. Sebagai contoh, auditor harus mendokumentasikan transaksi khusus
pada akhir tahun untuk menentukan apakah transaksi telah dicatat pada periode tepat. Jika salah
saji dideteksi selama pengujian cutoff, auditor harus mendokumentasikan prosedur tambahan
yang dilaksanakan untuk menentukan luas salah saji cutoff, kesimpulan tentang apakah saldo
akun yang terpengaruh sudah dinyatakan secara layak , dan apakah setiap penyesuaian audit
harus diusulkan.

Data untuk menentukan Jenis Laporan Audit yang Tepat


Dokumentasi audit menyediakan sumber informasi yang penting untuk membantu auditor
dalam memutuskan apakah bukti yang tepat dan mencukupi telah dikumpulkan guna
menjustifikasi laporan audit berdasarkan situasi tertentu. Data yang ada dalam file memiliki
kegunaan yang sama untuk mengevaluasi bukti bahwa audit apakah laporan keuangan telah
disajikan secara wajar, berdasarkan bukti audit tersebut.

Dasar bagi Review oleh Supervisor dan Partner


File audit adalah kerangka referensi utama yang digunakan oleh supervisor untuk mereview
pekerjaan asisten. Review yang cermat oleh supervisor juga memberikan bukti bahwa audit
telah diawasi secara memadai. Dokumentasi audit harus menunjukkan siapa yang
melaksanakan pekerjaan audit, tanggal pengerjaan itu dilaksanakan, siapa yang mereview
pekerjaan itu, dan tanggal review. Disamping tujuan yang berkaitan secara langsung dengan
laporan audit, sering kali file audit juga berlaku sebagai dasar untuk menyiapkan SPT pajak,
pengajuan kepada SEC, dan laporan lainnya. File audit juga merupakan sumber informasi
untuk mengkomunikasikan kepada manjemen dan pihak yang ditunjuk pemerintah, seperti
komite audit, mengenai berbagai hal seperti defisiensi pengendalian internal atau rekomendasi
operasional. File audit juga merupakan kerangka referensi yang berguna untuk melatih personil
serta sebagai sarana bantuan dalam merencanakan dan mengoordinasikan audit-audit
berikutnya. Dokumentasi audit yang disiapkan selama penugasan, termasuk skedul yang
disiapkan oleh klien untuk auditor, adalah properti auditor, Satu-satunya waktu dimana orang
lain, termasuk klien, memiliki hak hukum untuk memeriksa file itu adalah ketika mereka
dipanggil oleh pengadilan sebagai bukti hukum. Pada akhir penugasan, file audit disimpan di
kantor akuntan publik untuk digunakan sebagai referensi dimasa mendatang dan untuk
mematuhi stabdar auditing yang berkaitan dengan retensi dokumen. Kebutuhan untuk
membina hubungan rahasia dengan klien dinyatakan dalam aturan 301 dari Kode Perilaku
Profesional, yang menyatakan :
 Seorang anggota tidak boleh mengungkapkan setiap informasi rahasia yang diperoleh

selama penugasan profesional kecuali dengan persetujuan klien.

KESIMPULAN
Bukti Audit atau audit evidence adalah segala informasi yang digunakan auditor untuk
membuktikan apakah informasi yang diaudit sudah sesuai dengan kriteria tertentu.
Memperoleh sejumlah bukti audit yang berkualitas sangatlah penting untuk mencapai tujuan
audit. Auditor memerlukan bukti audit sebelum melakukan proses audit untuk menghasilkan
pelaporan audit yang kompeten. Bukti audit kompeten harus didapatkan lewat inspeksi,
pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar untuk menyatakan pendapat
atas laporan yang diaudit. Dapat dikatakan juga bukti audit adalah semua informasi yang digunakan
oleh auditor dalam pembuatan kesimpulan (opini), serta informasi yang mendukung data-data yang disajikan dalam
laporan keuangan, yang terdiri dari data akutansi dan informasi pendukung lainnya yang dapat digunakan oleh auditor
sebagai dasar untuk menyatakan pendapatnya mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut. Dokumentasi audit
memberikan bukti bahwa audit telah dilakukan berdasarkan SA. Namun, dokumentasi oleh
auditor atas setiap hal yang dipertimbangkan atau pertimbangan profesional yang dibuat
dalam suatu audit tidak diperlukan atau tidak praktis. Lebih lanjut, auditor tidak perlu untuk
mendokumentasikan secara terpisah (sebagai contoh: seperti dalam suatu ceklis) kepatuhan
terhadap hal-hal yang kepatuhannya telah tercermin dalam dokumentasi yang terdapat di
dalam folder audit.
DAFTAR PUSTAKA

Al. Haryono Jusup, Agustus, 2011.,Auditing. Ch. 04


Arens, Elder, dan Beasley. 2012. Auditing dan Jasa Assurance Pendekatan
Terintegrasi. Jilid Edisi 12. Jakarta. Erlangga.
IAI, Juni 2012. Standar Akuntan Keuangan
Mulyadi 2014. Audit 2. Edisi keenam Jakarta: Salemba Empat, oleh Auditor Eksternal. Jurnal
Akuntansi dan Keuangan. Vol.10 No.1.

Randal J. Elder, Mark S. Beasley.,Arens Alvin.,2008. Auditing and Assurance Service: An Integrated Approach. 14th.
Edition. Pearson Education, Inc.,Upper Saddle River, New Jersey, Pretince Hall. Ch. 06 Stephen Topple., Peter
Schelluch, 2004; Auditing and assurance :Concepts for a Changing Environment. South Western Thomson
Learning Australia.,Victoria. Ch. 03.,h. 86
SPAP, 2012. Standar Profesional Akuntan Publik

Anda mungkin juga menyukai