Faktor kualitas aset dalam penelitian ini adalah Rasio kredit bermasalah
dibandingkan dengan total kredit atau non performing loan (NPL).
Return on asset (ROA) atau yang dalam bahasa Indonesia merupakan tingkat
pengembalian aset adalah salah satu rasio dari beberapa rasio profitabilitas
yang dapat digunakan pihak manajemen untuk mengukur profitabilitas dari
sebuah perusahaan. Menurut Agus Sartono (2010:122) rasio profitabilitas
adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya
dengan penjualan, total aktiva, maupun modal sendiri. Tandelilin (2010:372)
menyebutkan Return On Asset menggambarkan sejauh mana kemampuan
aset-aset yang dimiliki perusahaan bisa menghasilkan laba. Hanafi (2008:83)
juga menyatakan Return On Asset adalah rasio yang mengukur kemampuan
perusahaan menghasilkan laba dengan menggunakan total assets (kekayaan)
yang dimilki perusahaan setelah disesuaikan dengan biayabiaya yang
menendai assets tersebut.
ROE dapat digunakan sebagai alat ukur kemampuan suatu perusahaan dalam
menghasilkan laba dengan berdasarkan pada perbandingan antara laba bersih
dengan ekuitas biasa, yang biasanya digunakan sebagai alat untuk mengukur
tingkat pengembalian investasi pemegang saham. Hasil ROE yang semakin
tinggi maka menunjukkan kedudukan pemegang saham pada suatu
perusahaan semakin tinggi. Karena perusahaan semakin efektif dalam
menjalankan kegiatan operasionalnya yaitu dengan pengelolaan modal
perusahaan dari paara investor atau pemegang saham yang menanamkan
sahamnya pada perusahaan tersebut (Brigham dan Houston 2013;149).
ROE yang semakin meningkat, maka investor semakin tertarik untuk
menanamkan dananya ke dalam perusahaan, sehingga harga saham
cenderung meningkat. Sebagai dampaknya return saham juga meningkat,
dengan demikian ROE berhubungan positif dengan return saham (Affinanda
2015). Menurut Hery (2016:195) ROE dihitung dengan rumus berikut : 𝑅𝑂𝐸
= 𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑒𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑥 100%
Bringham dan Daves (2003) yang dikutip oleh Fachrudin (2008) menyatakan
bahwa kesulitan keuangan dimulai ketika perusahaan tidak dapat memenuhi
jadwal pembayaran atau ketika proyeksi arus kas mengindikasikan bahwa
perusahaan tersebut akan segera tidak dapat memenuhi kewajibannya.
Menurut Bringham dan Gapenski (1997) dalam penelitian Fachrudin (2008),
terdapat beberapa definisi kesulitan keuangan sesuai tipe ataupun
kategorinya, yang dijelaskan sebagai berikut:
CAR
NPL
ROA
Financial Distress
ROE
LDR
BOPO
2.3 Hipotesis Penelitian