Soal
Jawab
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebagai Lembaga yang berwenang melakukan pembinaan
dan pengawasan terhadap bank yang meliputi kegiatan: (i) kewenangan untuk memberi
izin; (ii) kewenangan untuk mengatur; (iii) kewenangan untuk mengatasi; (iv) kewenangan
untuk mengenakan sanksi.
Secara sederhana bank yang sehat adalah bank yang dapat menjaga dan memelihara
kepercayaan masyarakat, dapat menjalankan fungsi intermediasi, dapat menjaga dan
memelihara lalu lintas pembayaran, serta dapat mendukung aktifitas kegiatan moneter.
Penilaian tingkat Kesehatan bank di Indonesia sampai saat ini didasarkan pada faktor
CAMEL (Capital/Modal, Asset Quality/Kualitas Aset, Management/Manajemen,
Earning/Pendapatan/Rentabilitas, and Liquidity/Likuiditas). Meskipun secara umum faktor
CAMEL relevan dipergunakan untuk semua bank, tetapi bobot masing-masing faktor akan
berbeda untuk masing-masing jenis bank. Dengan dasar ini, maka penilaian CAMEL untuk
bank umum dan BPR berbeda. Pendapat lain juga menambahkan faktor yang menjadi tolak
ukur bank dikatakan sehat adalah didasarkan pada Penilaian Good Corporate Governance
(GCG).
Penjelasan atas faktor yang menjadi dasar Kesehatan bank sebagai berikut:
(a) Capital/Permodalan
Pengertian kecukupan modal ini tidak hanya dihitung dari nilai nominal modalnya
tetapi juga rasio kecukupan modal Capital Adequacy Ratio (CAR). Rasio ini
merupakan perbandingan antara jumlah modal dengan aktiva tertimbangan menurut
risiko (ATMR). Berdasarkan Peraturan OJK (POJK) Nomor 12/POJK.03/2021 tentang
Bank Umum, dalam aturan tersebut dinyatakan bagi pendirian Bank Berbadan Hukum
Indonesia menetapkan syarat monal minimal Rp10 Triliun, nilai ini naik tinggi
dibandingkan aturan sebelumnya yakni Rp3 Triliun. Saat ini sesuai dengan ketentuan
yang berlaku besarnya CAR sekurang-kurangnya 8% untuk Bank Umum, dan 12%
bagi BPR.
1
Yang dimaksud aktiva produktif adalah aktiva yang dapat menjadi sumber pendapatan
bagi bank. Penilaian terhadap kualitas aktiva produktif di dalam ketentuan perbankan
didasarkan pada dua rasio, yaitu: (i) rasio aktiva produktif yang diklasifikasikan
terhadap aktiva produktif; dan (ii) rasio penyisihan penghapusan aktiva produktif yang
wajib dibentuk oleh Bank.
(c) Manajemen
Cara mengevaluasi bank adalah dengan menggunakan kuesioner. Penilaian tersebut
dilakukan dengan sekitar seratus kuesioner yang dikelompokkan dalam dua kelompok
besar yaitu kelompok manajemen umum dan manajemen risiko.
Kuesioner manajemen umum selanjutnya dibagi lagi menjadi sub kelompok pertanyaan
yang terkait dengan (i) strategi; (ii) strukturl (iii) sistem; (iv) sumber daya manusia; (v)
kepemimpinan; dan (vi) budaya kerja. Sedangkan kelompok manajemen risiko dibagi
dalam sub kelompok: (i) risiko likuiditas; (ii) risiko pasar; (iii) risiko kredit; (iv) risiko
operasional; (v) risiko hukum; (vi) risiko pemilik dan pengurus.
(d) Earnings/Pendapatan
Penilaian kemampuan bank memperoleh keuntungan diukur dengan dua buah rasio,
yaitu rasio laba sebelum pajak dalam 12 bulan terakhir dengan rata-rata voule usaha
dalam periode yang sama, dan rasio biaya operasional dalam 12 terakhir terhadap
pendapatan operasional dalam periode yang sama.
(e) Likuiditas
Penilaian terhadap faktor likuiditas dilakukan dengan menilai 2 rasio, yaitu rasio
kewajiban bersih antar bank terhadap modal ini, dan rasio redit terhadap dana yang
diterima pihak bank. Yang dimaksud dengan kewajiban bersih antar bank adalah selisih
antara kewajiban bank dengan tagihan terhadap bank terhadap bank lain. Sedangkan
yang dimaksud dana yang diterima adalah kredit likuiditas Bank Indonesia, giro,
deposito, dan tabungan masyarakat, pinjaman bukan dari bank yang berjangka waktu
lebih dari 3 bulan, deposito dan pinjaman dari bank lain yang berjangka waktu lebih
dari 3 bulan, dan surat berharga yang diterbitkan bank yang berjangka waktu lebih dari
3 bulan.
2
Mencerminkan kondisi bank yang secara umum sangat sehat sehingga dinilai sangat
mampu menghadapi pengaruh negative yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan
faktor eksternal lainnya. Kondisi yang secara umum sangat sehat sehingga dinilai sangat
mampu menghadapi perngaruh negative yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis
dan faktor eksternal lainnya tercermin dari peringkat.
3
Dalam Tindakan pengawasan Bank, OJK memiliki 2 jenis pengawasan jika dilihat terhadap
tujuannya yakni (i) pengawasan terhadap kepatuham/Compliance Based Supervision; dan (ii)
pengawasan terhadap risiko/Risk Based Supervision.
Bagi Bank dalam Pengawasan Intensif yang tidak menghasilkan perbaikan kondisi
keuangan dan manajerial dan berdasarkan analisis Bank Indonesia diketahui bahwa Bank
tersebut dapat diklasifikasikan sebagai Bank yang memiliki kesulitan yang dapat
membahayakan kelangsungan usahanya, maka Bank tersebut selanjutnya ditetapkan
sebagai Bank dengan status Pengawasan Khusus. Disamping itu, apabila diperlukan,
intensitas pemeriksaan langsung pada Bank pada umumnya meningkat terutama dalam
rangka memantau perkembangan kinerja berdasarkan komitmen dan rencana perbaikan
yang disampaikan manajemen Bank kepada Bank Indonesia.
(c) Pengawasan Khusus
Pengawasan terhadap bank yang dinilai mengalami kesulitan yang membahayakan
kelangsungan usahanya. Terhadap Bank dengan status Pengawasan Khusus ini maka
beberapa tindakan Bank Indonesia yang diambil, antara lain:
i. Memerintahkan Bank dan atau pemegang saham Bank untuk mengajukan rencana
perbaikan permodalan (capital restoration plan) secara tertulis kepada Bank
Indonesia.
ii. Memerintahkan Bank untuk memenuhi kewajiban melaksanakan tindakan
perbaikan (mandatory supervisory actions).
4
iii. Memerintahkan Bank dan atau pemegang saham Bank untuk melakukan tindakan
antara lain:
2. Apa yang menjadi perbedaan penting antara bank dalam pengawasan khusus dan
bank dalam pengawasan intensif? Jelaskan pendapat saudara dengan menyebut
dasar hukumnya.
Jawab
Yang menjadi perbedaan penting antara bank dalam pengawasan khusus dan bank dalam
pengawasan intensif yakni:
5
namun kurang dari rasio ditetapkan untuk GWM
KPMM sesuai profil dalam rupiah yang wajib
risiko Bank yang wajib dipenuhi oleh Bank, dan
dipenuhi oleh; berdasarkan penilaian OJK:
b. rasio modal inti (tier 1) 1. Bank mengalami
kurang dari persentase permasalahan likuiditas
tertentu yang ditetapkan mendasar; atau
oleh OJK; 2. Bank mengalami
c. rasio GWM dalam rupiah perkembangan likuiditas
sama dengan atau lebih yang memburuk dalam
besar dari rasio yang waktu singkat
ditetapkan untuk GWM
dalam rupiah yang wajib
dipenuhi oleh Bank,
namun berdasarkan
penilaian OJK Bank
memiliki permasalahan
likuiditas mendasar;
d. rasio kredit bermasalah
secara neto (Non
Performing Loan/NPL
net) atau rasio
pembiayaan bermasalah
secara neto (Non
Performing
Financing/NPF net) lebih
dari 5% (lima persen)
dari total kredit atau total
pembiayaan;
e. tingkat kesehatan Bank
dengan peringkat
komposit 4 (empat) atau
peringkat komposit 5
(lima); dan/atau
f. tingkat kesehatan Bank
dengan peringkat
komposit 3 (tiga) dan tata
kelola dengan peringkat
faktor tata kelola 4
(empat) atau peringkat
faktor tata kelola 5
(lima).
Penetapan Pasal 4 ayat (1) Ayat (3)
jangka waktu jangka waktu paling lama 1 Bank ditetapkan oleh OJK dalam
(satu) tahun sejak tanggal surat pengawasan khusus sebagaimana
pemberitahuan OJK. dimaksud pada ayat (1) untuk jangka
6
waktu paling lama 3 (tiga) bulan
Ayat (2) sejak tanggal surat pemberitahuan
Jangka waktu pengawasan OJK.
intensif sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dapat diperpanjang
oleh OJK paling banyak 1 (satu)
kali dan paling lama 1 (satu)
tahun hanya untuk Bank dalam
pengawasan intensif yang
memenuhi kriteria:
a. rasio kredit bermasalah
secara neto (NPL net) atau
rasio pembiayaan
bermasalah secara neto
(NPF net) lebih dari 5%
(lima persen) dari total
kredit atau total
pembiayaan, dan
penyelesaiannya bersifat
kompleks;
b. rasio kredit bermasalah
secara neto (NPL net) atau
rasio pembiayaan
bermasalah secara neto
(NPF net) lebih dari 5%
(lima persen) dari total
kredit atau total
pembiayaan, dan
penyelesaiannya bersifat
kompleks;
c. tingkat kesehatan Bank
dengan peringkat komposit
3 (tiga) dan tata kelola
dengan peringkat faktor tata
kelola 4 (empat) atau
peringkat faktor tata kelola
5 (lima).
3. Apa yang menjadi tugas dan tanggung jawab pemegang saham bank? jelaskan
persyaratan menjadi pemegang saham pengendali sebuah bank ? dapatkah OJK
memberhentikan pemegang saham pengendali pada sebuah bank jelaskan dengan
disertai dasar hukumnya.
Jawab
Yang menjadi tugas dan tanggung jawab pemegang saham bank yakni:
7
- Tanggung jawab Pemegang Saham Pengendali bersifat tanggung jawab
terbatas (limited liability) dan prinsip keterpisahan (separate). Berdasarkan
prinsip Piercing The Corporate Veil atas Pemegang Saham Pengendali, maka
prinsip keterpisahan (separate) Perseroan dari Pemegang Saham Pengendali,
secara kasuistik berkaitan dengan kelangsungan usaha Bank Umum perlu
disingkirkan dan dihapus dengan cara menembus tembok atau tabir Perseroan
atas perisai tanggung jawab terbatas (limited liability).
Persyaratan menjadi pemegang saham pengendali sebuah bank berdasarkan Surat Edaran
Otoritas Jasa Keuangan Nomor 39/SEOJK.03/2016 tentang Penilaian Kemampuan Dan
Kepatutan Bagi Calon Pemegang Saham Pengendali, Calon Anggota Direksi, Dan Calon
Anggota Dewan Komisaris Bank.
Pemegang Saham Pengendali bagi Bank yang selanjutnya disingkat PSP adalah badan
hukum, orang perseorangan dan/atau kelompok usaha yang: 1) memiliki saham perusahaan
atau Bank sebesar 25% (dua puluh lima persen) atau lebih dari jumlah saham yang
dikeluarkan dan mempunyai hak suara; atau 2) memiliki saham perusahaan atau Bank
kurang dari 25% (dua puluh lima persen) dari jumlah saham yang dikeluarkan dan
mempunyai hak suara namun yang bersangkutan dapat dibuktikan telah melakukan
pengendalian perusahaan atau Bank, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Pengendalian terhadap Bank dapat dilakukan dengan cara-cara, antara lain sebagai berikut:
a. Memiliki secara sendiri atau bersama-sama 25% (dua puluh lima persen) atau lebih
saham Bank.
- Pemegang saham pengendali Bank Umum yang berbadan hukum Perseroan
Terbatas, adalah pemegang saham yang memiliki saham perusahaan atau
perseroan bank sebesar 25 % (dua puluh lima perseratus) saham atau lebih dari
jumlah saham yang dikeluarkan oleh perseroan bank yang bersangkutan atau
ultimate shareholders dari Perseroan Induk (parent company) yang dapat
bertindak sebagai pihak pengendali sebagai badan hukum terakhir (Holding
Company) terhadap perseroan anak (Subsidiary). Bentuk pengendalian yang
dimiliki yaitu secara langsung dan tidak langsung menjalankan manajemen dan
atau mempengaruhi kebijakan Bank.
b. Secara langsung menjalankan pengelolaan dan/atau mempengaruhi kebijakan Bank
c. Memiliki hak opsi atau hak lainnya untuk memiliki saham yang apabila digunakan
akan menyebabkan pihak tersebut memiliki dan/atau mengendalikan secara sendiri
atau bersama-sama 25% (dua puluh lima persen) atau lebih saham Bank;
d. Melakukan kerjasama atau tindakan yang sejalan untuk mencapai tujuan bersama
dalam mengendalikan Bank (acting in concert) dengan atau tanpa perjanjian tertulis
dengan pihak lain, sehingga secara bersama-sama memiliki dan/atau mengendalikan
25% (dua puluh lima persen) atau lebih saham Bank, baik langsung maupun tidak
langsung dengan atau tanpa perjanjian tertulis;
e. Melakukan kerjasama atau tindakan yang sejalan untuk mencapai tujuan bersama
dalam mengendalikan Bank (acting in concert) dengan atau tanpa perjanjian tertulis
8
dengan pihak lain, sehingga secara bersama-sama mempunyai hak opsi atau hak
lainnya untuk memiliki saham, yang apabila hak tersebut dilaksanakan menyebabkan
pihak-pihak tersebut memiliki dan/atau mengendalikan secara bersama-sama 25%
(dua puluh lima persen) atau lebih saham Bank;
f. Mengendalikan satu atau lebih perusahaan lain yang secara keseluruhan memiliki
dan/atau mengendalikan secara bersama-sama 25% (dua puluh lima persen) atau
lebih saham Bank;
g. Mempunyai kewenangan menentukan dan/atau memberhentikan anggota Direksi,
anggota Dewan Komisaris, dan Dewan Pengawas Syariah Bank;
h. secara tidak langsung memengaruhi atau menjalankan pengelolaan dan/atau
kebijakan Bank;
i. melakukan Pengendalian terhadap perusahaan induk; dan/atau
j. melakukan Pengendalian terhadap pihak yang melakukan Pengendalian sebagaimana
dimaksud pada huruf a sampai dengan huruf i.
Setelah mengetahui definisi Pemegang Saham Pengendali (PSP) beserta syarat-syarat untuk
dapat dikatakan sebagai PSP berdasarkan kegiatan yang harus dilakukannya maka menjawab
pertanyaan “dapatkah OJK memberhentikan pemegang saham pengendali pada sebuah
bank” berikut penjelasan saya:
OJK tidak dapat memberhentikan PSP, namun dalam fungsinya dalam melakukan pengawasan
dalam kondisi tertentu terhadap perbankan, PSP dapat ditanggalkan statusnya apabila yakni
terhadap hasil uji dilakukannya penilaian kembali bagi bank oleh OJK berdasarkan amanat POJK
Nomor 34/POJK.03/2018 dinyatakan tidak lulus, dengan penyebab sebagai berikut:
(2) Pihak Utama Pengendali yang ditetapkan dengan predikat Tidak Lulus karena:
a. permasalahan integritas, dilarang menjadi:
1) Pihak Utama Pengendali atau memiliki saham pada LJK; dan/atau
2) Pihak Utama Pengurus dan/atau Pihak Utama Pejabat pada LJK; dan/atau
b. permasalahan kelayakan keuangan, dilarang menjadi:
1) Pihak Utama Pengendali atau memiliki saham pada industri jasa keuangan dimana
Pihak Utama dilakukan penilaian kembali; dan/atau
2) Pihak Utama Pengurus dan/atau Pihak Utama Pejabat pada industri jasa keuangan
dimana Pihak Utama dilakukan penilaian kembali dalam hal permasalahan kelayakan
keuangan berupa reputasi keuangan.