MODUL KEEMPAT
DISUSUN OLEH
Ade Hari Siswanto,SH,MH
I Gede Hartadi Kurniawan, SE,SH,M.Kn
Kesehatan Bank
Bank yang sehat adalah bank yang dapat menjalankan fungsinya dengan
baik, yaitu menjaga dan memelihara kepercayaan masyarakat, menjalankan fungsi
intermediasi, membantu kelancaran lalu lintas pembayaran, serta dapat digunakan
oleh pemerintah dalam melaksanakan berbagai kebijakannya, terutama kebijakan
moneter.
Untuk menjalankan fungsinya dengan baik, bank harus mempunyai modal
yang cukup, menjaga kualitas asetnya dengan baik, mengelola dengan baik dan
mengoperasikan berdasarkan prinsip kehati-hatian, menghasilkan keuntungan
yang cukup untuk mempertahankan kelangsungan usahanya, serta memelihara
likuiditasnya sehingga dapat memenuhi kewajibannya setiap saat. Selain itu, bank
harus memenuhi berbagai ketentuan dan aturan yang telah ditetapkan, yang pada
dasarnya berupa ketentuan yang mengacu pada prinsip-prinsip kehati-hatian
dalam bidang perbankan.
4. Earning (Rentabilitas)
Salah satu parameter untuk mengukur tingkat kesehatan suatu bank adalah
kemampuan bank untuk memperoleh keuntungan. Apabila bank selalu mengalami
kerugian dalam kegiatan operasinya, lama kelamaan kerugian tersebut akan
menyedot modalnya. Bank ini tentu saja tidak dapat dikatakan sehat. Penilaian
didasarkan pada rentabilitas atau earning suatu bank ditujukan melihat
kemampuan suatu bank dalam menciptakan laba. Penilaian dalam unsur ini
didasarkan pada dua macam, yaitu sebagai berikut.
a. Rasio Laba terhadap Total Assets (ROA/Earning 1). Rumusnya adalah
penilaian rasio earning 1 dapat dilakukan sebagai berikut: rasio 0% atau negatif
5. Liquidity (Likuiditas)
Liquidity adalah rasio untuk menilai likuiditas bank. Penilaian terhadap
faktor likuiditas dilakukan dengan menilai dua buah rasio, yaitu:
(1) rasio Kewajiban Bersih antarbank terhadap Modal Inti; (2) rasio Kredit
terhadap Dana yang Diterima oleh bank. Kewajiban bersih antarbank adalah
selisih antara kewajiban bank dan tagihan kepada bank lain. Adapun dana yang
diterima adalah kredit likuiditas Bank Indonesia, giro, deposito, dan tabungan
masyarakat, pinjaman bukan dari bank yang berjangka waktu lebih dari tiga bulan
(tidak termasuk pinjaman subordinasi), deposito dan pinjaman dari bank lain yang
berjangka waktu lebih dari tiga bulan, dan surat berharga yang diterbitkan oleh
bank yang berjangka waktu lebih dari tiga bulan.
Penilaian likuiditas bank didasarkan atas dua macam rasio, yaitu:
a. rasio jumlah kewajiban bersih call money terhadap aktiva lancar.
Rumusnya adalah:
2) Deposito berjangka
Simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu,
sesuai dengan tanggal yang diperjanjikan antara deposan dan bank
3) Tabungan
Simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan dengan syarat
tertentu yang disepakati, dan tidak menggunakan cek atau bilyet giro atau alat lain
yang dapat dipersamakan dengan itu.
4) Cara lain penghimpunan dana dari deposan
Persaingan yang ketat dalam penghimpunan dana antarbank telah
memunculkan produk-produk baru dalam penghimpunan dana, yaitu sebagai
berikut.
a) Sertifikat deposito merupakan hasil pengembangan dari deyang bukti
simpanannya dapat diperjualbelikan.
b) Deposit on call yaitu Simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan
dengan pemberitahuan terlebih dahulu dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan
kesepakatan antara pihak bank dan nasabah.
c) Rekening giro terkait tabungan.Ditinjau dari tingkat bunganya, nasabah lebih
menyukai tabungan, sedangkan ditinjau dari cara penarikannya, nasabah
cenderung lebih menyukai rekening giro. Nasabah cenderung untuk
mempertahankan saldo rekening giro serendah mungkin selama dapat memenuhi
kebutuhan transaksinya.
H. Penyaluran Dana
Penggunaan Dana
Dana yang berhasil dihimpun oleh bank akan menjadi beban apabila
dibiarkan begitu saja tanpa ada usaha alokasi untuk tujuan-tujuan yang produktif.
Dalam hal ini ada dua hal yang harus diperhatikan, yaitu sebagai berikut:
2. Likuiditas Bank
Likuiditas mempunyai peranan penting dalam pengelolaan bank.
Likuiditas diperlukan untuk keperluan berikut:
a. pemenuhan aturan reserve requirement atau cadangan wajib minimum yang
ditetapkan bank sentral;
b. penarikan dana oleh deposan;
c. penarikan dana oleh debitur;
d. pembayaran kewajiban yang jatuh tempo.
J. Kredit Perbankan
Kredit perbankan adalah pemberian fasilitas pinjaman. Pinjaman kas
adalah fasilitas kredit yang diberikan oleh bank kepada nasabahnya yang tidak
memerlukan syarat-syarat khusus dalam penarikannya. Berdasarkan UU No. 10
tahun 1998 tentang Perubahan atas UU No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan, yang
dimaksud dengan kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat
dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-
meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam
untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.
e. Pemasaran
Apabila tidak berhasil menjual produknya, nasabah akan mengalami
kesulitan untuk memenuhi kewajibannya kepada pihak bank.
f. Sosial
Keberadaan kegiatan yang dibiayai oleh bank membawa dampak tertentu
terhadap masyarakat. Untuk itu, pihak bank harus ekstra hati-hati apabila dampak
yang ditimbulkan merupakan sesuatu yang tidak disukai oleh masyarakat.
g. Keuangan
Sehat dan tidak sehatnya keadaan usaha nasabah dapat dilihat dari keadaan
keuangan, yang dapat dilihat melalui laporan keuangannya.
h. Agunan
1) agunan tambahan;
2) barang yang dibiayai oleh dana dari bank;
3) agunan tambahan;
Salah satu bank yang khusus menangani kredit untuk rakyat adalah
Bank Perkreditan Rakyat (BPR).
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh BPR dalam
mengalokasikan kredit, yaitu sebagai berikut.
1) Dalam memberikan kredit, BPR wajib mempunyai keyakinan atas kemampuan
dan kesanggupan debitur untuk melunasi utangnya sesuai dengan perjanjian.
2) Dalam memberikan kredit, BPR wajib memenuhi ketentuan Bank Indonesia
mengenai batas maksimum pemberian kredit, pemberian jaminan, atau hal lain
yang serupa, yang dapat dilakukan oleh BPR kepada peminjam atau sekelompok
peminjam yang terkait, termasuk kepada perusahaan dalam kelompok yang sama
dengan BPR tersebut. Batas maksimum tersebut adalah tidak melebihi 30% dari
modal yang sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan Bank Indonesia.
3) Dalam memberikan kredit, BPR wajib memenuhi ketentuan Bank Indonesia
mengenai batas maksimum pemberian kredit, pemberian jaminan, atau hal lain
yang serupa, yang dapat dilakukan oleh BPR kepada pemegang saham (dan
keluarga) yang memiliki 10% atau lebih dari modal disetor, anggota dewan
komisaris (dan keluarga), anggota direksi (dan keluarga), pejabat BPR lainnya,
serta perusahaan-perusahaan yang di dalamnya terdapat kepentingan pihak
pemegang saham (dan keluarga) yang memiliki 10% atau lebih dari modal disetor,
c. Prinsip-prinsip Debitur
1) Personality (kepribadian) adalah sifat dan perilaku dari calon debitur.
d. Prinsip Debitur 3R
1) Return adalah penilaian atas hasil yang akan dicapai perusahaan calon debitur
setelah memperoleh kredit.
2) Repayment adalah perhitungan kemampuan, jadwal, dan jangka waktu
pembayaran kredit oleh calon debitur, tetapi perusahaannya tetap berjalan.
3) Risk bearing ability adalah memperhitungkan besarnya kemampuan perusahaan
calon debitur untuk menghadapi risiko, apakah risikonya besar atau kecil.
Pada Pasal 14 UU No. 7 tahun 1992 memberikan ketentuan tentang kegiatan yang
tidak boleh dilakukan oleh BPR yang meliputi:
1) menerima simpanan berupa giro dan ikut serta dalam lalu lintas pembayaran;
2) melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing;
3) melakukan penyertaan modal dengan prinsip prudent banking dan concern
terhadap layanan kebutuhan masyarakat menengah ke bawah;
4) melakukan usaha perasuransian;
5) melakukan usaha lain di luar kegiatan usaha sebagaimana disebutkan
pada kegiatan usaha yang boleh dilakukan oleh BPRS.
5. Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK)
BMPK adalah batas maksimum kredit yang diperkenankan untuk diberikan oleh
BPR kepada peminjam, kelompok peminjam yang tidak berkaitan dengan BPR
dan pihak-pihak yang berkaitan dengan BPR.