Anda di halaman 1dari 34

HUKUM KETENAGAKERJAAN

Elok Hikmawati, SH, MM.

SESI 3

HUBUNGAN KERJA DAN


PERJANJIAN KERJA

www.esaunggul.ac.id
HUBUNGAN KERJA

www.esaunggul.ac.id
PENGERTIAN HUBUNGAN KERJA
o Hubungan Kerja adalah suatu hubungan yang timbul antara pekerja
dan pengusaha setelah diadakan perjanjian sebelumnya oleh pihak
yang bersangkutan.
o Menurut Pasal 1 angka 15 UU No.13 Th. 2003 tentang
Ketenagakerjaan :
Hubungan kerja adalah hubungan antara pengusaha dengan
pekerja/buruh berdasarkan perjanjian kerja, yang mempunyai unsur
pekerjaan, upah, dan perintah.

www.esaunggul.ac.id
o Imam Soepomo (1983:53) memberikan batasan perjanjian kerja
sbb:
Perjanjian dimana pihak kesatu (buruh), mengikatkan diri untuk
bekerja dengan menerima upah dari pihak kedua yakni majikan,
dan majikan mengikatkan diri untuk mempekerjakan buruh
dengan membayar upah

www.esaunggul.ac.id
UNSUR-UNSUR HUBUNGAN KERJA

o Pasal 50 UUK menegaskan bahwa: “Hubungan kerja terjadi


karena adanya perjanjian kerja antara pengusaha dan
pekerja/buruh.
o UUK memberikan pengertian perjanjian kerja sebagai berikut:
“Perjanjian kerja adalah perjanjian antara pekerja/buruh
dengan pengusaha atau pemberi kerja yang memuat syarat-
syarat kerja, hak, dan kewajiban para pihak. “

www.esaunggul.ac.id
o Perjanjian kerja yang menimbulkan hubungan kerja mempunyai
unsur pekerjaan, upah, dan perintah.
o Dengan demikian hubungan kerja harus memenuhi 3 (tiga)
unsur, yaitu :
1. Adanya Pekerjaan
2. Adanya Perintah
3. Adanya Upah

www.esaunggul.ac.id
Pekerjaan Perintah
• Dalam hubungan kerja harus ada • Di dalam hubungan kerja harus ada
pekerjaan tertentu sesuai unsur perintah yang artinya yang satu
pihak berhak untuk memberikan
perjanjian. perintah dan pihak yang lainnya
Karena itulah hubungan ini berkewajiban melaksanakan perintah.
dinamakan hubungan kerja. Dalam hal ini pengusaha berhak
memberikan perintah kepada pekerjaa
dan pekerja berkewajiban melaksanakan
perintah tersebut.

www.esaunggul.ac.id
Upah Terbatas Waktu Tertentu
• Setiap hubungan kerja selalu • Tidak ada hubungan kerja yang
menimbulkan hak dan kewajiban berlangsung terus-menerus.
diantara kedua belah pihak dengan
berimbang.
• Dalam hubungan kerja upah merupakan
salah satu unsur pokok yang menandai
adanya hubungan kerja.
• Peengusaha berkewajiban membayar
upah dan pekerja berhak atas upah dari
pekerjaan yang dilakukannya.

www.esaunggul.ac.id
HAK DAN KEWAJIBAN PARA PIHAK

o Hubungan kerja terjadi setelah adanya perjanjian kerja.


o Perjanjian kerja merupakan peristiwa hukum sehingga
konsekuensi suatu hubungan kerja menimbulkan akibat hukum
berupa hak dan kewajiban bagi para pihak.
o Takaran hak dan kewajiban masing-masing pihak haruslah
seimbang.

www.esaunggul.ac.id
o Dalam konteks hubungan kerja, kewajiban para pihak
berlangsung secara timbal balik. Artinya, ”kewajiban pengusaha
merupakan hak pekerja/buruh” dan sebaliknya ”kewajiban
pekerja/buruh merupakan hak pengusaha”..
o Jika terjadi pelanggaran kewajiban yang telah diatur peraturan
perundang-undangan atau perjanjian kerja, masing-masing
pihak dapat menutut pihak lainnya.

www.esaunggul.ac.id
o Kewajiban pengusaha:
menyediakan pekerjaan yang akan dilakukan pekerja dan
membayar upah atau imbalan atas pekerjaan yang dilakukan
pekerja.

o Kewajiban pekerja:
melakukan pekerjaan dengan sebaik-baiknya atas petunjuk atau
perintah yang diberikan oleh pengusaha, sesuai dengan waktu
yang ditentukan.

www.esaunggul.ac.id
o Hak pengusaha:
menerima hasil pekerjaan yang diperintahkan kepada pekerja,
sesuai dengan waktu yang ditentukan.

o Hak pekerja:
melakukan pekerjaan sesuai perjanjian yang diadakan dan
memperoleh imbalan atau upah atas pekerjaan yang dilakukan.

www.esaunggul.ac.id
PERJANJIAN KERJA

www.esaunggul.ac.id
PENGERTIAN PERJANJIAN KERJA
o Menurut Pasal 1601a KUHPerdata :
Perjanjian kerja adalah suatu perjanjian dimana pihak kesatu
(buruh) mengikatkan dirinya untuk dibawah perintah pihak yang
lain, si majikan untuk suatu waktu tertentu melakukan pekerjaan
dengan menerima upah.
o Menurut Pasal 1 angka 14 UU No.13/2003 :
Perjanjian kerja adalah perjanjian antara pekerja/ buruh dengan
pengusaha atau pemberi kerja yang memuat syarat syarat kerja,
hak, dan kewajiban para pihak.

www.esaunggul.ac.id
o Imam Soepomo (1983:53) memberikan batasan perjanjian kerja
sbb:
Perjanjian dimana pihak kesatu (buruh), mengikatkan diri untuk
bekerja dengan menerima upah dari pihak kedua yakni majikan,
dan majikan mengikatkan diri untuk mempekerjakan buruh
dengan membayar upah

www.esaunggul.ac.id
o Perjanjian kerja yang menimbulkan hubungan kerja mempunyai
unsur pekerjaan, upah, dan perintah.
o Dengan demikian agar dapat disebut perjanjian kerja harus
dipenuhi 3 (tiga) unsur, yaitu :
1. Adanya Pekerjaan
2. Adanya Perintah
3. Adanya Upah

www.esaunggul.ac.id
1. Adanya Pekerjaan
Dalam suatu perjanjian kerja harus ada pekerjaan yang diperjanjikan (objek
perjanjian), pekerjaan tersebut haruslah dilakukan sendiri oleh pekerja, hanya
dengan seizin majikan dapat menyuruh orang lain.
2. Adanya Perintah
Manivestasi dari pekerjaan yang diberikan kepada pekerja oleh pengusaha adalah
pekerja yang bersangkutan harus tunduk pada perintah pengusaha untuk melakukan
pekerjaan sesuai dengan yang diperjanjikan.
3. Adanya Upah
Upah mempunyai peranan penting dalam hubungan kerja (perjanjian kerja), bahkan
dapat dikatakan bahwa tujuan utama seorang pekerja berkerja padapengusaha
adalah untuk memperoleh upah.

www.esaunggul.ac.id
SYARAT SAHNYA PERJANJIAN KERJA
1. kesepakatan kedua belah pihak;
2. kemampuan atau kecakapan melakukan perbuatan hukum;
3. adanya pekerjaan yang diperjanjikan; dan
4. pekerjaan yang diperjanjikan tidak bertentangan dengan
ketertiban umum, kesusilaan, dan peraturan perundang
undangan yang berlaku.
(Pasal 52 ayat 1 UU No.13/2003)

www.esaunggul.ac.id
BENTUK DAN JANGKA WAKTU PERJANJIAN KERJA

o Bentuk Perjanjian Kerja:


1. Tertulis
2. Lisan
(Pasal 51 UU No.13 Th. 2003)

www.esaunggul.ac.id
o Perjanjian kerja yang dibuat secara tertulis sekurang kurangnya memuat :
1. nama, alamat perusahaan, dan jenis usaha;
2. nama, jenis kelamin, umur, dan alamat pekerja/buruh;
3. jabatan atau jenis pekerjaan;
4. tempat pekerjaan;
5. besarnya upah dan cara pembayarannya;
6. syarat syarat kerja yang memuat hak dan kewajiban pengusaha dan
pekerja/buruh;
7. mulai dan jangka waktu berlakunya perjanjian kerja;
8. tempat dan tanggal perjanjian kerja dibuat; dan
9. tanda tangan para pihak dalam perjanjian kerja.

www.esaunggul.ac.id
JENIS-JENIS PERJANJIAN KERJA
1. Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT)
adalah perjanjian kerja antara pekerja/buruh dengan
pengusaha untuk mengadakan hubungan kerja dalam waktu
tertentu atau untuk pekerjaan tertentu.
2. Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu (PKWTT)
adalah perjanjian kerja antara pekerja/buruh dengan
pengusaha untuk mengadakan hubungan kerja yang bersifat
tetap

www.esaunggul.ac.id
Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT)
o PKWT didasarkan atas:
1. Jangka waktu; atau
2. Selesainya suatu pekerjaan tertentu.
o PKWT tidak dapat diadakan untuk pekerjaan yang bersifat tetap.

(Pasal 4 PP 35/2021)

www.esaunggul.ac.id
o PKWT dibuat untuk pekerjaan tertentu, yaitu :
1. pekerjaan yang diperkirakan penyelesaiannya dalam waktu yang tidak terlalu lama;
2. pekerjaan yang bersifat musiman; atau
3. pekerjaan yang berhubungan dengan produk baru, kegiatan baru, atau produk
tambahan yang masih dalam percobaan atau penjajakan.
o PKWT berdasarkan jangka waktu dapat dibuat untuk paling lama 5 (lima) tahun).
o Perpanjangan PKWT sesuai kesepakatan antara pengusaha dengan pekerja/buruh,
dengan ketentuan jangka waktu keseluruhan PKWT beserta perpanjangannya tidak lebih
dari 5 (lima) tahun.
o Masa kerja Pekerja/Buruh dalam hal perpanjangan jangka waktu PKWT tetap dihitung
sejak terjadinya Hubungan Kerja berdasarkan PKWT.

www.esaunggul.ac.id
o PKWT berdasarkan selesainya suatu pekerjaan tertentu dibuat
untuk pekerjaan tertentu, yaitu :
1. pekerjaan yang sekali selesai; atau
2. pekerjaan yang sementara sifatnya

www.esaunggul.ac.id
Berakhirnya PKWT
1. pekerja/buruh meninggal dunia;
2. berakhirnya jangka waktu perjanjian kerja;
3. selesainya suatu pekerjaan tertentu;
4. adanya putusan pengadilan dan/atau putusan lembaga penyelesaian
perselisihan hubungan industrial yang telah mempunyai kekuatan hukum
tetap; atau
5. adanya keadaan atau kejadian tertentu yang dicantumkan dalam
perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama
yang dapat menyebabkan berakhirnya hubungan kerja.

www.esaunggul.ac.id
Perjanjian Waktu Tidak Tertentu
o Perjanjian kerja untuk waktu tidak tertentu dapat
mensyaratkan masa percobaan paling lama 3 (tiga) bulan.
o Dalam masa percobaan, pengusaha dilarang membayar
upah di bawah upah minimum yang berlaku

www.esaunggul.ac.id
Berakhirnya PKWTT
1. Pekerja meninggal dunia;
2. berakhirnya jangka waktu perjanjian kerja;
3. adanya putusan pengadilan dan/atau putusan atau penetapan
lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial yang
telah mempunyai kekuatan hukum tetap; atau
4. adanya keadaan atau kejadian tertentu yang dicantumkan
dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian
kerja bersama yang dapat menyebabkan berakhirnya
hubungan kerja.

www.esaunggul.ac.id
5. Perjanjian kerja tidak berakhir karena meninggalnya
pengusaha atau beralihnya hak atas perusahaan yang
disebabkan penjualan, pewarisan, atau hibah.
6. Dalam hal terjadi pengalihan perusahaan maka hak-hak
pekerja/buruh menjadi tanggung jawab pengusaha baru,
kecuali ditentukan lain dalam perjanjian pengalihan yang
tidak mengurangi hak-hak pekerja/buruh.

www.esaunggul.ac.id
6. Dalam hal pengusaha, orang perseorangan, meninggal
dunia, ahli waris pengusaha dapat mengakhiri perjanjian
kerja setelah merundingkan dengan pekerja/buruh.
7. Dalam hal pekerja/buruh meninggal dunia, ahli waris
pekerja/ buruh berhak mendapatkan hak-haknya sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
atau hak-hak yang telah diatur dalam perjanjian kerja,
peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama.

www.esaunggul.ac.id
o Dalam hal PKWTT dibuat secara lisan, maka pengusaha wajib
membuat surat pengangkatan bagi pekerja/buruh yang
bersangkutan.
o Surat pengangkatan, sekurang kurangnya memuat keterangan:
a. nama dan alamat pekerja/buruh;
b. tanggal mulai bekerja;
c. jenis pekerjaan; dan
d. besarnya upah.

www.esaunggul.ac.id
KEWAJIBAN PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN KERJA

o Kewajiban Pekerja/Buruh:
1. Pekerja/Buruh wajib melakukan pekerjaan;
Melaksanakan tugas dan pekerjaannya tanpa bantuan orang
lain, kecuali diizinkan oleh pengusaha;
2. Pekerja/Buruh wajib menaati aturan dan petunjuk majikan/
pengusaha;
3. Membayar ganti rugi dan denda.

www.esaunggul.ac.id
Kewajiban Para Pihak dalam perjanjian Kerja

o Kewajiban Pengusaha:
1. Membayar upah;
2. Memberikan istirahat/cuti;
3. Mengurus kesehatan dan pengobatan;
4. Memberikan Surat Keterangan.

www.esaunggul.ac.id
TUGAS

1. Cari Perjanjian Kerja PKWT dan PKWTT.


2. Analisa Perbedaan antara kedua perjanjian kerja tsb.:
a. Jenis pekerjaan
b. Jangka waktu perjanjian
c. Hak dan Kewajiban Pekerja dan Pengusaha
d. Dsb.
3. Email dalam bentuk pdf. Dengan subjek ”Tugas Hukum
Ketenagakerjaan Sesi 3”

www.esaunggul.ac.id
Terima Kasih

www.esaunggul.ac.id

Anda mungkin juga menyukai