Anda di halaman 1dari 19

Manajemen SDM dan

Hubungan Kerja
Manajemen SDM
Manajemen sumber daya manusia, disingkat MSDM,
adalah suatu ilmu atau cara bagaimana mengatur
hubungan dan peranan sumber daya (tenaga kerja) yang
dimiliki oleh individu secara efisien dan efektif serta
dapat digunakan secara maksimal sehingga tercapai
tujuan (goal) bersama perusahaan, karyawan dan
masyarakat menjadi maksimal
Hubungan Kerja
 Pada dasarnya, hubungan-kerja, yaitu hubungan antara
buruh dan majikan, terjadi setelah diadakan perjanjian
oleh buruh dengan majikan, dimana buruh menyatakan
kesanggupannya untuk bekerja pada majikan dengan
menerima upah dan dimana majikan menyatakan
kesanggupannya untuk mempekerjakan buruh dengan
membayar upah
 Perjanjian-kerja pada dasarnya harus memuat pula
ketentua-ketentuan yang berkenaan dengan hubungan-
kerja itu, yaitu hak dan kewajiban buruh serta hak dan
kewajiban majikan.
 Dalam pasal 1 angka 15 Undang-Undangg No. 13 tahun
2003 tentang ketenagakerjaan disebutkan bahwa
hubungan kerja adalah hubungan antara pengusaha
dengan pekerja/buruh berdasarkan perjanjian kerja yang
mempunyai unsur pekerjaan, upah, dan perintah.
Perjanjian Kerja MSDM
 Perjanjian kerja adalah perjanjian dimana pihak kesatu,
buruh, mengikatkan diri untuk bekerja dengan menerima
upah kepada pihaka lainnya, majikan, yang mengikatkan diri
untuk mempekerjakan buruh itu dengan membayar upah.
 Pasal 1601a KUH Perdata “perjanjian kerja adalah
perjainjian dimana pihak yang satu , buruh, mengikatkan diri
untuk dibawah pimpinan pihak yang lain, majikan, untuk
waktu tertentu, melakukan pekerjaan dengan menerima
upah”.
 Dalam perumusan pasal 1601a KUH Perdata adalah kurang
lengkap karena disini yang mengikatkan diri hanyalah pihak
buruh saja, tidak juga pihak lainnya, yaitu majikan
(pengusaha)
Peraturan Yang Perlu Diketahui Sebelum
Membuat Perjanjian Kerja dalam MSDM
Pekerjaan yang diperjanjikan oleh pengusaha kepada calon
buruh hendaknya pekerjaan yang diperbolehkan undang-undang,
karena menurut pasal 1320 KUH Perdata untuk sahnya suatu
perjanjian diperlukan empat syarat, yaitu;
1) Kesepakatan antara kedua belah pihak
2) Kecakapan untuk membuat suatu perjanjian (dalam hal ini anak-
anak dianggap tidak cakap untuk melakukan perjanjian).
3) Susuatu hal tertentu, yang dalam hal ini untuk menerima tenaga
kerja dan mempekerjakan tenaga kerja.
4) Sebab halal (jadi pekerjaan itu merupakan yang diperbolehkan
menurut undang-undang).
 Kedua syarat yang pertama dinamakan syarat subjektif
karena kedua syarat tersebut mengenai subjek perjanjia.
Sedangkan syarat yang kedua terakhir dinamakan syarat
objektif karena karena mengenai objek perjanjian.
 Dengan dilakukannya kata sepakat mengadakan perjanjian
kerja, maka kedua belah pihak mempunyai kebebasan
kehendak.
 Masing-masing pihak tidak mendapat tekanan atau paksaan
yang mengakibatkan adanya cacat bagi perwujudan
kehendak tersebut.
 Pengertian sepakat dapat diartikan sebagai persyaratan kehendak
para pihak. Pernyataan pihak yang menwarkan disebut tawaran dan
pernyataan pihak yang menerima tawaran disebut akseptasi.
 Mengenai hal ini ada beberapa ajaran yaitu:
a) Teori kehendak (wilstheorie) yang mengatakan bahwa
kesepakatan terjadi pada saat kehendak pihak penerima
dinyatakan.
b) Teori pengiriman (verzendtheorie) yang mengatakan bahwa
kesepakatan terjadi pada saat kehendak yang dinyatakan itu
dikirim oleh pihak yang menerima tawaran
c) Teori pengetahuan (vernemingstheorie) yang mengatakan bahwa
pihak yang menawarkan seharusnya sudah mengetahui bahwa
tawarannya sudah diterima.
d) Teori kepercayaan (vertrowenstheorie) yang mengatakan bahwa
kesepakatan itu terjadi pada saat pernyataan kehendak dianggap
layak diterima oleh pihak yang menwarkan.
 Syarat-Syarat Pekerjaan dalam
Manajemen SDM
A. Tentang upah
o Jumlah upah boleh ditetapkan dengan perundingan, boleh
tergantung pada persetujuan kolektif, oleh diperlakukan
berdasarkan kebiasaan atau praktek perusahaan, atau
ditetapkan menurut kombinasi dari cara-cara tersebut
B. Kewajiban umum majikan
o Sebagian besar kewajiban majikan itu adalah hak-hak para
pekerja.
o Sebagai tambahan pada pembayaran upah, majikan dibebani
berbagai macam kewajiban terhadap pekerja menurut
common law, yang merupakan syarat-syarat diam-diam
dalam perjanjian kerja dalam hal tidak adanya persetujuan
yang tegas antara pihak-pihak.
C.  Hak-hak khusus pekerja menurut undang-undang
o hak-hak terhadap pemberitahuan syarat-syarat secara
tertulis, keterangan perincian pembayaran dan jangka
waktu pemberitahuan minimum.
o Hak-hak lainnya hanya berlaku pada jenis-jenis pekerja
tertentu, atau dalam keadaa-keadaan yang khusus.
D. Kewajiban pekerja
o ekerja harus melaksanakan kewajibannya secara
berhati-hati, ia harus mengurus barang majikannya
secara pantas.
o Ia harus berhati-hati dalam bertindak sehingga tidak
merugikan teman sekerjanya atau orang lain untuk
membebani tanggung jwab majikannya sendiri. 
Unsur-unsur dalam Perjanjian
Kerja MSDM
1) Pekerjaan
o Dalam hal ini yang dimaksud adanya unsur pekerjaan dalam
suatu perjanjian kerja yaitu adanya objek pekerjaan yang
dijanjikan dan pekerjaan tersebut harus dilakukan oleh
pekerja itu sendiri tapi dapat juga menyuruh orang lain/pihak
ketiga dengan izin atasanya. 
2)  Perintah
o Dalam unsur ini terjadi hubungan kerja dimana pekerja yang
bersangkutan harus tunduk terhadap atasannya dan
melakukan pekerjaan sesuai dengan apa yang telah
diperjanjikan dalam perjanjian kerja.
3)  Upah
o Upah merupakan unsur yang sangat penting dalam
suatu perjanjian kerja, karena seorang pekerja
bekerja pada seorang penguasha adalah untuk
mendapatkan upah, dan dengan tidak adanya upah
maka suatu hubungan tersebut tiak bisa di sebut
hubungan kerja
4)  Waktu yang tertentu
o Waktu yang tertentu harus ada dalam perjanjian
kerja, karena dalam suatu hubungan kerja tidak
selamnya akan terus menerus tapi dibatasi dengan
adanya ketetapan waktu yang telah ditentukan.
Bentuk dan Jangka Waktu Perjanjian
Kerja MSDM
 Perjanjian kerja dapat dibuat dalam bentuk lisan
dan/atau tertulis (Pasal 51 ayat 1 Undang-Undang no.
13 Tahun 2003).
 Namun, tidak dapat dipungkiri masih banyak
perusahaan-perusahaan yang tidak atau belum membuat
perjanjian kerja secara tertulis disebabkan karena
ketidakmampuan sumber daya manusia maupun karena
kelaziman, sehingga atas dasar kepercayaan membuat
perjanjian kerja secara lisan
Undang-undang no. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
menyebutkan bahwa perjanjian kerja yang dibuat secara tertulis
sekurang-kurangnya memuat keterangan:
a) Nama, alamat perusahaan, dan jenis usaha;
b) Nama, jenis kelamin, umur, dan alamat pekerja/buruh;
c) Jabatan atau jenis pekerjaan;
d) Tempat pekerjaan;
e) Besarnya upah dan cara pembayaran;
f) Syarat-syarat kerja yang memuat hak dan kewajiban
pengusaha dan pekerja/buruh;
g) Mulai dan jangka waktu berlakunya perjanjian kerja;
h) Tempat dan tanggal perjanjian kerja dibuat;
i) Tanda tangan para pihak dalam perjanjian kerja.
Analisis pernyataan di atas: Penjelasan di atas menyebutkan
bahwa perjanjian kerja dapat dibuat dengan cara tertulis maupun
hanya secara lisan. Namun, pada zaman sekarang agar para
pekerja lebih terjamin keberadaannya ketika ia bekerja di suatu
perusahaan sebaiknya menggunakan cara tertulis, seperti yang
dimuat dalam pasal 54 UU No. 13 tahun 2003. Hal ini untuk
mencegah tindakan sewenang-wenang dari pihak perusahaan
kepada nasib para pekerja, dan jika terjadi kesalahan maka
pekerja tersebut dapat menggugat pihak pengusaha kepada
pengadilan dan perjanjian kerja yang tertulis itu dapat digunakan
sebagai bukti pembelaan bagi pekerja yang bersangkutan.
 Perjanjian kerja yang dibuat untuk waktu tertentu lazimnya disebut
dengan perjanjian kerja kontrak atau perjanjian kerja tidak tetap.
Status pekerjanya adalah pekerja tidak tetap atau pekerja kontrak.
Perjanjian kerja yang dibuat untuk waktu tertentu harus dibuat
secara tertulis (pasal 57 ayat 1 UU No. 13 tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan).
 Ketentuan ini dimaksudkan untuk lebih menjamin atau menjaga
hal-hal yang tidak diinginkan sehubungan dengan berakhirnya
kontrak kerja. Perjanjian kerja untuk waktu tertentu tidak boleh
mensyaratkan adanya masa percobaan.
Masa percobaan adalah masa atau waktu untuk menilai kinerja dan
kesungguhan, kerahlian seorang pekerja. Dalam pasal 59 ayat 1
undang-undang nomor 13 tahun 2003 menyebutkan bahwa
perjanjian kerja untuk waktu tertentu hanya dapat dibuat untuk
pekerjaan tertentu yang menurut jenis dan sifat atau kegiatan
pekerjaannya akan selesai dalam waktu tertentu, yaitu:
a) Pekerjaan yang sekali selesai atau yang sementara sifatnya;
b) Pekerjaan yang diperkirakan penyelesaiannya dalam waktu yang
tidak terlalu lama dan paling lama 3 tahun;
c) Pekerjaan yang bersifat musiman;
d) Pekerjaan yang berhubungan dengan produk baru, kegiatan
baru, atau produk tambahan yang masih dalam percobaan atau
penjajakan.
TERIMA KASIH…
REFERENSI…..
http://
kasodik.blogspot.com/2017/04/makalah-hubungan-kerja-dan-p
erjanjian_20.html
http://
rikiseptiawan180991.blogspot.com/2012/05/hubungan-kerja.ht
ml\

Anda mungkin juga menyukai