Anda di halaman 1dari 6

A.2. Syarat-syarat Perjanjian Kerja.

Perjanjian Kerja adalah suatu perjanjian, dengan demikian untuk sahnya suatu
Perjanjian Kerja harus dipenuhi syarat sahnya suatu perjanjian.
Dalam KHUPerdata syarat sahnya suatu perjanjian ditetapkan dalam Pasal 1320,
yang diresepsi oleh UU No, 13 Tahun 2003 ditetapkan dalam Pasal 52.
Sayarat-syarat tersebut adalah “
a. Adanya kesepakatan kedua belah pihak; Artinya dalam membuat kesepakatan di
antara para pihak tidak boleh ada unsur paksaan dari salah satu pihak.
b. Kemampuan atau kecakapan untuk membuat perjanjian; Artinya para
pihak telah cakap menurut hukum untuk melakukan perbuatan hukum dan
mampu bertanggung jawab terhadap akibat yang timbul dari perjanjian;
c. Suatu hal tertentu; yaitu pekerjaan yang diperjanjikan meliputi macam, jenis
dan sifat pekerjaan;
d. Khausa yang halal; Artinya pekerjaan yang dijanjikan tidak bertentangan dengan
ketertiban umum, kesusilaan, dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Syarat pertama dan kedua ( a dan b) adalah syarat subyektif, artinya jika syarat-
syarat tersebut tdak dipenuhi, maka akibatnya adalah perjanjian kerja itu “dapat di
batalkan”. Frasa “dapat” mempunyai makna, bahwa dengan tidak dipenuhinya
syarat tersebut maka tidak secara otomatis perjanjian kerja menjadi batal, melainkan
harus melalui suatu tindakan hukum yang nyata yang harus dilakukan, yaitu berupa
pembatalan perjanjian, melalui permohonan ke pengadilan.
Syarat ketiga dan keempat (c dan d) adalah syarat obyektif, artinya jika syarat
tersebut tidak dipenuhi maka perjanjian kerja tersebut batal demi hukum. Artinya
sejak semula perjanjian kerja dianggap tidak pernah ada.
A.3. Subyek Perjanjian Kerja
Salah satu syarat sahnya perjanjian, termasuk Perjanjian Kerja adalah
kecakapan. Kecakapan ini merupakan salah satu syarat subyektif (mengenai subyeknya)
perjanjian. Syarat subyektif lainnya adalah kesepakatan.
Orang yang cakap membuat perjanjian adalah orang dewasa yang mampu
bertanggungjawab. Undang-undang Ketenagakerjaan menegaskan bahwa orang
dewasa adalah mereka yang telah berusia 18 tahun. Akan tetapi dalam Pasal 69 UU No.
13 Tahun 2003 anak yang berumur antara 13 sampai 15 tahun dapat mengadakan
perjanjian kerja dengan syarat mendapat izin tertulis dari orang tua atau walinya. Di
samping itu pekerjaan yang boleh dilakukan adalah pekerjaan yang ringan sepanjang
tidak menggangu perkembangan dan kesehatan fisik, mental dan sosial, dilakukan pada
siang hari dan tidak mengganggu waktu sekolah, serta waktu kerja maksimum tiga jam
dan mendapat upah sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Sedangkan dalam KUHPerdata menentukan bahwa orang dewasa adalah mereka yang
telah berusia 21 tahun atau lebih atau telah kawin. Dengan adanya perbedaan ketentuan
mengenai kedewasaan seseorang di atas, maka kedewasaan seseorang sepanjang
menyangkut masalah hubungan kerja, dipergunakan ketentuan yang terdapat UU
Ketenagakerjaan (asas lex specialis derogat legi generali)
A.4. Macam-macam Perjanjian kerja (Bentuk dan jenis Perjanjian Kerja)
Pada dasarnya bentuk Perjanjian Kerja adalah bebas, artinya Perjanjian Kerja
dapat dibuat secara tertulis atau lisan (Pasal 51 UU No. 13 Tahun 2003). Akan tetapi
terhadap kebebasan bentuk Perjanjian Kerja ini ada pengecualian-nya, artinya ada
Perjanjian-perjanjian Kerja yang wajib dibuat secara tertulis baik dengan ancaman
batalnya Perjanjian Kerja maupun ancaman pidana atas pelanggarannya. Perjanjian-
perjanjian Kerja yang wajib dibuat secara tertulis tersebut antara lain :
a. Perjanjian Kerja Laut, sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 399 KUHD bahwa
perjanjian kerja antara pengusaha dan seorang pekerja/buruh, yang berlaku sebagai
nakhoda atau perwira kapal harus dibuat secara tertulis dengan ancaman batal.
b. Perjanjian Kerja di perkebunan: Pasal 3 ayat (1) jo. Pasal 15 ayat (1) Aanvullende
Plantersregeling (Peraturan perburuhan di perusahaan perkebunan), diancam pidana
kurungan selama-lamanya dua bulan atau denda sebanyak-banyaknya lima ratus
rupiah;
c. Perjanjian Kerja Antar Kerja antar Daerah (AKAD) dan Perjanajian Kerja Antar
Negara (AKAN); dengan ancaman pidana;
d. Perjanjian Kerja Waktu Tertentu; dengan ancaman dianggap sebagai Perjanjian
Kerja Waktu Tidak Tertentu (Pasal 57 ayat 2 UU No. 13 Th.2003 Catatan:
Ketentuan ini telah dihapus oleh UU. Cipta Kerja No. 11 tahun 2021).
Menurut jenisnya, perjanjian kerja dibedakan atas :
a. Perjanjian Kerja Waktu Tertentu;
b. Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu.
Perjanjian Kerja Waktu Tertentu adalah Perjanjian Kerja yang jangka waktu
berlakunya ditentukan dalam Perjanjian Kerja tersebut, atau ditentukan sampai
selesaianya suatu pekerjaan tertentu.
Perjanjian Kerja Waktu Tertentu tidak dapat mensyaratkan adanya masa
percobaan. Dalam hal disyaratkan masa percobaan, maka masa percobaan yang
disyaratkan tersebut batal demi hukum, dan masa kerjanya tetap dihitung.
Pasal 59 UU No. 13 Tahun 2003 menegaskan bahwa Perjanjian Kerja Waktu
Tertentu hanya dapat dibuat untuk pekerjaan tertentu yang menurut jenis dan sifat atau
kegiatan pekerjaannya akan selesai dalam waktu tertentu, yaitu :
a. Pekerjaan yang sekali selesai atau yang sementara sifatnya;
b. Pekerjaan yang diperkirakan penyelesaiannya dalam waktu yang tidak terlalu
lama dan paling lama tiga tahun;
c. Pekerjaan yang bersifat musiman;
d. Pekerjaan yang berhubungan dengan produk baru, kegiatan baru, atau produk
tambahan yang masih dalam percobaan atau penjajagan.
e. Tidak dapat diadakan untuk pekerjaan yang bersifat tetap.
Perjanjian Kerja Waktu Tertentu dapat diadakan untuk paling lama dua tahun
dan hanya boleh diperpanjang satu kali untuk jangka waktu paling lama satu tahun, dan
boleh diperbarui satu kali dan paling lama dua tahun.(dihapus oleh UU Cipta Kerja
No.11 Tahun 2021)
Perjanjian Kerja Waktu Tertentu yang tidak memenuhi ketentuan di atas, maka
demi hukum menjadi Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu. (Pasal 59 ayat 7, yang
dihapus oleh UU Cipta Kerja No.11 Tahun 2021).
Apabila salah satu pihak mengakhiri hubungan kerja sebelum berakhirnya
jangka waktu yang ditetapkan dalam Perjanjian Kerja Waktu Tertentu, maka pihak
yang mengakhiri hubungan kerja diwajibkan membayar ganti rugi kepada pihak
lainnya sebesar upah pekerja/buruh sampai batas waktu berakhirnya jangka waktu
perjanjian kerja (Pasal 62 UU No. 13 Tahun 2003).
A.5. Isi Perjanjian Kerja
Isi Perjanjian Kerja merupakan “jantungnya” Perjanjian Kerja. Ia berkaitan
dengan pekerjaan yang diperjanjikan. Adakalanya isi Perjanjian Kerja ini dirinci dalam
perjanjian, tetapi sering juga hanya dicantumkan pokok-pokoknya saja. Isi Perjanjian
Kerja, sebagaimana isi perjanjian pada umumnya, tidak boleh bertentangan dengan (a)
undang-undang, (b) ketertiban umum, (c) kesusilaan.
Sebagaimana dikemukakan di atas, bahwa perjanjian dapat dibuat secara tertulis
maupun lisan. Untuk perjanjian yang diadakan secara lisan, maka isi perjanjian
tersebut dinyatakan secara lisan antara kedua belah pihak, sehingga seringkali
merugikan bagi pihak pekerja terutama jika terjadi pengingkaran terhadap janji-janji
yang merupakan hak bagi pekerja/buruh. Oleh karena itu dalam rangka memberikan
perlindungan terhadap pekerja/buruh yang berada dalam posisi yang lemah, maka
undang-undang Ketenagakerjaan (Pasal 63 UU No. 13 Tahun 2003) menentukan atau
menegaskan bahwa dalam hal Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu dilakukan secara
lisan, maka pengusaha wajib membuat surat pengangkatan bagi pekerja/buruh yang
bersangkutan, di mana surat pengangkatan tersebut sekurang-kurangnya memuat
keterangan :
a. nama dan alamat pekerja/buruh;
b. tanggal mulai bekerja;
c. jenis pekerjaan; dan
d. besarnya upah.
Sedangkan Perjanjian Kerja yang dibuat secara tertulis, Pasal 54 UU No. 13
Tahun 2003 menentukan sekurang-kurangnya memuat :
a. nama, Alamat perusahaan, dan jenis usaha;
b. nama, jenis kelamin, umur, dan alamat pekerja/buruh;
c. jabatan atau jenis pekerjaan;
d. tempat pekerjaan;
e. besarnya upah dan cara pembayarannya;
f. syarat-syarat kerja yang memuat hak dan kewajiban kedua belah pihak;
g. mulai dan jangka waktu berlakunya perjanjian kerja;
h. tempat dan tanggal perjanjian kerja dibuat;
i. tanda tangan para pihak.
Perjanjian Kerja tersebut dibuat sekurang-kurangnya rangkap dua, yang
mempunyai kekuatan hukum yang sama, serta pekerja/buruh dan pengusaha masing-
masnig mendapat satu eksemplar.
A.6. Berakhirnya Perjanjian Kerja
Perjanjian Kerja berakhir apabila :
a. Pekerja/buruh meninggal dunia;
b. Berakhirnya jangka waktu Perjanjian Kerja (untuk Perjanjian Kerja Waktu Tertentu);
c. Adanya putusan pengadilan dan/atau putusan atau penetapan lembaga
penyelesaian perselisihan hubungan industrial yang telah mempunyai kekuatan h um
tetap; atau
d. Adanya keadaan atau kejadian tertentu yang dicantumkan dalam Perjanjian Kerja,
Peraturan Perusahaan, atau Perjanjian Kerja Bersama yang dapat menyebabkan
berakhirnya hubungan kerja.

B. PERATURAN PERUSAHAAN
Peraturan Perusahaan lazim juga disebut Peraturan Majikan atau Reglemen
Perusahaan. Ia berisi tentang syarat-syarat kerja yang berlaku bagi seluruh pekerja/buruh
yang bekerja pada perusahaan. Peraturan Perusahaan lazimnya dibuat karena dalam
Perjanjian Kerja jarang dimuat secara rinci mengenai syarat-syarat kerja. Dengan demikian
tujuan dibuatnya Peraturan Perusahaan adalah :
1. Untuk mengusahakan perbaikan syarat-syarat kerja;
2. Untuk mempermudah dan mendorong pembuatan Perjanjian Kerja Bersama.
Peraturan Perusahaan adalah peraturan yang dibuat secara sepihak oleh pengusaha
secara tertulis yang memuat ketentuan-ketentuan syarat-syarat kerja dan tata tertib
perusahaan (Pasal 1 angka 20 UU No. 13 Tahun 2003).
Pasal 108 UU No. 13 Tahun 2003 menegaskan bahwa pengusaha yang
mempekerjakan pekerja/buruh sekurang-kurangnya sepuluh orang, wajib membuat
Peraturan Perusahaan yang mulai berlaku setelah disahkan oleh Menteri Tenaga Kerja atau
pejabat yang ditunjuk (dalam hal ini Kepala Dinas Tenaga Kerja setempat). Kewajiban
membuat Peraturan Perusahaan ini tidak berlaku bagi perusahaan yang telah memiliki
Perjanjian Kerja Bersama.
Berdasarkan ketentuan Pasal 108 tersebut, maka Peraturan Perusahaan baru mempunyai
kekuatan hukum untuk diberlakukan (mengikat) setelah terlebih dahulu memperoleh
pengesahan. Tujuan pengesahan tersebut adalah untuk mencegah agar ketentuan-ketentuan
yang dicantumkan dalam Peraturan Perusahaan, isinya tidak bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, ketertiban umum dan kesusilaan, serta untuk
mengusahakan perbaikan atau peningkatan syarat-syarat kerja.
Karena Peraturan Perusahaan dibuat secara sepihak (oleh pengusaha), maka
dikhawatirkan bahwa isi Peraturan Perusahaan itu cenderung menguntungkan pihak
pengusaha dan merugikan pihak pekerja/buruh, dalam arti memaksimalkan kewajiban buruh
dan meminimalkan hak buruh, serta memaksimalkan hak pengusaha dan meminimalkan
kewajiban pengusaha. Oleh sebab itu dalam Pasal 110 UU No. 13 Tahun 2003 ditegaskan
bahwa Peraturan Perusahaan disusun dengan memperhatikan saran dan pertimbangan dari
wakil pekerja/buruh atau pengurus Serikat Pekerja/Serikat Buruh perusahaan yang
bersangkutan.
Peraturan Perusahaan harus memenuhi syarat-syarat :
1. Sekurang-kurangnya memuat :
a. hak dan kewajiban pengusaha;
b. hak dan kewajiban pekerja/buruh;
c. syarat kerja;
d. tata tertib perusahaan;
e. jangka waktu berlakunya peraturan perusahaan.
2. Ketentuan dalam peraturan perusahaan tidak boleh bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
3. Masa berlaku peraturan perusahaan paling lama dua tahun dan wajib diperbarui setelah
habis masa berlakunya.
Selama masa berlakunya Peraturan Perusahaan, apabila Serikat Pekerja/Serikat
Buruh di perusahaan menghendaki perundingan pembuatan Perjanjian Kerja Bersama,
maka pengusaha wajib melayaninya, Dan jika dalam perundingan pembuatan Perjanjian
Kerja Bersama tersebut tidak tercapai kesepakatan, maka Peraturan Perusahaan tetap
berlaku sampai habis masa berlakunya.
Pengusaha diwajibkan untuk memberitahukan dan menjelaskan isi serta
memberikan naskah Peraturan Perusahaan atau perubahannya kepada pekerja/buruh.
Pemberitahuan dilakukan dengan cara membagikan salinan Peraturan Perusahaan kepada
setiap pekerja/buruh, menempelkan di tempat yang mudah dibaca oleh para
pekerja/buruh, atau memberikan penjelasan langsung kepada pekerja/buruh.

Anda mungkin juga menyukai