Anda di halaman 1dari 23

HUBUNGAN KERJA DAN PERJANJIAN

Inisiasi Tuton ke 3
Hukum Ketenagakerjaan
Program Studi Ilmu Hukum
Fakultas Hukum, Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Penulis : Ikhwan Aulia Fatahillah, SH., MH.


E-mail : ikhwanaf@gmail.com
Secara umum, tujuan diadakannya perjanjian kerja agar 
ada kepastian dalam segala hal yang berhubungan dengan
masalah hubungan kerja.

Di antaranya mengenai kepastian pemenuhan kewajiban


timbal balik antar pekerja dan pengusaha terhadap hal
yang telah kedua belah pihak sepakati.
1. Pengertian Hubungan Kerja

Hubungan kerja adalah hubungan antara pekerja dan


pengusaha, terjadi setelah diadakan perjanjian antara
pekerja dengan pengusaha, di mana pekerja
menyatakan kesanggupannya untuk bekerja pada
pengusaha dengan menerima upah dan dimana
pengusaha menyatakan kesanggupannya untuk
mempekerjakan pekerja dengan membayar upah.
Berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 14 Undang-
Undang No. 13 Tahun 2003, dinyatakan bahwa
hubungan kerja adalah hubungan antara pengusaha
dengan pekerja/buruh berdasarkan perjanjian kerja,
yang mempunyai unsur pekerjaan, upah dan perintah.
Unsur-unsur perjanjian kerja yang menjadi dasar
hubungan kerja sesuai dengan ketentuan pasal 1 angka
4 Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 adalah:
a. Adanya Pekerjaan (arbeid)

Sifat pekerjaan bebas, sesuai dengan kesepakatan


antara buruh dan majikan dengan syarat tidak
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan,
kesusilaan dan ketertiban umum.
Dalam suatu perjanjian kerja harus ada pekerjaan yang
diperjanjikan (obyek perjanjian), pekerjaan tersebut
haruslah dilakukan sendiri oleh pekerja, hanya dengan
seizin pengusaha dapat menyuruh orang lain. Hal ini
dijelaskan dalam Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata pasal 1603a yang berbunyi: “Buruh wajib
melakukan sendiri pekerjaannya; hanya dengan seizin
majikan ia dapat menyuruh orang ketiga
menggantikannya”.
b. Di bawah Perintah/gezag ver houding

Dalam hubungan kerja kedudukan majikan adalah pemberi


kerja. Hak dan kewajiban pemberi kerja memberikan
perintah yang berkaitan dengan pekerjaannya.

Sementara itu, buruh berkedudukan sebagai pihak yang


menerima perintah untuk melaksanakan pekerjaan. Hubungan
buruh dan majikan adalah hubungan yang dilakukan antara
atasan dan bawahan, sehingga bersifat subordinasi.
c. Adanya upah tertentu
Pengertian upah berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 30
Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 adalah hak pekerja/buruh
yang diterima, dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan
dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/buruh yang
ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja,
kesepakatan atau peraturan perundang-undangan termasuk
tunjangan bagi pekerja/buruh dan keluarganya atas suatu
pekerjaan dan/atau jasa yang telah atau akan dilakukan.
d. Adanya Ketentuan Waktu Kerja
Ketentuan waktu kerja ada dua meliputi kerja untuk jangka
waktu tertentu dan kerja untuk waktu yang tidak tertentu.
Ketentuan waktu kerja dalam satu minggu adalah 40 jam/
minggu. Untuk 6 hari kerja ketentuannya buruh bekerja 7
jam dalam 5 hari dan 5 jam dalam 1 hari. Adapun untuk 5 hari
kerja dalam satu minggu, buruh bekerja selama 8 jam/hari.
Apabila diperlukan lembur, hanya diperbolehkan lembur
maksimal 3 jam perhari atau 14 jam per minggu.
2. Pengertian Perjanjian Kerja
Perjanjian kerja menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun
2003 Pasal 1 angka 14 adalah suatu perjanjian antara pekerja
dan pengusaha atau pemberi kerja yang memuat syarat-syarat
kerja hak dan kewajiban kedua belah pihak. Perjanjian kerja
pada dasarnya harus memuat pula ketentuan-ketentuan yang
berkenaan dengan hubungan kerja yaitu hak dan kewajiban
buruh serta hak dan kewajiban majikan. Bentuk perjanjian
kerja dapat dilakukan secara lisan atau secara tertulis.
Ketentuan ini juga tertuang dalam pasal 52 ayat 1 Undang-
undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yang
menyebutkan bahwa perjanjian kerja dibuat atas dasar:
1. Kesepakatan kedua belah pihak;
2. Kemampuan atau kecakapan melakukan perbuatan hukum;
3. Adanya pekerjaan yang dijanjikan;
4. Pekerjaan yang dijanjikan tidak boleh bertentangan dengan
ketertiban umum, kesusilaan, dan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Mengenal Perjanjian Kerja Waktu Tertentu
1. Pengertian Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT)

Jika seseorang diterima kerja di suatu perusahaan, pasti akan


diberikan surat perjanjian kerja/ kontrak kerja. 

Sebelum menandatangani kontrak kerja, sebaiknya kontrak


kerja dibaca dan pelajari terlebih dahulu.
2. Jenis dan sifat pekerjaan yang
diperbolehkan menggunakan PKWT

a. Pekerjaan yang selesai sekali atau sementara sifatnya  yang


penyelesaiannya paling lama tiga tahun.
b. Pekerjaan Musiman
c. Pekerjaan yang terkait dengan produk baru, kegiatan baru,
atau produk tambahan yang masih dalam percobaan atau
penjajakan.
d. Pekerjaan harian/ Pekerja lepas
3. Jangka Waktu PKWT yang diperbolehkan Undang-
Undang

Menurut UU No.13 Tahun 2003 pasal 59 ayat 4, Perjanjian


Kerja Waktu Tertentu (PKWT) hanya boleh dilakukan
paling lama 2 (dua) tahun dan hanya boleh diperpanjang 1
(satu) kali untuk jangka waktu paling lama 1 (satu) tahun.
Pengusaha/perusahaan yang bermaksud memperpanjang
PKWT tersebut, harus memberitahukan  maksudnya untuk
memperpanjang PKWT secara tertulis kepada pekerja yang
bersangkutan, paling lama 7 (tujuh) hari sebelum PKWT
berakhir.
4. Pembaharuan PKWT

Menurut UU No.13 Tahun 2003 pasal 59 ayat 6, Pembaharuan


perjanjian kerja dapat dilakukan 1 (satu) kali dan paling
lama 2 (dua) tahun. Pembaharuan ini dapat diadakan setelah
lebih dari 30 hari sejak berakhirnya PKWT . Misalnya,
apabila pekerjaan belum dapat diselesaikan maka dapat
diadakan pembaharuan perjanjian. Apabila PKWT tidak
melalui masa tenggang waktu 30 hari sejak berakhirnya
PKWT, maka PKWT dapat berubah menjadi PKWTT
5. Perbedaan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu dengan
Outsourcing

Outsourcing adalah perjanjian pemborongan pekerjaan.


Perusahaan pemberi kerja memborongkan sebagian
dari pekerjaan kepada perusahaan pemborong atau
perusahaan penyedia tenaga kerja melalui perjanjian
pemborongan pekerjaan atau penyediaan jasa pekerja.
6. Ketentuan Bahasa Yang dipakai dalam PKWT

Dalam Undang – Undang No. 13 Tahun 2003 pasal 57 ayat 1


menyatakan bahwa “Perjanjian kerja untuk waktu tertentu
dibuat secara tertulis serta harus menggunakan bahasa
Indonesia dan huruf latin”
7. Ketentuan Peraturan/Regulasi PKWT

Perjanjian kerja tertentu pada awalnya diatur melalui Permen


No. 02 Tahun 1993 dan kemudian diperbaharui dengan
terbitnya UU Ketenagakerjaan No. 13 Tahun 2003. Setelah
terbit UU Ketenagakerjaan No. 13 Tahun 2003, Menteri
Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia
kemudian mengeluarkan Surat Keputusan No.
KEP.100/MEN/VI/2004 yang mengatur tentang ketentuan
pelaksanaan perjanjian kerja waktu tertentu.
Mengenal Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu

1. Pengertian Perjanjian Kerja Untuk Waktu Tidak


Tertentu
Berdasarkan Pasal 1 angka 2 Keputusan Menteri Tenaga Kerja
dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor KEP.
100/MEN/VI/2004 Tentang Ketentuan Pelaksanaan Perjanjian
Kerja Waktu Tertentu pengertian Perjanjian Kerja Waktu
Tidak Tertentu (“PKWTT”) adalah perjanjian kerja antara
pekerja/buruh dengan pengusaha untuk mengadakan
hubungan kerja yang bersifat tetap.
2. Beralihnya Status PKWT menjadi PKWTT
Pasal 59 UU No 13 Tahun 2003 menyatakan bahwa Perjanjian Kerja
untuk waktu tertentu hanya dapat dibuat untuk pekerjaan tertentu yang
menurut jenis dan sifat atau kegiatan pekerjaannya akan selesai dalam
waktu tertentu, yaitu pekerjaan yang sekali selesai atau yang sementara
sifatnya; pekerjaan yang diperkirakan penyelesaiannya dalam waktu
yang tidak terlalu lama dan paling lama 3 (tiga) tahun; pekerjaan yang
bersifat musiman; atau pekerjaan yang berhubungan dengan produk
baru, kegiatan baru, atau produk tambahan yang masih dalam percobaan
atau penjajakan.
3. Karakterisitik Perbedaan PKWT vs PKWTT

a. Ketentuan PKWT
b. Ketentuan PKWTT
c. Perbedaan isi kontrak PKWT dengan PKWTT.
4. Perhitungan Masa Kerja PKWTT
Menurut Pasal 60 ayat (1) UU No. 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan (“UUK”), perjanjian kerja waktu tidak tertentu
(“PKWTT”) atau permanen dapat mensyaratkan adanya masa
percobaan paling lama tiga bulan. Oleh karena itu, masa kerja
pekerja PKWTT/permanen dihitung atau dimulai sejak tanggal
selesainya masa percobaan sebagaimana tercantum dalam
perjanjian kerja atau sejak tanggal yang tertulis dalam surat
pengangkatan bagi pekerja tersebut.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai