Secara umum hukum perburuhan merupakan hukum tertulis yang sebagiannya telah
dikodifikasikan dalam KUH Sipil dan bagian terbesar belum dikodifikasikan dan tersebar dalam berbagai
peraturan perundangan, di samping masih banyak ketentuan yang tak tertulis
Sedangkan menurut beberapa ahli atau pakar ilmu hukum pengertian hukum perburuhan adalah
sebagai berikut:
Hukum ketenagakerjaan tidak hanya meliputi hubungan kerja dimana pekerjaan dilakukan dibawah
pimpinan, tetapi meliputi pula pekerjaan yang dilakukan oleh swa-pekerja yang melakukan pekerjaan
atas tanggung jawab dan resiko sendiri.
Hukum perburuhan adalah himpunan peraturan-peraturan, baik tertulis maupun tidak tertulis yang
berkenaan dengan kejadian dimana seseorang bekerja pada orang lain dengan menerima upah
B. Perjanjian perburuhan
Pengaturan perjanjian bisa kita temukan didalam buku III bab II Pasal 1313 KUHPerdata yang berbunyi,
Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan hukum dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan
dirinya terhadap satu orang atau lebih. Disisi lain ada pula yang menyatakan bahwa, perjanjian adalah
suatu peristiwa dimana seseorang berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal. Dari uraian tersebut maka
dapat diterangkan lebih lanjut bahwa, perjanjian adalah sebuah kesepakatan antara 2 (dua) orang atau
lebih dalam lapangan hukum kebendaan untuk saling memberi dan menerima sesuatu.
1.seorang manusia atau badan hukum yang mendapat beban kewajiban untuk sesuatu;
2.seorang manusia atau badan hukum yang mendapatkan hak atas pelaksanaan kewajiban itu.
Dari pengertian diatas maka subyek perjanjian dapat disimpulkan menjadi 2 (dua) macam yaitu manusia
pribadi dan badan hukum. Pengertian perjanjian kerja sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 1601a
KUHPerdata disebutkan bahwa perjanjian perburuhan adalah perjanjian dengan mana pihak yang satu,
si buruh, mengikatkan dirinya dibawah perintah orang lain (majikan) untuk sesuatu waktu tertentu,
melainkan pekerjaan dengan menerima upah.
1.Perjanjian kerja adalah perjanjian antara pekerja/buruh dengan pengusaha atau pemberi kerja yang
memuat syarat syarat kerja, hak, dan kewajiban para pihak.
2.Hubungan kerja adalah hubungan antara pengusaha dengan pekerja/buruh berdasarkan perjanjian
kerja, yang mempunyai unsur pekerjaan, upah, dan perintah.
Adapun unsur-unsur dalam perjanjian kerja sebagaimana yang disebutkan dalam KUHPerdata Pasal
1320 (menurut pasal 1338 (1) yang menyatakan sahnya perjanjian antara lain:
Dalam perjanjian kerja terdapat pula unsur-unsur dari syarat perjanjian kerja, antara lain :
Adanya unsur work (pekerjaan), karena dalam suatu perjanjian kerja haruslah ada pekerjaan
yang jelas yang dilakukan oleh pekerja dan sesuai dengan yang tercantum dalam perjanjian yang
telah disepakati dengan ketentuan–ketentuan yang tercantum dalam UU nomor 13 Tahun 2003
tentang ketenagakerjaan.
Dan dalam prakteknya perjanjian kerja terdapat 2 (dua) bentuk perjanjian, antara lain :
Perjanjian Tertulis, hal ini di peruntukan bagi perjanjian-perjanjian yang sifatnya tertentu atau
adanya kesepakatan para pihak, bahwa perjanjian yang dibuatnya itu menginginkan dibuat
secara tertulis agar terdapat kepastian hukum.
Perjanjian Tidak tertulis, bahwa perjanjian yang oleh undang-undang tidak disyaratkan dalam
bentuk tertulis.
Akan tetapi suatu perjanjian pekerjaan baik yang tertulis maupun tidak tertulis dapat juga diakhiri atau
berakhir bilamana:
adanya putusan pengadilan dan putusan atau penetapan lembaga penyelesaian perselisihan
hubungan industrial yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap
adanya keadaan atau kejadian tertentu yang dicantumkan dalam perjanjian kerja, peraturan
perusahaan, atau perjanjian kerja bersama yang dapat menyebabkan berakhirnya hubungan
kerja.
Berakhirnya perjanjian kerja sebagaimana tersebut di atas diatur dalam Pasal 61 ayat (1) UU
Ketenagakerjaan adalah sebagai berikut
“Perjanjian kerja tidak berakhir dikarenakan meninggalnya pengusaha atau beralihnya hak atas
perusahaan yang disebabkan penjualan, pewarisan, atau hibah”
Dalam hal terjadi pengalihan perusahaan, maka hak-hak pekerja atau buruh menjadi tanggung jawab
pengusaha baru, kecuali ditentukan lain dalam perjanjian pengalihan yang tidak mengurangi hak-hak
pekerja atau buruh. Dalam hal pengusaha orang perseorangan meninggal dunia, ahli waris pengusaha
dapat mengakhiri perjanjian kerja setelah merundingkan dengan pekerja atau buruh, sedangkan dalam
hal pekerja/buruh meninggal dunia, ahli waris pekerja atau buruh berhak mendapatkan hak-haknya
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku atau hak-hak yang telah diatur dalam
perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama.
Berdasarkan Pasal 62 UU Ketenagakerjaan menyebutkan bahwa apabila salah satu pihak mengakhiri
hubungan kerja sebelum berakhirnya jangka waktu yang ditetapkan dalam perjanjian kerja waktu
tertentu, atau berakhirnya hubungan kerja bukan karena ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
61 ayat (1), pihak yang mengakhiri hubungan kerja diwajibkan membayar ganti rugi kepada pihak
lainnya sebesar upah pekerja atau buruh sampai batas waktu berakhirnya jangka waktu perjanjian kerja.
Hal ini merupakan asas fairness (keadilan) yang berlaku baik pengusaha maupun pekerja agar kedua
saling mematuhi dan melaksanakan perjanjian kerja yang telah dibuat dan ditandatangani.
C. Hubungan Kerja
Pengertian hubungan kerja yaitu hubungan antara pekerja dan pengusaha, terjadi setelah diadakan
perjanjian oleh pekerja dengan pengusaha, di mana pekerja menyatakan kesanggupannya untuk bekerja
pada pengusaha dengan menerima upah dan di mana pengusaha menyatakan kesanggupannya untuk
mempekerjakan pekerja dengan membayar upah. Perjanjian yang sedemikian itu disebut perjanjian
kerja. Dari pengertian tersebut jelaslah bahwa hubungan kerja sebagai bentuk hubungan hukum lahir
atau tercipta setelah adanya perjanjian kerja antara pekerja dengan pengusaha.
Sedangkan menurut beberapa ahli hukum definisi hubungan kerja adalah sebagai berikut:
Hubungan kerja adalah kegiatan-kegiatan pengerahan tenaga atau jasa seseorang secara teratur demi
kepentingan orang lain yang memerintahnya (pengusaha atau majikan),sesuai dengan perjanjian kerja
yang telah disepakati.
2.Tjepi F. Aloewir
Hubungan kerja adalah hubungan yang terjalin antara pengusaha dan pekerja yang timbul dari
perjanjian yang diadakan untuk jangka waktu tertentu maupun tidak tertentu.
Pembuatan Perjanjian Kerja (merupakan titik tolak adanya suatu hubungan kerja)
Kewajiban Pekerja (yaitu melakukan pekerjaan, sekaligus merupakan hak dari pengusaha atas
pekerjaan tersebut)
Kewajiban Pengusaha (yaitu membayar upah kepada pekerja, sekaligus merupakan hak dari si
pekerja atas upah)
Poin-poin terkait dengan hubungan kerja akan dijelaskan dibawah ini, yaitu sebagai berikut:
1.Pengertian
Perjanjian kerja adalah suatu perjanjian dimana seseorang mengikatkan diri untuk bekerja dengan pihak
lain dengan menerima imbalan berupa upah sesuai dengan syarat-syarat yang dijanjikan dan disetujui
bersama.
a.Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUHP) khususnya buku III titel 7A.
a.Hak pekerja
Pekerja berhak atas upah setelah melaksanakan kewajiban sesuai dengan perjanjian.
Hak perlakuan yang baik dari pengusaha atas dirinya seperti perlindungan kesehatan kerja.
Jaminan kehidupan yang wajar dan layak dari pengusaha serta kejelasan status waktu.
b.Kewajiban pekerja
Melaksanakan tugas dan pekerjaannya tanpa bantuan orang lain kecuali diizinkan oleh
pengusaha.
Mentaati segala peraturan kerja dan peraturan tat tertib yang berlaku di perusahaan.
Patuh dan taat atas segala perintah pengusaha dalam melaksanakan pekerjaan sesuai dengan
perjanjian.
c.Hak Pengusaha
Pengusaha berhak atas perlakuan yang hormat, sopan dan wajar serta sikap tingkah laku yang
layak dari pekerja.
Pengusaha berhak untuk melaksanakan tata tertib kerja yang telah dibuat oleh pengusaha.
d.Kewajiban pengusaha
Pengusaha berkewajiban mengatur segala hal yang berada dibawah tanggung jawab dalam
hubungan kerja.
Berakhirnya hubungan kerja didalam suatu masyarakat biasa disebut dengan Pemutusan
Hubungan Kerja (PHK) adalah pengakhiran hubungan kerja karena suatu hal tertentu yang
mengakibatkan berakhirnya hak dan kewajiban antara pekerja dan perusahaan atau majikan, hal ini
dapat terjadi karena pengunduran diri, pemberhentian oleh perusahaan atau habis kontrak.
Menurut pasal 61 Undang – Undang No. 13 tahun 2003 mengenai tenaga kerja, perjanjian kerja dapat
berakhir apabila :
adanya keadaan atau kejadian tertentu yang dicantumkan dalam perjanjian kerja, peraturan
perusahaan, atau perjanjian kerja bersama yang dapat menyebabkan berakhirnya hubungan
kerja.
Dan akan tetapi apabila pihak yang mengakhiri perjanjian kerja sebelum jangka waktu yang ditentukan,
wajib membayar ganti rugi kepada pihak lainnya sebesar upah pekerja atau buruh sampai batas waktu
berakhirnya jangka waktu perjanjian kerja.
Hal-hal isi atau yang diperjanjikan dalam Perjanjian Kerja Perjanjian kerja akan memuat hal-hal sebagai
berikut :
Besarnya upah, tempat dan waktu pembayarannya dan fasilitas yang disediakan pengusaha bagi
pekerja.
Pengobatan berupa biaya dokter, poliklinik.
Pada dasarnya pembahasan hukum perburuhan sangatlah komplek dan hukum perburuhan ini sangatlah
dibutuhkan masyarakat khususnya yang bekerja disektor industri atau yang lainnya. Dan didalam hukum
perburuhan ini baik seorang pekerja atau buruh dan seorang majikan dalam aplikasinya akan diatur
dalam hukum perburuhan baik cara perekrutannya, perjanjian kerja, hubungan kerja, bahkan sampai
perselisihan kerja.
Misalnya seperti dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003, yang menjelas atau yang
menyatakan bahwa:
1.Perjanjian kerja adalah perjanjian antara pekerja atau buruh dengan pengusaha atau pemberi kerja
yang memuat syarat syarat kerja, hak, dan kewajiban para pihak.
2.Hubungan kerja adalah hubungan antara pengusaha dengan pekerja/buruh berdasarkan perjanjian
kerja, yang mempunyai unsur pekerjaan, upah, dan perintah.
Apabila didalam perjanjian atau hubungan kerja tersebut terjadi hal-hal yang tidak diinginkan
seperti melanggar hak dan kewajiban baik yang melanggar itu buruh atau majikan, maka akan terjadi
suatu perselisihan perburuhan. pengertian perselisihan perburuhan merupakan setiap pertentangan
atau ketidaksesuaian antara majikan dengan buruh mengenai hubungan kerja, syarat-syarat atau
keadaan perburuhan. Dengan demikian perselisihan perburuhan dapat terjadi antara buruh dengan
majikan, antara sekelompok buruh dengan majikan, antara serikat buruh dengan majikan atau
perkumpulan majikan.