BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Perjanjian Kerja
Perjanjian kerja merupakan salah satu turunan dasri perjanjian yang dimana
yang keseluruhan bentuk perjanjian harus memiliki asas hukum, sahnya suatu
antara hak dan kewajiban yang tercantum dalam asas kebebasaan berkontrak yang
sering kita kenal dengan istilah (idea of freedom of contract) yaitu seberapa jauh
antara mereka dalam perjanjian serta seberapa jauh hokum mengatrur hubungan
pihak ke-1 (satu)/buruh atau pekerja mengikatkan dirinya untuk dibawah perintah
pihak yang lain, si majikan untuk suatu waktu tertentu melakukan pekerjaan
antara pekerja/buruh dan pengusaha atau pemberi kerja yang memuat syarat-
bahwa perjanjian kerja adalah suatu perjanjian dimana pihak kesatu (buruh),
mengikatkan diri untuk bekerja dengan menerima upah dari pihak kedua yakni
membayar upah. 29
khas perjanjian kerja adalah” adanya di bawah perintah pihak lain” sehingga
tampak hubungan antara pekerja dan pengusaha adalah hubungan bawahan dan
atasan (subordinasi). 30
hubungan antara pekerja dan pengusaha yang memuat syarat-syarat kerja, hak dan
Tentang Ketenagakerjaan tidak menyebutkan bentuk perjanjian kerja itu lisan atau
28
Sentosa Sembiring, Himpunan Peraturan Perundang-Undang Republik Indonesia
Tentang Ketenagakerjaan, (Bandung: CV. Nuasa Aulia, 2005), hal. 17.
29
Ibid, http://artonang.blogspot.com/2014/12/perjanjian-kerja.html, Rabu, 06 Mei 2015,
pukul 09.30wib.
30
Ibid.
31
Ibid.
Ketenagakerjaan. 32
Dalam suatu perjanjian kerja harus ada pekerjaan yang diperjanjikan (objek
dengan seizin majikan dapat menyuruh orang lain. Hal ini dijelaskan dalam
adalah pekerja yang bersangkutan harus tunduk pada perintah pengusaha untuk
dikatakan bahwa tujuan utama orang bekerja pada pengusaha adalah untuk
32
Ibid.
memperoleh upah. Sehingga jika tidak unsur upah, maka suatu hubungan tersebut
5. Adanya Waktu
Waktu kerja sangat penting yang artinya komposisi dan tangung jawab
dari perkerja tersebut diketahui dari jam berapa sampai ke jam berapa atau berapa
jam dalam sehari wajib dilaksanakan. Pelaksanaan pekerjaan tersebut harus sesuai
dengan perjanjian, tidak boleh sesuka hati sipekerja tersebut dan harus
KUHPerdata dan juga pada Pasal 1 angka 14 Jo Pasal 52 ayat 1 Undang Undang
memuat syarat-syarat kerja, hak dan kewajiban para pihak. Dalam Pasal 52 ayat
33
Ibid.
Perjanjian kerja yang dibuat oleh para pihak yang bertentangan dengan
dibatalkan.Perjanjian kerja yang dibuat oleh para pihak yang bertentangan dengan
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf c dan d batal demi hukum.
dari perjanjian. Objek perjanjian haruslah yang halal yakni tidak boleh
kemauan bebas kedua belah pihak dan kemampuan atau kecakapan kedua belah
pihak dalam membuat perjanjian dalam hukum perdata disebut sebagai syarat
Perjanjian kerja dapat dibuat dalam bentuk lisan dan/ atau tertulis (Pasal 51
normatif bentuk tertulis menjamin kepastian hak dan kewajiban para pihak,
d. Tempat pekerjaan;
pekerja/buruh;
Waktu Tertentu (PKWT) dan Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu (“PKWTT”).
Menurut Pasal 56 ayat (1) Undang Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang
waktu tidak tertentu. Dalam Pasal 56 ayat (2) Undang Undang Nomor 13 Tahun
tertentu didasarkan atas jangka waktu atau selesainya satu pekerjaan tertentu.
kesungguhan dan keahlian seorang pekerja. Lama masa percobaan adalah 3 (tiga)
bulan, dalam masa percobaan pengusaha dapat mengakhiri hubungan kerja secara
perjanjian kerja untuk waktu tertentu karena perjanjian kerja berlansung relatif
singkat. Dalam hal ini pengusaha dilarang membayar upah dibawah upah
dalam waktu tertentu atau untuk pekerjaan tertentu atau untuk pekerjaan tertentu
kerja untuk waktu tertentu tidak dapat diadakan untuk pekerjaan yang bersifat
tetap. Sesuai dalam Pasal 59 ayat 1 Undang Undang Nomor 13 Tahun 2003
tertentu (kontrak) hanya dapat dibuat untuk pekerjaan tertentu yang menurut
jenis dan sifat atau kegiatan pekerjaannya akan selesai dalam waktu tertentu”,
yakni :
d. Pekerjaan yang berhubungan dengan produk baru, kegiatan baru, atau produk
34
Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor KEP.
100/MEN/VI/2004,Pasal 1, angka 1
hubungan kerja yang bersifat tetap.PKWTT dapat dibuat secara tertulis maupun
yang berlaku di antara mereka (antara pengusaha dengan pekerja) adalah klausul-
bulan. Selama masa percobaan pengusaha wajib membayar upah pekerja dan upah
tersebut tidak boleh lebih rendah dari upah minimum yang berlaku.
Isi perjanjian kerja merupakan inti dari suatu perjanjian kerja, yang
hak dan kewajiban antara sipemberi kerja dan sipenerima kerja. 36yakni:
35
Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor KEP.
100/MEN/VI/2004,Pasal 1, angka 1
36
Imam Soepomo, Hukum Perburuhan Bidang Hubungan Kerja, (Jakarta: Penerbit
Djambatan, 1987), hal. 60.
a. Kewajiban Buruh/Pekerja
dalam Pasal 1603, 1603a, 1603b dan 1603c yang pada intinya adalah sebagai
berikut:
utama dari seorang pekerja yang harus dilakukan sendiri, meskipun demikian
diberikan oleh pengusaha. Aturan yang wajib ditaati oleh pekerja sebaiknya
maka sesuatu dengan prinsip hukum pekerja wajib membayar ganti rugi dan
denda”.
b. Kewajiban Pengusaha
teratur. Cuti tahunan lamanya 12(dua belas) hari kerja. Selain itu pekerja
juga berhak atas cuti panjang selama 2 (dua) bulan setelah bekerja terus-
38
menerus selama 6 (enam) bulan pada suatu perusahaan.
tenaga kerja yang sakit, kecelakaan, dan kematian telah dijamin melalui
39
perlindungan Jamsostek, yang sekarag telah dirobah ke BPJS (Badan
manusia yang dirugikan orang lain dan perlindungan tersebut diberikan kepada
37
Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 1981Tentang Perlindungan Upah
38
Undang Undang Nomor 13 Tahun 2003,Tentang Ketenagakerjaan, Pasal 79 ayat 2
39
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992,Tentang Jamsostek
40
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2011,Tentang Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial
masyarakat agar mereka dapat menikmati semua hak - hak yang diberikan oleh
hukum atau dengan kata lain perlindungan hokum adalah berbagai upaya hukum
yang harus diberikan oleh aparat penegak hukum untuk memberikan rasa aman,
baik secara pikiran maupun fisik dari gangguan dan berbagai ancaman dari pihak
41
manapun.
Perlindungan hukum merupakan salah satu hal terpenting dari unsur suatu
negara hukum. Dianggap penting karena dalam pembentukan suatu negara akan
hukum adalah suatu perlindungan yang diberikan kepada subyek hukum ke dalam
bentuk perangkat baik yang bersifat preventif maupun yang bersifat represif, baik
yang lisan maupun yang tertulis. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa
perlindungan hukum sebagai suatu gambaran tersendiri dari fungsi hukum itu
41
Satjipto Rahardjo. Loc Cit. hlm. 74
42
Wirjo Prodjodikoro, Asas-Asas Hukum Perdata, (Bandung: Penerbit Sumur Bandung, 1983), hal.
20.
43
Wirjo Prodjodikoro, Asas-Asas Hukum Perdata, (Bandung: Penerbit Sumur Bandung, 1983), hal.
20.
44
Ridwan HR, Hukum Administrrasi Negara, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2013, hal. 265.
macam, yaitu : 45
hukum preventif. 46
tempat utama dan dapat dikaitkan dengan tujuan dari negara hukum. 47
penghidupan yang layak tanpa membedakan jenis kelamin, suku, ras, agama, dan
aliran politik sesuai dengan minat dan kemampuan tenaga kerja yang
47
Ridwan HR, Hukum Administrrasi Negara, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2013, hal. 265.
48
Abdul Khakim, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti,
2003), hal. 34
2. Perlindungan sosial,
3. Perlindungan teknis,
dengan mesin, alat-alat kerja bahan dan proses pengerjaan, keadaan tempat
3. Norma kerja, berupa perlindungan hak tenaga kerja secara umum baik
kinerja pekerja.
49
Ibid
50
Ibid
pekerjaan, dalam hal ini ahli waris berhak untuk menerima ganti rugi.
Tahun 1992 yang menurut Pasal 1 ayat (1) Jamsostek adalah suatu
perlindungan bagi tenaga kerja dalam bentuk santunan berupa uang sebagai
pelayanan sebagai akibat peristiwa atau keadaan yang dialami oleh tenaga
kerja berupa kecelakaan kerja, sakit, hamil, bersalin, hari tua dan meninggal
33 Tahun 1977.
kesusilaan, serta perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia
c. Perlindungan upah
kemanusiaan.
bahwa: “suatu perjanjian di mana pihak yang satu si buruh, mengikatkan dirinya
untuk di bawah perintahnya pihak yang lain, si majikan untuk suatu waktu
51
Iman Soepomo, Pengantar Hukum Perburuhan,(Jakarta: Penerbit Djambatan, 1987), hal. 12
Indonesia, yaitu Bapak Prof. R.Iman Soepomo, S.H. yang menerangkan bahwa
mengikatkan diri untuk bekerja dengan menerima upah pada pihak lainnya,
upah. 53
harus dipenuhi, baik yang berkaitan dengan sepakat mereka yang mengikatkan
diri, kecakapan untuk membuat perjanjian, suatu hal tertentu, dan suatu sebab
yang halal. Secara normatif, ketentuan tentang syarat sahnya perjanjian yang ada
dalam pasal 1320 KUHPerdata diadopsi sepenuhnya oleh Pasal 52 Ayat (1) UU
52
Pasal 1601 a KUHPerdata
53
Imam Soepomo, Hukum Perburuhan bagian Pertama Hubungan kerja, (Jakarta : PPAKRI
Bhayangkara, 1968), hlm. 57.
syarat sahnya perjanjian yang ada dalam Pasal 1320 KUHPerdata memiliki
melaksanakan hubungan hukum kerja maka jelas batasan sesuai dengan Pasal
1313 KUH Perdata bahwa perjanjian adalah suatu perbuatan dimana seorang atau
lebih mengikatkan diri pada orang lain untuk melakukan suatu hal, tampak dengan
kerja, yaitu : 54
54
Ibid, https://artikelarunalshukum.wordpress.com/2013/07/31/apa-saja-unsur-unsur-dalam-
perjanjian-kerja/ jumat, 8 Mei 2015, pukul 10.30wib.
upah, menyatakan bahwa upah tidak dibayar bila buruh atau pekerja tidak
pekerja berhalangan, pekerjaan tersebut bias diwakilkan atau diganti dengan orang
Pekerja haruslah tunduk pada perintah orang lain, yaitu pihak pemberi
pekerja dan harus tunduk dibawah perintah orang lain (majikan), pekerja harus
dengan waktu yang telah ditentukan dalam perjanjian kerja, dalam melakukan
pekerjaan dibawah perintah orang lain yaitu majikan, maka majikan sebagai pihak
pemberi kerja wajib pula memenuhi prestasinya, yaitu pembayaran upah, Upah
adalah imbalan prestasi yang wajib dibayar oleh majikan kepada pekerja.
Kempat syarat tersebut diatas harus bersifat kumulatif baru sah sebuah
demi hukum.Perjanjian kerja dapat dibuat dalam bentuk lisan dan tulisan. 55secara
normatif bentuk tertulis menjamin kepastian hak dan kewajiban para kedua belah
pihak, jika terjadi sesuatu perselisihan bukti ontentik tersbut dapat membantu
bentuk lisan dikarenakan ketidak tahuan atau lemahnya sumber daya manusia
55
Ibid, https://artikelarunalshukum.wordpress.com/2013/07/31/apa-saja-unsur-unsur-dalam-
perjanjian-kerja/ jumat, 8 Mei 2015, pukul 10.30wib.
.
Hak adalah segala sesuatu yang harus didapatkan oleh setiap orang yang
Adalah segala sesuatu yang wajib dilaksankan, keharusan yang harus kita
laksanakan.
melindungi dan membatasi status hak dan kewajiban para tenaga pekerja dari para
pemberi kerja (Pengusaha) yang sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan
dalam ruang lingkup kerja. Dengan demikian perlindungan terhadap tenaga kerja
dimaksudkan untuk menjamin hak-hak dasar para tenaga kerja dan menjamin pula
*** Pasal 5: Setiap tenaga kerja memiliki kesempatan yang sama tanpa
56
Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003, Tentang Ketenagakerjaan
*** Pasal 6: Setiap pekerja berHak memperoleh perlakuan yang sama tanpa
*** Pasal 12 ayat ( 3 ): Setiap pekerja memiliki kesempatan yang sama untuk
ditempat kerja
*** Pasal 23 : Tenaga kerja yang telah mengikuti program pemagangan berHak
sertifikasi
*** Pasal 31 : Setiap tenaga kerja mempunyai Hak dan kesempatan yang sama
kerja sebagaimana dimaksud pada Pasal 78 ayat (1) wajib membayar upah kerja
lembur
*** Pasal 79 ayat ( 1 ): Pengusaha wajib memberi waktu istirahat dan cuti kepada
pekerja
*** Pasal 82 : Pekerja perempuan berHak memperoleh istirahat selam 1,5 (satu
setengah) bulan sebelum saatnya melahirkan anak dan 1,5 (Satu setengah) bulan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 79 ayat (2) huruf b, c dan d, Pasal 80 dan
*** Pasal 85 ayat ( 1 ) : Pekerja tidak wajib bekerja pada hari-hari libur resmi
perlindungan atas :
c. Perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-
nilai agama
*** Pasal 90 : Pengusaha dilarang membayar upah lebih rendah dari upah
*** Pasal 104 ayat ( 1 ) : Setiap pekerja berHak membentuk dan menjadi anggota
serikat pekerja
*** Pasal 137 : Mogok kerja sebagai Hak dasar pekerja dan serikat pekerja
dilakukan secara sah, tertib dan damai sebagai akibat gagalnya perundingan
*** Pasal 156 ayat ( 1 ): Dalam hal terjadi pemutusan hubungan kerja, pengusaha
diwajibkan membayar uang pesangon dan uang penghargaan masa kerja serta
*** Pasal 102 ayat ( 2 ): Dalam melaksanakan hubungan industrial, pekerja dan
keluarganya
*** Pasal 126 ayat ( 1 ): Pengusaha, serikat pekerja dan pekerja Wajib
pekerja
dilaksanakan oleh pengusaha dan pekerja atau serikat pekerja secara musyawarah
untuk mufakat
*** Pasal 140 ayat ( 1 ): Sekurang kurangnya dalam waktu 7 (Tujuh) hari kerja
2. Berhak atas ditaatinya aturan kerja oleh pekerja, termasuk pemberian sanksi
4. Berhak melaksanakan tata tertib kerja yang telah dibuat oleh pengusaha
menurut agamanya
2. Dilarang memperkerjakan buruh lebih dari 7 jam sehari dan 40 jam seminggu,
5. Wajib membayar upah pekerja pada saat istirahat / libur pada hari libur resmi