Masalah praktik perjanjian kerja waktu tertentu (PKWT) dan penyerahan sebagian
pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lain. Giawan Lussa (2018), berpendapat bahwa
undung-undang bidang ketenagakerjaan sebagai the law of non enforment atau hukum yang tidak
dapat atau sulit ditegakkan. Revolusi industry 4.0 telah menggeser hubungan kerja, di mana
relasi antara pekerja dan pemberi kerja bukan lagi berbentuk hubungan kerja, melainkan
kemitraan atau yang lebih dikenal dengan istilah fleksibilitas hubungan kerja (labour flexibility).
Fleksibilitas hubungan kerja memicu terjadinya perubahan komposisi tenaga kerja yang semula
didominasi pekerja dengan status hubungan kerja tetap dan kemudian bergeser didominasi
pekerja dalam hubungan kerja yang fleksibel (labour flexibility). Penerapan fleksibilitas
hubungan kerja bermanfaat bagi perusahaan karena perusahaan dapat memusatkan perhatiannya
hanya pada kegiatan utama yang menjadi inti usaha (core bussiness) dengan menyerahkan
pekerjaan-pekerjaan yang bersifat penunjang pada perusahaan lain.
Dalam UU 13/2003 tidak menyebut tegas tentang istilah outsourcing, tetapi dalam
ketentuan Pasal 64 UU 13/2003 menunjukan dasar hukum pelaksanaan outsourcing, di mana
perusahan dapat menyerahkan sebagian pelaksanaan pekerjaan melalui perjanjian pemborongan
pekerjaan (Pasal 65 UU 13/2003) dan penyediaan jasa kerja/buruh (Pasal 66 UU 13/2003).
Mullin dalam Damanik (2006: 7) dalam Husni (2014: 168) menyatakan bahwa gagasan awal
berkembangnya outsourcing adalah untuk membagi risiko usaha dalam berbagai masalah,
termasuk ketenagakerjaan.
Dapat juga dikatakan outsourcing sebagai penyerahan kegiatan perusahaan, baik sebagian
maupun secara menyeluruh kepada pihak lain yang tertuang dalam kontrak perjanjian.
Berdasarkan Pasal 1 angka 2 Peraturan Bank Indonesia No. 13/25/PBI/2011 tentang Prinsip
Kehati-hatian bagi Bank Umum yang Melakukan Penyerahan Sebagian Pelaksanaan Pekerjaan
kepada Perusahaan Lain, menyebutkan bahwa penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan
kepada perusahaan lain yang selanjutnya disebut alih daya adalah penyerahan sebagian
pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan penyedia jasa melalui perjanjian pemborongan
pekerjaan dan/atau melalui perjanjian penyediaan jasa tenaga kerja. Pelaksanaan outsourcing
tetap harus menjamin hak-hak normative pekerja/buruh.
B. Dasar Hukum
1. Pasal 64-66 Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
2. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor KEP-100/MEN/VI/2004
tentang Ketentuan Pelaksanaan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu.
3. Permenakertrans No. 19 Tahun 2012 tentang Syarat-Syarat Penyerahan sebagai
Pelaksanaan Pekerjaan kepada Perusahaan Lain.
4. Permen Ketenagakerjaan No. 27 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri
Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 19 Tahun 2012 tentang Syarat-Syarat Penyerahan
sebagai Pelaksanaan Pekerjaan kepada Perusahaan Lain.
5. Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. SE-04/MEN/VIII/2013 tentang
Pedoman Pelaksanaan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 19 Tahun
2012 tentang Syarat-Syarat Penyerahan sebagai Pelaksanaan Pekerjaan kepada
Perusahaan Lain.
1. Dibuat dalam bentuk tertulis, tidak boleh secara lisan (tidak tertulis).
2. Untuk jenis atau sifat pekerjaan yang tidak memenuhi ketentuan PKWT (Pasal 59 UU
13/2003) dibuat dengan perjanjian kerja waktu tidak tertentu (PKWTT). Jadi, tidak boleh
menggunakan PKWT karena tidak memenuhi ketentuan PKWT.
Dalam menentukan suatu jenis pekerjaan itu merupakan kegiatan pokok (core business)
atau kegiatan penunjang (supporting business) harus di lihat dari diagram atau alur kegiatan
proses produksi yang menggambarkan proses pelaksanaan pekerjaan dari awal sampai akhir serta
memuat kegiatan utama dan kegiatan penunjang dengan memerhatikan persyaratan.
1. Perundingan bipartit.
2. Apabila perundingan bipartit gagal, dilakukan pemeriksaan oleh pegawai pengawas
ketenagakerjaan berdasarkan peraturan perundangan-undangan.
3. Meminta pengesahan nota pemeriksaan pegawai pengawas ketenagakerjaan oleh
pengadilan negeri setempat.
Menurut penulis akan lebih efektif perubahan PKWT menjadi PKWTT dan peralihan hubungan
kerja ditempuh melalui prosedur penyelesaian perselisihan hubungan industrial sebagaimana UU
2/2004.
PENGANTAR HUKUM PERBURUHAN
PROF. IMAM SOEPOMO
BAB III
SUMBER HUKUM PERBURUHAN
1. Undang-undang
Undang –undang merupakan sumber hukum yang terpenting dan terutama.
Undang-undang adalah suatu peraturan yang ditetapkan oleh presiden dengan
persetujuan DPR.
Disamping ada UU terdapat juga peraturan pemerintah pengganti UU yang
ditetapkan oleh presiden dengan persetujuan DPR.
Peraturan-peraturan yang kedudukannya dapat disamakan dengan UU yaitu :
a) Wet undang-undang yang dibentuk oleh raja bersama dengan parlemen di
Netherland . contoh Kitab Undang-undang Hukum Dagang, KHUPerdata,.
b) Algemeen Maatregel van Bestur Peraturan yang dibentuk oleh pemerintahan
Netherland sebagai peraturan pelaksanaan dari suatu wet.
c) Ordonnantie peraturan ini ada dua macam yaitu peraturan yang di tetapkan oleh
gubernur jenderal dahulu dengan atau tidak mendengar Raad Van Indie dan
kedua yang sejak tanggal 1 Jannuari 1926 ditetapkan oleh gubernur jenderal
dengan sepakat Volksraad dahulu.
2. Peraturan Lainnya
Peraturan ini kedudukannya lebih rendah daripada undang-undang. Peraturan ini
adalah:
a) Peraturan Pemerintah
b) Keputusan Presiden
c) Peraturan atau Keputusan Instansi Lain.
3. Kebiasaan
Kebiasaan atau hukum tidak tertulis, sudah ada sejak perang dunia II berkembang
karena dua faktor :
Pembentukan undang-undang atau peraturan perburuhan tidak dapat dilakukan
secepat perkembangan soal-soal perburuhan yang harus di atur.
Peraturan-peraturan dari jaman hindia belanda dahulu sudah tidak lagi dirasakan
sesuai dengan rasa keadilan masyarakat dan aliran-aliran yang tumbuh diseluruh
dunia.
4. Putusan
Putusan digunakan untuk menentukan, menetapkan hukum itu sendiri. Putusan
juga menetapkan apa yang sebenarnya berlaku antara pihak-pihak yang
bersangkutan.
Barang siapa tidak tunduk pada putusan yang sifatnya mengikat, diancam pidana.
5. Perjanjian
Perjanjian kerja awalnya berlaku antara buruh dan majikan yang
menyelenggarakan. Orang lain tidak terikat. Dengan demikian aturan dalam
perjanjian perburuhan juga memiliki kekuatan hukum sebagai UU .
6. Traktat
Perjanjian perburuhan antara negara Indonesia dengan suatu atau beberapa negara
lain. Belum pernah diadakan. Perjanjian (Konpensi convention ) yang ditetapkan
oleh Koperensi Organisasi Perburuhan Internasional ( International Labour
Organization Conference) tidak dapat dipandang sebagai sumber hukum
perburuhan, karena konpensi tidak mengikat langsung golongan buruh dan
majikan Indonesia.
BAB IV
ORANG DAN BADAN YANG BERSANGKUTAN
Selain dengan buruh dan majikan Hukum perburuhan juga bersangkutan dengan
Organisasi Buruh dan organisasi Majikan serta badan badan resmi . Organisasi
Perburuhan Internasional ( International Labour Organization ) merupakan pembentuk
Konpensi Perburuhan yang tidak langsung tersangkut dalam peraturan perburuhan
nasional.
Sedangkan istilah tenaga kerja adalah orang yang mampu dan dibolehkan melakukan
pekerjaan, baik yang sudah mempunyai pekerjaan maupun yang belum mempunyai
pekerjaan.Istilah pengusaha adalah tiap orang yang melakukan suatu usaha
( entrepreneur).
Undang –undang perburuhan kita untuk kedua orang yang menggunakan istilah buruh
dan majikan. Buruh adalah seorang yang menjalankan pekerjaan untuk majikan dalam
suatu hubungan kerja dengan menerima upah.
Undang-undang Kecelakaan memperluas arti kata buruh dengan memasukan pula:
a. Magang, murid dan sebagainya yang melakukan pekerjaan diperusahaan yang
diwajibkan untuk memberi tunjangan, juga hal ini mereka tidak menerima upah.
b. Mereka yang memborong pekerjaan yang biasa dikerjakan di perusahaan yang
diwajibkan memberi tunjangan kecuali perusahaan tersebut yang memborong
pekerjaan itu sendiri.
c. Mereka yang bekerja pada seorang pemborong pekerjaan yang biasa dikerjakan di
perusahaan yang di wajibkan memberi tunjangan. Mereka yang bekerja dengan
pemborong yang bekerja di perusahaan kecuali jika majikan yang memborong
pekerjaan itu sendiri adalah suatu perusahaan yang diwajibkan memberi tunjangan.
d. Orang hukuman yang bekerja di perusahaan yang diwajibkan memberi tunjangan.
Akan tetapi mereka tidak berhak mendapat ganti-rugi Karena kecelakaan selama dia
itu menjalani hukuman.
Undang- undang Kecelakaan itu sebaliknya juga mempersempit arti kata buruh, karena
mengeluarkan :
a. Pegawai dan pekerja pada negara atau pada badan pemerintah yang didirikan
dengan undang-undang, yang telah dilindungi oleh peraturan dari pemerintah jika
mendapat kecelakaan.
b. Buruh yang dilindungi oleh suatu peraturan kecelakaan yang berlaku di luar daerah
Negara Indonesia.
c. Buruh yang bekerja dirumahnya sendiri, untuk perusahaan yang di wajibkan
memberi tunjangan dalam menjalankan pekerjaan itu .
2. ORGANISASI BURUH
Pentingnya organisasi buruh dahulu diakui oleh undang-undang pasal 29 dimana setiap
orang berhak mendirikan serikat kerja dan masuk ke dalamnya intuk melindungi dan
memperjuangkan kepentingan.
UUD Tahun 1945 mengatakan bahwa kemerdekaan berserikat dan berkumpul ditetapkan
dengan undang-undang.
Menurut Ordonnantie op de Indonesische Vereniging ( Peraturan pengakuan sebagai
badan hukum dimintakan kepada dan diberikan oleh ketua Pengadilan Negeri di tempat
kedudukan perkumpulan yang bersangkutan.
Perkumpulan yang terdaftar itu harus mempunyai suatu peraturan dasar yang tertulis dan
berisikan antara lain :
a. Nama dan tujuan tempat kedudukan dan saat pembubaran karena kadarluarsa
b. Usaha-usaha untuk mencapai tujuan
c. Ketentuan hanya warga negara Indonesia aslilah yang dapat menjadi anggota
d. Susunan pengurus dan ketentuan bahwa semua anggota pengurus harus menjadi
anggota perkumpulan
e. Ketentuan siapalah yang menjadi perwakilan perkumpulan diluar dan dimuka
pengadilan
f. Ketentuan bahwa pengurus wajib tiap tahun memberi perhitungan tentang keadaan
keuangan dan peraturan tentang cara pemberian perhitungan
g. Hak dan kewajiban para anggota dan caranya mendapatkan dan kehilangan
keanggotaan itu
h. Penunjukan tujuan harta kekayaannya bia perkumpulan di bubarkan
i. Caraya perkumpulan dibubarkan atas keputusan rapat anggota
j. Ketentuan bahwa perkumpulan bertanggung jawab atas perjanjian yang diadakannya
dan bukan anggotanya dan sebagainya.
a. ORGANISASI MAJIKAN
Dasar dan tujuannya adalah kerjasama antara anggota-anggota dalam soal-soal teknis dan
ekonomis belaka, tidak juga semata-mata merupakan badan yang mengurus soal-soal
perburuhan , baik atas inisiatif sendiri maupun atas desakan dari buruh atau organisasi
buruh.
Organisasi pengusaha pertama kali didirikan dibidang perkebunan tahun 1853. Organisasi
pengusaha dalam arti kata organisasi majikan. Organisasi pengusaha tugasnya mengurus
syarat-syarat kerja bagi anggota-anggotanya pada dasarnya menghendaki suatu ikatan
anggota yang lebih kuat. Para perkumpulan majikan juga membuat perjanjian perburuhan
mempunyai sifat badan hukum.
b. PENGUASA
Campur tangan negara dalam soal soal perburuhan merupakan suatu faktor yang sangat
penting dalam hukum perburuhan modern. Campur tangan negara ini mengharuskan
adanya instansi yang berwenang dan wajib melakukannya.
Suatu instansi perburuhan di bidang perburuhan yang perlu mendapatkan perhatian
khusus ialah Panitia Penyelesaian Perselisihan Perburuhan.
Pertama, Panitia Penyelesaian Perselisihan Perburuhan mempunyai fungdi khas yaitu
selain secara terus menerus merupakan pelaksana dari kekuasaan negara atau barang kali
lebih tepat bila dikatakan : panitia Panitia Penyelesaian Perselisihan Perburuhan
memegang kekuasaan mengadili, terutama mengenai perselisihan kepentingan. Karena
itu disebut dewan atau badan Panitia Penyelesaian Perselisihan Perburuhan tersebut
mempunyai Tupoksi yaitu :
Melakukan peradilan dibidang perburuhan
Melakukan pemberian izin kepada majikan ( swasta ) dalam soal pemberhentian
buruh.
Di luar bidang perselisihan perburuhan dikenal “ Badan Kerjasama Tripatite Nasional
Pemerintah Buruh dan Pengusaha ”. disingkat Bakersa Tripnas.
Mukadimah dari pedoman Dasarnya berbunyi :
I. Guna merealisasikan kebijakan-kebijakan perburuhan khususnya dan
ketenagakerjaan, perlu segera menciptakan iklim kerjasama. Sebaik-baiknya
antara pemerintah.
II. Untuk membina serta mendayagunakan seluruh kekuatan social potensill
khususnya antara pemerintah , buruh dan pengusaha diatas landasan gotong
royon, saling isi mengisi koreksi dan intropeksi diri.
III. Dalam rapat antara pemerintah dengan buruh dan pengusaha pada tanggal 1 Mei
1968 telah diputuskan membetuk suatu wadah / badan kerjasama (BAKERSA
TRIPNAS) antara pemerintah, buruh dan pengusaha. Yang masing-masing
diwakili oleh Departemen Tenaga Kerja.
Bakersa Tripnas merupakan forum musyawarah antara Pemerintah, Buruh dan
Pengusaha. Untuk mengwujudkan kehidupan masyarakat yang adil dan makmur.
Adapun tujuan dari Bakersa Tripnas yaitu :
1. Mengadakan Konsultasi dengan pemerintah, Organisasi Buruh dan
Organisasi Pengusaha dalam menyelesaikan masalah yang dihadapinya.
2. Mengolah keinginan-keinginan, saran-saran , usul-usul dan konsepsi-
konsepsi Pemerintah, Buruh dan Pengusaha.
3. Membina kerjasama sebaik-baiknya antara Pemerintah Buruh dan
Pengusaha dalam memberikan bantuan kepada penyelenggara tugas-tugas
Pemerintah dalam bidang Perburuhan dan Ketenaga kerjaan khususnya
4. Membuat keputusan bersama yang dapat menjadi pedoman bagi ketiga
belah pihak .
Dalam Bakersa Tripnas itu :
a. Pemerintah diwakili Departemen Tenaga Kerja
b. Buruh diwakili oleh Sekretariat Bersama Gabungan-gabungan serikat
buruh Indonesia dan
c. Pengusaha diwakili oleh Permusyawaratan Urusan Sosial Pengusaha
Indonesia.
Musyawarah dan kerjasama berlandasakan gotong royong merupakan watak dan sifat
khas dari Negara Pancasila yang :
I. Lain daripada Liberalisme tidak mengenal free fight dengan senjata mogok dan
penutupan
II. Lain daripada komunisme tidak mengenal diktatur proletar.
Hal- Hal Pokok Yang di Atur dalam
Undang Undang Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja
BAB IV
Pasal 80
Tentang mengubah, menghapus, atau menetapkan pengaturan baru terhadap pengaturan yang
lama
Pasal 81
Tentang Perubahan, Penghapusan, dan Penetapan Baru di Beberapa ketentuan dalam Undang-
Undang Nomor 13 Tahun 2OO3 tentang Ketenagakerjaan pada:
Pasal 82
Tentang Perubahan, Penghapusan, dan Penetapan Baru di Beberapa ketentuan dalam Undang-
Undang Nomor 40 Tahun 2OO4 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional pada:
Pasal 83
Tentang Perubahan, Penghapusan, dan Penetapan Baru di Beberapa ketentuan dalam Undang-
Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial pada:
Pasal 84
Tentang Perubahan, Penghapusan, dan Penetapan Baru di Beberapa ketentuan dalam Undang-
Undang Nomor 18 Tahun 2017 tentang Pelindungan Pekerja Migran Indonesia pada: