Anda di halaman 1dari 22

HUKUM KETENAGAKERJAAN

& PENGADILAN HUBUNGAN


INDUSTRIAL
(HUKUM PERBURUHAN)
Pertemuan ketiga

Lindri Purbowati,S.H.,M.H
HUBUNGAN
KERJA
• PERJANJIAN KERJA, PERATURAN
PERUSAHAAN & PERJANJIAN KERJA
BERSAMA
• WAKTU KERJA DAN WAKTU ISTIRAHAT
HUBUNGAN KERJA
Hubungan kerja adalah hubungan hukum antara
pekerja/buruh dengan pengusaha mengenai
pekerjaan. Hubungan kerja merupakan Inti dari
hubungan industrial.
Pasal 1 angka 15 UU ketenagakerjaan hubungan kerja
yaitu antara pengusaha dan pekerja/buruh
berdasarkan perjanjian kerja yang mempunyai unsur
pekerjaan, perintah dan upah.
Putusan MA no 841K/Pdt.sus/2009 dan
No.276K/Pdt.sus/2013 menjabarkan mengenai kriteria
terpenuhinya 3 unsur hubungan kerja sebagai berikut:
1. Pekerjaan, terpenuhi bila pekerja hanya
melaksanakan pekerjaan yg sdh diberikan
Perusahaan.
2. Perintah: Bila pemberi perintah kerja adalah
Perusahaan. Bukan atas inisiatif pekerja.
3. Upah: Bila pekerja menerima kompensasi berupa
uang tertentu yg besar jumlahnya tetap dalam
periode tertentu. Bkn berdasarkan
komisi/presentase.
HUBUNGAN KERJA

“Adanya hubungan kerja menyebabkan


timbulnya hak dan kewajiban bagi
pekerja /buruh bagi pengusaha untuk
dilaksanakan.”
Dengan berbagai macam jenis
perjanjian, Sehingga Hubungan kerja
merupakan perjanjian yang sifatnya
atau termasuk dalam perjanjian
yang……….
PERJANJIAN KERJA
Pasal 1 angka 14 UU Ketenagakerjaan :
Perjanjian kerja adalah perjanjian antara pekerja/buruh
dengan pengusaha atau pemberi kerja yang memuat
syarat-syarat kerja, hak, dan kewajiban para pihak.
Pasal 51
(1) Perjanjian kerja dibuat secara tertulis atau lisan.
(2) Perjanjian kerja yang dipersyaratkan secara tertulis
dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang undangan yang
berlaku.
Pasal 52
(1) Perjanjian kerja dibuat atas dasar :
a. kesepakatan kedua belah pihak;
b. kemampuan atau kecakapan melakukan perbuatan hukum;
c. adanya pekerjaan yang diperjanjikan; dan
d. pekerjaan yang diperjanjikan tidak bertentangan dengan
ketertiban umum, kesusilaan, dan peraturan perundang
undangan yang berlaku.
(2) Perjanjian kerja yang dibuat oleh para pihak yang
bertentangan dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) huruf a dan b dapat dibatalkan.
(3) Perjanjian kerja yang dibuat oleh para pihak yang
bertentangan dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) huruf c dan d batal demi hukum.
PERJANJIAN KERJA
Pasal 54
(1) Perjanjian kerja yang dibuat secara tertulis sekurang kurangnya
memuat :
a. nama, alamat perusahaan, dan jenis usaha;
b. nama, jenis kelamin, umur, dan alamat pekerja/buruh;
c. jabatan atau jenis pekerjaan;
d. tempat pekerjaan;
e. besarnya upah dan cara pembayarannya;
f. syarat syarat kerja yang memuat hak dan kewajiban
pengusaha dan pekerja/buruh;
g. mulai dan jangka waktu berlakunya perjanjian kerja;
h. tempat dan tanggal perjanjian kerja dibuat; dan
i. tanda tangan para pihak dalam perjanjian kerja.
(2) Ketentuan dalam perjanjian kerja sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) huruf e dan f, tidak boleh bertentangan dengan peraturan
perusahaan, perjanjian kerja bersama, dan peraturan perundang
undangan yang berlaku
(3) Perjanjian kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dibuat
sekurang kurangnya rangkap 2 (dua), yang mempunyai kekuatan
hukum yang sama, serta pekerja/buruh dan pengusaha masing
masing mendapat 1 (satu) perjanjian kerja.
Pasal 55
Perjanjian kerja tidak dapat ditarik kembali dan/atau diubah,
kecuali atas persetujuan para pihak
PERJANJIAN KERJA
BERDASARKAN WAKTU
1. Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT)

Adalah perjanjian kerja antara pekerja/buruh dengan


pengusaha untuk mengadakan hubungan kerja dalam waktu
tertentu atau untuk pekerjaan tertentu. PKWT didasarkan atas
jangka waktu atau selesainya suatu pekerjaan tertentu
berdasarkan perjanjian kerja. Pekerjanya sering disebut sebagai
pekerja kontrak.

2. Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu (PKWTT)

Adalah perjanjian kerja antara Pekerja/Buruh dengan


Pengusaha untuk mengadakan hubungan Kerja yang bersifat
tetap. Hubungan kerja yang bersifat tetap ini, tidak ada batasan
waktu (bisa sampai usia pensiun atau bila pekerja meninggal
dunia). Pekerjanya sering disebut sebagai pekerja tetap.
PERJANJIAN KERJA WAKTU
TERTENTU
Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT)
Pasal 59 ayat (1) UU Nomor 13 Tahun 2003, adalah pekerjaan
tertentu yang menurut jenis dan sifat atau kegiatan
pekerjaannnya akan selesai dalam waktu tertentu.

Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No.


KEP.100/MEN/VI/2004 tentang Pelaksanaan Perjanjian Kerja
Waktu Tertentu dan Peraturan Pemerintah Nomor 35 tahun
2021 (PP 35/2021) tentang Perjanjian Kerja Waktu Tertentu,
Alih Daya, Waktu Kerja dan Waktu Istirahat, dan Pemutusan
Hubungan Kerja, yang merupakan aturan turunan dari UU Cipta
Kerja No. 11 tahun 2020, pengertian Perjanjian Kerja Waktu
Tertentu (PKWT) adalah perjanjian kerja antara pekerja/buruh
dengan pengusaha untuk mengadakan hubungan kerja dalam
waktu tertentu atau untuk pekerjaan tertentu. PKWT
didasarkan atas jangka waktu atau selesainya suatu pekerjaan
tertentu berdasarkan perjanjian kerja.
PERJANJIAN KERJA WAKTU
TERTENTU
JENIS DAN SIFAT PEKERJAAN YANG DIPERBOLEHKAN MENGGUNAKAN PERJANJIAN
KERJA WAKTU TERTENTU.
PKWT dapat diadakan untuk pekerjaan yang jenis dan sifat atau kegiatannya bersifat
tidak tetap. PKWT dapat dilaksanakan terhadap pekerjaan yang didasarkan atas jangka
waktu, atau selesainya suatu pekerjaan tertentu, atau pekerjaan tertentu lainnya yang
jenis dan sifat atau kegiatannya bersifat tidak tetap, dengan rincian sebagai berikut:
1. Pasal 5 ayat (1) PP 35/2021 mengatur PKWT berdasarkan jangka waktu, yaitu:
a. Pekerjaan yang diperkirakan penyelesaiannya dalam waktu yang tidak terlalu
lama,
b. Pekerjaan yang bersifat musiman, atau
c. pekerjaan yang berhubungan dengan produk baru, kegiatan baru, atau produk
tambahan yang masih dalam percobaan atau penjajakan.
2. Pasal 5 ayat (2) PP 35/2021 mengatur PKWT berdasarkan selesainya suatu pekerjaan
tertentu, yaitu:
a. Pekerjaan yang sekali selesai, atau
b. Pekerjaan yang sementara sifatnya.
3. Pasal 5 ayat (3) dan Pasal 10 ayat (1) PP 35/2021 menyebut PKWT yang dapat
dilaksanakan terhadap pekerjaan tertentu lainnya yang jenis dan sifat atau kegiatannya
bersifat tidak tetap berupa pekerjaan tertentu yang berubah-ubah dalam hal waktu dan
volume pekerjaan serta pembayaran upah Pekerja/buruh berdasarkan kehadiran,
seperti perjanjian kerja harian.
PERJANJIAN KERJA WAKTU
TERTENTU
• Pasal 4 ayat (2) PP 35/2021 menegaskan larangan diterapkannya PKWT untuk
pekerjaan yang jenis atau kegiatannya bersifat tetap. PKWT hanya dapat
diterapkan pada pekerjaan yang selesai pada jangka waktu tertentu.
• PKWT tidak dapat mensyaratkan adanya masa percobaan kerja. Dalam hal
disyaratkan masa percobaan kerja, masa percobaan kerja yang disyaratkan
tersebut batal demi hukum dan masa percobaan kerja tersebut tetap dihitung
sebagai masa kerja (pasal 12 PP 35/2021).
• PKWT yang berdasarkan jangka waktu PKWT dapat diperpanjang beberapa kali
apabila pekerjaan yang dilaksanakan belum selesai, dengan ketentuan jangka
waktu keseluruhan PKWT serta perpanjangannya tidak lebih dari 5 tahun
(pasal 8 PP 35/2021).
PERJANJIAN KERJA WAKTU
TIDAK TERTENTU
Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu (PKWTT) adalah perjanjian kerja
antara pekerja dengan pengusaha untuk mengadakan hubungan Kerja yang
bersifat tetap, tidak ada batasan waktu.
Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. KEP.100/MEN/VI/2004
tentang Pelaksanaan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu dan Peraturan Pemerintah
Nomor 35 tahun 2021 (PP 35/2021) tentang Perjanjian Kerja Waktu Tertentu, Alih
Daya, Waktu Kerja dan Waktu Istirahat, dan Pemutusan Hubungan Kerja, yang
merupakan aturan turunan dari UU Cipta Kerja No. 11 tahun 2020, pengertian
Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu yang selanjutnya disingkat PKWTT sebagai
perjanjian kerja antara Pekerja/Buruh dengan Pengusaha untuk mengadakan
hubungan Kerja yang bersifat tetap.
PERJANJIAN KERJA WAKTU
TIDAK TERTENTU
• Dalam prakteknya pekerja dengan status PKWTT akan melakukan perjanjian
kontrak kerja dengan perusahaan dengan memberlakukan masa percobaan.
Untuk jangka waktu masa percobaan yang boleh dikenakan adalah maksimal
selama 3 bulan (pasal 58 ayat (1) dan 60 ayat (1) UU 13/2003).
NOTE: Jika perusahaan memutuskan untuk menetapkan pekerja dalam masa
percobaan sebagai pekerja tetap, maka perusahaan wajib memperbaharui
kontrak kerja pekerja tersebut menjadi pekerja tetap. Namun harus diperhatikan
bahwa masa percobaan yang demikian bukanlah syarat wajib. Dalam aturan
perundang-undangan disebut “dapat mensyaratkan” artinya perusahaan dapat
langsung membuat PKWTT dengan pekerjanya tanpa melalui masa percobaan
tersebut.
Pasal 60 ayat (1) UU 13/2003 menegaskan bahwa PKWTT dapat mensyaratkan
masa percobaan kerja paling lama 3 (tiga) bulan.
PERBEDAAN PKWT DAN PKWTT
PERJANJIAN
KERJA,PERATURAN
PERUSAHAAN DAN PKB
1. Perjanjian Kerja: Perjanjian kerja adalah perjanjian antara pekerja/buruh
dengan pengusaha atau pemberi kerja yang memuat syarat-syarat kerja, hak,
dan kewajiban para pihak.
2. Peraturan Perusahaan: Pasal 1 angka 20 UU ketenagakerjaan Aturan yang
dibuat tertulis oleh pengusaha yang memuat syarat-syarat kerja dan tata tertib
Perusahaan. Dibuat khusus sepihak oleh pengusaha. Berlaku umum. UU
mewajibkan Minimal 10 pekerja untuk menyususn PP
3. PKB: Perjanjian hasil perundingan antara serikat buruh/pekerja atau beberapa
serikat buruh/pekerja yg tercatat pada instansi yang bertanggungjawab di
bidang Ketenagakerjaan dengan pengusaha, atau beberapa pengusaha atau
Kumpulan pengusaha yg memuat syarat-syarat kerja, hak, dan kewajiban kedua
belah pihak (pasal 1 angka 21 UU ketenagakerjaan). Penanda adanya serikat
pekerja
PERJANJIAN
KERJA,PERATURAN
PERUSAHAAN DAN PKB
WAKTU KERJA
DAN
WAKTU ISTIRAHAT
Aturan jam kerja karyawan merupakan sesuatu yang wajib ditaati oleh perusahaan atau
pemberi kerja. Perusahaan atau pemberi kerja harus memberikan jam kerja sesuai yang
sudah ditentukan oleh pemerintah.
UU Ketenagakerjaan maupun UU Cipta Kerja, keduanya sama-sama menetapkan dua jenis
aturan jam kerja karyawan sesuai depnaker yang bisa digunakan oleh perusahaan di
antaranya:
1. 7 jam dalam sehari atau 40 jam dalam satu minggu untuk 6 hari kerja dengan 1 hari
istirahat dalam 1 minggu.
2. 8 jam dalam sehari atau 40 jam dalam satu minggu untuk 5 hari kerja dengan 2 hari
istirahat dalam 1 minggu.
Bahkan pada Pasal 21 ayat (3) pada PP No.35/2021 atau Pasal 77 ayat (3) UU No.13/2013 jam
kerja tersebut bisa saja tidak berlaku bagi sektor-sektor usaha tertentu.
Sektor usaha waktu kerja lebih dari ketentuan misalnya usaha yang membutuhkan jam
operasional 24 jam atau secara terus-menerus.
WAKTU KERJA
DAN
WAKTU ISTIRAHAT
PP No.35/2021 mengatur sektor usaha yang memiliki waktu kerja karyawan
kurang dari ketentuan yang memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Pekerjaan dapat dilakukan kurang dari 7 jam sehari dan kurang dari 35
jam dalam seminggu
2. Waktu kerja fleksibel atau flexi work
3. Pekerjaan yang dapat dilakukan di luar lokasi kerja
4. Dengan kata lain, aturan jam kerja karyawan sesuai pemerintah yang
disebutkan sebagai perhitungan dasar dan sifatnya tidak baku.
Semua kembali pada perjanjian dalam kontrak kerja yang disepakati oleh
karyawan dan perusahaan.
TERIMA KASIH……….

Anda mungkin juga menyukai