Prolog
Menurut ketentuan pasal 52 UU No. 13 Tahun 2003 syarat syahnya perjanjian kerja
dibuat atas dasar:
Kesepakatan para pihak yang mengikatkan diri ini sesuai dengan ketentuan Pasal 52
ayat (a) UU. no.13 Tahun 2003 yang berawal dari konsesualisme sehingga
menimbulkan adanya perjanjian. Dengan perkataan lain perjanjian dan perikatan itu
telah lahir sejak terjadinya kata sepakat. Oleh karena itu perjanjian ini telah sah.
Dalam pasal 52 ayat (b) Undang-Undang 13 tahun 2003 ini juga, mempersyaratkan
para pihak yakni pengusaha sebagai pemberi kerja dan pekerja sebagai penerima
kerja mempunyai kemampuan dan kecakapan melakukan perbuatan hukum. Dan
pada penjelasan pasal 52 Undang-undang No 13 tahun 2003 di jelaskan bahwa yang
dimaksud kemampuan atau kecakapan adalah para pihak yang mampu atau cakap
menurut hukum untuk membuat perjanjian.
Pasal 54 UU No. 13/2003, mengatur hal-hal yang diatur dalam perjanjian kerja
tertulis :
Perjanjian kerja yang dibuat tida memuat /memenuhi ketentuan sebagaimana diatur
dalam pasal 52 UU No. 13/2003 butir (a) dan (b), dapat dibatalkan
Yang dimaksud dengan PKWT adalah perjanjian kerja antara buruh/pekerja dan
pengusaha unutk menngadakan hubungan kerja dalam waktu tertentu atau
pekerjaan tertentu ( pasal 1 KEP 100/MEN/VI/2004)
Syarat kerja dan ketentuan yang memuat hak dan kewajiban antara pengusaha dan
pekerja/buruh yang diperjanjikan dalam PKWT, dipersyaratkan sesuai ketentuan
pasal 54 ayat 2 Undang-Undang NO. 13 Tahun 2003
1. Didasarkan atas jangka waktu atau selesainya suatu pekerjaan tertentu yang
menurut jenis pekerjaan dan sifat pekerjaan akan selesai dalam waktu tertentu.
2' Pekerjaan bersifat musiman
3. Pekerjaa yan diperkirakan penyelesaiannya dalam waktu yang tidak terlalu lama
dan paling lama tiga (3) tahun.
4. Harus dibuat secra tertulis dan menggunakan bahasa Indonesia
5. Tidak boleh ada masa percobaan.
6' Hanya dapat dibuat untuk pekerjaan yang menurut jenis dan sifat untuk kegiatan
pekerjaannya akan selesai dala watu tertentu.
7. Tidak dapat diadakan untuk pekerjaan yang bersifat tetap.
Adapun pekerjaan yang bukan musiman adalah pekerjaan yang tidak bergantung
pada cuaca atau suatu kondisi tertentu. Apabila pekerjan itu merupakan pekerjaan
yang terus-menerus, tidak terputus-putus tidak dibatasi oleh waktu dan merupakan
bagian dari proses produksi, tetapi bergantung pada cuaca atau pekerjaan itu
dibutuhkan karena adanya kondisi tertentu, pekerjaan tersebut merupakan
pekerjaan musiman yang tida termasuk pekerjaan tetap menjadi obyek perjanjian
kerja waktu tertentu.
Pada dasarnya PKWT yang didasarkan atas jangka waktu tertentu dapat diadakan
untu paling lama 2 tahun (PKWT) dan hanya boleh di perpanjang satu kali untuk
jangka waktu paling lama 1 tahun sesuai ketentuan pasal 59 ayat (4) Undang-
Undang No.13/2003
Dalam hal pengusaha ingin melakukan perpanjangan PKWT, maka paling lama 7
(tujuh) hari sebelm PKWT berakhir perusahaan telah memberikan pemberitahuan
secara tertulis mengenai perpanjangan PKWT tersebut kepada yang bersangkutan
(pasal 59 ayat (5) UU 13/2003
Pembaruan PKWT (PKWT II) hanya boleh satu kali paling lama dua tahun dan
pembaruan PKWT ini baru dapat diadakan setelah melebihi masa tenggang waktu 30
hari berakhirnya perjanjian kerja waktu tertentu yang lama. Dalam masa tenggang
waktu itu tigapuluh hari tidak boleh ada hubungan kerja apapun antara pengusaha
dan pemberi kerja (pasal 59 ayat (6) UU No. 13/2003
2. PERJANJIAN KERKA WAKTU TIDAK TERTENTU (PKWTT
Perjanjian kerja Waktu Tidak tertentu dapat mempersyartkan percobaan (on the job
training) selam tiga bulan. Selam masa percobaan tersebut pengusaha dilarang
membayarkan upah minimum yang berlaku ( pasal 60 UU NO.13/2003
Jika diperjanjikan mengenai masa percobaan dalam Perjanjian Kerja Waktu Tidak
Tertentu, selama waktu itu (tiga bulan) masing-masing pihak berhak mengakhiri
seketika hubungan kerjanya dengan pemberitahuan penghentian.
Dalam penjelasan pasal 60 ayat (1) ditentukamn bahwa syarat masa percobaan
kerja dalam perjanjian kerja waktu tidak tertentu harus di cantumkan dalam
perjanjian kerja, apabila perjanjian kerja dilakukan secra lisan, syarat masa
percbaan harus diberitahukan kepada pekerja yang bersangkutan dan dincantumkan
dalam surat pengangkatan
Dalam hal perjanjian kerja Waktu tidak tertentu yang dibuat secara lisan apabila
pekerja telah selesai melalui masa percobaan pengusaha wajib membuat surat
pengangkatan bagi pekerj a yang bersangkutan (pasal 63 ayat 1 (satu) UU No. 13 /
2003), yang dalam surat pengangkatan tersebut sekurang-kurangnya memuat :
a. Nama dan alamat pekerja
b. Tanggal Mulai bekerja
c. Jenis pekerjaan,dan
d. Besarnya Upah
Perjanjian kerja bersama harus dibuat tertulis dengan huruf latin dan menggunakan
bahasa Indonesia (pasal 116 ayat (3) UU No. 13/2003).
Apabila pembuatan perjanjian kerja sama ditanda angani oleh wakil, harus ada surat
kuasa khusus yang dilampirkan pada perjanjian kerja bersama tersebut (pasal 22
Kep.48/Men/IV?2004)
Demikian sekilas uraian Saya mengenai hal -hal yang berhubungan dengan masalah-
masalah perjanjian kerja ( khususnya perjanjian kerja di perusahaan-perusahaan),
dan mengingat sangat banyak permasalahan -permasalahn dalam dunia kerja
khususnya mengenai masalah perjanjian kerja tentunya penulis tidak mungkin
memaparkan secara keseluruhan persoalan tersebut dengan hanya mempergunaan
layanan ini. Bagi para pembaca, praktisi hukum, mahasiswa hukum yang ingin tahu
lebih dalam lagi tentang seluk beluk hukum perjanjian silahkan hubungi kami secara
langsung atau kirim e-mail ke : adipurwa08@yahoo.com dan silahkan berikan
tangapan anda tentang tulisan ini.
- SELESAI-