PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Undang-undang yang mengatur tentang perjanjian kerja waktu tertentu, yang pada
dasarnya memiliki kekurangan-kekurangan dan isinya terlalu luas serta tidak spesifik. Selain
itu masalah dalam perjanjian tersebbut karena kurangnya kesadaran hukum yang dimiliki
oleh pengusaha, ditambah lagi kurangnya sumber daya manusia yang dimiliki calon pekerja.
Hal ini mengakibatkan para pekerja tidak mengetahui apa saja dampak yang akan didapat
ketika mereka menandatangani perjanjian tersebut. Sehingga banyak terjadinya
penyimpangan dalam penerapan perjanjian kerja karena kesalahan dalam menafsirkan isi dari
produk hukum tersebut.
ISU HUKUM
PT. Anugerah Energitama di Desa Tepian Langsat, Kecamatan Bengalin, Kabupaten
Kutai Timur, Provinsi Kalimantan Timur. Perusahaan perkebunan kelapa sawit PT. Anugerah
Energitama mempekerjakan sekitar 2.800 orang buruh. Perusahaan ini banyak melakukan
elanggaran hak-hak normatif pekerja/buruh yang diatur dalam Undang-Undang RI No.13
tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan antara lain : mempekerjakan buruh dengan status buruh
harian lepas/perjanjian kerja waktu tertentu untuk pekerjaan yang bersifat tetap, tidak
memberikan hak-hak reproduktif buruh perempuan (cuti haid, cuti hamil dan cuti melahirkan)
dan melakukan pelanggaran-pelanggaran hak lainnya serta melakukan pemutusan hubungan
kerja (PHK) pekerja/buruh secara sepihak tanpa prosedur berdasarkan Undang-Undang RI
No.2 tahun 2004 tentang Perelisihan Hubungan Industrial.
Pelanggaran hak-hak normative pekerja/buruh dan PHK semena-mena yang dilakukan
pimpinan perusahaan PT. Anugerah Energitama karena lemahnya pengawasan dan
perlindungan hak-hak pekerja/buruh dari Dinas Tenaga Kerja dan Transimigrasi Kabupaten
Kutai Timur dan Provinsi Kalimantan Timur, sehingga berdampak [ada ketidakmampuan
buruh untuk memenuhi kebutuhan hidup layak dirinya dan keluarganya.
Walaupun sudah ada perjanjian bersama antara pihan pengusaha dengan
pekerja/buruh, namun pimpinan perusahaan tidak melaksanakan perjanjian bersama tersebut
dengan baik. Hal tersebut memicu aksi mogok kerja 619 orang pekerja/buruh dan mereka
menuntut pelaksanaan perjanjian bersama serta hak-hak normatif pekerja/buruh. Menanggapi
tuntutannya tersebut pemimpin perusahaan malah menunjukkan sikap arogansinya dengan
melakukan PHK sepihak kepada 412 orang buruh dan dilanjutkan dengan mengusir secara
paksa 412 orang buruh dan keluarganya dari rumah dinas buruh .
Atas perlskusnnya tersebut maka PB SERBUNDO PT. Anugerah Energitama
mengadukan kasus PHK sepihak, pelanggaran Perjanjian Bersama dan Hak-Hak normatif
kepada Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Kabupaten Kutai Timur,
Bupati Kutai Timur dan DPRD Kutai Timur. Hasil dari mediasi tersebut ditetapkan bahwa
PHK yang dilakukan PT. Anugerah Energitama tidak sah dan perusahaan diwajibkan
mempekerjakan kembali 377 orang buruh dan membayar upah buruh selama proses
penyelesaian perselisihan hubungan industrial sedangkan 35 orang lainnya telah menerima
uang pisah dari pengusaha. Namun pihak perusahaan tetap tidak mempekerjakan dan tidak
membayar upah 377 orang buruhnya dan berdampak pada penelantaran hidup 377 orang
buruh dan keluarganya yang berjumlah 915 orang dibiarkan serta ditelantarkan pihak
perusahaan dalam kondisi tidak bekerja, tidak memperoleh upah, mengalami krisis pangan
dan kelaparan.
REFERENSI
https://sawiwatch.or.id/2019/05/08/phk-massal-buruh-pt-anugerah-energitama-di-kutai-timur-
berdampak-krisis-pangan-terhadap-377-kepala-keluarga/
http://hukum.unsrat.ac.id/uu/uu_13_03.htm
https://gajimu.com/pekerjaan-yanglayak/kontrak-kerja/kontrak-kerja/pkwt
https://www.hukumtenagakerja.com/perjanjian-kerja/perjanjian-kerja-untuk-waktu-tertentu/