ABSTRAK
Pekerja memegang peranan penting dalam keberlangsungan suatu perusahaan. Pekerja Harian
Lepas (disingkat PHL) digunakan oleh perusahaan dengan tujuan untuk menghindarkan
perusahaan dari hak-hak normatif pekerja serta untuk menetapkan kebijakan upah yang
murah. PHL termasuk kedalam jenis Perjanjian Kerja Waktu Tertentu atau PKWT yang mana
selain diatur pada Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan juga diatur
secara spesifik pada Kepmenakertrans No. KEP. 100/MEN/VI/2004 Tentang Ketentuan
Pelaksanaan PKWT. Namun demikian, berdasarkan kepmenakertrans No. KEP.
100/MEN/VI/2004 tidak dijelaskan berapa lama masa kerja dari pekerja harian lepas
(disingkat PHL). Tujuan penelitian ini adalah mengklasifikasikan PHL di bagian produksi
campur obat pada PT. Coronet Crown, dan untuk menganalisis putusan hakim yang
mengakhiri hubungan kerja antara pekerja dengan PT. Coronet Crown dengan
Kepmenakertrans No Kep.100/MEN/VI/2004 Tentang Ketentuan Pelaksanaan Perjanjian
Kerja Waktu Tertentu. Metode penelitian adalah penelitian yuridis normatif dengan
pendekatan perundang-undangan dan konseptual. Bahan hukum meliputi primer dan sekunder
serta dengan pengumpulan bahan hukum studi kepustakaan. Teknik analisis dengan
preskriptif. Hasil penelitian ini menunjukan klasifikasi PHL dibagian produksi (campur obat)
pada PT. Coronet Crown termasuk dalam bagian produksi Campur obat dalam Industri
farmasi masuk kedalam bagian dari departemen produksi yang disebut dengan compounding
& dispending. CPOB menyatakan bahwa suatu industri farmasi haruslah menyediakan sumber
daya manusia yang berkualitas dan terkualifikasi. Namun tetap saja masa kerja 6 tahun
sebagai PHL tentu melanggar pasal 10 ayat (3) Kepmenakertrans No. Kep.
100/MEN/VI/2004. Putusan hakim No.129/Pdt.Sus-PHI/2018/PN.Sby dengan mengakhiri
hubungan kerja antara pekerja dengan PT. Coronet Crown tidak sesuai dengan
Kepmenakertrans No Kep.100/MEN/VI/2004 Tentang Ketentuan Pelaksanaan Perjanjian
Kerja Waktu Tertentu berkaitan dengan jangka waktu. Masa kerja selama 6 tahun yang
menyimpangi pasal 10 ayat (3) Kepmenakertrans No. KEP. 100/MEN/VI/2004 dan pasal 15
ayat (4) Kepmenakertrans No. KEP. 100/MEN/VI/2004.
Kata Kunci : Pekerja Harian Lepas, Klasifikasi Pekerja Harian Lepas, Putusan Hakim
No.129/Pdt.Sus-PHI/2018/PN.Sby.
1
Putusan Nomor 129/Pdt.Sus-Phi/2018/Pn.Sby Terkait Klasifikasi Pekerja Harian Lepas Sebagai
Pelaksanaan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu
ABSTRACT
Workers hold an important role in the survival of a company. The daily worker (PHL) was
released by a company with a purpose to avoid the company of normal rights as well as to
establish cheap paycheck policy. PHL includes the type of Specific Time Work Agreement
(PKWT) which is under the regulation of the 13th Act number 13 in 2003 concerning Employment
also specifically arranged on the Decree of the Minister of Manpower and Transmigration of The
Republic of Indonesia number Kep-100/MEN/VI/2004 concerning Provision for the
Implementation of Spesific Time Work Agreement.. Nevertheless, based on the Kepmenakertrans
No.KEP 100/VI/2004 is not explained how long the workdays of freelance. The objective of this
research is classifying the PHL in the production of drug meds on the PT. Coronet Crown, and to
analyze the judges' verdict that ended the workforce with the PT. Coronet Crown with the the
Kepmenakertrans No.KEP 100/VI/2004 on the termination of the Coast Time Coast. The research
method is normal jurisdiction research with an appeal of invitation and conceptually approaching.
Law material covers primary and secondary as well with collecting legal material for the literature
studies. Prescription analysis technique. This research results show the PHL classification of the
production of the PT. Coronet Crown is the production of drug mixed meds in the pharmaceutical
industry into part of the production department called by compounding &distribution. CPOB states
that a pharmaceutical industry should provide quality and qualified human resources. But still six
years of work as the PHL certainly broke section 10 verses (3) the Kepmenakertrans No.KEP
100/VI/2004. Judge judges number 129/PDT. Sus-PHI/2018/PN.Sby with an end of the worker
with the PT. Coronet Crown doesn't fit the the Kepmenakertrans No.KEP 100/VI/2004 on the term
of time-work agreement. The work of six years has been deviated from section 10 verses (3) of
Kepmenakertrans No.KEP. 100/MEN/VI/2004 and section 15 verses (4) of the Kepmenakertrans
No. KEP. 100/MEN/VI/2004.
Keyword : Freelance Daily Workers, Classification Freelance Daily Workers, Judge’s Decree
Number 129/Pdt.Sus-PHI/2018/PN.Sby.
2
Putusan Nomor 129/Pdt.Sus-Phi/2018/Pn.Sby Terkait Klasifikasi Pekerja Harian Lepas Sebagai
Pelaksanaan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu
Sedangkan Perjanjian kerja waktu tertentu waktu perjanjian kerja, pekerja meninggal
adalah perjanjian kerja antara pekerja /buruh dunia, adanya putusan pengadilan hubungan
dengan pengusaha untuk mengadakan industrial, serta adanya keadaan tertentu yang
hubungan kerja dalam waktu tertentu atau tercantum dalam perjanjian kerja yang
pekerjaan tertentu. Selanjutnya disebut PKWT menyebabkan putusnya hubungan kerja.
(Djumialdji 2010) . Aturan yang berkaitan dengan berakhirnya
Perjanjian kerja waktu tertentu (PKWT) PKWT diatur dalam Undang-Undang No. 13
berdasarkan Kepmenakertrans No. Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.
KEP.100/MEN/IV/2004 memiliki berbagai Salah satu masalah yang sering tejadi
jenis antara lain : dalam ketenagakerjaan adalah terjadinya
1. PKWT untuk pekerjaan yang sekali pemutusan hubungan kerja. Pemutusan
selesai atau sementara sifatnya yang hubungan kerja atau yang selanjutnya kita
penyelesaiannya paling lama 3 tahun. sebut dengan PHK pada dasarnya merupakan
2. PKWT untuk pekerjaan yang sifatnya masalah yang kompleks karena menimbulkan
musiman. penderitaan bagi pekerja itu sendiri karena
3. PKWT untuk pekerjaan yang pekerja kehilangan biaya hidup untuk dirinya
berhubungan dengan produk baru. sendiri serta keluarganya sebelum mendapat
4. Perjanjian Kerja Harian Lepas. pekerjaan yang baru (Asikin 2010). Pemutusan
PHL juga merupakan pekerja dengan hubungan kerja atau PHK merupakan
perjanjian waktu tertentu, namun yang pengakhiran dari suatu hubungan kerja yang
membedakan adalah sistem upah yang dikarenakan oleh hak tertentu yang
didasarkan pada kehadiran. PHL sangat menimbulkan akibat berakhirnya hak dan
rentang mengalami perselisihan karena kewajiban antara pekerja dengan pengusaha
perlindungan hukum bagi PHL sangat minim (Zulhartati 2010). Sedangkan menurut D.
mengingat masih rendahnya kesadaran para Danny H. Simanjuntak, PHK adalah
pekerja untuk berjuang dalam serikat pekerja pengakhiran hubungan kerja antara pengusaha
atau serikat buruh serta di tambah dengan atau antara pengusaha dengan karyawan
rendahnya tingkat lapangan pekerjaan. Hal pekerja, yang disebabkan oleh sejumlah faktor
yang sering terjadi adalah PHL di berlakukan penting (Simanjuntak 2007). PHK akan
disuatu perusahaan karena mendapat PHL menciptakan suatu masalah baru, yaitu
mendapat upah yang murah sehingga kesulitan bagi pekerja beserta keluarganya
menguntungkan perusahaan. Selain itu, PHL dalam memenuhi kebutuhan kesehariannya
merupakan strategi bagi pengusaha karena dalam guna keberlangsungan hidupnya. PHK
dengan mempekerjakan PHL maka perusahaan merupakan salah satu sebab terjadinya
dapat meminimalkan pekerja tetap yang mana perselisihan hubungan industrial. Hubungan
dengan otomatis perusahaan akan terhindar industrial adalah hubungan hukum antara
dari hak-hak normatif yang seharusnya pekerja dengan pengusaha (Wijaya 2015).
melekat pada seorang pekerja. Hal tersebut Sedangkan pada dasarnya hubungan yang
biasa terjadi karena kebanyakan dari PHL terjadi antara dua pihak atau lebih cenderung
sendiri biasanya mempunyai pengetahuan yang memiliki resiko terjadi perselihan atau
minim akan hak-haknya sebagai seorang perbedaan pendapat. Perbedaan terdapat pada
pekerja, sehingga mereka kurang mengetahui hubungan industrial disebut juga dengan
apa saja yang seharusnya menjadi hak dari perselisihan hubungan industrial.
seorang pekerja dari sebuah perusahaan. Dewasa ini Perselisihan hubungan
Perjanjian kerja harian lepas merupakan industrial banyak terjadi salah satunya
bagian dari pada perjanjian waktu tertentu disebabkan oleh PHK. Penulis mengambil
(PKWT). Sedangkan pada PKWT dapat salah satu contoh perselisihan hubungan
berakhir antara lain dengan berakhirnya jangka insutrial, yaitu berdasarkan putusan
3
Putusan Nomor 129/Pdt.Sus-Phi/2018/Pn.Sby Terkait Klasifikasi Pekerja Harian Lepas Sebagai
Pelaksanaan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu
4
Putusan Nomor 129/Pdt.Sus-Phi/2018/Pn.Sby Terkait Klasifikasi Pekerja Harian Lepas Sebagai
Pelaksanaan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu
pada PT. Coronet Crown dan untuk Sumber bahan hukum yang digunakan
menganalisis putusan hakim dengan dalam penelitian ini adalah sumber bahan
mengakhiri hubungan kerja antara pekerja hukum primer, bahan hukum sekunder, dan
dengan PT. Coronet Crown dikaitkan dengan bahan non hukum yang didapatkan melalui
Kepmenakertrans No Kep.100/MEN/VI/2004 studi pustaka. Penelitian ini menggunakan
Tentang Ketentuan Pelaksanaan Perjanjian bahan hukum primer yang meliputi Undang-
Kerja Waktu Tertentu. undang nomor 13 tahun 2003 tentang
Kajian teoritik yang berkaitan dengan ketenagakerjaan, Kepmenakertrans Nomor
permasalahan putusan nomor 129/Pdt.Sus- Kep100/MEN/VI/2004 Tentang Ketentuan
PHI/2018/PN.Sby terkait klasifikasi PHL Pelaksanaan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu,
kajian teoritiknya perjanjian kerja, perjanjian Putusan No.129/Pdt.Sus-PHI/2018/PN.Sby
kerja waktu tertentu, perjanjian kerja harian terkait Pengadilan Hubungan Industrial.
lepas, pemutusan hubungan kerja, perselisihan Bahan hukum sekunder yang
hubungan industrial, prosedur penyelesaian digunakan seperti buku atau jurnal hukum
perselisihan hubungan industrial, pengadilan yang berkaitan dengan permasalahan yang
hubungan industrial. sedang diteliti. Selain itu berupa skripsi, tesis,
METODE disertasi hukum, serta jurnal-jurnal hukum
Penelitian ini menggunakan jenis (Peter 2013). Bahan non hukum yang
penulisan hukum normatif. Penulisan hukum digunakan adalah kamus besar bahasa
Jenis ini adalah penulisan hukum normatif Indonesia.
(legal research) merupakan penulisan yang Teknik pengumpulan bahan hukum
dilakukan dengan meneliti perspektif internal dilakukan pada penelitian ini adalah studi
dengan objek penulisannya adalah norma penulisan hukum (legal research), yaitu teknik
hukum (Pesek 2016). Penelitian ini dipilih pengumpulan bahan hukum yang disesuaikan
guna mengklasifikasikan PHL dibagian dengan pendekatan penulisan hukum.
campur obat pada PT. Coronet Crown Serta Mengkaji bahan hukum primer seperti
untuk menganalisis putusan hakim dengan Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003
mengakhiri hubungan kerja antara pekerja Tentang Ketenagakerjaan, Kepmenakertrans
dengan PT. Coronet Crown telah sesuai Nomor Kep100/MEN/VI/2004 Tentang
dengan Kepmenakertrans No Ketentuan Pelaksanaan Perjanjian Kerja
Kep.100/MEN/VI/2004 Tentang Ketentuan Waktu Tertentu, serta Putusan
Pelaksanaan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu. No.129/Pdt.Sus-PHI/2018/PN.Sby secara
Penelitian ini menggunakan dua mendalam dengan studi kepustakaan.
pendekatan meliputi : pendekatan Teknik analisis bahan hukum yang
perundangan-undangan (statute Approach) dan digunakan dengan melakukan identifikasi
pendekatan konseptual (conseptual approach). terkait dengan fakta-fakta hukum kemudian
Pendekatan perundang-undangan (statute memecahkan isu hukum yang telah
Approach) adalah pendekatan yang dilakukan diidentifikasi dengan menggunakan
dengan menelaah semua undang-undang dan interpretasi gramatikal dan interpretasi
regulasi yang bersangkuan dengan isu hukum. sistematis. Interpretasi gramatikal adalah untuk
Pendekatan konseptual (conseptual approach) mengetahui makna ketentuan peraturan
adalah pendekatan yang dilakukan untuk perundang-undangan dengan menggunakan
menganalisis suatu isu hukum dengan bahasa sehari-hari. Sedangkan interpretasi
menggunakan teori teori maupun doktrin sistematis merupakan menafsirkan ketentuan
hukum. Teori yang digunakan dalam penulisan peraturan perundang-undangan dengan
ini, yaitu teori-teori tentang perjanian kerja, undang-undang yang lainnya sehingga tidak
teori tentang perjanjian kerja waktu tertentu boleh menyimpang dari sitem hukum yang
dan PHL. ada.
5
Putusan Nomor 129/Pdt.Sus-Phi/2018/Pn.Sby Terkait Klasifikasi Pekerja Harian Lepas Sebagai
Pelaksanaan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu
6
Putusan Nomor 129/Pdt.Sus-Phi/2018/Pn.Sby Terkait Klasifikasi Pekerja Harian Lepas Sebagai
Pelaksanaan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu
7
Putusan Nomor 129/Pdt.Sus-Phi/2018/Pn.Sby Terkait Klasifikasi Pekerja Harian Lepas Sebagai
Pelaksanaan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu
adalah berdasarkan pasal 61 ayat (1) huruf b dengan perjanjian kerja yang baru. Perlu
Undang-undang no. 13 tahun 2003 tentang diingat pada tahun keempat tidak dapat
ketenagakerjaan bahwa perjanjian kerja dilakukan perpanjangan perjanjian kerja
berakhir apabila Berakhirnya jangka waktu melainkan seharusnya adalah dilakuakn
perjanjian kerja. Namun mengingat masa kerja pembaharuan perjanjian kerja yakni
Purdiantoro di PT. Coronet Crown telah pembaharuan perjanjian kerja dilakukan
berlangsung selama 6 tahun dan telah setelah masa tenggang 30 hari setelah
melakukan perpanjangan perjanjian kerja berakhirnya perjanjian kerja. Hal ini sesuai
selama 7 kali maka jelas keputusan tersebut dengan pasal 15 ayat (4) Kepmenakertrans No.
sangat merugikan bagi purdiantoro selaku KEP. 100/MEN/VI/2004 . Sedangkan pada
pekerja. kasus Purdiantoro dengan PT. Coronet Crown
Berdasarkan pasal 59 ayat (4) UU No. perjanjian kerja tersebut diperpanjang tanpa
13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, adanya jeda atau terus-menerus selama 6 tahun
menyatakan bahwa PKWT hanya bisa tersebut.
diadakan paling lama 2 tahun dan hanya dapat Dalam kasus PT. Coronet Crown
diperpanjang 1 kali untuk jangka waktu 1 dengan Purdiantoro, terdapat pelanggaran yang
tahun. Hal tersebut berarti bahwa dalam telah dilakukan oleh PT. Coronet Crown
kaitannya dengan perpanjangan PKWT hanya terhadap Purdiantoro yang bekerja sebagai
boleh dilakukan maksimal 3 tahun. Merujuk PHL Selama kedua belah pihak melakukan
pada perjanjian kerja antara Purdiantoro hubungan kerja. Pertama, berkaitan dengan
dengan PT. Coronet Crown yang telah jangka waktu. Purdiantoro bekerja dengan PT.
melakukan perpanjangan perjanjian kerja Coronet Crown selama 6 tahun yang mana hal
selama 6 tahun dengan total perpanjangan tersebut bertentangan dengan ketentuan jangka
perjanjian sebanyak 7 kali. waktu PKWT pada pasal 59 ayat (4) UU No.
Dalam PKWT terdapat perpanjangan 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan.
dan juga pembaharuan perjanjian kerja. Dimana dalam undang-undang tersebut telah
Perpanjangan perjanjian kerja adalah dijelaskan bahwa maksimal perjanjian kerja
menambah jangka waktu berlakunya suatu adalah 3 tahun. Selain itu juga menyimpangi
perjanjian tanpa mengubah syarat dalam pasal 10 ayar (3) Kepmenakertrans No. KEP.
kontrak yang sudah ada. Perpanjangan 100/MEN/VI/2004. Pada pasal tersebut PHL
perjanjian sendiri dilakukan pada saat yang bekerja selama 21 hari atau lebih selama
perjanjian kerja belum berkahir atau tepatnya 3 bulan berturut-turut atau lebuh maka
paling lama 7 hari sebelum perjanjian kerja perjanjian kerja harian lepas berubah menjasi
berakhr. Sedangkan pembaharuan adalah PKWTT. Kedua, berkaitan dengan perjanjian
diadakannya suatu perjanjian kerja yang baru kerja antara PT. Coronet Crown dengan
antara pengusaha dengan pekerja. Purdiantoro diperpanjang dalam jangka waktu
Pembaharuan perjanjian kerja dapat dilakukan 6 tahun dengan perpanjangan perjanjian kerja
setelah 30 hari berakhirnya perjanjian kerja. sebanyak 7 kali tanpa jeda jelas melanggar
Dengan kata lain pembaharuan perjanjian kerja atau bertentangan dengan pasal 15 ayat (4)
dapat dilakukan jika perjanjian kerja telah Kepmenakertrans No. KEP.
berakhir serta masa tenggang nya juga telah 100/MEN/VI/2004.
berakhir. Sehingga pertimbangan hakim yang
Berdasarkan Perpanjangan perjanjian menyatakan bahwa hubungan kerja antara
kerja antara purdiantoro dengan PT. Coronet penggugat dengan tergugat telah berakhir
Crown dapat dilakukan selama maksimal 3 berdasarkan Pasal 61 ayat (1) huruf b Undang-
tahun. Sedangkan, memasuki tahun ke empat undang no. 13 tahun 2003 tentang
dan selanjutnya haruslah ada jeda atau jarak ketenagakerjaan, yaitu perjanjian berakhir
antara kapan berakhirnya perjanjian kerja apabila berakhirnya jangka waktu perjanjian
8
Putusan Nomor 129/Pdt.Sus-Phi/2018/Pn.Sby Terkait Klasifikasi Pekerja Harian Lepas Sebagai
Pelaksanaan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu
kerja adalah kurang tepat. Selain itu, hakim masa kerja 6 tahun sebagai PHL tentu
juga menyatakan bahwa berdasarkan bukti melanggar pasal 10 ayat (3) Kepmenakertrans
berupa perjanjian kerja nomor : No. Kep. 100/MEN/VI/2004 yang
031/B/HL/CC/I/2018 tertanggal 4 Januari menyatakan bahwa alam hal pekerja/buruh
2018 dan keterangan saksi dimana penggugat bekerja 21 (dua puluh satu) hari atau lebih
telah sepakat untuk menjalin hubungan kerja selama 3 (tiga) bulan berturut turut atau maka
dengan tergugat sebagai PHL dengan jangka lebih maka perjanjian kerja harian lepas
waktu sampai order pekerjaan tambahan berubah menjadi PKWTT.
selesai oleh karena pekerja tambahan yang Putusan hakim dengan mengakhiri
dikerjakan oleh penggugat telah selesai maka hubungan kerja antara pekerja dengan PT.
tergugat pada tanggal 20 April 2018 Coronet Crown dengan Kepmenakertrans No
melakukan pengakhiran hubungan kerja sesuai Kep.100/MEN/VI/2004 Tentang Ketentuan
dengan perjanjian kerja yang telah disepakati Pelaksanaan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu
adalah tidak sesuai dengan pasal 15 ayat (4) adalah tidak sesuai karena Purdiantoro bekerja
Kepmenakertrans No. KEP. dengan PT. Coronet Crown selama 6 tahun
100/MEN/VI/2004. Hal tersebut jelas bertentangan dengan ketentuan jangka waktu
menimbulkan kerugian bagi penggugat yang PKWT pada pasal 59 ayat (4) UU No. 13
mengakibatkan penggugat kehilangan sumber tahun 2003 tentang ketenagakerjaan. Selain itu
pendapatannya yang membuat pemenuhan juga menyimpangi pasal 10 ayat (3)
kebutuhan hidup keluarganya menjadi Kepmenakertrans No. KEP.
terganggu. Dimana, seharusnya berdasarkan 100/MEN/VI/2004. Kedua, berkaitang dengan
pasal tersebut Purdiantoro bukan lagi menjadi perjanjian kerja antara PT. Coronet Crown
PKWT melainkan telah berubah statusnya dengan Purdiantoro diperpanjang dalam jangka
menjadi PKWTT. perjanjian kerja yang waktu 6 tahun dengan perpanjangan perjanjian
berlaku pada purdiantoro bukan lagi perjanjian kerja sebanyak 7 kali tanpa jeda jelas
PKWT melainkan berubah menjadi PKWTT. melanggar atau bertentangan dengan pasal 15
Seharusnya hakim mengubah status perjanjian ayat (4) Kepmenakertrans No. KEP.
kerja purdiantoro dari Perjanjan kerja harian 100/MEN/VI/2004.
lepas menjadi perjanjan kerja waktu tertentu
sesuai dengan pasal 10 ayat (3)
Kepmenakertrans No. KEP. Saran
100/MEN/VI/2004. PT Coronet Crown selaku industri farmasi
seyogyanya mempekerjakan pekerja di bagian
Kesimpulan produksi (campur obat) yang sesuai dengan
Klasifikasi PHL dibagian produksi latar belakang keilmuan dan keahliannya. Serta
(campur obat) pada pt. coronet crown Hakim dalam menjatuhkan putusannya terkait
termasuk ke dalam departemen produksi yang dengan pemberian PHK pada pekerja
mana biasanya disebut dengan compounding & sebaiknya lebih mempertimbangkan
dispending. CPOB menyatakan bahwa suatu kesejahteraan pekerja dalam perusahaan
industri farmasi haruslah menyediakan sumber tempatnya bekerja serta menjadikan dasar
daya manusia yang berkualitas dan Pasal 10 ayat (3) Kepmenakertrans No. KEP.
terkualifikasi. Purdiantoro yang bekerja pada 100/MEN/VI/2004 untuk menetapkan pekerja
PT. Coronet Crown dengan masa kerja 6 tahun dari PHL (PKWT) menjadi PKWTT.
maka Purdiantoro seharusnya telah mengikuti
berbagai pelatihan guna peningkatan mutu DAFTAR PUSTAKA
produk tersebut. Mengingat di perlukannya Asikin, Zaenal. 2010. Dasar-Dasar Hukum
kualitas dan kualifikasi dari pekerja yang Perburuhan. Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada.
melakukan kegiatan produksi. Selanjutnya,
Damanik, Sehat. 2006. Hukum Acara
9
Putusan Nomor 129/Pdt.Sus-Phi/2018/Pn.Sby Terkait Klasifikasi Pekerja Harian Lepas Sebagai
Pelaksanaan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu
10