Anda di halaman 1dari 10

Putusan Nomor 129/Pdt.Sus-Phi/2018/Pn.

Sby Terkait Klasifikasi Pekerja Harian Lepas Sebagai


Pelaksanaan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu

PUTUSAN NOMOR 129/PDT.SUS-PHI/2018/PN.SBY TERKAIT KLASIFIKASI


PEKERJA HARIAN LEPAS SEBAGAI PELAKSANAAN PERJANJIAN KERJA
WAKTU TERTENTU
Fawziah Nur Alfiassalam
(S1 Ilmu Hukum, Fakultas Ilmu Sosial Dan Hukum, Universitas Negeri Surabaya)
fawziahalfiassalam@mhs.unesa.ac.id
Emmilia Rusdiana
(S1 Ilmu Hukum, Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum, Univeritas Negeri Surabaya)
Emmiliarusdiana@unesa.ac.id

ABSTRAK

Pekerja memegang peranan penting dalam keberlangsungan suatu perusahaan. Pekerja Harian
Lepas (disingkat PHL) digunakan oleh perusahaan dengan tujuan untuk menghindarkan
perusahaan dari hak-hak normatif pekerja serta untuk menetapkan kebijakan upah yang
murah. PHL termasuk kedalam jenis Perjanjian Kerja Waktu Tertentu atau PKWT yang mana
selain diatur pada Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan juga diatur
secara spesifik pada Kepmenakertrans No. KEP. 100/MEN/VI/2004 Tentang Ketentuan
Pelaksanaan PKWT. Namun demikian, berdasarkan kepmenakertrans No. KEP.
100/MEN/VI/2004 tidak dijelaskan berapa lama masa kerja dari pekerja harian lepas
(disingkat PHL). Tujuan penelitian ini adalah mengklasifikasikan PHL di bagian produksi
campur obat pada PT. Coronet Crown, dan untuk menganalisis putusan hakim yang
mengakhiri hubungan kerja antara pekerja dengan PT. Coronet Crown dengan
Kepmenakertrans No Kep.100/MEN/VI/2004 Tentang Ketentuan Pelaksanaan Perjanjian
Kerja Waktu Tertentu. Metode penelitian adalah penelitian yuridis normatif dengan
pendekatan perundang-undangan dan konseptual. Bahan hukum meliputi primer dan sekunder
serta dengan pengumpulan bahan hukum studi kepustakaan. Teknik analisis dengan
preskriptif. Hasil penelitian ini menunjukan klasifikasi PHL dibagian produksi (campur obat)
pada PT. Coronet Crown termasuk dalam bagian produksi Campur obat dalam Industri
farmasi masuk kedalam bagian dari departemen produksi yang disebut dengan compounding
& dispending. CPOB menyatakan bahwa suatu industri farmasi haruslah menyediakan sumber
daya manusia yang berkualitas dan terkualifikasi. Namun tetap saja masa kerja 6 tahun
sebagai PHL tentu melanggar pasal 10 ayat (3) Kepmenakertrans No. Kep.
100/MEN/VI/2004. Putusan hakim No.129/Pdt.Sus-PHI/2018/PN.Sby dengan mengakhiri
hubungan kerja antara pekerja dengan PT. Coronet Crown tidak sesuai dengan
Kepmenakertrans No Kep.100/MEN/VI/2004 Tentang Ketentuan Pelaksanaan Perjanjian
Kerja Waktu Tertentu berkaitan dengan jangka waktu. Masa kerja selama 6 tahun yang
menyimpangi pasal 10 ayat (3) Kepmenakertrans No. KEP. 100/MEN/VI/2004 dan pasal 15
ayat (4) Kepmenakertrans No. KEP. 100/MEN/VI/2004.
Kata Kunci : Pekerja Harian Lepas, Klasifikasi Pekerja Harian Lepas, Putusan Hakim
No.129/Pdt.Sus-PHI/2018/PN.Sby.

1
Putusan Nomor 129/Pdt.Sus-Phi/2018/Pn.Sby Terkait Klasifikasi Pekerja Harian Lepas Sebagai
Pelaksanaan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu

ABSTRACT

Workers hold an important role in the survival of a company. The daily worker (PHL) was
released by a company with a purpose to avoid the company of normal rights as well as to
establish cheap paycheck policy. PHL includes the type of Specific Time Work Agreement
(PKWT) which is under the regulation of the 13th Act number 13 in 2003 concerning Employment
also specifically arranged on the Decree of the Minister of Manpower and Transmigration of The
Republic of Indonesia number Kep-100/MEN/VI/2004 concerning Provision for the
Implementation of Spesific Time Work Agreement.. Nevertheless, based on the Kepmenakertrans
No.KEP 100/VI/2004 is not explained how long the workdays of freelance. The objective of this
research is classifying the PHL in the production of drug meds on the PT. Coronet Crown, and to
analyze the judges' verdict that ended the workforce with the PT. Coronet Crown with the the
Kepmenakertrans No.KEP 100/VI/2004 on the termination of the Coast Time Coast. The research
method is normal jurisdiction research with an appeal of invitation and conceptually approaching.
Law material covers primary and secondary as well with collecting legal material for the literature
studies. Prescription analysis technique. This research results show the PHL classification of the
production of the PT. Coronet Crown is the production of drug mixed meds in the pharmaceutical
industry into part of the production department called by compounding &distribution. CPOB states
that a pharmaceutical industry should provide quality and qualified human resources. But still six
years of work as the PHL certainly broke section 10 verses (3) the Kepmenakertrans No.KEP
100/VI/2004. Judge judges number 129/PDT. Sus-PHI/2018/PN.Sby with an end of the worker
with the PT. Coronet Crown doesn't fit the the Kepmenakertrans No.KEP 100/VI/2004 on the term
of time-work agreement. The work of six years has been deviated from section 10 verses (3) of
Kepmenakertrans No.KEP. 100/MEN/VI/2004 and section 15 verses (4) of the Kepmenakertrans
No. KEP. 100/MEN/VI/2004.
Keyword : Freelance Daily Workers, Classification Freelance Daily Workers, Judge’s Decree
Number 129/Pdt.Sus-PHI/2018/PN.Sby.

PENDAHULUAN barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi


Pekerja memiliki peranan yang sangat kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat”.
penting pada suatu perusahaan karena Hubungan antara pekerja dengan
keberlangsungan suatu perusahaan tidak bisa pengusaha dapat terjadi dengan didasarkan
lepas dari peran pekerja. Pekerja memiliki pada adanya perjanjian kerja. Berdasarkan
kewajiban untuk menjaga keberlangsungan Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 Tentang
usaha pada suatu perusahaan. Peranan antara Ketenagakerjaan, menyatakan bahwa yang
pemimpin perusahaan dan pekerja dapat dimaksudkan dengan hubungan kerja adalah
menjadi optimal apabila dapat bekerjasama hubungan antara pengusaha dengan pekerja
dengan baik. Sehingga pekerja sangat yang didasarkan pada perjanjian kerja, serta
dibutuhkan dalam dunia perindustrian guna memiliki unsur-unsur seperti pekerjaan, upah
menjaga keberlangsungan usaha dari sutau dan perintah.
perusahaan tersebut. Sedangkan pekerja atau Perjanjian kerja sendiri dibagi menjadi
tenaga kerja menurut, Pasal 1 ayat (2) Undang- dua, yaitu perjanjian kerja waktu tidak tentu
Undang No. 13 Tahun 2003 Tentang (PKWTT) dan perjanjian waktu tertentu
Ketenagakerjaan menyebutkan bahwa “tenaga (PKWT). Perjanjian kerja waktu tidak tentu
kerja adalah setiap orang yang mampu (PKWTT) adalah perjanjian kerja yang
melakukan pekerjaan guna menghasilkan ditujukan untuk pekerjaaan yang sifatnya tetap
dan berlangsung secara terus-menerus.

2
Putusan Nomor 129/Pdt.Sus-Phi/2018/Pn.Sby Terkait Klasifikasi Pekerja Harian Lepas Sebagai
Pelaksanaan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu

Sedangkan Perjanjian kerja waktu tertentu waktu perjanjian kerja, pekerja meninggal
adalah perjanjian kerja antara pekerja /buruh dunia, adanya putusan pengadilan hubungan
dengan pengusaha untuk mengadakan industrial, serta adanya keadaan tertentu yang
hubungan kerja dalam waktu tertentu atau tercantum dalam perjanjian kerja yang
pekerjaan tertentu. Selanjutnya disebut PKWT menyebabkan putusnya hubungan kerja.
(Djumialdji 2010) . Aturan yang berkaitan dengan berakhirnya
Perjanjian kerja waktu tertentu (PKWT) PKWT diatur dalam Undang-Undang No. 13
berdasarkan Kepmenakertrans No. Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.
KEP.100/MEN/IV/2004 memiliki berbagai Salah satu masalah yang sering tejadi
jenis antara lain : dalam ketenagakerjaan adalah terjadinya
1. PKWT untuk pekerjaan yang sekali pemutusan hubungan kerja. Pemutusan
selesai atau sementara sifatnya yang hubungan kerja atau yang selanjutnya kita
penyelesaiannya paling lama 3 tahun. sebut dengan PHK pada dasarnya merupakan
2. PKWT untuk pekerjaan yang sifatnya masalah yang kompleks karena menimbulkan
musiman. penderitaan bagi pekerja itu sendiri karena
3. PKWT untuk pekerjaan yang pekerja kehilangan biaya hidup untuk dirinya
berhubungan dengan produk baru. sendiri serta keluarganya sebelum mendapat
4. Perjanjian Kerja Harian Lepas. pekerjaan yang baru (Asikin 2010). Pemutusan
PHL juga merupakan pekerja dengan hubungan kerja atau PHK merupakan
perjanjian waktu tertentu, namun yang pengakhiran dari suatu hubungan kerja yang
membedakan adalah sistem upah yang dikarenakan oleh hak tertentu yang
didasarkan pada kehadiran. PHL sangat menimbulkan akibat berakhirnya hak dan
rentang mengalami perselisihan karena kewajiban antara pekerja dengan pengusaha
perlindungan hukum bagi PHL sangat minim (Zulhartati 2010). Sedangkan menurut D.
mengingat masih rendahnya kesadaran para Danny H. Simanjuntak, PHK adalah
pekerja untuk berjuang dalam serikat pekerja pengakhiran hubungan kerja antara pengusaha
atau serikat buruh serta di tambah dengan atau antara pengusaha dengan karyawan
rendahnya tingkat lapangan pekerjaan. Hal pekerja, yang disebabkan oleh sejumlah faktor
yang sering terjadi adalah PHL di berlakukan penting (Simanjuntak 2007). PHK akan
disuatu perusahaan karena mendapat PHL menciptakan suatu masalah baru, yaitu
mendapat upah yang murah sehingga kesulitan bagi pekerja beserta keluarganya
menguntungkan perusahaan. Selain itu, PHL dalam memenuhi kebutuhan kesehariannya
merupakan strategi bagi pengusaha karena dalam guna keberlangsungan hidupnya. PHK
dengan mempekerjakan PHL maka perusahaan merupakan salah satu sebab terjadinya
dapat meminimalkan pekerja tetap yang mana perselisihan hubungan industrial. Hubungan
dengan otomatis perusahaan akan terhindar industrial adalah hubungan hukum antara
dari hak-hak normatif yang seharusnya pekerja dengan pengusaha (Wijaya 2015).
melekat pada seorang pekerja. Hal tersebut Sedangkan pada dasarnya hubungan yang
biasa terjadi karena kebanyakan dari PHL terjadi antara dua pihak atau lebih cenderung
sendiri biasanya mempunyai pengetahuan yang memiliki resiko terjadi perselihan atau
minim akan hak-haknya sebagai seorang perbedaan pendapat. Perbedaan terdapat pada
pekerja, sehingga mereka kurang mengetahui hubungan industrial disebut juga dengan
apa saja yang seharusnya menjadi hak dari perselisihan hubungan industrial.
seorang pekerja dari sebuah perusahaan. Dewasa ini Perselisihan hubungan
Perjanjian kerja harian lepas merupakan industrial banyak terjadi salah satunya
bagian dari pada perjanjian waktu tertentu disebabkan oleh PHK. Penulis mengambil
(PKWT). Sedangkan pada PKWT dapat salah satu contoh perselisihan hubungan
berakhir antara lain dengan berakhirnya jangka insutrial, yaitu berdasarkan putusan

3
Putusan Nomor 129/Pdt.Sus-Phi/2018/Pn.Sby Terkait Klasifikasi Pekerja Harian Lepas Sebagai
Pelaksanaan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu

PUTUSAN NOMOR dan 2 Mei 2018 penggugat telah mengirimkan


129/Pdt.Sus-PHI/2018/PN.Sby antara pekerja surat ijin masuk kerja kepada PT. Coronet
(Purdiantoro) dengan PT. Coronet Crown yang Crown tetapi tidak ada tanggapan dari
bergerak dibidang farmasi/obat-obatan. Bahwa perusahaan. Langkah tersebut dilakukan sesuai
Penggugat bernama Purdiantoro merupakan dengan Pasal 3 Undang-Undang No. 2 Tahun
salah satu dari PHL (PHL) di PT. Coronet 2004 Tentang Penyelesaian Perselisihan
Crown yang berdomisili di Kabupaten Hubungan Industrial. Namun permintaan ijin
Sidoarjo. Purdiantoro telah bekerja di PT. masuk kerja serta perundingan oleh penggugat
Coronet Crown sejak tanggal 4 September tidak mendapat jawaban atau tanggapan dari
2013 di bagian produksi (Campur Obat) dan perusahaan maka perundingan bipartit tersebut
upah yang di terima sebesar Rp. 170.375/hari dianggap gagal. Kemudian penggugat
atau Rp. 3.577.497/bulan. mencatatkan perselisihan PHK tersebut kepada
Tergugat dinilai telah melakukan Mediator Hubungan Industrial Dinas social
diskriminasi terhadap penggugat yang dan Tenaga Kerja Kabupaten Sidoarjo untuk
berstatus sebgai PHL pada PT. Coronet mendapatkan penyelesaian lebih lanjut. Hal
Crown. Dimana pada tanggal 20 April 2018 tersebut didasarkan pada Pasal 4 Undang-
penggugat dirumahkan / diputus hubungan Undang No. 2 Tahun 2004 Tentang
kerja nya tanpa keterangan yang jelas oleh Penyelesaian Perselisihan Hubungan
Management PT. Coronet Crown. Industrial.
Purdiantoro telah bekerja di PT. Berdasarkan mediasi yang dilakukan di
Coronet Crown selama 6 tahun dengan Dinas sosial dan Tenaga Kerja Kabupaten
melakukan perpanjangan perjanjian kerja Sidoarjo penggugat merasa bahwa
sebanyak 7 kali perpanjangan. Perpanjangan perundingan mediasi tersebut tidak tepat dan
yang dilakukan antara lain; tidak sesuai dengan amanah dalam
1. Perjanjian Kerja Nomor : Kepmenakertrans No. KEP.
0182/C/HL/CC/IX/2013 tertanggal 4 100/MEN/VI/2004 tentang Ketentuan
September 2013. Pelaksanaan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu
2. Perjanjian Kerja Nomor : Jo pasal 59 ayat (7) Undang-Undang No. 13
003/AB/HL/CC/I/2014 tertanggal 16 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan. Dengan
Januari 2014. gagalnya mediasi tersebut penggugat
3. Perjanjian Kerja Nomor : mengajukan gugatan ke Pengadilan Hubungan
093/F/HL/CC/I/2015 tertanggal 16 Industrial pada Pengadilan Negeri Surabaya.
Januari 2015. Penulis tertarik meneliti kasus tersebut,
4. Perjanjian Kerja Nomor : dilihat dari ketiga pasal tersebut di atas, dapat
0159/P/HL/CC/VIII/2016 tertanggal 29 disimpulkan bahwa tidak ada pasal yang
Agustus 2016. mengatur secara pasti tentang jangka waktu
5. Perjanjian Kerja Nomor : perjanjian kerja harian lepas yang memenuhi
110/J/HL/CC/I/2017 tertanggal 10 Pasal 10 ayat (1) dan ayat (2). Dimana dalam
Januari 2017. pasal tersebut hanya menyebutkan bahwa
6. Perjanjian Kerja Nomor : jangka waktu perjanjian harian lepas berbeda
110/J/HL/CC/VII/2017 tertanggal 6 Juli dari ketentuan jangka waktu pada umumnya.
2017. Pasal 11 Kepmenakertrans No
7. Perjanjian Kerja Nomor : Kep.100/MEN/VI/2004 Tentang Ketentuan
031/B/HL/CC/I/2018 tertanggal 4 Januari Pelaksanaan Perjanjian Kerja Waktu tertentu
2018. sendiri menimbulkan ketidakjelasan terhadap
Kemudian pada tanggal 20 April aturan yang berlaku untuk para PHL.
purdiantoro dirumahkan. Menanggapi PHK Tujuan dari penelitian ini ialah Untuk
tersebut kemudian pada tanggal 24 April 2018 mengklasifikasikan PHL dibagian campur obat

4
Putusan Nomor 129/Pdt.Sus-Phi/2018/Pn.Sby Terkait Klasifikasi Pekerja Harian Lepas Sebagai
Pelaksanaan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu

pada PT. Coronet Crown dan untuk Sumber bahan hukum yang digunakan
menganalisis putusan hakim dengan dalam penelitian ini adalah sumber bahan
mengakhiri hubungan kerja antara pekerja hukum primer, bahan hukum sekunder, dan
dengan PT. Coronet Crown dikaitkan dengan bahan non hukum yang didapatkan melalui
Kepmenakertrans No Kep.100/MEN/VI/2004 studi pustaka. Penelitian ini menggunakan
Tentang Ketentuan Pelaksanaan Perjanjian bahan hukum primer yang meliputi Undang-
Kerja Waktu Tertentu. undang nomor 13 tahun 2003 tentang
Kajian teoritik yang berkaitan dengan ketenagakerjaan, Kepmenakertrans Nomor
permasalahan putusan nomor 129/Pdt.Sus- Kep100/MEN/VI/2004 Tentang Ketentuan
PHI/2018/PN.Sby terkait klasifikasi PHL Pelaksanaan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu,
kajian teoritiknya perjanjian kerja, perjanjian Putusan No.129/Pdt.Sus-PHI/2018/PN.Sby
kerja waktu tertentu, perjanjian kerja harian terkait Pengadilan Hubungan Industrial.
lepas, pemutusan hubungan kerja, perselisihan Bahan hukum sekunder yang
hubungan industrial, prosedur penyelesaian digunakan seperti buku atau jurnal hukum
perselisihan hubungan industrial, pengadilan yang berkaitan dengan permasalahan yang
hubungan industrial. sedang diteliti. Selain itu berupa skripsi, tesis,
METODE disertasi hukum, serta jurnal-jurnal hukum
Penelitian ini menggunakan jenis (Peter 2013). Bahan non hukum yang
penulisan hukum normatif. Penulisan hukum digunakan adalah kamus besar bahasa
Jenis ini adalah penulisan hukum normatif Indonesia.
(legal research) merupakan penulisan yang Teknik pengumpulan bahan hukum
dilakukan dengan meneliti perspektif internal dilakukan pada penelitian ini adalah studi
dengan objek penulisannya adalah norma penulisan hukum (legal research), yaitu teknik
hukum (Pesek 2016). Penelitian ini dipilih pengumpulan bahan hukum yang disesuaikan
guna mengklasifikasikan PHL dibagian dengan pendekatan penulisan hukum.
campur obat pada PT. Coronet Crown Serta Mengkaji bahan hukum primer seperti
untuk menganalisis putusan hakim dengan Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003
mengakhiri hubungan kerja antara pekerja Tentang Ketenagakerjaan, Kepmenakertrans
dengan PT. Coronet Crown telah sesuai Nomor Kep100/MEN/VI/2004 Tentang
dengan Kepmenakertrans No Ketentuan Pelaksanaan Perjanjian Kerja
Kep.100/MEN/VI/2004 Tentang Ketentuan Waktu Tertentu, serta Putusan
Pelaksanaan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu. No.129/Pdt.Sus-PHI/2018/PN.Sby secara
Penelitian ini menggunakan dua mendalam dengan studi kepustakaan.
pendekatan meliputi : pendekatan Teknik analisis bahan hukum yang
perundangan-undangan (statute Approach) dan digunakan dengan melakukan identifikasi
pendekatan konseptual (conseptual approach). terkait dengan fakta-fakta hukum kemudian
Pendekatan perundang-undangan (statute memecahkan isu hukum yang telah
Approach) adalah pendekatan yang dilakukan diidentifikasi dengan menggunakan
dengan menelaah semua undang-undang dan interpretasi gramatikal dan interpretasi
regulasi yang bersangkuan dengan isu hukum. sistematis. Interpretasi gramatikal adalah untuk
Pendekatan konseptual (conseptual approach) mengetahui makna ketentuan peraturan
adalah pendekatan yang dilakukan untuk perundang-undangan dengan menggunakan
menganalisis suatu isu hukum dengan bahasa sehari-hari. Sedangkan interpretasi
menggunakan teori teori maupun doktrin sistematis merupakan menafsirkan ketentuan
hukum. Teori yang digunakan dalam penulisan peraturan perundang-undangan dengan
ini, yaitu teori-teori tentang perjanian kerja, undang-undang yang lainnya sehingga tidak
teori tentang perjanjian kerja waktu tertentu boleh menyimpang dari sitem hukum yang
dan PHL. ada.

5
Putusan Nomor 129/Pdt.Sus-Phi/2018/Pn.Sby Terkait Klasifikasi Pekerja Harian Lepas Sebagai
Pelaksanaan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu

pembuatan obat tertentu bagian campur obat


HASIL DAN PEMBAHASAN ini harus menimbang bahan-bahan awal yang
Klasifikasi pekerja harian lepas dibagian akan digunakan untuk membuat suatu obat
produksi (campur obat) pada PT. Coronet tertentu. Hal-hal yang harus diperhatikan
Crown. dalam proses produksi campur obat antara lain;
Purdiantoro merupakan salah satu pengadaan bahan awal, pencegahan
pekerja harian lepas (PHL) yang bekerja di PT. pencemaran silang, penimbangan dan
Coronet Crown sejak tanggal 4 September penyerahan, pengembalian, pengolahan,
2013 hingga 20 April 2018. Purdiantoro kegiatan pengemasan, Pengawasan selama
sendiri bekerja di PT. Coronet Crown dibagian proses produksi serta karantina produk jadi.
produksi (campur obat). Industri farmasi harus memberikan
Kegiatan Produksi pada industri farmasi pelatihan kepada seluruh tenaga kerjanya.
adalah meliputi kegiatan atau proses Pelatihan tersebut merupakan salah satu
menghasilkan, menyiapkan, mengolah, bentuk dari penerapan sistem manajemen mutu
membuat, mengemas, dan/atau mengubah di industri farmasi yang dapat berpengaruh
bentuk sediaan farmasi dan alat kesehatan. terhadap mutu produk baik langsung maupun
Kegiatan tersebut harus dilaksanakan dengan tidak langsung. Manfaat dari pelatihan tersebut
mengikuti prosedur yang telah ditetapkan dan adalah untuk memperdalam pemahaman
juga telah memenuhi ketentuan Cara tenaga kerja terhadap proses produksi,
Pembuatan Obat yang Baik atau yang dikenal memberikan pelatihan untuk penanganan atas
dengan CPOB. CPOB adalah tata cara masalah yang terjadi, memberikan pemahaman
pembuatan obat yang baik, maksud dari prinsip dan aspek CPOB, serta mempelajari
CPOB, yaitu untuk menjadi pedoman wajib penerapan suatu teori ke dalam bentuk praktek.
bagi semua industri farmasi agar mempu CPOB menyatakan bahwa suatu industri
menghasilkan produk yang aman dan bermutu farmasi haruslah menyediakan sumber daya
serta untuk menghindari terjadinya kesalahan manusia yang berkualitas dan terkualifikasi
dalam proses produksi obat sehingga tidak untuk melaksanakan tugas dan
membahayakan banyak jiwa. tanggungjawabnya dengan baik dan benar.
Industri farmasi seperti PT. Coronet Dengan begitu berarti bahwa seorang tenaga
Crown harus senantiasa menjaga mutu obat kerja pada sebuah perusahaan yang bergerak
yang diproduksi. Salah satunya adalah dengan dibidang farmasi haruslah memiliki kualitas
cara melakukan pemeriksaan terlebih dahulu dan kualifikasi tertentu. Jika dikaitkan dengan
pada saat penerimaan bahan awal baik bahan Purdiantoro yang bekerja pada PT. Coronet
baku dan kemas. Crown dengan masa kerja 6 tahun maka
Proses produksi PT. Coronet Crown Purdiantoro seharusnya telah mengikuti
sendiri masih menggunakan bantuan dari berbagai pelatihan guna peningkatan mutu
tenaga manusia sehingga tidak murni semua produk tersebut. Mengingat di perlukannya
kegiatan prosuksinya dilakukan dengan mesin kualitas dan kualifikasi dari sumber daya
atau teknologi tinggi. Seperti halnya manusia yang melakukan kegiatan produksi.
Purdiantoro yang bekerja dibagian produksi Masa kerja 6 tahun sebagai PHL tentu
(campur obat). Campur obat dalam industri melanggar pasal 10 ayat (3) Kepmenakertrans
farmasi masuk kedalam bagian dari No. Kep. 100/MEN/VI/2004 yang
departemen produksi yang mana biasanya menyatakan bahwa dalam hal pekerja/buruh
disebut dengan compounding & dispending. bekerja 21 (dua puluh satu) hari atau lebih
Kegiatan campur obat dalam industry farmasi selama 3 (tiga) bulan berturut turut atau maka
sendiri meliputi menyiapkan bahan awal lebih maka perjanjian kerja harian lepas
hingga pengolahan obat maupun pencampuran berubah menjadi PKWTT. perjanjian yang
obat sesuai dengan CPOB. Sehingga dalam berlaku antara PT. Coronet Crown dengan

6
Putusan Nomor 129/Pdt.Sus-Phi/2018/Pn.Sby Terkait Klasifikasi Pekerja Harian Lepas Sebagai
Pelaksanaan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu

Purdiantoro berdasarkan pasal tersebut di atas 3. Perjanjian Kerja Nomor :


bukan lagi perjanjian harian lepas melainkan 093/F/HL/CC/I/2015 tertanggal 16
harus berubah menjadi perjanjian kerja waktu Januari 2015.
tidak tentu karena purdiantoro telah bekerja 4. Perjanjian Kerja Nomor :
selama 6 tahun dengan melakukan 0159/P/HL/CC/VIII/2016 tertanggal 29
perpanjangan sebanyak 7 kali. PHL Agustus 2016.
merupakan satu kesatuan dengan PKWT maka 5. Perjanjian Kerja Nomor :
terkait dengan aturan dari jenis pekerjaan yang 110/J/HL/CC/I/2017 tertanggal 10
boleh di PHL kan mengikuti jenis pekerjaan Januari 2017.
yang boleh di PKWT kan. Semua pekerjaan 6. Perjanjian Kerja Nomor :
yang boleh dilakukan dengan PKWT maka 110/J/HL/CC/VII/2017 tertanggal 6 Juli
pekerjaan tersebut juga boleh dilakukan 2017.
dengan PHL. Dengan kata lain, jenis pekerjaan 7. Perjanjian Kerja Nomor :
yang diperbolehkan untuk di PHL adalah 031/B/HL/CC/I/2018 tertanggal 4 Januari
persis sama dengan jenis pekerjaan yang 2018.
diperbolehkan untuk dilakukan secara PKWT. Tanggal 20 April 2018 purdiantoro
dirumahkan dengan alasan yang dirasa kurang
Kesesuaian putusan hakim dengan jelas. Sehingga menanggapi PHK tersebut
mengakhiri hubungan kerja antara pekerja kemudian pada tanggal 24 April 2018 dan 2
dengan PT. Coronet Crown dengan Mei 2018 penggugat telah mengirimkan surat
Kepmenakertrans No ijin masuk kerja kepada PT. Coronet Crown
Kep.100/MEN/VI/2004 tetapi tidak ada tanggapan dari perusahaan.
Penggugat bernama Purdiantoro Putusan No.
merupakan salah satu dari PHL (PHL) di PT. 129/Pdt.sus-PHI/2018/PN.Sby dengan amar
Coronet Crown yang berdomisili di Kabupaten putusan menolak gugatan penggugat untuk
Sidoarjo. Purdiantoro telah bekerja di PT. seluruhnya dan menyatakan bahwa hubungan
Coronet Crown sejak tanggal 4 September kerja antara penggugat dengan tergugat telah
2013 di bagian produksi (Campur Obat) dan berakhir berdasarkan Pasal 61 ayat (1) huruf b
upah yang di terima sebesar Rp. 170.375/hari Undang-undang no. 13 tahun 2003 tentang
atau Rp. 3.577.497/bulan. ketenagakerjaan, yang menyatakan bahwa
Tergugat dinilai telah melakukan perjanjian berakhir apabila berakhirnya jangka
diskriminasi terhadap penggugat yang waktu perjanjian kerja. Selain itu hakim juga
berstatus sebgai PHL pada PT. Coronet menyatakan bahwa berdasarkan bukti berupa
Crown. Dimana pada tanggal 20 April 2018 perjanjian kerja nomor : 031/B/HL/CC/I/2018
penggugat dirumahkan / diputus hubungan tertanggal 4 Januari 2018 dan keterangan saksi
kerja nya tanpa keterangan yang jelas oleh dimana penggugat telah sepakat untuk
Management PT. Coronet Crown. menjalin hubungan kerja dengan tergugat
Purdiantoro telah bekerja di PT. sebagai PHL dengan jangka waktu sampai
Coronet Crown selama 6 tahun dengan order pekerjaan tambahan selesai oleh karena
melakukan perpanjangan perjanjian kerja pekerja tambahan yang dikerjakan oleh
sebanyak 7 kali perpanjangan. Perpanjangan penggugat telah selesai maka tergugat pada
yang dilakukan antara lain; tanggal 20 April 2018 melakukan pengakhiran
1. Perjanjian Kerja Nomor : hubungan kerja sesuai dengan perjanjian kerja
0182/C/HL/CC/IX/2013 tertanggal 4 yang telah disepakati.
September 2013. Pertimbangan putusan hakim bahwa
2. Perjanjian Kerja Nomor : berdasarkan pertimbangan hakim untuk
003/AB/HL/CC/I/2014 tertanggal 16 memutus hubungan kerja antara pekerja
Januari 2014. (Purdiantoro) dengan PT. Coronet Crown

7
Putusan Nomor 129/Pdt.Sus-Phi/2018/Pn.Sby Terkait Klasifikasi Pekerja Harian Lepas Sebagai
Pelaksanaan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu

adalah berdasarkan pasal 61 ayat (1) huruf b dengan perjanjian kerja yang baru. Perlu
Undang-undang no. 13 tahun 2003 tentang diingat pada tahun keempat tidak dapat
ketenagakerjaan bahwa perjanjian kerja dilakukan perpanjangan perjanjian kerja
berakhir apabila Berakhirnya jangka waktu melainkan seharusnya adalah dilakuakn
perjanjian kerja. Namun mengingat masa kerja pembaharuan perjanjian kerja yakni
Purdiantoro di PT. Coronet Crown telah pembaharuan perjanjian kerja dilakukan
berlangsung selama 6 tahun dan telah setelah masa tenggang 30 hari setelah
melakukan perpanjangan perjanjian kerja berakhirnya perjanjian kerja. Hal ini sesuai
selama 7 kali maka jelas keputusan tersebut dengan pasal 15 ayat (4) Kepmenakertrans No.
sangat merugikan bagi purdiantoro selaku KEP. 100/MEN/VI/2004 . Sedangkan pada
pekerja. kasus Purdiantoro dengan PT. Coronet Crown
Berdasarkan pasal 59 ayat (4) UU No. perjanjian kerja tersebut diperpanjang tanpa
13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, adanya jeda atau terus-menerus selama 6 tahun
menyatakan bahwa PKWT hanya bisa tersebut.
diadakan paling lama 2 tahun dan hanya dapat Dalam kasus PT. Coronet Crown
diperpanjang 1 kali untuk jangka waktu 1 dengan Purdiantoro, terdapat pelanggaran yang
tahun. Hal tersebut berarti bahwa dalam telah dilakukan oleh PT. Coronet Crown
kaitannya dengan perpanjangan PKWT hanya terhadap Purdiantoro yang bekerja sebagai
boleh dilakukan maksimal 3 tahun. Merujuk PHL Selama kedua belah pihak melakukan
pada perjanjian kerja antara Purdiantoro hubungan kerja. Pertama, berkaitan dengan
dengan PT. Coronet Crown yang telah jangka waktu. Purdiantoro bekerja dengan PT.
melakukan perpanjangan perjanjian kerja Coronet Crown selama 6 tahun yang mana hal
selama 6 tahun dengan total perpanjangan tersebut bertentangan dengan ketentuan jangka
perjanjian sebanyak 7 kali. waktu PKWT pada pasal 59 ayat (4) UU No.
Dalam PKWT terdapat perpanjangan 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan.
dan juga pembaharuan perjanjian kerja. Dimana dalam undang-undang tersebut telah
Perpanjangan perjanjian kerja adalah dijelaskan bahwa maksimal perjanjian kerja
menambah jangka waktu berlakunya suatu adalah 3 tahun. Selain itu juga menyimpangi
perjanjian tanpa mengubah syarat dalam pasal 10 ayar (3) Kepmenakertrans No. KEP.
kontrak yang sudah ada. Perpanjangan 100/MEN/VI/2004. Pada pasal tersebut PHL
perjanjian sendiri dilakukan pada saat yang bekerja selama 21 hari atau lebih selama
perjanjian kerja belum berkahir atau tepatnya 3 bulan berturut-turut atau lebuh maka
paling lama 7 hari sebelum perjanjian kerja perjanjian kerja harian lepas berubah menjasi
berakhr. Sedangkan pembaharuan adalah PKWTT. Kedua, berkaitan dengan perjanjian
diadakannya suatu perjanjian kerja yang baru kerja antara PT. Coronet Crown dengan
antara pengusaha dengan pekerja. Purdiantoro diperpanjang dalam jangka waktu
Pembaharuan perjanjian kerja dapat dilakukan 6 tahun dengan perpanjangan perjanjian kerja
setelah 30 hari berakhirnya perjanjian kerja. sebanyak 7 kali tanpa jeda jelas melanggar
Dengan kata lain pembaharuan perjanjian kerja atau bertentangan dengan pasal 15 ayat (4)
dapat dilakukan jika perjanjian kerja telah Kepmenakertrans No. KEP.
berakhir serta masa tenggang nya juga telah 100/MEN/VI/2004.
berakhir. Sehingga pertimbangan hakim yang
Berdasarkan Perpanjangan perjanjian menyatakan bahwa hubungan kerja antara
kerja antara purdiantoro dengan PT. Coronet penggugat dengan tergugat telah berakhir
Crown dapat dilakukan selama maksimal 3 berdasarkan Pasal 61 ayat (1) huruf b Undang-
tahun. Sedangkan, memasuki tahun ke empat undang no. 13 tahun 2003 tentang
dan selanjutnya haruslah ada jeda atau jarak ketenagakerjaan, yaitu perjanjian berakhir
antara kapan berakhirnya perjanjian kerja apabila berakhirnya jangka waktu perjanjian

8
Putusan Nomor 129/Pdt.Sus-Phi/2018/Pn.Sby Terkait Klasifikasi Pekerja Harian Lepas Sebagai
Pelaksanaan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu

kerja adalah kurang tepat. Selain itu, hakim masa kerja 6 tahun sebagai PHL tentu
juga menyatakan bahwa berdasarkan bukti melanggar pasal 10 ayat (3) Kepmenakertrans
berupa perjanjian kerja nomor : No. Kep. 100/MEN/VI/2004 yang
031/B/HL/CC/I/2018 tertanggal 4 Januari menyatakan bahwa alam hal pekerja/buruh
2018 dan keterangan saksi dimana penggugat bekerja 21 (dua puluh satu) hari atau lebih
telah sepakat untuk menjalin hubungan kerja selama 3 (tiga) bulan berturut turut atau maka
dengan tergugat sebagai PHL dengan jangka lebih maka perjanjian kerja harian lepas
waktu sampai order pekerjaan tambahan berubah menjadi PKWTT.
selesai oleh karena pekerja tambahan yang Putusan hakim dengan mengakhiri
dikerjakan oleh penggugat telah selesai maka hubungan kerja antara pekerja dengan PT.
tergugat pada tanggal 20 April 2018 Coronet Crown dengan Kepmenakertrans No
melakukan pengakhiran hubungan kerja sesuai Kep.100/MEN/VI/2004 Tentang Ketentuan
dengan perjanjian kerja yang telah disepakati Pelaksanaan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu
adalah tidak sesuai dengan pasal 15 ayat (4) adalah tidak sesuai karena Purdiantoro bekerja
Kepmenakertrans No. KEP. dengan PT. Coronet Crown selama 6 tahun
100/MEN/VI/2004. Hal tersebut jelas bertentangan dengan ketentuan jangka waktu
menimbulkan kerugian bagi penggugat yang PKWT pada pasal 59 ayat (4) UU No. 13
mengakibatkan penggugat kehilangan sumber tahun 2003 tentang ketenagakerjaan. Selain itu
pendapatannya yang membuat pemenuhan juga menyimpangi pasal 10 ayat (3)
kebutuhan hidup keluarganya menjadi Kepmenakertrans No. KEP.
terganggu. Dimana, seharusnya berdasarkan 100/MEN/VI/2004. Kedua, berkaitang dengan
pasal tersebut Purdiantoro bukan lagi menjadi perjanjian kerja antara PT. Coronet Crown
PKWT melainkan telah berubah statusnya dengan Purdiantoro diperpanjang dalam jangka
menjadi PKWTT. perjanjian kerja yang waktu 6 tahun dengan perpanjangan perjanjian
berlaku pada purdiantoro bukan lagi perjanjian kerja sebanyak 7 kali tanpa jeda jelas
PKWT melainkan berubah menjadi PKWTT. melanggar atau bertentangan dengan pasal 15
Seharusnya hakim mengubah status perjanjian ayat (4) Kepmenakertrans No. KEP.
kerja purdiantoro dari Perjanjan kerja harian 100/MEN/VI/2004.
lepas menjadi perjanjan kerja waktu tertentu
sesuai dengan pasal 10 ayat (3)
Kepmenakertrans No. KEP. Saran
100/MEN/VI/2004. PT Coronet Crown selaku industri farmasi
seyogyanya mempekerjakan pekerja di bagian
Kesimpulan produksi (campur obat) yang sesuai dengan
Klasifikasi PHL dibagian produksi latar belakang keilmuan dan keahliannya. Serta
(campur obat) pada pt. coronet crown Hakim dalam menjatuhkan putusannya terkait
termasuk ke dalam departemen produksi yang dengan pemberian PHK pada pekerja
mana biasanya disebut dengan compounding & sebaiknya lebih mempertimbangkan
dispending. CPOB menyatakan bahwa suatu kesejahteraan pekerja dalam perusahaan
industri farmasi haruslah menyediakan sumber tempatnya bekerja serta menjadikan dasar
daya manusia yang berkualitas dan Pasal 10 ayat (3) Kepmenakertrans No. KEP.
terkualifikasi. Purdiantoro yang bekerja pada 100/MEN/VI/2004 untuk menetapkan pekerja
PT. Coronet Crown dengan masa kerja 6 tahun dari PHL (PKWT) menjadi PKWTT.
maka Purdiantoro seharusnya telah mengikuti
berbagai pelatihan guna peningkatan mutu DAFTAR PUSTAKA
produk tersebut. Mengingat di perlukannya Asikin, Zaenal. 2010. Dasar-Dasar Hukum
kualitas dan kualifikasi dari pekerja yang Perburuhan. Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada.
melakukan kegiatan produksi. Selanjutnya,
Damanik, Sehat. 2006. Hukum Acara

9
Putusan Nomor 129/Pdt.Sus-Phi/2018/Pn.Sby Terkait Klasifikasi Pekerja Harian Lepas Sebagai
Pelaksanaan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu

Perburuhan. Jakarta: DSS Publishing.


Djumialdji, F. X. 2010. Perjanjian Kerja.
Jakarta: Sinar Grafika.
Indonesia. 2003. Undang-undang Nomor 13
Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan,
(Lembaran Negara tahun 2003 Nomor
39 , Tambahan Lembaran Negara tahun
2003 nomor 4729).
Indonesia. 2004. Undang-undang Nomor 2
Tahun 2004 Tentang Penyelesaian
Hubungan Industrial, (Lembaran Negara
Tahun 2004 nomor 6, Tamabahan
Lembaran Negara tahun 2004 nomor
4356).
Indonesia. 2004. Keputusan Menteri Tenaga
Kerja Dan Transmigrasi Republik
Indonesia
Nomor:KEP.100/MEN/VI/2004 Tentang
Ketentuan Pe laksanaan Perjanjian
Kerja Waktu Tertentu.
Khakim, Abdul. 2014. Dasar-Dasar Hukum
Ketenagakerjaan Indonesia. Bandung:
PT. Citra Aditya Bakti.
Pesek, I. Made. 2016. Metodologi Penulisan
Hukum Normatif Dalam Justifikasi Teori
Hukum. Jakarta: Prenada Media Group.
Peter, Mahmud. 2013. Penulisan Hukum.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Simanjuntak, D. Danny H. 2007. PHK Dan
Pesangon Karyawan. Yogyakarta:
Pustaka Yustisia.
Soepomo, Iman. 1975. Hukum Perburuhan
Bidang Hubungan Kerja. Jakarta:
Djambatan.
Wijaya, Asri. 2015. Hukum Ketenagakerjaan
Pasca Reformasi. Jakarta: Sinar Grafika.
Zulhartati, Sri. 2010. “Pengaruh Pemutusan
Hubungan Kerja Terhadap Karyawan
Perusahaan.” Pendidikan Sosiologi Dan
Humaniora 1(1):77–88.

10

Anda mungkin juga menyukai