Anda di halaman 1dari 3

NAMA : BAYU KURNIA ADI PUTRA

NIM : 042999435

TUGAS TUTORIAL I

ADBI4336/HUKUM KETENAGAKERJAAN

1. Umr dan Umd merupakan sebuah ketentuan upah dari pemerintah yang diberikan pelaku
usaha kepada buruh. Namun hal ini masih juga bermasalah terhadap gaji buruh karena :
 biaya hidup buruh yang beragam sehingga terkadang umr dan umd tidak cukup untuk
biaya hidup mereka
 beberapa pengusaha menolak karena beberapa pekerja memiliki pekerjaan yang
mudah sedangkan gaji tinggi harus tetap dibayar
 masih kurangnya pelatihan pekerja untuk meningkatkan kualitas pekerjaannya
 umr dan umd tidak sesuai dengan pekerjaan yang dikerjakan misalnya pekerjaannya
terlalu berat tetapi gajinya tidak seberapa

Upah minimun bagi pekerja sangat penting bagi kedua belah pihak baik pengusaha dan
juga para pekerja dengan adanya penetapan upah minimum maka akan terjalin kerjasama
yang sehat antar keduanya. manfaat penetapan upah minimum antara lain :

1. menjamin hak pekerja terpenuhi


2. pengusaha dapat mengembangkan usaha karena mendapat pekerja yang bagus
3. pengusaha dan pekrja terhindar dari konflik mengenai upah

hal tersebut sebenarnya masih perlu beberapa perbaikan dari pemerintah agar
perusahaan dan juga para pekerja mendapat hak yang selayaknya dan keuntungan yang
sama.

2. Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) oleh perusahaan dapat dilakukan apabila


pekerja/karyawan melakukan pelanggaran terhadap Perjanjian Kerja, Perjanjian Kerja
Bersama (PKB), ataupun Peraturan Perusahaan. Syaratnya, perusahaan wajib memberikan
surat peringatan selama 3 kali berturut-turut sebelum melakukan PHK terhadap
pekerja/karyawan. Perusahaan juga dapat memberikan sanksi sesuai jenis pelanggaran
yang dilakukan. Untuk jenis pelanggaran tertentu, perusahaan bisa langsung
mengeluarkan SP3 atau langsung mem-PHK nya.
Aturan Mengenai Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) Sepihak
Telah diterangkan dalam UU Nomor 13 Tahun 2003 bab Ketenagakerjaan Pasal 151 ayat
(1,2,3), pasal 155 ayat (1) dan pasal 170 bahwa tidak ada yang namanya PHK Sepihak.
Menurut ketentuan pasal 151 ayat (1) yang menerangkan bahwa pengusaha,
pekerja/buruh, serikat pekerja/serikat buruh, dan pemerintah, dengan segala upaya harus
mengusahakan agar tidak terjadi Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).
Pasal 151 ayat (2) juga menguraikan bahwa jika Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) tidak
bisa dihindarkan wajib dilakukan perundingan oleh pengusaha dan serikat pekerja/serikat
buruh atau dengan pekerja/buruh apabila pekerja/buruh yang bersangkutan tidak
menjadi anggota serikat pekerja/serikat buruh.
Selanjutnya, menurut pasal 151 ayat (3) apabila dalam perundingan tersebut tidak
menghasilkan persetujuan, pengusaha hanya dapat melakukan PHK setelah memperoleh
penetapan dari lembaga Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial (PPHI).
Adapun lembaga Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial (PPHI) yang dimaksud
adalah Mediasi Ketenagakerjaan, Arbitrase Ketenagakerjaan, Konsiliasi Ketenagakerjaan,
dan Pengadilan Hubungan Industrial. Hal-hal mengenai Penyelesaian Perselisihan
Hubungan Industrial telah diatur lebih jauh di dalam UU No. 2 Tahun 2004.
Dari ketiga pasal di atas dapat disimpulkan bahwa PHK Sepihak tanpa penetapan Lembaga
Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial batal demi hukum dan pengusaha wajib
mempekerjakan kembali dan membayar upah serta hak-hak pekerja/karyawan.
Artinya, secara hukum PHK tersebut dianggap belum terjadi. Dan selama lembaga
Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial belum mengambil keputusan, baik
pengusaha maupun pekerja/karyawan harus tetap melaksanakan segala kewajibannya.

Jadi menurut pandangan saya tindakan PHK kepada angel itu sah, karena angel telah
melanggar perjanjian / surat pernyataan yang telah dia tandatangani.
Tetapi alangkah baiknya untuk dilakukan mediasi dulu untuk masalah ini supaya tidak ada
tindakan PHK sepihak.

3. Mengenai status Husni sebagai karyawan kontrak (PKWT), berdasarkan Pasal 59 ayat (1)
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (“UU Ketenagakerjaan”),
PKWT hanya dapat dibuat untuk pekerjaan yang menurut jenis dan sifat atau kegiatan
pekerjaannya akan selesai dalam waktu tertentu, yaitu:
 pekerjaan yang sekali selesai atau yang sementara sifatnya;
 pekerjaan yang diperkirakan penyelesaiannya dalam waktu yang tidak terlalu lama
dan paling lama 3 (tiga) tahun;
 pekerjaan yang bersifat musiman; atau
 pekerjaan yang berhubungan dengan produk baru, kegiatan baru, atau produk
tambahan yang masih dalam percobaan atau penjajakan.

Kemudian, Pasal 59 ayat (3) UU Ketenagakerjaan mengatur bahwa PKWT dapat


diperpanjang atau diperbaharui. Berikut penjelasannya:
PKWT ini hanya boleh dilakukan paling lama 2 tahun dan hanya boleh diperpanjang 1 kali
untuk jangka waktu paling lama 1 tahun. Jika pengusaha melakukan perpanjangan PKWT,
maka perusahaan harus memberitahukan secara tertulis maksud perpanjangan pada
pekerja paling lama 7 hari sebelum PKWT berakhir secara tertulis kepada karyawan,
dengan menyatakan bahwa akan diperpanjang kontrak kerjanya 4Jika pengusaha tidak
memberitahukan perpanjangan PKWT ini dalam waktu 7 hari maka perjanjian kerjanya
demi hukum menjadi Perjanjian Kerja dengan Waktu Tidak Tertentu (“PKWTT”). Hal ini
ditegaskan pula dalam Pasal 3 ayat (2) Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Nomor Kep-100/Men/VI/2004 Tahun 2004 tentang Ketentuan Pelaksanaan Perjanjian
Kerja Waktu Tertentu (“Kepmenakertrans 100/2004”) bahwa PKWT hanya dibuat untuk
paling lama 3 tahun. Juga dalam hal PKWT dilakukan melebihi waktu 3 tahun, maka demi
hukum perjanjian kerja tersebut menjadi PKWTT. Jadi apabila husni ingin menjadi
karyawan tetap husni harus bekerja kontrak selama 2 dan di perpanjang kontrak lagi
selama 1 tahun. sesuai dengan Pasal 59 ayat (1) UU Nomor 13 Tahun 2003.

Anda mungkin juga menyukai