Disusun oleh :
Nama : Fuad Ashar Nugroho,S.I.,S.H.
NIM : 19120117
Mata Kuliah : Hukum Ketenagakerjaan
Prodi : S-2 Hukum
UNIVERSITAS KADIRI
PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER
FAKULTAS HUKUM TAHUN 2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur adalah salah satu tujuan
Indonesia merdeka. Oleh karena itu negara mempunyai kewajiban untuk menciptakan
kesejahteraan bagi rakyatnya secara adil. Salah satu instrumen perwujudan keadilan dan
hubungan antara orang perorang atau antara orang dengan badan hukum. Pengaturan ini
dimaksudkan supaya jangan ada penzaliman dari pihak yang lebih kuat kepada pihak yang
permasalahan mengenai tenaga kerja atau perburuhan. Salah satu permasalahan tersebut
yaitu pemutusan hubungan kerja yang dilakukan oleh perusahan dengan tanpa memberikan
pesangon. Salah satu peraturan yang dibuat oleh pemerintah adalah peraturan yang
mengatur hubungan seseorang di dunia kerja. Fakta menunjukkan bahwa banyak sekali
orang yang bekerja pada perusahaan, oleh sebab itu hubungan kerja antara seorang pekerja
dengan pihak perusahaan perlu diatur sedemikian rupa supaya tidak terjadi kesewenang-
oleh perusahaan harus sesuai dengan Undang – Undang No. 13 tahun 2003 tentang
beberapa proses yaitu mengadakan musyawarah antara karyawan dengan perusahaan, bila
menemui jalan buntu maka jalan terakhir adalah melalui pengadilan untuk memutuskan
Hukum Ketenagakerjaan 2
diserahkan kepada pihak kepolisian tanpa meminta ijin kepada pihak yang berwenang. Dan
untuk karyawan yang akan pensiun dapat diajukan sesuai dengan peraturan. Demikian pula
karyawan yang mengundurkan diri diatur sesuai dengan peraturan perusahaan dan
telah di PHK dimana dalam Undang – Undang mengharuskan atau mewajibkan perusahaan
untuk memberikan uang pesangon, uang penghargaan, dan uang penggantian hak. Dan
Peraturan mengenai uang pesangon, uang penghargaan dan uang penggantian hak diatur
dalam Pasal 156, Pasal 160 sampai Pasal 169 UU No.13 tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang menjadi dasar hukum pemberian pesangon bagi para buruh yangdi
3. Bagaimana langkah hukum yang dapat diambil jika buruh tidak mendapatkan pesangon
C. Tujuan
1. Mengetahui dasar hukum pemberian pesangon bagi para buruh yang terkena Pemutusan
2. Mengetahui apa penyebab para buruh tidak memperoleh pesangon saat dikenakan
3. Mengetahui dan memahami langkah hukum yang dapat diambil jika buruh tidak
PEMBAHASAN
berakhirnya masa kerja atau pemutusan kerja. Uang tersebut merupakan penghargaan dari
pemberi kerja atas masa bakti karyawan maupun penggantian hak. Selain itu, uang ini juga
merupakan salah satu kompensasi yang wajib diperhatikan oleh sebuah perusahaan. Pada
umumnya, kompensasi yang diberikan oleh perusahaan apabila adanya pengunduran diri
dari karyawan maupun Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Karena apabila kondisi usaha
atau bisnis yang tidak menentu, dapat membuat sebuah perusahaan mengambil langkah
Mengenai kewajiban memberi pesangon dijelaskan dalam Pasal 156 ayat (1)
Undang – Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan bahwa“ dalam hal terjadi
pemutusan hubungan kerja, pengusaha diwajibkan membayar uang pesangon dan atau
uang penghargaan masa kerja dan uang penggantian hak yang seharusnya diterima.”
Apabila perusahaan tidak bayar pesangon karyawan karena alasan atas dasar
Peraturan Perusahaan, hal itu tidak dapat dibenarkan menurut hukum.Pasal 111 ayat (2)
yang berlaku. Yang dimaksud dengan tidak boleh bertentangan dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan adalah peraturan perusahaan tidak boleh lebih rendah kualitas atau
yang berlaku adalah ketentuan peraturan perundang-undangan yang sesuai dengan Pasal
Hukum Ketenagakerjaan 4
111 ayat (2) Undang – Undang Ketenagakerjaan. Dengan kata lain, Peraturan Perusahaan
yang bertentangan dengan Undang – Undang dianggap batal demi hukum. Sehingga yang
berlaku adalah ketentuan yang ada di dalam Undang-undang. Jadi, pihak perusahaan wajib
membayarkan uang pesangon kepada karyawan sebagai akibat PHK. Meskipun Peraturan
komponen – komponen dari uang pesangon yang tidak diterimakan kepada karyawan,
maka perusahaan dapat dilaporkan ke pihak yang berwenang. Dengan begitu perusahaan
dapat diancam pidana sesuai dalam Pasal 185 ayat(1) yang menyatakan bahwa bila
pengusaha tak menjalankan kewajiban itu (memberikan pesangon), mereka diancam sanksi
pidana paling singkat 1 tahun dan paling lama 4 tahun atau denda paling sedikit Rp
Pada dasarnya setiap buruh harus mengetahui bahwa mereka berhak menerima
pesangon saat terjadi pemutusan hubungan kerja atau akrab disebut dengan PHK. Dalam
hal terjadi PHK, ada besaran jumlah pesangon (khususnya uang pesangon dan undang
penghargaan masa kerja) yang nilainya berganda (artinya, dua kali lipat). Namun
sebaliknya, ada juga jenis PHK yang justru pekerja/buruh tidak berhak memperoleh
pesangon, seperti pada PHK karena resign yang tersebut dalam Pasal 162.1 Semua itu
sangat tergantung dari kehendak terjadinya PHK, ataupun alasan dilakukannya PHK
dimaksud.
1
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
Hukum Ketenagakerjaan 5
Dalam teori pemutusan hubungan kerja (PHK), Prof. Iman Soepomo,S.H.
dalam bukunya yang berjudul Hukum Perburuhan Bidang Hubungan Kerja (hal. 162 dan
171), mengelompokkan ada 4 (empat) macam alasan /sebab terjadinya PHK, yakni :
c. hubungan kerja yang diputuskan oleh (atas kehendak) pihak majikan atau pemberi
pekerjaan;
d. hubungan kerja yang diputuskan oleh pengadilan, terutama berdasarkan alasan penting
besaran jumlah pesangon dan/atau hak-hak pasca hubungan kerja yang berhak diperoleh
pekerja/buruh sebagaimana diatur dalam beberapa Pasal mengenai (hak-hak) PHK. Jika
mencermati satu-persatu ketentuan hak-hak pesangon dari berbagai alasan PHK yang
diatur dalam undang-undang, maka tampak adanya perbedaan hak (yang dapat diperoleh)
1. Pasal 163 ayat (2) UU No.13/2003, dalam hal pengusaha sudah tidak bersedia
pengusaha), maka ia berhak atas uang pesangon sebesar 2 (dua) kali ketentuan Pasal156
2. Pasal 164 ayat (3) UU No.13/2003, dalam hal perusahaan tutup dengan alasan karena
Hukum Ketenagakerjaan 6
maka pekerja/buruh yang bersangkutan berhak atas uang pesangon sebesar 2 (dua) kali
Dari ketentuan Pasal 163 dan Pasal 164 tersebut dapat disimpulkan, bahwa PHK
yang disebabkan atas kehendak (sepihak) dari pengusaha (disebabkan “penciutan” atau
downsizing), jumlah pesangonnya berganda (dua kali lipat) dari ketentuan standar dalam
Pasal 156 ayat (10) UU NO. 13/3003, khususnya mengenai besaran uang pesangon dalam
Pasal 156 ayat (2) UU No. 13/2003.2 Walaupun demikian, ada juga PHK yang terjadi demi
1. Pasal 166 UU No.13/2003, dalam hal berakhirnya hubungan kerja (demi hukum)
uang” yang besaran dan perhitungannya sama dengan perhitungan 2(dua) kali uang
2. Pasal 167 ayat (5) UU No.13/2003, dalam hal putusnya hubungan kerja (demi hukum)
karena pekerja/buruh telah sampai pada batas usia pensiun yang ditentukan/disepakati,
Industrial - “PHI”) dan dinyatakan benar (terbukti) adanya dasar permohonan dimaksud.
Yaitu dalam hal hubungan kerja berakhir (PHK) karena alasan mendesak (gewichtige
2
Admin. 2020. Dewan Sepakati Tuntutan Buruh PT Yamakawa Soal Hak Pesangon
.http://www.republiqu.com/dewan-sepakati-tuntutan-buruh-pt-yamakawa-soal-hak-pesangon/.
Diakses pada 15 Mei 2021.
Hukum Ketenagakerjaan 7
reden) sebagaimana tersebut dalam Pasal 169 ayat (1) UU No.13/2003, yang intinya :
karena pengusaha menganiaya, atau menyuruh berbuat tindakan yang bertentangan dengan
169 ayat (1) UU No. 13/2003). Atas penetapan PHK (oleh PHI) dengan alasan sebagaimana
tersebut Pasal 169 ayat (1) UU No.13/2003, maka berdasarkan Pasal 169 ayat (2) UU
ketentuan Pasal 156 ayat (2) UU No. 13/2003. Selain itu, yang nilai pesangon-nya lebih
besar, adalah dalam hal pekerja/buruh mengalami sakit berkepanjangan, cacat akibat
kecelakaan kerjadan setelah sakitnya lebih dari 12 (dua belas) bulan diderita. Dalam hal
demkian, pekerja/buruh dapat mengajukan opsi PHK, dan atas PHK tersebut,
pekerja/buruh yang bersangkutan berhak uang pesangon 2 (dua) kali ketentuan Pasal 156
ayat (2) UU No.13/2003 dan uang penghargaan masa kerja 2 (dua) kali ketentuan Pasal
memperoleh haknya apabila ia terkena pemutusan hubungan kerja secara sepihak.3 Hal
tersebut tercantum dalam Pasal 158 ayat (1) jo. Pasal 158ayat (3) jo. ayat (4), yaitu:
3
Admin. 2020. 240 Pekerja Di PHK Tanpa Pesangon, PT Yamakawa Diadukan Ke DPRD. republiqu.com/240-
pekerja-di-phk-tanpa-pesangon-pt-yamakawa-diadukan-ke-dprd/. Diakses pada 15 Mei 2021.
Hukum Ketenagakerjaan 8
(1) Pengusaha dapat memutuskan hubungan kerja terhadap pekerja/buruh dengan alasan
perusahaan;
perusahaan;
g. dengan ceroboh atau sengaja merusak atau membiarkan dalam keadaan bahaya
h. dengan ceroboh atau sengaja membiarkan teman sekerja atau pengusaha dalam
k. dst....
dimaksud dalam ayat (1), dapat memperoleh uang penggantian hak sebagaimana
Hukum Ketenagakerjaan 9
(4) Bagi pekerja/buruh sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) yang tugas dan fungsinya
tidak mewakili kepentingan pengusaha secara langsung, selain uang penggantian hak
sesuai dengan ketentuan Pasal 156 ayat (4) diberikan uang pisah yang besarnya dan
kerja bersama.”
atas pesangonnya, tetap memberikan kemurahan hati bagi tenaga kerja yang melakukan
kesalahan berat sebagaimana disebutkan dalam Pasal 158 ayat (1), yaitu dengan
memberikan uang penggantian hak seperti yang terdapat dalam ketentuan Pasal 156 ayat
(4). Dengan kata lain, tidak ada alasan bagi Pengusaha dan Perusahaan, sebagai pihak yang
menerima hasil kerja dari tenaga kerja, untuk tidak membayarkan uang pesangon, uang
penghargaan kerja, dan uang penggantian hak yang seharusnya diterima oleh tenaga kerja.
bagaimana pun kondisinya, tenaga kerja tetap mendapatkan hak atas pesangon, uang
menjamin kesejahteraan buruh dan tenaga kerja, khususnya dalam hal pemutusan
hubungan kerja, pada faktanya masih terdapat sejumlah tindakan pemutusan hubungan
kerja tanpa adanya pemberian pesangon kepada para tenaga kerja yang terdampak.4
Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI),
didapatkan data sejumlah 15% dari 1.112 pekerja, yang berada di usia 15 tahun ke atas
4
Ngadi, Ruth Meiliana, Yanti Astrelina Purba. 2020. “Dampak Pandemi Covid-19Terhadap PHK dan Pendapatan
Pekerja di Indonesia”. Jurnal Kependudukan Indonesia. Ed. Khusus Demografi dan COVID-19. hlm. 43-
48
Hukum Ketenagakerjaan 10
dengan populasi responden sebagian besar berada di Pulau Jawa, mengalami pemutusan
Hal tersebut pun dapat dilihat dari kasus Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)
secara sepihak yang dilakukan oleh PT. Yamakawa Rattan Industri yang berada di Cirebon
beberapa waktu lalu6. Setidaknya sebanyak 238 karyawan PT. Yamakawa Rattan Industri
harus terkena PHK secara sepihak dan pesangon yang diberikan pun tidak sesuai dengan
pernah saya temui, PT. Yamakawa tidak memberikan hak-hak karyawan yang terkena
PHK sebagaimana diatur dalam Pasal 164 ayat (1) Undang-Undang Ketenagakerjaan, yang
berbunyi :
secara terus menerus selama 2 (dua) tahun, atau keadaan memaksa (force majeur), dengan
ketentuan pekerja/buruh berhak atas uang pesangon sebesar 1 (satu) kali ketentuan Pasal
156 ayat (2) uang penghargaan masa kerja sebesar 1 (satu) kali ketentuan Pasal 156 ayat
(3) dan uang penggantian hak sesuai ketentuan Pasal 156 ayat (4).”
Dengan demikian, merujuk pada ketentuan Pasal 164 ayat (1) maka Perusahaan,
dalam hal ini adalah PT. Yamakawa Rattan Industri, setidaknya memberikan uang
pesangon, uang penghargaan kerja, dan uang pengganti hak yang belum digunakan oleh
para karyawan yang terkena PHK sepihak. Namun, pada faktanya, PT Yamakawa hanya
5
Redaksi JKN. 2020. Jawa Barat : Gara-gara Korona Karyawan PT Yamakawa di PHK dan Tanpa Pesangon
.https://www.beritajkn.com/jawa-barat-gara-gara-korona-karyawan-pt-yamakawa-di-phk-dan-tak-
diberi-pesangon/.Diakses pada 15 Mei 2021.
6
Rahman, Arif. 2020. Terkena PHK, Ratusan Massa Gelar Aksi Unjuk RasaTuntut PT Yamakawa Rattan Industri
Berikan Pesangon Sesuai Peraturan .https://suaracirebon.com/2020/05/26/terkena-phk-ratusan-
massa-gelar-aksi-unjuk-rasa-tuntut-pt-yamakawa-rattan-industri-berikan-pesangon-sesuai-
peraturan/. Diakses pada 15 Mei 2021
Hukum Ketenagakerjaan 11
memberikan uang kompensasi bagi karyawan yang terkena PHK sebesar Rp 4.400.000,-,
Fakta di lapangan, durasi kerja karyawan yang terkena PHK tidaklah sama.
Durasi kerja karyawan tersingkat adalah 2 tahun, dan durasi kerja terlama adalah 6 tahun.
Apabila merujuk pada Pasal 156 ayat (2), (3), dan (4),maka jumlah “uang kompensasi”
yang seharusnya diberikan oleh perusahaan kepada karyawan tidak lah Rp 4.400.000,-.
Untuk karyawan yang bekerja selama 2 tahun, setidaknya menerima uang pesangon yang
setara dengan 3(tiga) bulan upah, dan uang penggantian hak yang seharusnya diterima,
seperti cuti tahunan yang belum diambil, ongkos pulang yang dikeluarkan oleh pekerja,
penggantian perumahan atau biaya pengobatan dan perawatan, dan berbagai macam hal
yang diatur dalam perjanjian kerja. Sedangkan, untuk karyawan yang sudah bekerja selama
6 tahun, setidaknya menerima uang pesangon yang serata dengan upah selama 7 (tujuh)
bulan kerja, uang penghargaan kerja yang setara dengan 3 (tiga) bulan kerja, dan uang
penggantian hak yang seharusnya diterima, seperti cuti tahunan yang belum diambil,
ongkos pulang yang dikeluarkan oleh pekerja, penggantian perumahan atau biaya
pengobatan dan perawatan, dan berbagai macam hal yang diatur dalam perjanjian kerja.8
bertanggung jawab atas pemenuhan kesejahteraan tenaga kerjanya, baik selama terikat
dengan hubungan kerja maupun sudah tidak terikat dengan hubungan kerja. Secara hukum,
PT Yamakawa Rattan Industri telah melakukan pelanggaran atas Pasal 156 ayat (1).
7
Admin. 2020. Tolak Memberikan Pesangon, PT Yamakawa Rattan Industry di Demo Ormas GRIB dan Mantan
Karyawan .https://suaraindonesianews.com/news/tolak-memberikan-pesangon-pt-yamakawa-rattan-
industry-di-demo-ormas-grib-dan-mantan-karyawan/.Diakses pada 15 Mei 2021.
8
Admin. 2020. Grudug PT Yamakawa, Korban PHK Minta Pesangon Sesuai UU Ketenagakerjaan
.https://fajarsatu.com/2020/05/grudug-pt-yamakawa-korban-phk-minta-pasangon-sesuai-uu-
ketenagakerjaan/. Diakses pada 15Mei 2021.
Hukum Ketenagakerjaan 12
Merujuk pada Undang-Undang Ketenagakerjaan, Pasal 185 ayat (1) merumuskan sanksi
yang seharusnya diterima oleh PT Yamakawa Rattan Industri sebagai akibat dari tindakan
penolakan pemberian uang pesangon bagi para karyawannya yang terkena PHK sepihak.
Isi dari ketentuan Pasal 185 ayat (1) adalah sebagai berikut :
ayat (2), Pasal 68, Pasal 69 ayat (2), Pasal 80, Pasal 82, Pasal 88A ayat (3), Pasal 88E
ayat (2), Pasal 143, Pasal 156 ayat (1), atau Pasal 160 ayat (4) dikenai sanksi pidana
penjara paling singkat 1 (satu)tahun dan paling lama 4 (empat) tahun dan/atau denda
paling sedikit Rp100.000.000,- (seratus juta rupiah) dan paling banyak Rp400.000.000,-
dengan hak yang diterima oleh pekerja, merujuk pada Undang-Undang Nomor 2 Tahun
peraturan yang tercantum dalam Pasal 3,langkah awal untuk menyelesaikan masalah ini
mufakat.
yang terjadi antara pekerja/buruh atau serikat pekerja/serikat buruh dengan pihak
perundingan ini setidaknya diselesaikan paling lama dihari ke-30 (tiga puluh) sejak tanggal
Hukum Ketenagakerjaan 13
hari tersebut, salah satu pihak menolak untuk melakukan perundingan atau telah dilakukan
perundingan tetapi tidak tercapai suatu kesepakatan, maka perundingan dianggap gagal.9
Apabila perundingan sudah mencapai dead lock atau kegagalan, maka salah
satu atau kedua pihak dapat mencatatkan sengketa yang terjadi kepada instansi yang
kemudian akan diupayakan langkah mediasi. Mediator yang bertugas dalam membantu
Dalam upaya mediasi, saksi atau saksi ahli dapat dipanggil untuk menghadiri
sidang mediasi untuk diminta dan didengarkan kesaksiannya terkait dengan sengketa
tersebut. Bila tidak tercapai kesepakatan perselisihan hubungan industrial melalui mediasi,
9
Admin. 2020. Korban PHK PT Yamakawa Kembali Tuntut Keadilan
.https://suaracirebon.com/2020/06/19/korban-phk-pt-yamakawa-kembali-tuntut-keadilan/. Diakses
pada 15 Mei 2021.
10
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial
Hukum Ketenagakerjaan 14
maka mediator dapat melakukan beberapa langkah, sebagai mana tercantum dalam Pasal
Pasal 13
anjuran tertulis;
Hukum Ketenagakerjaan 15
Pasal 14
ayat (2) huruf a ditolak oleh salah satu pihak atau para pihak, maka
Negeri setempat.
Hukum Ketenagakerjaan 16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dasar hukum dari pemberian pesangon bagi para tenaga kerja yang terkena
Pemutusan Hubungan Kerja tercantum dalam Pasal 156 ayat (1) Undang – Undang No. 13
Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan bahwa “dalam hal terjadi pemutusan hubungan
kerja, pengusaha diwajibkan membayar uang pesangon dan atau uang penghargaan masa
kerja dan uang penggantian hak yang seharusnya diterima”. Rincian untuk pemberian
pesangon bagi paratenaga kerja yang terkena PHK telah diatur dalam Pasal 156 ayat (2)
menjamin kesejahteraan buruh dan tenaga kerja, khususnya dalam hal pemutusan
hubungan kerja, masih terdapat sekitar 15% tenaga kerja, dari 1.112 sampel, yang terkena
PHK namun pihak perusahaan tidak memberikan pesangon. Hal tersebut dapat tercermin
dari kasus Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) secara sepihak yang dilakukan oleh PT
Yamakawa Rattan Industri yang berada di Cirebon beberapa waktu lalu. Setidaknya
sebanyak 238 karyawan PT Yamakawa Rattan Industri harus terkena PHK secara sepihak
dan pesangon yang diberikan pun tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan
banyak terjadi penyelewengan atas kewajiban perusahaan sebagai pihak yang bertanggung
Langkah hukum yang dapat ditempuh bagi para tenaga kerja yang tidak
Hukum Ketenagakerjaan 17
Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan
untuk menyelesaikan masalah ini adalah dengan mengadakan perundingan bipartit secara
musyawarah untuk mencapai mufakat. Apabila perundingan sudah mencapai dead lock
atau kegagalan, maka salah satu atau kedua pihak dapat mencatatkan sengketa yang terjadi
kepada instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan yang ada di tempat
Hubungan Industrial yang kemudian akan diupayakan langkah mediasi. Namun, apabila
langkah tersebut masih belum menemukan solusi untuk permasalahan yang dibawakan,
maka para pihak atau salah satu pihak dapat melanjutkan penyelesaian perselisihan ke
B. Saran
Sebagai negara hukum yang menjunjung tinggi keadilan dan pemenuhan atas
hak-hak yang dimiliki oleh tiap individu, sudah sepatutnya Pemerintah menggalakan
kembali penegakan hukum bagi tiap-tiap pihak yang melalaikan kewajibannya dalam
upaya pemenuhan hak yang dimiliki oleh orang lain.Dengan adanya penegakan hukum
dan penegasan atas penerapan sanksi sebagaimana tercantum dalam ketentuan peraturan
jumlahnya dan kesejahteraan buruh akan terjamin sebagaimana yang diharapkan oleh
Hukum Ketenagakerjaan 18
DAFTAR PUSTAKA
Rahman, Arif. 2020. Terkena PHK, Ratusan Massa Gelar Aksi Unjuk RasaTuntut PT
.https://suaracirebon.com/2020/05/26/terkena-phk-ratusan-massa-gelar-aksi-unjuk-
rasa-tuntut-pt-yamakawa-rattan-industri-berikan-pesangon-sesuai-peraturan/.
Ketenagakerjaan .https://fajarsatu.com/2020/05/grudug-pt-yamakawa-korban-phk-
.https://suaracirebon.com/2020/06/19/korban-phk-pt-yamakawa-kembali-tuntut-
Redaksi JKN. 2020. Jawa Barat : Gara-gara Korona Karyawan PT Yamakawa di PHK dan
Admin. 2020. 240 Pekerja Di PHK Tanpa Pesangon, PT Yamakawa Diadukan Ke DPRD.
republiqu.com/240-pekerja-di-phk-tanpa-pesangon-pt-yamakawa-diadukan-ke-
Admin. 2020. Dewan Sepakati Tuntutan Buruh PT Yamakawa Soal Hak Pesangon
.http://www.republiqu.com/dewan-sepakati-tuntutan-buruh-pt-yamakawa-soal-hak-
Hukum Ketenagakerjaan 19
Admin. 2020. Tolak Memberikan Pesangon, PT Yamakawa Rattan Industry di Demo Ormas
memberikan-pesangon-pt-yamakawa-rattan-industry-di-demo-ormas-grib-dan-
Ngadi, Ruth Meiliana, Yanti Astrelina Purba. 2020. “Dampak Pandemi Covid-19Terhadap
Hukum Ketenagakerjaan 20