Anda di halaman 1dari 9

Lex Privatum, Vol. IV/No.

1/Jan/2016

PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA pengusaha. PHK sendiri dapat diartikan sebagai


BERDASARKAN UNDANG - UNDANG NO. 13 pengakhiran hubungan kerja karena suatu hal
TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN 1 tertentu yang mengakibatkan berakhirnya hak
Oleh: Ryan A. Turangan2 dan kewajiban antara pekerja dan
perusahaan/majikan.
ABSTRAK Setiap alasan PHK diatas mengandung
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk konsekuensi yang berbeda, khususnya
mengetahui apakah alasan-alasan dilakukannya mengenai hak para pekerja yang di PHK karena
pemutusan hubungan kerja yang ditinjau dari ada yang karena PHK pekerja tersebut harus
Undang-Undang nomor 13 tahun 2003 tentang mendapatkan uang pesangon, uang
ketenagakerjaan dan bagaimanakah penggantian hak dan uang penghargaan masa
perlindungan hukum terhadap pekerja/buruh kerja. Walapun aturan soal PHK dan
dan akibat hukum bagi pihak perusahaan yang konsekuensi yang yang harus diterima oleh
melanggar perintah Undang-Undang nomor 13 pekerja dan atau dilakukan oleh pengusaha
tahun 2003, di mana dengan menggunakan sudah diatur oleh Undang-Undang Tenaga Kerja
metode penelitian hukum normatif disimpulkan dengan rinci akan tetapi persoalan PHK selalu
bahwa: 1`. Undang-Undang No 13 tahun 2003, menjadi Perdebatan. Ada pekerja yang
ada beberapa alasan bagi perusahaan untuk menganggap tidak pantas untuk di PHK, ada
melakukan PHK. Yaitu antara lain; pekerja yang menganggap proses PHK yang dikenakan
buruh melakukan kesalahan berat, kepadanya tidak sesuai dengan prosedur
pekerja/buruh diduga Melakukan Tindak bahkan ada pelaku usaha yang telah melakukan
Pidana, Pekerja/buruh melakukan pelanggaran PHK akan tetapi tidak mau membayar uang
ketentuan yang diatur dalam perjanjian kerja, Pesangon atau pengganti Hak.
pekerja buruh mengundurkan diri, PHK karena
likuidasi, perusahaan melakukan efisiensi. 2. B. Perumusan Masalah
Pasal 152 UU Ketenagakerjaan secara eksplisit 1. Apakah alasan-alasan dilakukannya
menjelaskan bahwa Pemutusan hubungan kerja pemutusan hubungan kerja yang ditinjau
hanya dapat diberikan oleh lembaga dari Undang-Undang nomor 13 tahun 2003
penyelesaian perselisihan hubungan industrial tentang ketenagakerjaan?
jika ternyata maksud untuk memutuskan 2. Bagaimanakah perlindungan hukum
hubungan kerja telah dirundingkan, tetapi terhadap pekerja/buruh dan akibat hukum
perundingan tersebut tidak menghasilkan bagi pihak perusahaan yang melanggar
kesepakatan. Dan pasal 155 ayat (2): “Bahwa, perintah Undang-Undang nomor 13 tahun
Selama putusan lembaga penyelesaian 2003 tentang ketenagakerjaan?
perselisihan hubungan industrial belum
ditetapkan, baik pengusaha maupun C. Metode Penulisan
pekerja/buruh harus tetap melaksanakan Penelitian ini bersifat normatif, atau
segala kewajibannya”. disebut juga dengan penelitian normatif.
Kata kunci: pemutusan hubungan kerja, Menurut Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji
hubungan kerja yang dikutip oleh Bachrul Amiq bahwa
penelitian normatif ialah suatu penelitian yang
PENDAHULUAN mengutamakan pengkajian terhadap ketentuan
A. Latar Belakang – ketentuan hukum positif maupun asas – asas
Masalah pemutusan hubungan kerja hukum umum. Penelitian hukum normatif
selanjutnya disingkat (PHK) selalu menarik merupakan penelitian dengan mendasarkan
untuk dikaji dan ditelaah lebih mendalam. pada bahan hukum baik primer maupun
Karena persolan PHK akan sangat berpengaruh sekunder.
kelangsungan hidup bagi para pekerja dan
PEMBAHASAN
1
Artikel skripsi. Pembimbing skripsi: Godlieb N. Mamahit, A. Alasan-Alasan Dilakukan Pemutusan
SH, MH; Atie Olii, SH, MH; Paula H., Lengkong, SH, MH. Hubungan Kerja Berdasarkan Undang-
2
Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sam Ratulangi,
Manado; NIM: 060711114.

66
Lex Privatum, Vol. IV/No. 1/Jan/2016

Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang khawatir melakukan PHK karena efisiensi sebab
Ketenagakerjaan ada alasan hukum pasal 164 ayat (3) Undang-
Pemutusan Hubungan Kerja diatur secara Undang No. 13 Tahun 2003.4
rinci dan jelas dalam Undang-Undang No.13 Undang-Undang No. 2 Tahun 2004 tentang
Tahun 2003 dalam Pasal 164 ayat (3) yang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial,
menyatakan: “Pengusaha dapat melakukan istilah sengketa yang digunakan adalah
pemutusan hubungan kerja terhadap perselisihan atau perselisihan hubungan
pekerja/buruh karena perusahaan tutup yang industrial. UU PPHI Pasal 1 angka 1
disebabkan perusahaan mengalami kerugian menyatakan: “Perselisihan Hubungan Industrial
secara terus menerus selama 2 (dua) tahun, adalah perbedaan pendapat yang
atau keadaan memaksa (force majeur), dengan mengakibatkan pertentangan antara
ketentuan pekerja/buruh berhak atas uang pengusaha atau gabungan pengusaha dengan
pesangon sebesar 1 (satu) kali ketentuan Pasal pekerja/buruh atau serikat pekerja/serikat
156 ayat (2) uang penghargaan masa kerja buruh karena adanya perselisihan mengenai
sebesar 1 (satu) kali ketentuan Pasal 156 ayat hak, perselisihan kepentingan, perselisihan
(3) dan uang penggantian hak sesuai ketentuan pemutusan hubungan kerja dan perselisihan
Pasal 156 ayat (4)”. 3 antar serikat pekerja/serikat buruh dalam satu
Banyak pihak yang menafsirkan bahwa perusahaan.”5
salah satu alasan yang dapat digunakan Pasal 1 angka 4 UU PPHI menyatakan:
perusahaan untuk melakukan PHK terhadap “Perselisihan pemutusan hubungan kerja
pekerjanya adalah karena “melakukan adalah perselisihan yang timbul karena tidak
efisiensi”. Padahal, sebenarnya Undang-Undang adanya kesesuaian pendapat mengenai
Ketenagakerjaan sendiri tidak pernah mengenal pengakhiran hubungan kerja yang dilakukan
alasan PHK karena melakukan efisiensi. oleh salah satu pihak.”6
Kesalahan penafsiran tersebut mungkin terjadi Bahasa yang lebih sederhana atau mudah
karena banyak pihak yang kurang cermat untuk menggambarkan ketentuan tersebut,
membaca redaksional pada ketentuan yang baik pihak pengusaha/perusahaan maupun
ada. pekerja berbeda pendapat mengenai kapan
Dengan kondisi ini sering sekali dijadikan suatu hubungan kerja berakhir. Pihak
celah oleh pihak perusahaan untuk pengusaha kadang-kadang melakukan
menghilangkan hak warga negara untuk bekerja pemutusan hubungan kerja terhadap pihak
sebagaimana dijamin Pasal 28D ayat (2) UUD pekerja, tetapi pihak pekerja merasa dirugikan
1945; “Setiap orang berhak untuk bekerja serta atas keputusan tersebut karena merasa masih
mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan berhak untuk bekerja.
layak dalam hubungan kerja”. Sebab, pekerja Undang-Undang No. 2 tahun 2004 tentang
dapat setiap saat di PHK dengan dalih efisiensi Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial,
meski tanpa kesalahan dan kondisi perusahaan PHK merupakan atau dapat menjadi salah satu
dalam keadaan baik sekalipun. “Karena itu, penyebab Perselisihan Hubungan Industrial.
Pasal 164 ayat (3) inkonstitusional. Pada pasal 150 sampai dengan pasal 172
Tanggapan lain menyatakan bahwa tujuan Undang-Undang Ketenagakerjaan dapat
perusahaan melakukan PHK dengan alasan diketahui mengenai segala sesuatu terkait PHK,
efisiensi dilatarbelakangi oleh tujuan untung termasuk salah satunya mengenai alasan-
mengurangi beban perusahaan supaya dapat alasan melakukan PHK. Namun sayangnya
tetap beroperasi. Sehingga seperti dalam
kondisi krisis global yang mengharuskan 4
Abdul R. Bodiono. Hukum Perburuhan. PT Indeks.
pengurangan pekerja, pengusaha tidak perlu Jakarta. 2009. Hlm 79
5
Lihat pasal 1 angka 1. Undang-Undang No. 2 Tahun 2004
tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial
3 6
Lihat pasal 164 ayat 3. Undang-Undang No.13 Tahun Lihat pasal 1 angka 1. Undang-Undang No. 2 Tahun 2004
2003 tentang Ketenagakerjaan. tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial

67
Lex Privatum, Vol. IV/No. 1/Jan/2016

banyak pihak yang salah menafsirkan mengenai ini, Depnaker mengeluarkan surat edaran yang
alasan-alasan melakukan PHK tersebut, berusaha memberikan penjelasan tentang
mungkin dikarenakan keterbatasan akibat putusan tersebut. 8
pemahaman atau juga karena redaksional / Pasal 158 UU Ketenagakerjaan, ayat 1
klausul pada Undang-Undang. berbunyi, "Pengusaha dapat memutuskan
Ketenagakerjaan yang banyak disebut hubungan kerja terhadap pekerja/buruh
mengandung ambiguitas. Salah satu kesalahan dengan alasan pekerja/buruh telah melakukan
penafsiran yang sering terjadi adalah pada kesalahan berat sebagai berikut:
ketentuan pasal 164 ayat (3) Undang-Undang a. Melakukan penipuan, pencurian, atau
Ketenagakerjaan, dimana disebutkan penggelapan barang dan/atau uang
“Pengusaha dapat melakukan pemutusan milik perusahaan;
hubungan kerja terhadap pekerja/buruh karena b. Memberikan keterangan palsu atau
perusahaan tutup bukan karena mengalami yang dipalsukan sehingga merugikan
kerugian 2 (dua) tahun berturut-turut atau perusahaan;
bukan karena keadaan memaksa (force majeur) c. Mabuk, meminum minuman keras yang
tetapi perusahaan melakukan efisiensi,”. memabukkan, memakai dan/atau
Hal ini dapat menjadi beban dan tanggung mengedarkan narkotika, psikotropika,
jawab yang berat bagi Divisi Sumber Daya dan zat adiktif lainnya di lingkungan
Manusia/Personalia untuk dapat melakukan kerja;
PHK karena efisiensi, tanpa menimbulkan d. Melakukan perbuatan asusila atau
perselisihan hubungan industrial dengan perjudian di lingkungan kerja;
pekerja. Oleh karena itu, diperlukan e. Menyerang, menganiaya, mengancam,
pendekatan dan sosialisasi yang efektif dan atau mengintimidasi teman sekerja
insentif kepada pekerja supaya dapat atau pengusaha di lingkungan kerja;
memahami kondisi perusahaaan. Pendekatan f. Membujuk teman sekerja atau
“orang tua” (perusahaan) dan “anak” (pekerja) pengusaha untuk melakukan perbuatan
akan lebih mengena dibandingkan dengan yang bertentangan dengan peraturan
pendekatan hukum. Namun demikian, perundang-undangan; dengan ceroboh
pemahaman atas ketentuan Undang-Undang atau sengaja merusak atau membiarkan
No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dalam keadaan bahaya barang milik
dan Undang-Undang No.2 Tahun 2004 tentang perusahaan yang menimbulkan
Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial kerugian bagi perusahaan;
merupakan syarat mutlak yang harus dipahami g. Dengan ceroboh atau sengaja
sehingga tidak menjadikan “bom atom” bagi membiarkan teman sekerja atau
perusahaan karena harus menghadapi gugatan pengusaha dalam keadaan bahaya di
pekerja di kemudian hari.7 tempat kerja;
Ada sepuluh alasan bagi perusahaan untuk h. Membongkar atau membocorkan
mem-PHK Anda dengan mengacu kepada rahasia perusahaan yang seharusnya
Undang-Undang No. 13 tahun 2003. Yaitu dirahasiakan kecuali untuk kepentingan
1. Pekerja/buruh melakukan Kesalahan negara; atau
Berat i. Melakukan perbuatan lainnya di
Setelah Mahkamah Konstitusi (MK) lingkungan perusahaan yang diancam
menyatakan Pasal 158 UU Ketenagakerjaan pidana penjara 5 (lima) tahun atau
inkonstitusional, maka pengusaha tidak lagi lebih.9
dapat langsung melakukan PHK apabila ada Jenis kesalahan berat lainnya dapat diatur
dugaan pekerja melakukan kesalahan berat. dalam Perjanjian Perusahaan Atau Perjanjian
Berdasarkan asas praduga tak bersalah,
pengusaha baru dapat melakukan PHK apabila 8
Di akses dari situs
pekerja terbukti melakukan kesalahan berat
http://beritahr.wordpress.com/category/industrial-
yang termasuk tindak pidana. Atas putusan MK relation/. Industrial Relation, Artikel Kasus PHK menjadi
Kasus Terpopuler. Pada tanggal 23 Desember 2015.
9
Lihat pasal 158 ayat 1. Undang-Undang No.13 Tahun
7
Abdul R. Bodiono. Op. Cit. Hlm 82 2003 tentang Ketenagakerjaan

68
Lex Privatum, Vol. IV/No. 1/Jan/2016

Kerja Bersama (PP/PKB), tetapi apabila terjadi perbuatan yang anti sosial. Pasal 160, ayat 1
PHK karena kesalahan berat (dalam PP/PKB) menyebutkan, "Dalam hal pekerja/buruh
tersebut, harus mendapat izin dari lembaga ditahan pihak yang berwajib karena diduga
yang berwenang. Demikian juga sebelum melakukan tindak pidana bukan atas
melakukan PHK, harus terlebih dahulu melalui pengaduan pengusaha,"
mekanisme yang ditentukan, misalnya dengan 3. Pekerja/buruh Melakukan Pelanggaran
memberi surat peringatan (baik berturut-turut, Ketentuan yang diatur dalam Perjanjian
atau surat peringatan pertama dan terakhir) Kerja
untuk jenis kesalahan berat yang ditentukan Pasal 161, ayat 1 menyebutkan, "Dalam
PP/PKB.10 hal pekerja/buruh melakukan pelanggaran
Namun, perlu kita ketahui bahwa alasan ketentuan yang diatur dalam perjanjian kerja,
PHK berupa kesalahan berat yang dimaksud peraturan perusahaan atau perjanjian kerja
pada Pasal 158, ayat 1 harus didukung dengan bersama, pengusaha dapat melakukan
bukti misalnya: pemutusan hubungan kerja, setelah kepada
1. Pekerja/buruh tertangkap tangan; pekerja/buruh yang bersangkutan diberikan
2. Ada pengakuan dari pekerja/buruh surat peringatan pertama, kedua, dan ketiga
yang bersangkutan; atau secara berturut-turut." Bila Anda tidak
3. Bukti lain berupa laporan kejadian mengindahkan peraturan perusahaan dan Anda
yang dibuat oleh pihak yang tidak mengindahkan surat peringatan yang
berwenang di perusahaan yang diberikan oleh perusahaan kepada Anda- ini
bersangkutan dan didukung oleh bisa menjadi alasan PHK untuk pekerja.13
sekurang-kurangnya 2 (dua) orang
saksi.11 4. Pekerja/buruh Mengundurkan Diri
2. Pekerja/buruh Diduga Melakukan Salah satu jenis PHK yang inisiatifnya dari
Tindak Pidana pekerja/buruh adalah pengakhiran hubungan
Istilah Tindak Pidana adalah berasal dari kerja karena pekerja/buruh mengundurkan diri
kata istilah yang dikenal dalam Hukum Belanda atas kemauan sendiri dan dilakukan tanpa
yaitu “Strafbaar Feit”. Walaupun istilah ini penetapan (izin). Syarat yang harus dipenuhi
terdapat dalam WvS Hindia Belanda (KUHP), apabila seorang pekerja/buruh mengundurkan
tetapi tidak ada penjelasan resmi tentang apa diri agar mendapatkan hak-haknya dan
yang dimaksud dengan Strafbaar Feit itu. mendapatkan surat keterangan
Karena itu para ahli hukum berusaha untuk kerja/eksperience letter adalah permohonan
memberikan arti dan isi dari istilah itu. tertulis harus diajukan selambat-lambatnya 30
Sayangnya sampai kini belum ada keragaman hari sebelum hari h tanggal pengunduran diri.
pendapat.12 Hal yang harus dilakukan pekerja/buruh yang
Menurut wujud dan sifatnya, tindak pidana mengundurkan diri adalah sebagai berikut :
ini adalah perbuatan-perbuatan yang melawan a. Pekerja/buruh tidak terikat dalam
hukum. Perbuatan-perbuatan ini juga ikatan dinas;
merugikan masyarakat, dalam arti b. Selama menunggu hari h,
bertentangan dengan atau menghambat akan pekerja/buruh harus tetap
terlaksananya tata dalam pergaulan masyarakat melaksanakan kewajiban sampai
yang dianggap baik dan adil. Dapat pula tanggal pengunduran diri dari yang
dikatakan bahwa perbuatan pidana ini adalah ditentukan. Hal ini dimaksudkan untuk
mempersiapkan pengganti formasi
10
Adrian Sutedi. Hukum Perburuhan. Sinar Grafika.
Jakarta. 2009. Hal 74
11
Lihat pasal 158 ayat 2. Undang-Undang No.13 Tahun
2003 tentang Ketenagakerjaan
12 13
Adam Chazawi. Pelajaran Hukum Pidana I. PT. Lihat pasal 161 ayat 1. Undang-Undang No.13 Tahun
RajaGrafindo Persada. Jakarta. 2002. Hal 67 2003 tentang Ketenagakerjaan

69
Lex Privatum, Vol. IV/No. 1/Jan/2016

untuk jabatan dimaskud atau dalam kerugian 2 (dua) tahun berturut-turut atau
rangka transfer of knowledge.14 bukan karena keadaan memaksa (force majeur)
tetapi perusahaan melakukan efisiensi.17
5. PHK Karena terjadi Perubahan Status,
Pengabungan, Peleburan, atau Perubahan B. Perlindungan Hukum Terhadap
Kepemilikan Perusahaan. Pekerja/Buruh Dan Akibat Hukum Bagi
Apabila terjadi PHK karena terjadi Pihak Perusahaan Yang Mengabaikan
perubahan status, penggabungan (merger), Perintah Undang-Undang Nomor 13 Tahun
peleburan (konsolidasi) atau perubahan 2003.
kepemilikan perusahaan (akuisisi), dan 1. Perlindungan Hukum Terhadap
pekerja/buruh tidak bersedia melanjutkan Pekerja/Buruh Menurut Undang-Undang
hubungan kerja maka terhadap pekerja/buruh Nomor 13 Tahun 2003
berhak atas uang pesangon satu kali dan uang PHK dapat diartikan sebagai langkah
pengganti hak. Apabila PHK yang terjadi pengakhiran hubungan kerja antara buruh
disebabkan oleh perubahan status, merger, (pekerja) dengan majikan (pengusaha) yang
atau konsolidasi, dan pengusaha tidak bersedia disebabkan karena suatu keadaan tertentu. 18
melanjutkan hubungan kerja dengan Pasal 1 angka 25 UU No. 13 Tahun 2003
pekerja/buruh berhak uang pesangon dua kali, menyatakan bahwa, PHK adalah pengakhiran
uang penghargaan masa kerja satu kali, dan hubungan kerja karena suatu hal tertentu yang
uang pengganti hak. mengakibatkan berakhirnya hak dan kewajiban
Pasal 163, ayat 1 menyebutkan, antara pekerja/buruh dan pengusaha. Pada
"Pengusaha dapat melakukan pemutusan praktiknya, PHK dilakukan karena telah
hubungan kerja terhadap pekerja/buruh dalam berakhirnya waktu yang telah ditetapkan dalam
hal terjadi perubahan status, penggabungan, perjanjian kerja bersama sehingga hal tersebut
peleburan, atau perubahan kepemilikan tidak menimbulkan suatu permasalahan oleh
perusahaan dan pekerja/buruh tidak bersedia kedua belah pihak, namun hal ini berbeda
melanjutkan hubungan kerja."15 apabila terjadi suatu PHK padahal belum
berakhirnya waktu yang telah ditetapkan atau
6. PHK karena Likuidasi terjadi karena perselisihan antara kedua belah
Pasal 164, ayat 1 menyebutkan, pihak yakni pihak pekerja dengan pengusaha.
"Pengusaha dapat melakukan pemutusan Hal ini menimbulkan kerugian yang sangat
hubungan kerja terhadap pekerja/buruh karena besar bagi pekerja karena disini pekerja
perusahaan tutup yang disebabkan perusahaan mempunyai kedudukan yang sangat lemah
mengalami kerugian secara terus menerus dibandingkan dengan pengusaha. Untuk itu
selama 2 (dua) tahun, atau keadaan memaksa perlu ditinjau lebih seksama lagi mengenai PHK
(force majeur)" Kerugian perusahaan yang yang dilakukan oleh pengusaha untuk
dimaksud harus dibuktikan dengan laporan menjamin perlindungan bagi pihak pekerja.
keuangan 2 (dua) tahun terakhir yang telah Dalam Pasal 153 ayat (1) UU No. 13 Tahun
diaudit oleh akuntan publik.16 2003 mengatur mengenai larangan PHK oleh
Pengusaha, hal ini sebagaimana dinyatakan
7. Perusahaan melakukan efisiensi “Pengusaha dilarang melalukan pemutusan
Ini merupakan alasan PHK yang sering hubungan kerja dengan alasan:
digunakan. Pasal 164, ayat 3 menyebutkan, 1) Pekerja/buruh berhalangan masuk
"Pengusaha dapat melakukan pemutusan kerja karena sakit menurut keterangan
hubungan kerja terhadap pekerja/buruh karena dokter selama waktu tidak melampaui
perusahaan tutup bukan karena mengalami 12 (dua belas) bulan secara terus
menerus;
14
Penjelasan pasal 162. Undang-Undang No.13 Tahun
17
2003 tentang Ketenagakerjaan Penjelasan pasal 164 ayat 3. Undang-Undang No.13
15
Penjelasan pasal 162. Undang-Undang No.13 Tahun Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
18
2003 tentang Ketenagakerjaan Zainal Asikin, Agusfian Wahab dkk. Dasar-Dasar Hukum
16
Penjelasan pasal 164 ayat 1. Undang-Undang No.13 Perburuhan. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. 2012. Hal
Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan 173

70
Lex Privatum, Vol. IV/No. 1/Jan/2016

2) Pekerja/buruh berhalangan Bahwa dalam hal pemutusan hubungan


menjalankan pekerjaannya karena kerja harus ada penetapan putusan dari
memenuhi kewajiban terhadap negara lembaga penyelesaian perselisihan hubungan
sesuai dengan ketentuan peraturan indsutrial, dalam hal ini adalah pengadilan
perundang-undangan yang berlaku; hubungan industrial. Hal tersebut jelas dimuat
3) Pekerja/buruh menjalankan ibadah dalam Undang-Undang Ketenagakerjaan, yaitu
yang diperintahkan agamanya; pasal 152:
4) Pekerja/buruh menikah; Ayat (1); Permohonan penetapan
5) Pekerja/buruh perempuan hamil, pemutusan hubungan kerja diajukan secara
melahirkan, gugur kandungan, atau tertulis kepada lembaga penyelesaian
menyusui bayinya; perselisihan hubungan industrial disertai alasan
6) Pekerja/buruh mempunyai pertalian yang menjadi dasarnya.
darah dan atau ikatan perkawinan Ayat (2); Permohonan penetapan
dengan pekerja/buruh lainnya di dalam sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat
satu perusahaan, kecuali telah diatur diterima oleh lembaga penyelesaian
dalam perjanjian kerja, peraturan perselisihan hubungan industrial apabila telah
perusahaan, atau perjanjian kerja diundangkan sebagaimana dimaksud dalam
bersama; Pasal 151 ayat (2).
7) Pekerja/buruh mendirikan, menjadi Ayat (3); Penetapan atas permohonan
anggota dan/atau pengurus serikat pemutusan hubungan kerja hanya dapat
pekerja/serikat buruh, pekerja/buruh diberikan oleh lembaga penyelesaian
melakukan kegiatan serikat perselisihan hubungan industrial jika ternyata
pekerja/buruh di luar jam kerja atas maksud untuk memutuskan hubungan kerja
kesepakatan pengusaha, atau telah dirundingkan, tetapi perundingan
berdasarkan ketentuan yang diatur tersebut tidak menghasilkan kesepakatan.20
dalam perjanjian kerja, peraturan Jelas apa yang dijelaskan dalam Undang-
perusahaan, atau perjanjian kerja; Undang Ketenagakerjaan bahwa status
8) Pekerja/buruh yang mengadukan pemutusan hubungan kerja sah apabila ada
pengusaha kepada yang berwajib penetapan putusan dari pengadilan hubungan
mengenai perbuatan pengusaha yang industrial. Jadi selama belum ada putusan dari
melakukan tindak pidana kejahatan; pengadilan hubungan industrial buruh/pekerja
9) Karena perbedaan paham. Agama, tetap melaksanakan kewajibannya. Hal ini jelas
aliran politik, suku, warna kulit, diuraikan dalam Undang-Undang
golongan, jenis kelamin, kondisi fisik, Ketenagakerjaan, pasal 155 ayat (2):
atau status perkawinan; “Bahwa, Selama putusan lembaga
10) Pekerja/buruh dalam keadaan cacat penyelesaian perselisihan hubungan industrial
tetap, sakit akibat kecelakaan kerja, belum ditetapkan, baik pengusaha maupun
atau sakit karena hubungan kerja yang pekerja/buruh harus tetap melaksanakan
menurut surat keterangan dokter yang segala kewajibannya”.
jangka waktu penyembuhannya belum Permasalahannya pihak perusahaan dapat
dapat dipastikan. melakukan penyimpangan terkait dengan pasal
Ayat (2); Pemutusan hubungan kerja yang 155 ayat 2 tersebut, yaitu dengan tindakan
dilakukan dengan alasan sebagaimana skorsing. Pasal 155 ayat 3 menyebutkan bahwa:
dimaksud dalam ayat (1) batal demi hukum dan “Pengusaha dapat melakukan
pengusaha wajib mempekerjakan kembali penyimpangan terhadap ketentuan
pekerja/buruh yang bersangkutan.19 sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) berupa

19 20
Lihat pasal 153 ayat 1 dan 2. Undang-Undang No.13 Lihat pasal 152. Undang-Undang No.13 Tahun 2003
Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan tentang Ketenagakerjaan

71
Lex Privatum, Vol. IV/No. 1/Jan/2016

tindakan skorsing kepada pekerja/buruh yang i) Masa kerja 8 (delapan) tahun atau
sedang dalam proses pemutusan hubungan lebih, 9 (sembilan) bulan upah.
kerja dengan tetap wajib membayar upah Ayat (3); Perhitungan uang penghargaan
beserta hak-hak lainnya yang biasa diterima masa kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat
pekerja/buruh”.21 (1) ditetapkan sebagai berikut:
Dalam hal melakukan PHK, pengusaha a) Masa kerja 3 (tiga) tahun atau lebih
tidak bisa begitu saja melakukan PHK tanpa tetapi kurang dari 6 (enam) tahun, 2
memberikan hak-hak PHK atau kompensasi (dua) bulan upah;
yakni sebagaimana tercantum dalam UU No 13 b) Masa kerja 6 (enam) tahun atau lebih
Tahun 2003 Pasal 156 ayat (1) menyatakan “ tetapi kurang dari 9 (sembilan) tahun, 3
dalam hal terjadi pemutusan hubungan kerja (tiga) bulan upah;
pengusaha diwajibkan membayar uang c) Masa kerja 9 (sembilan) tahun atau
pesangon dan atau uang penghargaan masa lebih tetapi kurang dari 12 (dua belas)
kerja dan uang penggantian hak yang tahun, 4 (empat) bulan upah;
seharusnya diterima. d) Masa kerja 12 (dua belas) tahun atau
Undang-Undang No.13 Tahun 2003 lebih tetapi kurang dari 15 (lima belas)
tentang Ketenagakerjaan dalam pasal 156 ayat tahun, 5 (lima) bulan upah;
1 dijelaskan bahwa: e) Masa kerja 15 (lima belas) tahun atau
“Dalam hal terjadi pemutusan hubungan lebih tetapi kurang dari 18 (delapan
kerja, pengusaha diwajibkan membayar uang belas) tahun, 6 (enam) bulan upah;
pesangon dan atau uang penghargaan masa f) Masa kerja 18 (delapan belas) tahun
kerja dan uang penggantian hak yang atau lebih tetapi kurang dari 21 (dua
seharusnya diterima”. puluh satu) tahun, 7 (tujuh) bulan upah;
Ayat (2); Perhitungan uang pesangon g) Masa kerja 21 (dua puluh satu) tahun
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) paling atau lebih tetapi kurang dari 24 (dua
sedikit sebagai berikut: puluh empat) tahun, 8 (delapan) bulan
a) Masa kerja kurang dari 1 (satu) tahun, 1 upah;
(satu) bulan upah; h) Masa kerja 24 (dua puluh empat) tahun
b) Masa kerja 1 (satu) tahun atau lebih atau lebih, 10 (sepuluh ) bulan upah.22
tetapi kurang dari 2 (dua) tahun, 2
(dua) bulan upah; 2. Akibat Hukum Bagi Pihak Perusahaan
c) Masa kerja 2 (dua) tahun atau lebih Yang Mengabaikan Perintah Undang-
tetapi kurang dari 3 (tiga) tahun, 3 (tiga) Undang Menurut Undang-Undang Nomor
bulan upah; 13 Tahun 2003
d) Masa kerja 3 (tiga) tahun atau lebih Dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun
tetapi kurang dari 4 (empat) tahun, 4 2003 Tentang Ketenagakerjaan mengatur
(empat) bulan upah; akibat hukum bagi pelanggar (pekerja dan
e) Masa kerja 4 (empat) tahun atau lebih pengusaha) yang tidak mentaati peraturan
tetapi kurang dari 5 (lima) tahun, 5 Perundang-Undangan yang berkaitan dengan
(lima) bulan upah; ketenagakerjaan.
f) Masa kerja 5 (lima) tahun atau lebih, Bentuk akibat hukum yang dapat
tetapi kurang dari 6 (enam) tahun, 6 dikenakan bagi yang melanggar ketentuan
(enam) bulan upah; tersebut terdiri atas dua (2) macam yaitu: a.
g) Masa kerja 6 (enam) tahun atau lebih Ketentuan pidana; dan b. Sanksi Administratif.
tetapi kurang dari 7 (tujuh) tahun, 7 a. Ketentuan Pidana, dalamPasal 183, Pasal
(tujuh) bulan upah. 184, Pasal 185, Pasal 186, Pasal 187, Pasal
h) Masa kerja 7 (tujuh) tahun atau lebih 188, dan Pasal 189.
tetapi kurang dari 8 (delapan) tahun, 8 b. Ketentuan Administratif, dalam Pasal 190.
(delapan) bulan upah;

21 22
Lihat pasal 155 ayat 2 dan 3. Undang-Undang No.13 Lihat pasal 156 ayat 1,2 dan 3. Undang-Undang No.13
Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

72
Lex Privatum, Vol. IV/No. 1/Jan/2016

PENUTUP kemungkinan pengusaha dalam melakukan


A. Kesimpulan pemutusan hubungan kerja.
1. Undang-Undang No 13 tahun 2003, ada 2. Pada Undang-Undang No. 13 Tahun 2003
beberapa alasan bagi perusahaan untuk tentang Ketenagakerjaan agar di dalam
melakukan PHK. Yaitu antara lain; pekerja peraturan Perundang-Undangan lebih rinci
buruh melakukan kesalahan berat, lagi dengan mengatur hak dan kewajiban
pekerja/buruh diduga Melakukan Tindak pengusaha dan pekerja, sehingga
Pidana, Pekerja/buruh melakukan memperkecil terjadinya perselisihan
pelanggaran ketentuan yang diatur dalam hubungan industrial. Selain itu, instansi
perjanjian kerja, pekerja buruh yang terkait di bidang ketenagakerjaan
mengundurkan diri, PHK karena likuidasi, juga lebih memperdalam fungsi
perusahaan melakukan efisiensi. pengawasannya. Dalam hal ini, seharusnya
2. Pasal 152 UU Ketenagakerjaan secara pihak pengusaha terlebih dahulu
eksplisit menjelaskan bahwa Pemutusan memberikan kepastian mengenai status
hubungan kerja hanya dapat diberikan hukum pekerja/buruh, sehingga hak dan
oleh lembaga penyelesaian perselisihan kewajiban masing-masing pihak dapat
hubungan industrial jika ternyata maksud terpenuhi, agar tidak terjadi perselisihan,
untuk memutuskan hubungan kerja telah dan perlu adanya komunikasi dan
dirundingkan, tetapi perundingan tersebut keterbukaan dari pihak pengusaha
tidak menghasilkan kesepakatan. Dan terhadap pekerja/buruh begitupun
pasal 155 ayat (2): “Bahwa, Selama sebaliknya. Diperlukan adanya
putusan lembaga penyelesaian pengawasan pihak pengadilan setelah
perselisihan hubungan industrial belum diputuskannya perkara untuk mengontrol
ditetapkan, baik pengusaha maupun apakah putusan ini memberi pengaruh
pekerja/buruh harus tetap melaksanakan terhadap masing-masing pihak, baik pihak
segala kewajibannya”. Akibat hukum yang yang kalah maupun yang menang.
dapat dikenakan bagi yang melanggar
ketentuan tersebut terdiri atas dua (2) DAFTAR PUSTAKA
macam yaitu; Ketentuan pidana; dan Amirudin, dan H. Zainal Asikin. Pengantar
Sanksi Administratif. Sanksi Pidana; pasal Metode Penelitian Hukum. PT. Raja
183,184, 185, 186, 187, 188, 189. Grafindo Persada , Jakarta. 2004
Sedangkan ketentuan administratif yaitu Abdul R. Bodiono. Hukum Perburuhan. PT
pasal 190. Indeks. Jakarta. 2009
Adrian Sutedi. Hukum Perburuhan. Sinar
B. Saran Grafika. Jakarta. 2009
1. Berdasarkan beberapa alasan yang Adam Chazawi. Pelajaran Hukum Pidana I. PT.
dijelaskan oleh Undang-Undang terhadap RajaGrafindo Persada. Jakarta. 2002
pemutusan hubungan kerja oleh Asri wijayanti. Hukum Ketenagakerjaan Pasca
perusahan, maka pihak perusahaan Reformasi. Sinar Grafika. Surabaya. 2009
janganlah menjadikan pasal tersebut Bambang Sunggono. Metode Penelitian
menjadi alasan untuk melakukan PHK Hukum. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
terhadap pekerja/buruh. Harus adanya 2011
keterbukaan antara pekerja dan pimpinan Frans Magnis Suseno. Etika Politik Prinsip-
perusahaan. Dan juga pihak buruh atau prinsip Moral Dasar Modern. Gramedia.
pekerja jangan takut untuk menuntut hak- Pustaka Utama. Jakarta. 1999
hak yang dilindungi oleh Undang-Undang. Imam Soepomo. Pengantar Hukum
Dan juga bagi pekerja sebaiknya bekerja Perburuhan. Djambatan. Jakarta. 1983
lebih hati-hati dan mengikuti peraturan di Iman Soepomo. Pengantar Hukum
perusahaan, sehingga memperkecil Perburuhan. Djambatan. Jakarta. 2003

73
Lex Privatum, Vol. IV/No. 1/Jan/2016

Koko Kosidin. Perjanjian Kerja Perjanjian


Perburuhan Perjanjian Perusahaan.
Mandar Maju. Bandung. 1999
Lalu Husni. Penyelesaian Perselisihan
Hubungan Industrial. PT. Raja Grafindo
Persada. Jakarta. 2007
Much Nurachmad. Tanya Jawab Seputar Hak-
Hak Tenaga Kerja Kontrak (Outsourcing).
Visi Media. Jakarta. 2009
Djumadi. Perjanjian Kerja. Radjawali Pers.
Jakarta. 1995
Rocky Marbun. Jangan Mau di PHK Begitu
Saja. Visi Media. Jakarta. 2010
R. Indiarsoro dan Mj. Saptemo. Hukum
Perburuhan ( Perlindungan Hukum Bagi
Tenaga Kerja dalam Program Jaminan
Sosial Tenaga Kerja). Karunia. Surabaya.
1996
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian
Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat,
PT.Raja Grafindo Persada. Jakarta. 2004
Soerjono Soekanto. Pokok–pokok Sosiologi
Hukum. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
2009
Sri Subiandini Gultom. Aspek hukum hubungan
industrial. Inti Prima Promo Sindo. Jakarta.
2008
Whimbo Pitoyo. Panduan Praktis Hukum
Ketenagakerjaan. Visi media. Jakarta.
2010
Zainal Asikin, Agusfian Wahab dkk. Dasar-Dasar
Hukum Perburuhan. PT Raja Grafindo
Persada. Jakarta

74

Anda mungkin juga menyukai