Anda di halaman 1dari 14

ANALISIS YURIDIS TENTANG PEKERJA YANG MENGUNDURKAN DIRI

DENGAN TIDAK MENGIKUTI PROSEDUR SESUAI PERATURAN PERUSAHAAN PT AFI


(ALPEN FOOD INDUSTRY)
Renzy Ayu Putri Sutadji
(SI Ilmu Hukum, Fakultas Ilmu Sosial Dan Hukum, Universitas Negeri Surabaya)
Renzysutadji16040704133@mhs.unesa.ac.id

Arinto Nugroho
(SI Ilmu Hukum, Fakultas Ilmu Sosial Dan Hukum, Universitas Negeri Surabaya)
arintonugroho@unesa.ac.id

Abstrak
Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dikenal beberapa jenis yaitu:Pemutusan Hubungan Kerja oleh Pengusaha,
Pemutusan Hubungan Kerja karena Pekerja, Pemutusan Hubungan Kerja Demi Hukum dan Pemutusan Hubungan
Kerja karena Putusan Pengadilan.Dalam prakteknya terdapat pekerja yang tidak mendapatkan hak yang
semestinya,sesuai ketentuan pada Pasal 162 (2) UU No 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Hal ini terjadi pada
pekerja PT AFI yang ingin mengundurkan diri dari perusahaan PT AFI (Alpen Food Industry) namun tidak bisa
memenuhi persyaratan yang sudah ditetapkan pada peraturan perusahaan PT AFI, sehingga perusahaan PT AFI berhak
tidak memberikan hak pekerja sesuai dengan ketentuan perundangan yang berlaku.Tujuan dari penelitian ini untuk
mengetahui apakah pemenuhan hak pekerja yang mengundurkan diri apabila tidak memenuhi persyaratan yang
ditetapkan peraturan perusahaan dibenarkan dalam perundangan ketenagakerjaan dan mengetahui upaya hukum yang
dapat dilakukan pekerja untuk mendapatkan haknya pada saat mengundurkan diriBerdasarkan uraian latar
belakang,maka jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum normatif dengan menggunakan pendekatan
perundang-undangan dan pendekatan konseptual.Teknik pengumpulan bahan hukum ini menggunakan studi
kepustakaan.Metode analisis bahan hukum yang digunakan bersifat preskriptif.Hasil penelitian menunjukan bahwa
peniadaan hak pekerja yang mengundurkan diri karena tidak memenuhi persyaratan yang ditetapkan pada peraturan
perusahaan PT AFI bertentangan dengan ketentuan pada Pasal 162 (2) Undang Undang No 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan Hak pekerja wajib diberikan karena termasuk perintah undang-undang.Terkait upaya hukum yang
dapat dilakukan pekerja PT AFI adalah melakukan perundingan bipartit dan perundingan tripartit dengan metode
konsiliasi dan mediasi.
Kata Kunci : PHK, hak pekerja, , mengundurkan diri

Abstract
Termination of employment (PHK) has several types, namely: Termination of Employment by Employers,
Termination of Employment for Employees, Termination of Employment for the Law and Termination of
Employment due to Court Decisions. In practice there are workers who do not get proper rights, according to the
provisions. in Article 162 (2) of Law No. 13 of 2003 on Manpower. This happens to PT AFI employees who want to
resign from the PT AFI (Alpen Food Industry) company but cannot meet the requirements set out in the PT AFI
company regulations, so the PT AFI company has the right not to grant workers rights in accordance with applicable
laws and regulations. The purpose of this research is to find out whether the fulfillment of the rights of workers who
resign if they do not meet the requirements stipulated in the company regulations is justified in the labor law and to
know the legal remedies that workers can take to get their rights upon resigning. Based on the background description,
the type of research used is normative legal research using a statutory approach and a conceptual approach. This legal
material collection technique uses literature study. The method of analysis of legal materials used is prescriptive. The
results of the study show that the disenfranchisement of workers' rights ja who resigned because they did not meet the
requirements stipulated in the PT AFI company regulations contrary to the provisions in Article 162 (2) of Law No.
13 of 2003 concerning Manpower. Worker's rights must be granted because it is a statutory order. PT AFI is conducting
bipartite negotiations and tripartite negotiations using conciliation and mediation methods.
Keywords: layoffs, workers' rights , resign.

PENDAHULUAN
Negara Indonesia merupakan negara hukum, kemasyarakatan, kenegaraan, dan pemerintahan
yang bermakna bahwa segala sesuatu perbuatan harus tunduk pada hukum yang berlaku di
yang menyangkut aspek kehidupan dalam
1
Indonesia. Indonesia merupakan salah satu negara lagi. PHK dapat terjadi karena adanya hubungan
berkembang khususnya, kegiatan perekonomian kerja antara pengusaha dan pekerja. Menurut Pasal
menjadi faktor utama untuk menjamin 1 angka 15 UU No 13 Tahun 2003 tentang
kesejahteraan masyarakatnya. Dalam memenuhi Ketenagakerjaan pengertian dari Hubungan Kerja
kebutuhan hidupnya masyarakat dapat bekerja adalah hubungan antara pengusaha dengan
sesuai dengan kemampuannya. Pada Pasal 28D ayat pekerja/buruh berdasarkan perjanjian kerja,yang
(2) UUD RI Tahun 1945 yang berisi : “Setiap mempunyai unsur pekerjaan,upah dan perintah.
orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan Dalam hal ini menjelaskan bahwa hanya perjanjian
dan perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja yang dapat melahirkan hubungan hukum yang
kerja.” Hal ini membuktikan bahwa perlindungan disebut hubungan kerja (Budiono 2011).
dan kepastian hukum bagi para pekerja sudah diatur
secara jelas dalam peraturan perundang-undangan Menurut Undang – Undang Nomor 13 Tahun
di Indonesia. 2003 tentang Ketenagakerjaan Pasal 1 angka 25
menjelaskan pengertian Pemutusan Hubungan
Perlindungan hukum bagi para pekerja Kerja adalah Pengakhiran hubungan kerja karena
dimaksudkan untuk menjamin hak-hak dasar dan suatu hal tertentu yang mengakibatkan berakhirnya
menjamin persamaan antar sesama serta pelakuan hak dan kewajiban antara pekerja/buruh dan
tanpa diskriminasi atas dasar apapun. Perlindungan pengusaha. Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)
hukum untuk para pekerja telah diatur pada UU No biasanya terjadi karena adanya perselisihan atau
13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. suatu tindakan dari pekerja atau perusahaan yang
Diharapkan dengan adanya perlindungan bagi para melanggar sebuah aturan di perusahaan tersebut.
pekerja akan berdampak pada kinerja pekerja yang Hal ini menunjukkan bahwa berakhirnya hubungan
baik dalam suatu perusahaan. Suatu kinerja yang kerja tidak hanya berasal dari keinginan pengusaha
baik tidak hanya didukung dari faktor ekstern yaitu namun bisa berasal dari keinginan pekerja atau
adanya perlindungan terhadap pekerja. Namun juga buruh sendiri. Keinginan pekerja atau buruh yang
didukung dari faktor intern dari dalam perusahaan mengundurkan diri tentunya timbul atas kehendak
tersebut. pekerja secara murni tanpa adanya tekanan dari
pihak manapun khususnya dari pengusaha.
Pada era modern saat ini, perkembangan dan
persaingan industri sangat pesat. Tidak hanya itu, Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dapat
persaingan untuk mendapatkan pekerjaan yang terjadi oleh 4 (empat) cara, yaitu ; PHK demi
layak juga sangat ketat. Banyak pekerja yang hukum, PHK atas putusan pengadilan (PPHI), PHK
bersaing untuk mendapatkan pekerjaan yang atas kehendak pekerja/buruh, dan PHK atas
mereka inginkan. Tapi banyak juga pekerja yang
harus diberhentikan dari pekerjaannya karena kehendak pengusaha (Maimun 2004).Selain itu
banyak perusahaan yang mengurangi jumlah perselisihan pada PHK sering terjadi karena
pekerja karena faktor intern dari perusahaan tindakan PHK yang dilakukan oleh salah satu pihak
tersebut. Hal ini membuat angka pengangguran di dan pihak lain tidak dapat menerimanya (Husni
Indonesia masih tinggi mengingat banyaknya 2005).Umar Kasim mengemukakan bahwa
pekerja yang sulit mendapatkan pekerjaan karena pemutusan hubungan kerja merupakan isu yang
terbatas dalam beberapa faktor. Menurut Sadono
sensitif, pengusaha seharusnya bijaksana dalam
Sukirno (1994), pengangguran adalah suatu
keadaan dimana seseorang yang tergolong dalam melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK),
angkatan kerja ingin mendapatkan pekerjaan tetapi karena PHK dapat menurunkan kesejahteraan
belum dapat memperolehnya (Meilani 2014). masyarakat, khususnya mereka yang kehilangan
pekerjaan dan berakibat bertambahnya angka
Pengangguran terjadi tidak hanya karena pengangguran (Maringan 2015) . Namun di sisi lain
mereka sulit mendapatkan pekerjaan, namun terdapat PHK yang tidak berdampak buruk bagi
banyak faktor yang bisa terjadi. Salah satunya keduanya karena PHK tersebut dilakukan atas
adalah karena pemutusan hubungan kerja (PHK) keinginan sendiri oleh pekerja, salah satunya PHK
yang terjadi pada pekerja secara sepihak yang karena mengundurkan diri. Pemutusan Hubungan
mengakibatkan pekerja yang terkena PHK akan Kerja karena mengundurkan diri oleh pekerja
menyumbang angka pengangguran lebih banyak tentunya memiliki dampak yang berbeda dengan

2
pemutusan hubungan kerja oleh pengusaha. apabila tidak memenuhi persyaratan tertentu.
Pemutusan hubungan kerja karena mengundurkan Pengaturan tentang PHK karena mengundurkan diri
diri memiliki ciri khas, pekerja melakukan diatur pada Pasal 37 ayat (2) Peraturan Perusahaan
pengunduran diri secara sukarela tanpa adanya PT AFI , yang menyatakan bahwa “Pengunduran
paksaan atau intimidasi dari pihak tertentu diri pekerja tersebut dapat dilakukan dengan
khususnya pengusaha(Rahmita 2014). ketentuan yang bersangkutan harus mengajukan
surat permohonan pengunduran diri selambat-
Dalam hal pekerja mengundurkan diri dapat lambatnya 1 (satu) bulan dari tanggal terakhir
memenuhi persyaratan yang sudah ditetapkan pada bekerja.” Selanjutnya, pada Pasal 37 ayat (3)
Pasal 162 ayat (3) UU No 13 Tahun 2003 tentang Peraturan Perusahaan PT AFI dijelaskan bahwa
Ketenagakerjaan. Pekerja yang mengundurkan diri “Yang bersangkutan sebelumnya dengan diketahui
akan tetap mendapatkan haknya yaitu berupa uang oleh atasannya diwajibkan mengembalikkan kartu
penggantian hak dan uang pisah yang sudah diatur tanda pengenal, dokumen-dokumen dan
ketentuannya pada Pasal 162 ayat (2) UU No 13 perlengakapan – perlengkapan/ inventaris
Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Dalam hal ini perusahaan yang dipinjamkan kepadanya serta
hak yang diperoleh pekerja ketika mengundurkan bertanggung jawabkan pekerjaan kepada atasannya
diri akan berbeda dengan hak pekerja yang di PHK sebelum berhenti bekerja.“ Ketentuan Pasal 37 ayat
oleh pengusaha.Dalam hal pemberian hak pekerja (2) dan (3) bersifat mutlak harus dipenuhi oleh
atau buruh yang di PHK akan menimbulkan akibat pekerja dan apabila tidak dipenuhi , sanksinya
hukum yang berbeda (Yulianto 2011). Berdasarkan adalah tidak akan mendapatkan hak sebagaimana
Pasal 156 UU No 13 Tahun 2003 tentang diatur oleh undang-undang. Hal ini tercantum
Ketenagakerjaan menjelaskan bahwa pekerja yang dalam Pasal 37 ayat (4) Peraturan perusahaan PT
di PHK oleh pengusaha akan mendapatkan hak AFI yang menyatakan bahwa “Bilamana ketentuan
berupa uang pesangon, uang penghargaan masa pada butir 2 dan 3 diatas tidak dipenuhi, maka pihak
kerja, dan uang penggantian hak. Sedangkan perusahaan berhak untuk tidak memberikan Surat
pekerja yang mengundurkan diri sesuai dengan Keterangan Pengalaman Kerja dan hak – hak
ketentuan Pasal 162 (2) UU No 13 Tahun 2003 lainnya.” Dalam hal ini peneliti menemukan
tentang Ketenagakerjaan akan mendapatkan uang ketidaksesuaian isi Pasal 37 ayat (4) terkait
penggantian hak dan uang. Meskipun hak yang perusahaan yang berhak untuk meniadakan hak hak
diberikan kepada pekerja yang mengundurkan diri lainnya yang seharusnya diterima oleh pekerja yang
tidak sebesar pekerja yang terkena PHK, namun hak mengundurkan diri. Hak lainnya yang dimaksud
pekerja tetap harus dibayarkan oleh pengusaha. dalam isi pasal tersebut adalah hak terkait uang
penggantian hak dan uang pisah. Hal ini mengacu
Dalam prakteknya pengusaha terkadang
pada ketentuan Pasal 162 ayat (2) UU No 13 Tahun
mengabaikan atau bahkan tidak memberikan hak
2003 tentang Ketenagakerjaan terkait hak pekerja
pekerja yang mengundurkan diri karena dianggap
yang mengundurkan diri.
pemutusan hubungan kerja tersebut terjadi bukan
karena adanya kesalahan dari si pengusaha. Pada pengaturan peraturan perusahaan
Sehingga, membuat pekerja tersebut tidak tersebut peneliti menemukan ketidaksesuaian
mendapatkan hak yang semestinya. Dalam hal ini pengaturan mengenai hak pekerja yang
peneliti menemukan fenomena mengenai mengundurkan diri dengan tidak memenuhi
pengaturan pemberian hak pekerja yang persyaratan yang telah ditetapkan perusahaan
mengundurkan diri pada peraturan perusahaan PT dengan ketentuan peraturan perundangan yang
AFI (Alpen Food Industry). Pada peraturan berlaku khususnya terkait ketenagakerjaan. Dalam
perusahaan PT AFI (Alpen Food Industry) hal adanya penelitian sejenis yang sudah dilakukan
dijelaskan mengenai mekanisme dalam hal terjadi oleh peneliti terdahulu, maka peneliti
pemutusan hubungan kerja oleh pekerja, salah mengungkapkan adanya penelitian sejenis yang
satunya terkait pemutusan hubungan kerja karena telah dilakukan oleh Regen Paolo dari Universitas
mengundurkan diri. Indonesia dengan fokus penelitian terkait peran
pemerintah dan regulasinya terkait pada pemenuhan
Peneliti menemukan pengaturan mengenai
hak pekerja yang mengundurkan diri. Selain itu,
ditiadakannya hak pekerja yang mengundurkan diri
3
penelitian dari peneliti Mustika Prabaningrum dari awal dalam melakukan analisis yang akan menjadi
Universitas Islam Indonesia dengan fokus titik fokus dari penelitian tersebut. Hasil dari telaah
penelitian mengetahui peran pemerintah dalam pendekatan ini adalah sebuah argumen untuk
menangani permasalahan hak pekerja pasca memecahkan isu hukum yang sedang diteliti
mengundurkan diri melalui mekanisme sesuai (Mahmud M 2017). Sedangkan Pendekatan
dengan ketentuan yang berlaku. konseptual (conceptual approach) adalah
pandangan – pandangan dari doktrin yang
Hal ini dapat disimpulkan bahwa penelitian berkembang di dalam ilmu hukum (Mukti and
sejenis yang sudah dilakukan oleh beberapa peneliti Yulianto 2007).
terdahulu dengan penelitian ini memiliki kesamaan
yaitu membahas terkait perlindungan hukum terkait Pandangan-pandangan dan doktrin tersebut
hak pekerja yang mengundurkan diri dan memiliki akan menghasilkan bagi peneliti untuk menemukan
perbedaan terhadap masing masing fokus ide-ide yang melahirkan pengertian-pengertian
permasalahan. Berdasarkan pemaparan latar hukum, asas-asas hukum dan konsep hukum yang
belakang yang sudah dijelaskan diatas, maka memiliki relevansi dengan permasalahan yang
peneliti tertarik untuk merumuskan permasalahan sedang diteliti. Sehingga peneliti dapat membangun
tentang apakah klausul meniadakan hak pekerja argumentasi hukum dalam menjawab isu hukum
yang mengundurkan diri karena tidak memenuhi yang sedang diteliti. Sedangkan, jenis bahan hukum
persyaratan dibenarkan menurut ketentuan yang digunakan dalam penelitian ini dibedakan
perundangan bidang ketenagakerjaan dan apa upaya menjadi tiga, yaitu bahan hukum primer, bahan
hukum yang dapat dilakukan oleh pekerja ketika hukum sekunder dan bahan hukum non hukum
tidak memenuhi persyaratan pengunduran diri pada (tersier).
perusahaan.
Menurut Peter Mahmud Marzuki, bahan
METODE hukum primer merupakan bahan hukum yang
bersifat otoritatif, yang mempunyai arti otoritas
Penelitian dengan judul Analisis Yuridis yaitu merupakan hasil dari tindakan atau kegiatan
Tentang Pekerja Yang Mengundurkan Diri Dengan yang dilakukan oleh lembaga yang berwenang
Tidak Mengikuti Prosedur Sesuai Peraturan untuk itu (Mahmud M 2017). Bahan hukum
Perusahaan PT AFI (Alpen Food Industry) adalah primer terdiri dari perundangan – undangan,
sebuah penelitian yuridis normatif atau sering yurisprudensi, catatan catatan resmi atau risalah
disebut sebagai penelitian hukum normatif. dalam pembuatan perundang- undangan, putusan
Penelitian hukum normatif adalah penelitian hukum pengadilan dan perjanjian internasional (traktat)
yang meletakkan hukum sebagai sebuah bangunan yang berhubungan dengan pemenuhan hak pekerja
sistem norma. Sistem norma yang dimaksud yang mengundurkan diri dari sebuah perusahaan.
mencakup mengenai asas-asas, kaidah, norma dari Selain itu, bahan hukum sekunder adalah bahan
peraturan perundang-undangan, perjanjian, putusan hukum yang dapat membantu menjelaskan
pengadilan serta doktrin (ajaran) (Mukti and permasalahan isu hukum dan memberikan
Yulianto 2007). Penelitian hukum normatif adalah informasi berupa penjelasan terhadap bahan hukum
suatu penelitian ilmiah untuk menemukan primer.
kebenaran berdasarkan logika ilmu hukum dan sisi
normatif (Ibrahim 2008). Pendekatan yang Bahan hukum sekunder terdiri dari artikel dan
digunakan peneliti dalam penelitian ini karya ilmiah dalam bentuk buku, jurnal, skripsi,
menggunakan pendekatan perundang -undangan tesis atau laporan hasil penelitian yang berkaitan
(statute approach) dan pendekatan konseptual dengan pemenuhan hak pekerja yang
(conceptual approach ). mengundurkan diri. Sedangkan, untuk bahan non
hukum (tersier) merupakan bahan diluar bahan
Pendekatan perundang-undangan (statute hukum yang berisi teori-teori diluar hukum yang
approach) dilakukan dengan menelaah semua masih memiliki relevansi terhadap isu hukum yang
peraturan perundang-undangan yang memiliki berkaitan dengan penelitian dan dapat membantu
relevansi dengan isu hukum yang sedang diteliti. untuk mengkaji permasalahan yang sedang diteliti.
Tujuan penggunaan pendekatan ini sebagai dasar Bahan tersebut terdiri dari kamus, ensiklopedia,
4
website yang kebenarannya dan keakuratan HASIL DAN PEMBAHASAN
informasinya dapat dipertanggungjawabkan. Hasil Penelitian
Penelitian ini membahas mengenai
Teknik pengumpulan bahan hukum primer, pemenuhan hak pekerja yang mengundurkan diri
sekunder dan non hukum dalam penelitian ini akan pada PT AFI (Alpen Food Industry) terkait tidak
dilakukan dengan studi kepustakaan terhadap bahan terpenuhinya syarat yang ditetapkan pada peraturan
– bahan hukum yang digunakan dalam penelitian perusahaan. Hal ini bermula pada saat pekerja PT
terkait pemenuhan hak pekerja yang mengundurkan AFI yang ingin mengundurkan diri harus memenuhi
diri di suatu perusahaan. Dalam hal pengumpulan persyaratan yang sudah ditetapkan pada peraturan
bahan hukum akan dilakukan melalui penelusuran perusahaan. Syarat tersebut termuat pada Pasal 37
dengan membaca, melihat, mendengarkan maupun ayat (2) dan (3) Peraturan Perusahaan PT AFI yang
dengan melakukan penelusuran bahan hukum menyatakan bahwa :
melalui media internet. Sedangkan, teknik
pengolahan bahan hukum dalam peneltian ini akan “(2) Pengunduran diri pekerja tersebut
dilakukan untuk mengadakan sistematisasi terhadap dapat dilakukan dengan ketentuan yang
bahan bahan hukum tertulis. Dengan cara bersangkutan harus mengajukan surat
menyeleksi data sekunder atau bahan hukum yang permohonan pengunduran diri
memiliki korelasi yang relevan dengan selambat -lambatnya 1 (satu) bulan dari
permasalahan terkait pemenuhan hak pekerja yang tanggal terakhir bekerja.”
mengundurkan diri dari perusahaan. Kemudian
melakukan klasifikasi menurut penggolongan “(3) Yang bersangkutan sebelumnya
bahan hukum dan menyusun data hasil penelitian dengan diketahui oleh atasannya
diwajibkan mengembalikkan kartu
tersebut secara sistematis dan logis. Sehingga, ada
tanda pengenal, dokumen - dokumen
hubungan keterkaitan antara bahan hukum satu dan perlengkapan- perlengkapan/
dengan bahan hukum lainnya untuk mendapatkan inventaris perusahaan yang
argumentasi dan gambaran umum dari hasil dipinjamkan kepadanya serta
penelitian. bertanggung jawabkan pekerjaan
kepada atasannya sebelum berhenti
Teknik analisis bahan hukum yang digunakan bekerja.”
dalam penelitian ini adalah melakukan kajian atau
Ketentuan Pasal 37 ayat (2) dan (3) bersifat
telaah terhadap hasil pengolahan bahan hukum
mutlak harus dipenuhi oleh pekerja dan apabila
penelitian yang sedang diteliti dengan
tidak dipenuhi, sanksinya adalah tidak akan
menggunakan teori teori hukum yang akan
mendapatkan hak sebagaimana diatur oleh undang-
didapatkan sebelumnya. Secara sederhana, analisis
undang. Hal ini tercantum pada Pasal 37 ayat (4)
bahan hukum adalah kegiatan memberikan telaah,
Peraturan Perusahaan PT AFI yang menyatakan
yang dapat berarti mendukung, menambah,
bahwa :
mengkritik, menentang atau memberi komentar dan
kemudian membuat suatu kesimpulan terhadap “(4) Bilamana ketentuan pada butir 2 dan
hasil penelitian dengan pemikiran dan bantuan dari 3 diatas tidak dipenuhi, maka pihak
teori-teori hukum yang sudah didapatkan perusahaan berhak untuk tidak
sebelumnya. memberikan Surat Keterangan
Pengalaman Kerja dan hak-hak
Metode analisis bahan yang digunakan dalam lainnya.”
penelitian ini bersifat preskriptif, sebagaimana sifat
Hak lainnya yang dimaksudkan dalam isi pasal
ini bertujuan untuk memberikan argumentasi atas
diatas adalah hak terkait uang penggantian hak dan
hasil penelitian yang ditulis (Mukti and Yulianto
uang pisah. Hal ini mengacu pada Pasal 162 (2) UU
2007). Argumentasi yang dimaksud adalah untuk
No 13 Tahun 2003 terkait hak pekerja yang
memberikan suatu preskripsi atau penilaian
mengundurkan diri. Pada Pasal 162 (2) UU No 13
mengenai benar atau salah atau apa yang
Tahun 2003 menyatakan bahwa :
seyogyanya menurut hukum terhadap aturan hukum
yang berlaku serta fakta hukum yang sedang diteliti.

5
“(2) Bagi pekerja /buruh yang Pasal diatas dijelaskan terkait Peraturan Perusahaan
mengundurkan diri atas kemauan adalah peraturan yang dibuat secara tertulis oleh
sendiri, yang tugas dan fungsinya pengusaha yang memiliki pekerja / buruh sekurang
tidak mewakili kepentingan -kurangnya 10 (sepuluh) orang serta memuat syarat
pengusaha secara langsung, selain kerja dan tata tertib perusahaan. Peraturan
menerima uang penggantian hak perusahaan yang disusun dan dibuat harus
sesuai ketentuan Pasal 156 ayat (4), memperhatikan saran dan pertimbangan dari wakil
diberikan uang pisah yang besarnya pekerja/buruh yang ditunjuk.Dalam pembuatan
dan pelaksanaannya diatur dalam Peraturan Perusahaan wajib memuat sekurang-
perjanjian kerja, peraturan kurangnya hak dan kewajiban pengusaha dan
perusahaan atau perjanjian kerja pekerja, syarat dan tata tertib kerja serta jangka
bersama.” waktu berlakunya peraturan perusahaan tersebut.
Selain itu ketentuan dalam peraturan perusahaan
Hal ini membuktikan bahwa hak pekerja yang tidak boleh bertentangan dengan ketentuan
mengundurkan diri wajib diberikan karena peraturan perundang-undangan yang berlaku. Hal
termasuk perintah undang – undang. Apabila ini termuat pada Pasal 111 ayat (2) UU No 13 Tahun
dikaitkan dengan permasalahan terkait pemenuhan 2003 tentang Ketengakerjaan.
hak pekerja pada PT AFI,maka adanya Pada kasus yang sedang peneliti bahas, PT AFI
ketidaksesuaian terkait pengaturan hak pekerja dalam pembuatan Peraturan Perusahaan sudah
yang mengundurkan diri antara peraturan mengikuti prosedur sebagaimana dimaksud pada
perusahaan PT AFI dengan ketentuan peraturan ketentuan UU No 13 Tahun 2003 tentang
perundangan yang berlaku khususnya terkait Ketenagakerjaan. Hal ini dibuktikan, PT AFI yang
ketenagakerjaan. mempekerjakan pekerja sekurang kurangnya 10
(sepuluh) pekerja sudah membuat Peraturan
Perusahaan. Dalam pembuatan Peraturan
Pembahasan
Perusahaan, PT AFI juga memperhatikan saran dan
pertimbangan dari wakil pekerja/buruh di
1. Peniadaan Hak Pekerja yang Mengundurkan
perusahaan tersebut. Selain itu, Peraturan
Diri Karena Tidak Memenuhi Syarat Yang
Perusahaan yang dibuat memuat hak dan kewajiban
Ditetapkan Peraturan Perusahaan Menurut
bagi pengusaha dan pekerja. Tidak hanya itu, syarat
Ketentuan Perundangan Bidang
kerja, tata tertib dan jangka waktu berlakunya
Ketenagakerjaan
Peraturan Perusahaan juga sesuai dengan prosedur
Pekerja /buruh adalah setiap orang yang pada UU No 13 Tahun 2003 tentang
bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam Ketenagakerjaan.
bentuk lain. Dalam hubungan kerja pekerja dapat
Pengaturan pada Peraturan Perusahaan PT
mengundurkan diri atas kemauan sendiri apabila
AFI sudah sesuai dengan prosedur sebagaimana
merasa sudah tidak nyaman bekerja di sebuah
diatur pada UU No 13 Tahun 2003 tentang
perusahaan. Hak untuk mengundurkan diri
Ketenagakerjaan. Namun, ada beberapa hal yang
merupakan hak mutlak pekerja yang tidak boleh
bertentangan dengan UU No 13 Tahun 2003 tentang
dipaksa apabila pekerja sendiri tidak
Ketenagakerjaan. Hal itu terkait substansi mengenai
menghendakinya (Budiono 2011). Pada Pasal 162
perusahaan yang tidak akan memberikan hal
ayat (1) UU No 13 Tahun 2003 tentang
lainnya yaitu uang pisah dan uang penggantian hak
Ketenagakerjaan menyebutkan bahwa pekerja yang
kepada pekerja apabila pekerja tidak memenuh
mengundurkan diri atas kemauan sendiri akan
ketentuan yang sudah diatur pada Peraturan
memperoleh uang penggantian hak sesuai dengan
Perusahaan PT AFI. Ketentuan tersebut termuat
ketentuan Pasal 156 ayat (4) UU No 13 Tahun 2003
pada Pasal 37 ayat (1), (2), (3) dan (4) Peraturan
tentang Ketenagakerjaan. Hal ini menunjukkan
Perusahaan yang menyatakan bahwa :
adanya kepastian hukum terkait hak pekerja yang
mengundurkan diri atas kemauan sendiri. “(1) Pekerja yang atas kemauannya sendiri
memutuskan hubungan kerja dengan
Berdasarkan kasus yang sedang peneliti bahas
perusahaan akan mendapatkan Surat
terkait ditiadakannya hak pekerja yang
Keterangan Pengalaman Kerja apabila
mengundurkan diri karena tidak memenuhi syarat
sudah 1 tahun bekerja.”
yang ditetapkan perusahaan PT AFI (Alpen Food
Industry). Ketentuan terkait Peraturan Perusahaan “(2) Pengunduran diri pekerja tersebut
diatur pada Pasal 108 sampai 115 UU No 13 Tahun dapat dilakukan dengan ketentuan yang
2003 tentang Ketenagakerjaan.Pada ketentuan bersangkutan harus mengajukan surat
6
permohonan pengunduran diri selambat - Hal ini membuktikan bahwa hak pekerja
lambatnya 1 (satu) bulan dari tanggal tetap diberikan namun waktu pemberiannya bisa
terakhir bekerja.” ditunda jika terjadi hal yang tidak sesuai pada
ketentuan yang sudah diatur. Hak pekerja wajib
“(3) Yang bersangkutan sebelumnya dengan diberikan karena merupakan perintah undang
diketahui oleh atasannya diwajibkan undang. Selanjutnya pada Pasal 37 ayat (3)
mengembalikan kartu tanda pengenal, Peraturan Perusahaan PT AFI menjelaskan
dokumen - dokumen dan perlengkapan- terkait pekerja yang wajib mengembalikkan kartu
perlengkapan/ inventaris perusahaan tanda pengenal dan barang inventaris milik
yang dipinjamkan kepadanya serta perusahaan. Hal ini merupakan kewajiban pekerja
bertanggung jawabkan pekerjaan kepada untuk menjaga barang perusahaan jika masih dalam
atasannya sebelum berhenti bekerja.” penguasaannya, jika sudah berakhir masa
penguasaannya maka wajib untuk dikembalikan ke
“(4) Bilamana ketentuan pada butir 2 dan 3 perusahaan sebelum masa berakhirnya bekerja.
diatas tidak dipenuhi, maka pihak Sehingga, tidak terjadi perselisihan dikemudian
perusahaan berhak untuk tidak hari.
memberikan Surat Keterangan
Pengalaman Kerja dan hak-hak lainnya.” Pada Pasal 37 ayat (4) menjelaskan bahwa
apabila pekerja ingin mengundurkan diri maka
Dalam ketentuan yang dijelaskan diatas, harus memenuhi syarat pada Pasal 37 ayat (2) dan
pada Pasal 37 ayat (1) menjelaskan bahwa apabila (3) Peraturan Perusahaan PT AFI jika tidak
pekerja yang sudah bekerja selama 1 tahun dan terpenuhi maka pengusaha berhak untuk tidak
mengundurkan diri karena keinginan sendiri akan memberikan Surat Keterangan Pengalaman Kerja
mendapatkan Surat Keterangan Pengalaman Kerja. dan hak pekerja lainnya sesuai dengan ketentuan
Hal ini merupakan hak pekerja sebagai bukti bahwa yang berlaku. Dalam hal ini peneliti menemukan
pernah bekerja di perusahaan sebelumnya. Dalam ketidaksesusaian atas klausul pada ayat (4), jika
ketentuan UU No 13 Tahun 2003 tentang dikaitkan pada Pasal 162 ayat (2) UU No 13 Tahun
Ketenagakerjaan, memang tidak diatur secara jelas 2003 tentang Ketenagakerjaan. Hak pekerja wajib
mengenai Surat Keterangan Kerja. Namun, hal diberikan karena perintah undang- undang. Dalam
tersebut termuat pada Kitab Undang Undang hal pengusaha membuat sebuah persyaratan maka
Hukum Perdata (KUHPERdata). Pada Pasal 1602z itu menjadi kewenangan perusahaan, namun tidak
dijelaskan terkait Surat Pengalaman Kerja atau diperbolehkan untuk menghilangkan hak pekerja
“Surat Pernyataan” yaitu berkenaan dengan yang mengundurkan diri. Ketentuan terkait hak
berakhirnya hubungan kerja seorang karyawan pekerja yang mengundurkan diri tersebut termuat
(pekerja/buruh). Hal ini menunjukkan bahwa Surat sebagai berikut:
Pengalaman Kerja wajib diberikan karena sudah
termuat pada KUHPerdata, sehingga hak pekerja “(2) Bagi pekerja /buruh yang mengundurkan
wajib diberikan karena termasuk perintah Undang- diri atas kemauan sendiri, yang tugas dan
Undang. fungsinya tidak mewakili kepentingan
pengusaha secara langsung, selain
Dalam ketentuan Pasal 37 ayat (2) dijelaskan menerima uang penggantian hak sesuai
bahwa pekerja yang mengundurkan diri harus ketentuan Pasal 156 ayat (4), diberikan
mengajukan surat permohonan pengunduran diri 1 uang pisah yang besarnya dan
(satu) bulan dari tanggal terakhir bekerja, hal ini pelaksanaannya diatur dalam perjanjian
jika dikaitkan pada ketentuan Pasal 162 ayat 3 huruf kerja, peraturan perusahaan atau
a yang berisi pekerja mengajukan permohonan perjanjian kerja bersama.”
pengunduran diri selambat-lambatnya 30 (tiga
puluh) hari sebelum tanggal mulai pengunduran Pada ketentuan diatas dijelaskan terkait hak
diri. Sehingga ketentuan pada Peraturan Perusahaan pekerja yang didapat berupa uang penggantian hak
PT AFI memberikan ruang bagi pekerja jikalau dan uang pisah. Hak hak lainnya yang dimaksudkan
pekerja mengajukan surat pengunduran diri sangat pada Pasal 37 ayat (4) Peraturan Perusahaan PT AFI
berdekatan dengan waktu berakhirnya bekerja, adalah terkait uang penggantian hak dan uang pisah.
sehingga pengusaha dapat menunda hak pekerja Jika hak tersebut tidak diberikan kepada pekerja
sampai pada pekerja dapat menunaikan semua hanya karena pekerja tidak memenuhi syarat
kewajiban atau syarat yang sudah ditentukan. lainnya menurut ketentuan Pasal 162 (2) UU No 13
Apabila kewajiban tersebut sudah dilaksanakan tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan tidak
maka pengusaha PT AFI wajib memberikan hak dibenarkan karna hak pekerja wajib diberikan
pekerja sesuai dengan ketentuan yang berlaku. karena merupakan perintah dari undang-undang.

7
Terkait syarat syarat yang sudah ditentukan mengatakan bahwa ketiadaan pengaturan uang
dalam peraturan perusahaan diatas, jika dikaitkan pisah pada peraturan perusahaan, tidak
dengan syarat yang termuat pada Pasal 162 (3) UU menghilangkan hak buruh atas uang pisah
No 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan terkait (Triwahyuni 2012). Jika dikaitkan dengan
pekerja yang mengundurkan diri karena kemauan peraturan perusahaan pada PT AFI yang sudah jelas
sendiri sudah memenuhi kriteria. Namun jika ada mengatur tentang uang pisah, maka pengusaha
tambahan syarat, itu menjadi kewenangan dari wajib memenuhi hak pekerja yang mengundurkan
perusahaan. Seperti pengembalian kartu tanda diri.
pengenal, dokumen- dokumen dan barang
inventaris perusahaan. Selain itu pada Pasal 111 Menurut Prof. Imam Soepomo mengatakan
ayat (2) UU No 13 Tahun 2003 tentang bahwa Pemutusan Hubungan Kerja bagi pekerja
Ketenagakerjaan juga menjelaskan bahwa atau buruh merupakan permulaan dari segala
ketentuan dalam peraturan perusahaan tidak boleh pengakhiran,permulaan berakhirnya mempunyai
bertentangan dengan ketentuan perundang pekerjaan, permulaan dari berakhirnya kemampuan
undangan yang berlaku. membiayai keperluan hidup sehari-hari bagi ia dan
keluarganya, permulaan dari berakhirnya
Uang Penggantian Hak bagi para pekerja yang kemampuan menyekolahkan anak-anak dan
mengundurkan diri berdasarkan Pasal 162 ayat (1) sebagainya (Soepomo 1974). Apabila sudah terjadi
juncto Pasal 156 ayat (4) UU No 13 Tahun 2003 pemutusan hubungan kerja diantara mereka maka
tentang Ketenagakerjaan adalah uang hak pekerja harus mentaati ketentuan penyelesiaan pemutusan
yang mengalami pemutusan hubungan kerja baik hubungan kerja yang sudah ditentukan oleh
yang di PHK oleh pengusaha maupun perundang-undangan yang berlaku. Sehingga,
mengundurkan diri oleh pekerja/buruh. Dalam hal dalam hal pekerja yang mengundurkan diri karena
terjadi pemutusan hubungan kerja oleh pengusaha keinginan sendiri tetap diwajibkan untuk memenuhi
maupun PHK karena kemauan pekerja akan persyaratan yang sudah ditentukan oleh peraturan
menimbulkan akibat hukum yang berbeda pula. perundang-undangan yang berlaku khususnya
Pekerja yang mengundurkan diri karena keinginan ketenagakerjaan.
sendiri berhak mendapatkan uang penggantian hak
dan uang pisah dari perusahaan yang ketentuan dan Dalam hal pengaturan pembuatan peraturan
pelaksanaannya diatur pada perjanjian kerja, perusahaan PT AFI tidak hanya campur tangan dari
peraturan perusahaan atau perjanjian kerja bersama. perusahaan dan pekerja, namun ada peran Menteri
Ketengaakerjaan yang menaungi wilayah kerja
Pada Pasal 162 ayat (2) UU No 13 Tahun 2003 Perusahaan PT AFI, sehingga dalam hal ini perlu
tentang Ketenagakerjaan dijelaskan bahwa adanya kajian atau telaah kembali secara detail
“...diberikan uang pisah yang besarnya dan terhadap klausul yang dibuat oleh PT AFI dalam
pelaksanaannya diatur dalam perjanjia kerja, bentuk draft Peraturan Perusahaan. Sehingga dalam
peraturan perusahaan atau perjanjian kerja hal ini adanya peran pemerintah yang berwenang di
bersama.” Terkait definisi uang pisah sendiri adalah bidang ketenagakerjaan untuk mengawasi dan
uang yang diberikan perusahaan sebagai mengontrol jalannya peraturan perusahaan yang
penghargaan atas pengabdian dan loyalitas dibuat tersebut. Hal ini akan berdampak pada
karyawan selama masa kerja tertentu dengan keberlangsungan hubungan industrial dan
prestasi yang baik dan merupakan kompensasi atas meminimilisir adanya perselisihan diantara pihak
tidak adanya pesangon dan uang jasa. Selain itu PT AFI dan pekerja untuk kedepannya.
pengaturan terkait uang pisah pada peraturan
perusahaan PT AFI dijelaskan pada Pasal 40 yang 2. Upaya Hukum Yang Dapat Dilakukan
menjelaskan “Bagi pekerja yang mengundurkan diri Pekerja Dalam Hal Tidak Mendapatkan Uang
dan memenuhi persyaratan pengunduran diri Penggantian Hak Dan Uang Pisah Karena Tidak
diberikan uang pisah sesuai kebijakan perusahaan.” Memenuhi Syarat yang Ditetapkan Pada
Hal ini membuktikan bahwa uang pisah sudah Peraturan Perusahaan
diatur dan disepakati bersama antara pengusaha dan
pekerja. Berdasarkan UU No 2 Tahun 2004 tentang
Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial
Menurut praktisi hukum Juanda Pangaribuan, terkait perselisihan mengenai pemenuhan hak
pada prinsipnya uang pisah adalah hak buruh pekerja yang mengundurkan diri karena tidak
meskipun perusahaan tidak mengaturnya dalam memenuhi syarat yang ditetapkan pada peraturan
peraturan perusahaan, perjanjian kerja ataupun perusahaan yang terjadi pada pekerja PT AFI
perjanjian kerja bersama. Selain itu menurut dengan PT AFI maka termasuk dalam perselisihan
Direktur Pencegahan dan Penyelesaian Perselisihan Pemutusan Hubungan Kerja. Upaya hukum yang
Hubungan Industrial Kemnakertrans, Sahat Sinurat dapat dilakukan pekerja PT AFI dan PT AFI adalah
8
melalui perundingan bipartit , perundingan tripartit penyelesaian perselisihan hubungan industrial
dengan upaya mediasi dan konsiliasi serta langkah melalui bipartit yaitu setiap perundingan melalui
terakhir yang dapat ditempuh melalui pengadilan bipartit harus dibuat risalah yang ditandatangani
hubungan industrial. Langkah awal yang dapat oleh para pihak.
dilakukan oleh pekerja PT AFI untuk
menyelesaikan perselisihan hubungan industrial ini “(2) Risalah perundingan yang dimaksud
adalah melalui perundingan bipartit. Berdasarkan sekurang-kurangnya memuat :
Pasal 1 angka 10 UU No 2 Tahun 2004 menjelaskan
pengertian Perundingan Bipartit adalah a. nama lengkap dan alamat para
perundingan antara pekerja/buruh atau serikat pihak;
pekerja/serikat buruh dengan pengusaha untuk
menyelesaikan perselisihan hubungan industrial. b. tanggal dan tempat perundingan;

Perundingan Bipartit merupakan mekanisme c. pokok masalah atau alasan


penyelesaian hubungan industrial diluar perselisihan;
pengadilan, hal ini membuat mekanisme
d. pendapat para pihak ;
penyelesaian perundingan bipartit menjadi langkah
pertama yang harus dilakukan oleh para pihak yang e. kesimpulan atau hasil
berselisih. Hal ini termuat pada Pasal 3 ayat (1) UU perundingan ; dan
No 2 Tahun 2004 yang menyatakan bahwa:
f. tanggal serta tanda tangan para
“Perselisihan hubungan industrial wajib pihak yang melakukan
diupayakan penyelesaiannya terlebih dahulu perundingan.”
melalui perundingan bipartit secara
musyawarah untuk mencapai mufakat.” Dalam hal musyawarah bipartit dapat
mencapai kesepakatan penyelesaian , maka dibuat
Penyelesaian perselisihan melalui bipartit Perjanjian Bersama yang ditandatangani oleh pihak
harus diselesaikan paling lama 30 (tiga puluh) hari pekerja PT AFI dan PT AFI. Perjanjian bersama
kerja sejak tanggal dimulainya perundingan. tersebut mengikat dan menjadi hukum serta wajib
Apabila dalam jangka waktu yang sudah ditentukan dilaksanakan oleh para pihak. Selain itu Perjanjian
salah satu pihak menolak untuk berunding atau bersama tersebut wajib didaftarkan oleh para pihak
telah dilakukan perundingan tetapi tidak mencapai yang melakukan perjanjian pada Pengadilan
kesepakatan, maka perundingan bipartit dianggap Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri di
gagal.Dalam hal perundingan bipartit gagal, maka wilayah para pihak mengadakan Perjanjian
pihak pekerja PT AFI atau kedua belah pihak Bersama. Jika sudah terdaftar akan diberikan akta
mencatatkan perselisihannya kepada instansi yang bukti pendaftaran Perjanjian Bersama dan
bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
setempat dengan melampirkan bukti bukti bahwa Perjanjian Bersama. Dalam hal salah satu pihak
upaya penyelesaian melalui perundingan bipartit tidak melakukan pendaftaran pada Perjanjian
telah dilakukan. Apabila bukti tidak dilampirkan Bersama, maka pihak yang dirugikan dapat
maka instansi yang bertanggung jawab mengajukan permohonan eksekusi kepada
mengembalikkan berkas untuk dilengkapi paling Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan
lambat dalam waktu 7 (tujuh) hari kerja terhitung Negeri di wilayah Perjanjian Bersama didaftar
sejak tanggal diterimanya pengembalian berkas. untuk mendapat penetapan eksekusi. Apabila
Apabila instansi yang bertanggung jawab telah pemohon eksekusi berdomisili di luar wilayah
menerima pencatatan dari salah satu atau para Pengadilan Negeri tempat pendaftaran Perjanjian
pihak,maka instansi yang bertanggung jawab wajib Bersama maka pemohon eksekusi melalui
menawarkan kepada para pihak untuk menyepakati Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan
memilih penyelesaian melalui konsiliasi atau Negeri di wilayah domisili pemohon untuk
melalui arbitrase. diteruskan ke Pengadilan Hubungan Industrial pada
Pengadilan Negeri yang berkompeten.
Dalam hal pihak pekerja PT AFI dan PT AFI
tidak menetapkan pilihan penyelesaian melalui Apabila penyelesaian perselisihan melalui
konsiliasi maupun arbitrase, maka dalam waktu 7 perundingan bipartit tidak mencapai kesepakatan
(tujuh) hari kerja, instansi yang bertanggung jawab diantara pihak pekerja PT AFI dengan PT AFI maka
di bidang ketenagakerjaan melimpahkan dapat dilakukan upaya hukum selanjutnya yaitu
penyelesaian perselisihan kepada mediator. melalui perundingan tripartit. Perundingan Tripartit
Berdasarkan ketentuan pada Pasal 6 UU No 2 adalah penyelesaian perselisihan hubungan
Tahun 2004 menjelaskan terkait tata cara industrial melalui pihak ketiga. Dalam penyelesaian
9
hubungan industrial ini melibatkan lebih dari 2 perkara dan selambat-lambatnya pada hari kerja
(dua) pihak yaitu pihak pekerja , pengusaha, dan kedelapan harus sudah dilakukan sidang konsiliasi
seorang atau lebih yang memenuhi syarat yang pertama. Pada saat dilakukan sidang konsiliasi
sudah ditetapkan oleh Menteri untuk membantu pertama konsiliator dapat memanggil saksi atau
penyelesaian perselisihan hubungan industrial. saksi ahli untuk hadir dalam sidang konsiliasi guna
diminta dan didengar keterangannya. Saksi yang
Dalam menggunakan penyelesaian melalui bersedia hadir dalam sidang konsiliasi wajib
perundingan tripartit, pekerja PT AFI dan PT AFI memberikan keterangan termasuk membukakan
harus dapat menempatkan perselisihan yang sedang buku dan memperlihatkan surat-surat yang
terjadi. Hal ini dijelaskan pada Pasal 4 ayat (5) dan diperlukan. Selain itu konsiliator juga wajib
(6) UU No 2 Tahun 2004 terkait pelaksanaan merahasiakan semua keterangan yang diminta
penyelesaian melalui perundingan tripartit. Pada kepada saksi atau saksi ahli.
Pasal 4 ayat (5) dan (6) menyatakan bahwa:
Dalam hal tercapainya kesepakatan pada
“(5) Penyelesaian melalui konsiliasi penyelesaian perselisihan hubungan industrial
dilakukan untuk penyelesaian melalui konsiliasi, maka dibuat Perjanjian Bersama
perselisihan kepentingan, yang ditandatangani oleh pihak pekerja PT AFI dan
perselisihan pemutusan hubungan PT AFI dan disaksikan oleh konsiliator dan didaftar
kerja, atau perselisihan antar serikat di Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan
pekerja / serikat buruh.” Negeri di wilayah hukum pembuatan Perjanjian
Bersama untuk mendapatkan akta bukti
“(6) Penyelesaian melalui arbitrase pendaftaran. Namun, jika tidak tercapai
dilakukan untuk penyelesaian kesepakatan penyelesaian perselisihan hubungan
perselisihan kepentingan atau industrial melalui konsiliasi, menurut Pasal 23 ayat
perselisihan antar serikat (2) UU No 2 Tahun 2004 menyatakan bahwa :
pekerja/serikat buruh.”
“(2) a. konsiliator mengeluarkan anjuran
Sedangkan, untuk penyelesaian melalui tertulis
mediasi dapat dilakukan untuk perselisihan hak,
perselisihan kepentingan, perselisihan pemutusan b. anjuran tertulis sebagaimana
hubungan kerja, dan perselisihan antar serikat dimaksud pada huruf a dalam waktu
pekerja/serikat buruh hanya dalam satu perusahaan. selambat-lambatnya 10 (sepuluh) hari
Hal ini tercantum pada Pasal 1 angka 12 UU No 2 kerja sejak sidang konsiliasi pertama
Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan harus sudah disampaikan kepada para
Hubungan Industrial. Berdasarkan kasus yang pihak.
sedang peneliti bahas maka perselisihan yang
terjadi antara PT AFI dengan pekerja termasuk c. para pihak harus sudah
dalam perselisihan pemutusan hubungan kerja, memberikan jawaban secara tertulis
dimana upaya selanjutnya yang dapat dilakukan kepada konsiliator yang isinya
jika perundingan bipartit tidak mencapai menyetujui atau menolak anjuran tertulis
kesepakatan adalah penyelesaian melalui konsiliasi. dalam waktu selambat –lambatnya 10
Penyelesaian melalui konsiliasi dilakukan oleh (sepuluh) hari kerja setelah menerima
konsiliator yang terdaftar pada kantor instansi yang anjuran tertulis
bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan
Kabupaten/Kota. Para pihak dapat mengetahui d. pihak yang tidak memberikan
nama konsiliator yang akan dipilih dan disepakati pendapatnya sebagaimana dimaksud
dari daftar nama konsiliator yang dipasang pada huruf c dianggap menolak anjuran
diumumkan pada ketenagakerjaan setempat. tertulis.
Konsiliator yang telah terdaftar diberi legitimasi
oleh Menteri atau Pejabat yang berwenang di e. dalam hal para pihak menyetujui
bidang ketenagakerjaan. anjuran tertulis sebagaimana dimaksud
pada huruf a, maka dalam waktu
Penyelesaian melalui konsiliator dilaksanakan selambat-lambatnya 3 (tiga) hari kerja
setelah pihak pekerja PT AFI dan PT AFI sejak anjuran tertulis disetujui,
mengajukan permintaan penyelesaian secara konsiliator harus sudah selesai
tertulis kepada konsiliator yang ditunjuk dan membantu para pihak membuat
disepakati oleh para pihak. Dalam waktu selambat- Perjanjian Bersama untuk kemudian
lambatnya 7 (tujuh) hari kerja konsiliator harus didaftar di Pengadilan Hubungan
sudah mengadakan penelitian tentang duduknya Industrial pada Pengadilan Negeri di
10
wilayah pihak-pihak mengadakan pelimpahan penyelesaian perselisihan. Dalam hal
Perjanjian Bersama untuk mendapatkan anjuran tertulis yang dikeluarkan mediator ditolak
akta bukti pendaftaran.” oleh pihak pekerja PT AFI atau keduanya maka
penyelesaian perselisihan dapat diajukan melalui
Konsiliator dalam menyelesaikan tugasnya Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan
diberi waktu selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) Negeri. Hal ini membuktikan bahwa upaya hukum
hari kerja terhitung sejak menerima permintaan yang ditempuh sudah termasuk pada upaya hukum
penyelesaian perselisihan. Dalam hal anjuran litigasi.Berdasarkan Pasal 81 UU No 2 Tahun
tertulis yang diajukan konsiliator ditolak oleh 2004 menyatakan bahwa :
salah satu pihak atau para pihak, maka salah satu
pihak atau para pihak dapat melanjutkan “ Gugatan perselisihan hubungan industrial
penyelesaian perselisihan ke Pengadilan Hubungan diajukan kepada Pengadilan Hubungan
Industrial pada Pengadilan Negeri setempat. Industrial pada Pengadilan Negeri yang
Penyelesaian perselisihan tersebut dilaksanakan daerah hukumnya meliputi tempat
dengan pengajuan gugatan oleh salah satu pihak. pekerja/buruh bekerja.”
Dalam hal pihak pekerja PT AFI dan PT AFI yang
telah melakukan penyelesaian perselisihan Gugatan pekerja/buruh PT AFI terkait
hubungan industrial melalui konsiliasi belum peselisihan pemutusan hubungan kerja sesuai dalam
mendapatkan kesepakatan, maka dalam Pasal 159 dan Pasal 171 UU No 13 Tahun 2003
perundingan tripartit masih dapat dilakukan tentang Ketenagakerjaan dapat diajukan hanya
penyelesaian melalui mediasi. dalam tenggang waktu 1 (satu) tahun sejak
diterimanya atau diberitahukannya keputusan dari
Penyelesaian ini dapat dilakukan oleh semua pihak pengusaha PT AFI.Dalam waktu selambat-
perselisihan yang terjadi dalam hubungan lambatnya 7 (tujuh) hari kerja, Ketua Pengadilan
industrial. Dalam hal ini mediator sebagai pihak Negeri setelah menerima gugatan harus sudah
yang netral tidak berwenang memutus sengketa, menetapkan majelis Hakim yang terdiri dari 1 (satu)
tetapi hanya membantu para pihak untuk orang hakim sebagai Ketua Majelis dan 2 (dua)
menyelesaikan persoalan-persoalan yang orang Hakim Ad-Hoc sebagai Anggota majelis
dikuasakan kepadanya (Umam 2010).Mediator yang memeriksa dan memutus perselisihan. Dalam
dalam melaksanakan tugasnya diharapkan dapat hal mekanisme pelaksanaan gugatan pada
memberikan penyelesaian yang inovatif melalui Pengadilan Hubungan Industrial maka dapat
suatu bentuk penyelesaian yang tidak dapat dilakukan melalui Pemeriksaan dengan Acara Biasa
dilakukan oleh pengadilan, akan tetapi para pihak yaitu dengan mengadakan sidang pertama dan
yang bersengketa memperoleh manfaat yang saling memanggil para pihak yang bersangkutan dengan
menguntungkan (Hanifah 2016). Terkait surat panggilan. Selain itu Majelis Hakim dapat
mekanisme penyelesaian hubungan industrial memanggil saksi atau saksi ahli untuk hadir di
melalui mediasi sudah termuat pada Pasal 8 sampai persidangan pertama guna diminta dan didengar
dengan Pasal 16 UU No 2 Tahun 2004 tentang kesaksiannya dibawah sumpa. Hal keterangan yang
Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial. diminta kepada saksi atau saksi ahli wajib
Berdasarkan Pasal 10 dalam waktu selambat- memberikan tanpa syarat termasuk membukakan
lambatnya 7 (tujuh) hari kerja setelah menerima buku dan memperlihatkan surat-surat yang
pelimpahan penyelesaian perselisihan mediator diperlukan.
harus sudah mengadakan penelitian tentang
duduknya perkara dan segera mengadakan sidang Dalam hal salah pihak pekerja PT AFI atau
mediasi. Dalam hal tercapainya kesepakatan pada kedua belah pihak tidak dapat menghadiri sidang
penyelesaian melalui mediasi maka dibuat tanpa alasan yang dapat dipertanggungjawabkan,
Perjanjian Bersama yang ditandatangani oleh para Ketua Majelis Hakim dapat menetapkan hari sidang
pihak dan disaksikan oleh mediator serta didaftar di berikutnya yang ditetapkan dalam waktu selambat-
Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan lambatnya 7 (tujuh) hari kerja sejak tanggal
Negeri di wilayah hukum para pihak untuk penundaan. Selain itu apabila, penggugat atau kuasa
mendapatkan akta bukti pendaftaran. hukumnya tidak datang menghadap pengadilan
pada sidang penundaan terakhir, maka gugatannya
Apabila tidak mencapai kesepakatan, maka dianggap gugur, akan tetapi penggugat dapat
mediator akan mengeluarkan anjuran tertulis yang mengajukan gugatan sekali lagi. Jika tergugat atau
mekanisme pembuatannya sama dengan kuasa hukumnya tidak datang menghadap
pengeluaran anjuran tertulis pada penyelesaian Pengadilan pada sidang penundaan terakhir, maka
melalui konsiliasi. Mediator dalam menyelesaikan Majelis Hakim dapat memeriksa dan memutus
tugasnya diberi waktu selambat-lambatnya 30 (tiga perselisihan tanpa dihadiri tergugat. Dalam hal
puluh) hari kerja terhitung sejak menerima salah satu pihak terdapat kepentingan yang cukup
11
mendesak yang harus disimpulkan dari alasan- dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai
alasan permohonan dari yang berkepentingan, maka berikut :
dapat diajukan permohonan kepada Pengadilan
Hubungan Industrial melalui pemeriksaan dengan 1. Berdasarkan kasus diatas, terkait
acara cepat. pemenuhan hak pekerja yang
mengundurkan diri karena tidak
Pemeriksaan dengan acara cepat dapat memenuhi syarat pada perusahaan PT AFI.
dilakukan selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja Hal tersebut membuat pekerja tidak
setelah diterimanya permohonan dan Ketua mendapatkan haknya sesuai dengan
Pengadilan Negeri segera mengeluarkan penetapan ketentuan Pasal 162 (2) UU No 13 Tahun
tentang dikabulkan atau tidak dikabulkannya 2003 yaitu berupa uang penggantian hak
permohonan tersebut. Jika permohonan dikabulkan dan uang pisah. Terkait hal ini peneliti
maka Ketua Pengadilan Negeri menentukan Majelis menyimpulkan adanya ketidaksesuaian
Hakim, hari, tempat, dan waktu sidang tanpa terkait pengaturan pada Peraturan
melalui prosedur pemeriksaan. Tenggang waktu Perusahaan PT AFI dengan undang
untuk jawaban dan pembuktian kedua belah pihak undang yang berlaku. Selain itu pada Pasal
tidak boleh melebihi 14 (empat belas) hari kerja. 111 ayat (2) UU No 13 Tahun 2003
Apabila pihak pekerja PT AFI dan PT AFI merasa menyatakan bahwa ketentuan dalam
upaya hukum yang sudah diajukan kepada peraturan perusahaan tidak boleh
Pengadilan Hubungan Industrial mendapat hasil bertentangan dengan ketentuan peraturan
yang memuaskan bagi kedua belah pihak maka perundang-undangan yang berlaku. Dapat
hasil tersebut mempunyai kekuatan hukum yang disimpulkan bahwa peniadaan hak pekerja
tetap. Apabila hasil dari Putusan PHI tidak yang mengundurkan diri bertentangan
mendapat kesepakatan dari kedua belah pihak maka dengan ketentuan pemenuhan hak pekerja
dapat diajukan gugatan permohonan kasasi ke yang ada pada UU No 13 Tahun 2003.
Mahkamah Agung.
2. Upaya hukum yang dapat ditempuh
Permohonan tersebut dapat diajukan selambat- pekerja dalam hal mendapatkan haknya
lambatnya dalam waktu 14 (empat belas) hari kerja. pada saat mengundurkan diri dapat
Penyampaian permohonan tersebut dilakukan dilakukan melalui mekanisme
melalui Sub Kepaniteraan Pengadilan Hubungan penyelesaian perselisihan hubungan
Industrial pada Pengadilan Negeri setempat. industrial. Peneliti sudah menentukan
Berdasarkan Pasal 114 UU No 2 Tahun 2004 terkait jenis perselisihan apa dan upaya
menyatakan bahwa , hukum mana yang dapat ditempuh para
pihak khususnya pekerja. Dalam hal ini
“Tata cara permohonan kasasi serta para pihak dapat melakukan upaya melalui
penyelesaian perselisihan hak dan perundingan bipartit terlebih dahulu,
perselisihan pemutusan hubungan kerja oleh apabila perundingan bipartit tidak
Hakim Kasasi dilaksanakan sesuai dengan menemukan kesepakatan maka dapat
peraturan Perundang-undangan yang menempuh upaya hukum selanjutnya yaitu
berlaku.” melalui upaya hukum tripartit yang
dibantu oleh pihak ketiga. Upaya hukum
Berdasarkan upaya hukum yang sudah tripartit yang dapat ditempuh adalah upaya
dipaparkan diatas. Maka peneliti berharap baik hukum melalui konsiliasi yang dibantu
pihak pekerja PT AFI maupun PT AFI dapat oleh konsiliator. Apabila belum juga
menyelesaikan perselisihan dan mencapai menemukan kesepakatan maka dapat
kesepakatan yang adil bagi kedua belah pihak. melakukan upaya hukum melalui mediasi
Selain itu diharapkan para pihak juga yang dibantu oleh mediator. Apabila
mendapatkan kepastian hukum dari Hakim sesuai perundingan melalui upaya tripartit ini
dengan ketentuan perundangan yang berlaku di gagal, maka salah satu pihak dapat
bidang ketenagakerjaan. mengajukan gugatan ke pengadilan
hubungan industrial untuk mendapatkan
PENUTUP kepastian hukum.
A. Simpulan B. Saran
Berdasarkan hal-hal yang sudah dipaparkan Dalam hal, hasil penelitian ini dapat
pada pembahasan untuk menjawab rumusan diterima dengan baik oleh pihak yang terkait
masalah dengan pendekatan penelitian yang telah yaitu perusahaan PT AFI (Alpen Food
12
Industry) dan pekerja PT AFI, maka peneliti Penelitian Hukum Normatif. Malang:
memberikan rekomendasi sebagai berikut : Bayu Media.

1. Ditujukan kepada PT AFI (Alpen Food Kansil, C. S. .. 2006. Pengantar Ilmu Hukum Dan
Industry) dan Menteri Ketenagakerjaan Tata Hukum Indonesia. Jakarta: PN. Balai
yang menaungi wilayah kerja PT AFI yang Pustaka Jakarta.
ikut andil dalam pengesahan Peraturan
Perusahaan yang dibuat PT AFI wajib Khakim, Abdul. 2003. Pengantar Hukum
untuk memeriksa atau menelaah kembali Ketenagakerjaan Indonesia. bandung:
secara detail klausul yang dibuat PT AFI Citra Aditya Bakti.
dan disesuaikan dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang Khakim, Abdul. 2009. Dasar-Dasar Hukum
berlaku di bidang ketenagakerjaan. Hal ini Ketenagakerjaan Di Indonesia. bandung:
akan meminimalisir perselisihan hak yang PT. CItra Aditya Bakti.
akan terjadi antara pekerja dan pengusaha
terkait pemenuhan haknya ketika Mahmud M, Peter. 2017. Penelitian Hukum.
mengundurkan diri, agar dapat tercipta Jakarta: Kencana.
kestabilan dalam hubungan industrial.
Maimun. 2004. Hukum Ketenagakerjaan (Suatu
2. Ditujukan kepada pekerja PT AFI dalam Pengantar). Jakarta: PT. Pradnya
hal mendapatkan kondisi seperti diatas, Paramita.
agar dapat menempuh upaya hukum yang
Meilani, Santika. 2014. “Analisis Penyerapan
tepat. Upaya hukum tersebut dapat
Tenaga Kerja Di Kota Magelang Dengan
membantu pekerja untuk mendapatkan
Metode Analisis Hierarki Proses (AHP).”
haknya dan kepastian hukum sesuai
Economics Development Analysis Journal
dengan ketentuan yang berlaku khususnya
3:19.
di bidang ketenagakerjaan.
Maringan, Nikodemus. 2015. “TINJAUAN
YURIDIS PELAKSANAAN
DAFTAR PUSTAKA PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA
BUKU DAN JURNAL (PHK) SECARA SEPIHAK OLEH
Bambang, R. Jon. 2013. Hukum PERUSAHAAN MENURUT UNDANG -
Ketenagakerjaan. Bandung: Pustaka Setia. UNDANG NO 13 TAHUN 2003
TENTANG KETENAGAKERJAAN.”
Basah, Sjachran. 1989. Eksistensi Dan Tolak Jurnal Ilmu Hukum Legal Opinion Vol
Ukur Badan Peradilan Administrasi Di 3(3):2.
Indonesia. bandung: alumni.
Midah, Agus. 2010. Hukum Ketenagakerjaan
Budiono, Abdul Rachmad. 2011. Hukum Indonesia Dinamika Dan Kajian Teori.
Perburuhan. Jakarta: PT Indeks. Bogor: Ghalia Indonesia.

Djumialdji, F. .. 2005. Perjanjian Kerja. cetakan Mukti, Fajar, and Achmad Yulianto. 2007.
ke. Jakarta: sinar grafika. Dualisme Penelitian Hukum. Yogyakarta:
Pensil Komunika.
Hanifah, Mardalena. 2016. “Mediasi Sebagai
Alternatif Penyelesaian Sengketa Perdata Rahmita, Naviri Masma. 2014. “Analisis Konsep
Di Pengadilan.” Jurnal Hukum Acara Uang Penggantian Hak Pekerja Yang
Perdata Vol 2(1):3. Mengundurkan Diri Berdasarkan Pasal
162 Ayat (1) Juncto Pasal 156 Ayat (4)
Husni, Lalu. 2005. Penyelesaian Perselisihan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003
Hubungan Industrial Melalui Pengadilan Tentang Ketenagakerjaan.” 4.
Dan Di Luar Pengadilan. Jakarta: Raja
Grafindo Persada. Simanjuntak, D. Danny H. 2007. PHK Dan
Pesangon Karyawan. Cet ke-1.
Husni, Lalu. 2006. Pengantar Hukum Yogyakarta: Pustaka Yustisia.
Ketenagakerjaan Indonesia. Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada. Soemitro, Ronny Hanitijo. 1983. Metodologi
Penelitian Hukum. Jakarta: Ghalia
Ibrahim, Johnny. 2008. Teori Dan Metode Indonesia.
13
Soepomo, Imam. 1983. Hukum Perburuhan
Bidang Pelaksanaan Hubungan Kerja.
Cetakan ke. Jakarta: Djambatan.

Soepomo, Imam. 1994. Hukum Perburuhan


Bidang Hubungan Kerja. Cetakan ke.
Jakarta: Jambatan Cetakan ke VIII.

Soepomo, Imam. 1974. Hukum Perburuhan


Bidang Pelaksanaan Hubungan Kerja.
Jakarta: Djambatan.

Triwahyuni, Sumarli. 2012. “UANG PISAH :


HAK BURUH YANG
TERBENGKALAI.” Online Law, 2.

Umam, Khotibul. 2010. Penyelesaian Sengketa


Diluar Pengadilan. Yogyakarta:
Penerbit Pustaka Yustisia.

Wijayanti, Asri.2009.Hukum Ketenagakerjaan.


Jakarta: Sinar Grafika.

Yulianto, Taufiq. 2011. “Perlindungan Hukum


Terhadap Hak Pekerja/Buruh Yang
Mengundurkan Diri Atas Kemauan
Sendiri.” Law Reform Vol 6:82.

PERUNDANG-UNDANGAN

Undang Undang Dasar Negara Republik


Indonesia Tahun 1945

Undang Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang


Ketenagakerjaan

Undang Undang Nomor 2 Tahun 2004 Tentang


Penyelesaian Perselisihan Hubungn
Industrial

Kitab Undang Undang Hukum Perdata


(KUHPER)

Peraturan Perusahaan PT AFI (Alpen Food


Industry)

14

Anda mungkin juga menyukai