Anda di halaman 1dari 14

RMK 6

ANGKA INDEKS

Oleh:

1. Angela Valentina Abraham (22013010283)


2. Jeconiah Nathanael (22013010284)
3. Olivia Yunita Silalahi (22013010285)
4. Batara Effenberg Abigael Marulitua Siburian (22013010286)
5. Rio Hendra Ferdian (22013010288)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UPN “VETERAN” JAWA TIMUR

2022
Pengertian Angka Indeks

Angka indeks atau indeks adalah suatu angka yang dibuat untuk melakukan
perbandingan antara kegiatan yang sama, seperi produksi, ekspor, hasil penjualan, jumlah
uang yang beredar, dalam dua waktu yang berbeda. Dari angka indeks, kita bisa
mengetahui maju/mundur, naik/turun suatu kegiatan usaha.

Tujuan pembuatan angka indeks adalah mengukur secara kuantitatif terjadinya suatu
hal dalam berlainan waktu. Angka indeks sangat diperlukan oleh siapa saja yang ingin
mengetahui pergerakan kegiatan/ usaha yang dilaksanakan. Seperti contohnya adalah
pemilik perusahaan, para pejabat pemerintah, para ahli ekonomi, dan social, untuk melihat
perkembangan ekonomi dalam social masyarakat., selain itu adalah para pendidik, ahli
agama, penegak hukum yang digunakan untuk melihat perkembangan naik turunnya
pelanggaran hukum yang dilakukan.

Didalam pembuatan angka indeks diperlukan 2 macam waktu :

1. Waktu dasar (base period) , yaitu waktu dimana suatu kegiatan digunakan sebagai
dasar kejadian.
2. Waktu yang bersangkutan , yaitu waktu dimana suatu kegiatan yang dibandingkan
dengan kegiatan pada waktu dasar.

Contoh :
Indeks Harga Relatif Sederhana dan Agregatif

Indeks harga relatif sederhana adalah indeks yang terdiri dari satu macam barang
saja. Contohnya adalah indeks produksi beras, indeks produksi karet, indeks karet.

Indeks agregatif adalah indeks yang terdiri dari beberapa barang. Misalnya adalah
indeks 9 macam bahan pokok, indeks impor Indonesia, indeks ekspor Indonesia, indeks
harga bahan makanan, dll. Indeks agregatif memungkinkan kita untuk melihat persoalan
secara agregatif (Secara makro) , yakni secara keseluruhan, bukan dari satu persatu
individu.

Rumus Indeks Harga Sederhana


Penyelesaian :

Indeks Agregatif Tidak Tertimbang

Digunakan untuk unit yang mempunyai satuan yang sama. Diperoleh dengan cara
membagi hasil penjumlahan harga pada waktu yang bersangkutan dengan hasil
penjumlahan harga pada waktu dasar.

Rumus :

Rumus ini bisa digunakan untuk menghitung angka indeks produksi agregatif,
asalkan barang-barangnya mempunyai satuan yang sama.
Contoh1 :

Penyelesaian :

Contoh2 & Penyelesaian:

Hitunglah indeks harga agregatif dari beberapa barang ekspor utama di pasar new York
untuk tahun 1995, 1996, dan 1997 dengan waktu dasar yaitu tahun 1994!
Jika diperbandingkan dengan tahun 1994, harga perdagangan besar bahan ekspor utama
untuk tahun 1995 mengalami kenaikan sebesar 19,72%. Sedangkan tahun 1996 mengalami
penurunan sebesar (100-95,69) = 4,31% dan tahun 1997 mengalami penurunan sebesar
15,66%.

Indeks Rata-Rata Harga Relatif

Indeks rata-rata harga relatif dinyatakan oleh persamaan berikut:


di mana, n adalah banyaknya jenis barang
Rumus (11.5) dan (11.7). Kedua rumus tersebut menggunakan timbangan atau bobot
yabg sangat berbeda. Laspeyres menggunakan produksi pada waktu dasar, sedangkan
Paasche menggunakan produksi pada waktu t (waktu yang bersangkutan sebagai
timbangan). Lebih praktis menggunakan, Laspeyres karena timbangan tidak berubah-ubah
namun secara teoritis kurang baik, sebab yabg mempengaruhi harga sebetulnya adalah
produksi pada waktu yabg bersangkutan.

Sebaliknya, dilihat dari segi teoretis rumus Paasche sangat baik. Perubahan produksi sel
alu diperhitungkan pengaruhnya terhadap perubahan harga, tetapi dari segi praktis, susah s
ekali diterapkan, khususnya di negara yang sedang berkembang seperti Indonesia, untuk
mendapatkan data produksi beras dengan harga beras yang sama up to date-nya akan sulit
sekali. Data harga beras dapat diperoleh di pasar, tetapi produksi padi/beras harus
menunggu laporan para mantri tani dan mantril statistik di tingkat kecamatan. Badan Pusat
Statistik sendiri lebih banyak menggunakan rumus Laspeyres. Perhitungan indeks biaya hid
up juga menggunakan rumus Laspeyres.
Kesimpulan,
kalau kita perhatikan, adalah bahwa hasil kedua rumus di atas tidak jauh berbeda.

Variasi dari Indeks Harga Tertimba

Apabila kita perhatikan,indeks agregatif tertimbang dari Laspeyres dan Paasche, masing-ma
sing mempunyai kebaikan dan kelemahan. Rumus Laspeyres baik dalam praktik, lemah dal
am teori, sedangkan rumus Paasche baik dalam teori sukar penggunaannya dalam praktik.
Akan tetapi, kedua orang tersebut tidak ada yang mau mengalah, masing-masing mengatak
an rumusnyalah yang paling baik. Sampai akhirnya muncul Irving Fisher dengan rumusnya y
ang baru:

Rumus lainnya dibuat oleh Drobisch. Irving Fisner mengalikan L dan P kemudian menarik ak
ar dari hasil kali tersebut, sedangkan Diohisch mengambil rata-rata dari hasil perhitungan de
ngan rumus Laspeyres dan Paasche. Rumus Drobisch adalah sebagi berikut:
Penentuan dan Penggeseran Waktu Dasar
Tujuan utama pembuatan angka indeks adalah untuk melakukan perbandingan mengenai
suatu kegiatan pada dua waktu yang berbeda (kegiatan produksi, penjualan, konsumsi,
perkembangan harga dan lain sebagainya). Di dalam pembuatan angka indeks pada suatu
waktu tertentu (minggu tertentu, bulan tertentu, triwulan tertentu, tahun tertentu). harus
ditentukan terlebih dahulu waktu dasar (base period) yaitu waktu di mana suatu kegiatan
akan dipergunakan sebagai dasar perbandingan. Waktu dasar dapat berupa waktu tertentu
(ar a point of time), misalnya bulan Oktober 1966, tahun 1966, tahun 1971 atau berupa
jangka waktu atau periode tertentu, misalnya selama Pelita Pertama (1968-1973).

Apabila kita hanya membandingkan suatu kegiatan dari dua waktu saja (2 bulan.

2 tahun misalnya), maka hal ini tidak sukar, sebab tinggal memilih satu di antara dua

misalnya untuk indeks harga 9 macam bahan pokok pada bulan Agustus 1977 dengan

waktu dasar Juli 1977, atau produksi padi tahun 1977 dengan waktu dasar 1976. Hal ini
dinamakan binary comparison. Akan tetapi, dalam prakteknya kita harus membuat angka
indeks dari data berkala selama 10 tahun atau lebih, katakanlah antara 1950-1977, antara
1960-1977, antara 1970-1977 atau antara 1997-2007. Untuk ini kita harus memilih salah
satu tahun tertentu, atau suatu periode tertentu, katakanlah 1968-1973, yaitu periode di
mana pemerintah melaksanakan Rencana

Pembangunan Lima Tahun Pertama. Ada beberapa syarat yang perlu diperhatikan dalam
menentukan atau memilih waktu dasar tersebut:

A.Waktu sebaiknya menunjukkan keadaan perekonomian yang stabil, di mana harga tidak
berubah dengan cepat sekali.

B.Waktu jangan terlalu jauh di belakang, usahakan paling lama 10 tahun atau lebih baik
kurang dari 5 tahun.

C.Waktu di mana terjadi peristiwa penting, misalnya saja jika suatu perusahaan dalam
membuat indeks produksi atau hasil penjualan menggunakan waktu dasar pada saat
Direktur Produksi/Pemasaran yang baru diangkat.

D.Waktu di mana tersedia data untuk keperluan timbangan.


Pengujian Angka Indeks dan Pendeflasian Data Berkala

Kebaikan atau kesempurnaan angka indeks biasanya dilihat dari kenyataan apakah indeks
yang bersangkutan memenuhi beberapa kriteria pengujian (test criteria). Sebagai contoh,
indeks ideal (ideal index) dari Fisher setidaknya secara teoretis lebih baik daripada indeks
Laspeyres atau Paasche karena indeks ideal lebih banyak memenuhi kriteria pengujian
daripada Laspeyres dan Paasche. Beberapa kriteria pengujian adalah time reversal test,
dan factor reversal test.Suatu indeks dikatakan memenuhi time reversal test, apabila
memenuhi persamaanberikut:

Pendeflasian Data Berkala

Data berkala (time series data), menunjukkan perkembangan mengenai kegiatan dari waktu
ke waktu. Perkembangan kegiatan yang dinyatakan/dinilai dengan mata uang (bukan secara
fisik), sering menyesatkan kita (upah/gaji, hasil penjualan perusahaan, penerimaan negara,
penerimaan devisa, penerimaan pajak, pendapatan nasional atau produk domestik bruto).
Artinya, perkembangan yang dinilai dalam mata uang kemungkinan besar menunjukkan
kenaikan yang hebat, padahal sering kali kenyataannya tidak demikian, karena adanya
pengaruh kenaikan harga (inflasi). Dengan perkataan lain, secara till (in real term)
kemungkinan kenaikan itu, walaupun terjadi, sedikit sekali.
Seseorang yang selama lima tahun pendapatannya dinyatakan dengan mata uang ternyata
naik 10 kali, belum tentu daya belinya (purchasing power) juga naik 10 kali, sebab kalau
harga-harga naik 10 kali juga sebetulnya orang tersebut tidak mengalami kenaikan daya beli
secara rill. Pengertian tentang pendapatan riil itu secara populer mungkin diartikan sebagai
berikut:

Misalnya 10 tahun yang lalu uang sebanyak Rp X, mungkin dapat untuk membeli satu baju,
tetapi dengan uang yang sama sekarang hanya cukup untuk membeli kancingnya saja atau
kantongnya saja. Ini berarti walaupun orang itu sekarang masih menerima sejumlah uang
yang sama, yaitu sebanyak Rp X. namun secara riil daya beli orang itu sudah turun, karena
ada kenaikan harga (inflasi). Akan tetapi, apabila keadaan stabil, atau tak ada perubahan
harga, daya beli orang tersebut tidak akan berkurang, tetapi tetap.

Kesimpulannya, kenaikan indeks harga menurunkan daya beli. Sebaliknya, penurunan


angka indeks harga menaikkan daya beli.

Untuk mendapatkan data berkala yang riil (real term), misalnya gaji/upah riil, dan
pendapatan riil (real wages, real income), angka-angka tersebut harus dibagi dengan indeks
harga konsumen (consumer's price index) atau indeks biaya hidup (cost of living index).

Pada dasarnya dapat dikatakan jika indeks harga naik a kali, daya beli turun kali (indeks
naik 2 kali 200%, daya beli turun kali, dan lain sebagainya).

Anda mungkin juga menyukai