Anda di halaman 1dari 13

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi


Wasa/Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul Perhitungan Biaya Hidup.
Penulis menyadari bahwa paper ini tidak akan dapat terselesaikan dengan
baik tanpa bantuan dari berbagai pihak yang telah meluangkan waktunya. Dalam
kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Bapak , selaku selaku dosen mata kuliah Pengantar Ekonomi Makro.
2. Rekan-rekan Manajemen 1A atas kerjasama dan dukungannya selama penulis
tergabung.
3. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, yang juga telah
banyak membantu dalam menyelesaikan paper ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan makalah ini
masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan yang disebabkan karena
keterbatasan kemampuan dan pengalaman penulis. Namun demikian, makalah ini
diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan.

Denpasar, 17 Februari 2015

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................
DAFTAR ISI................................................................................................
BAB I : PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang ................................................................................

1.2

Rumusan Masalah ...........................................................................

1.3

Tujuan Penulisan .............................................................................

1.4

Manfaat Penulisan ...........................................................................

1.5

Metode Penulisan ............................................................................

BAB II : PEMBAHASAN
2.1

Indeks Harga Konsumen .................................................................

2.2

Cara Menghitung Indeks Harga Konsumen ....................................

2.3

Masalah-masalah dalam Perhitungan Biaya Hidup ........................

2.4

Deflator PDB versus Indeks Harga Konsumen ...............................

2.5

Mengoreksi Variabel Ekonomi Terhadap Dampak Inflasi ..............

BAB III : PENUTUP


3.1

Kesimpulan ....................................................................................

3.2

Saran ...............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Dalam ilmu ekonomi, harga diartikan sebagai suatu ukuran yang
berkenaan dengan nilai suatu barang dalam kegiatan pertukaran. Ada dua
sebab munculnya harga, yaitu karena kelangkaan dan karena kegunaan.
Agar mendapatkan barang yang dibutuhkan, seseorang harus membayar
harga sesuai dengan yang ditentukan.
Harga barang yang terjadi di pasar seringkali berfluktuasi
(naik/turun). Perubahan harga tersebut, sering merugikan pihak yang
berkaitan (konsumen maupun produsen). Oleh karena itu, seringkali
pemerintah campur tangan dalam menetapkan harga ini, terutama untuk
barang-barang tertentu. Campur tangan pemerintah itu disebut politik
harga.
Melalui kebijakan harga tersebut, diharapkan stabilitas harga dapat
terjamin sehingga tidak terjadi penetapan harga yang sewenang-wenang
oleh para produsen. Disamping itu, harga barang hasil produksi dapat
terjangkau oleh masyarakat, bahkan apabila memungkinkan dapat
terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat, sehingga kemakmuran dan
kesejahteraan dapat tercapai.
Dalam mengendalikan

harga-harga

tersebut,

pemerintah

menetapkan politik harga secara kontinyu. Politik harga dapat dilakukan


pemerintah dengan cara membandingkan harga setiap komoditas pada
suatu periode dengan periode yang lain. Untuk mengukur besarnya
perubahan-perubahan tersebut, pemerintah akan menetapkan suatu nilai
standar atas dasar periode tertentu yang dianggap normal atau stabil. Nilai
standar yang dijadikan pedoman oleh pemerintah untuk mengendalikan
harga itu disebut dengan Indeks Harga Konsumen (IHK-consumer price
index [CPI]).
Indeks Harga Konsumen (IHK) digunakan untuk mengamati
perubahan dalam biaya hidup sepanjang waktu. Ketika indeks harga
konsumen naik, keluarga biasa harus menghabiskan harus menghabiskan
pengeluaran yang lebih banyak untuk menjaga standar hidup yang sama.

Pakar ekonomi menggunakan istilah inflasi untuk menggambarkan situasi


saat tingkat harga perekonomian secara keseluruhan meningkat. Laju
inflasi adalah perubahan presentase pada tingkat harga dari periode
sebelumnya. Karena latar belakang inilah kami akan membahas lebih
lanjut mengenai Indeks Harga Konsumen (IHK) dalam makalah ini.
1.2

Rumusan Masalah
1.2.1 Apa itu Indeks Harga Konsumen (IHK)?
1.2.2 Bagaimana cara menghitung Harga Konsumen (IHK)?
1.2.3 Masalah-masalah apa saja yang ada dalam Perhitungan Biaya
Hidup?
1.2.4 Apa perbedaan dari Deflator PDB dengan Harga Konsumen (IHK)?
1.2.5 Apa yang dimaksud dengan indeksasi?

1.3

Tujuan Penulisan
1.3.1 Untuk mengetahui apa itu Indeks Harga Konsumen (IHK)
1.3.2 Untuk mengetahui bagaimana cara menghitung Indeks Harga
Konsumen (IHK)
1.3.3 Untuk mengetahui masalah-masalah apa saja yang ada dalam
Perhitungan Biaya Hidup
1.3.4 Untuk mengetahui apa perbedaan dari Deflator PDB dengan Harga
1.3.5

1.4

Konsumen (IHK)
Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan indeksasi

Manfaat Penulisan
Berdasarkan tujuan penelitian di atas, penulisan ini diharapkan
dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1.4.1 Kita akan lebih mengetahui apa itu Indeks Harga Konsumen (IHK)
1.4.2 Kita akan lebih mengetahui bagaimana cara menghitung Harga
Konsumen (IHK)
1.4.3 Kita akan lebih mengetahui masalah-masalah apa saja yang ada
dalam Perhitungan Biaya Hidup
1.4.4 Kita akan lebih mengetahui apa perbedaan dari Deflator PDB
dengan Harga Konsumen (IHK)
1.4.5 Kita akan lebih mengetahui apa yang dimaksud dengan indeksasi

1.5

Metode Penulisan
Adapun metode yang digunakan dalam penulisan paper ini yaitu
menggunakan metode deskriptif.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1

Indeks Harga Konsumen (IHK)


Indeks Harga Konsumen (IHK-consumer price index [CPI]) adalah
ukuran biaya keseluruhan barang dan jasa yang dibeli oleh konsumen. IHK
sering digunakan untuk mengukur tingkat inflasi suatu negara dan juga
sebagai pertimbangan untuk penyesuaian gaji, upah, uang pensiun, dan
kontrak lainnya. Untuk memperkirakan nilai IHK pada masa depan,
ekonom menggunakan indeks harga produsen, yaitu harga rata-rata bahan

mentah yang dibutuhkan produsen untuk membuat produknya. Indeks


harga Konsumen (IHK) merupakan persentase yang digunakan untuk
menganalisis tingkat/ laju inflasi. IHK juga merupakan indikator yang
digunakan pemerintah untuk mengukur inflasi di Indonesia.
Di Indonesia badan yang bertugas untuk menghitung Indeks Harga
Konsumen (IHK) adalah Badan Pusat Statistik (BPS). Penghitungan IHK
dimulai dengan mengumpulkan harga dari ribuan barang dan jasa. Jika
PDB mengubah jumlah berbagai barang dan jasa menjadi sebuah angka
tunggal yang mengukur nilai produksi, IHK mengubah berbagai harga
barang dan jasa menjadi sebuah indeks tunggal yang mengukur sseluruh
tingkat harga.
Badan Pusat Statistik menimbang jenis-jenis produk berbeda
dengan menghitung harga sekelompok barang dan jasa yang dibeli oleh
konsumen tertentu. IHK adalah harga sekelompok barang dan jasa relatif
terhadap harga sekelompok barang dan jasa yang sama pada tahun dasar.
IHK adalah indeks yang sering dipakai namun bukanlah satusatunya indeks yang dipakai untuk mengukur laju inflasi. Masih ada
indeks yang dapat digunakan yakni indeks Harga Produsen (IHP), yang
mengukur harga sekelompok barang yang dibeli perusahaan (produsen
bukannya konsumen).

2.2

Cara Menghitung Indeks Harga Konsumen (IHK)


Adapun rumus untuk menghitung IHK adalah:
IHK = (Pn/Po)x100
Keterangan : Pn = Harga sekarang, Po = Harga pada tahun dasar
Sedangkan untuk menghitung laju inflasi digunakan rumus sebagai berikut :
Inflasi = {(IHKn - IHKo)/IHKo}x 100%
Keterangan : IHKn = Indeks Harga Konsumen periode ini, IHKo = Indeks
Harga Konsumen periode lalu

Ketika menghitung indeks harga konsumen dan laju inflasi,


Departemen Statistik menggunakan data tentang harga-harga ribuan
barang dan jasa. Ada lima langkah yang diikuti oleh Departemen Statistik
untuk menghitung indeks harga konsumen dan laju inflasi, yaitu :
1.

Tentukan isi keranjangnya. Langkah pertama dalam menghitung


indeks harga konsumen adalah menentukan harga-harga mana yang
paling penting bagi konsumen tertentu.

2.

Tentukan harga-harganya. Langkah kedua dalam menghitung indeks


harga konsumen adalah menemukan harga setiap barang dan jasa
dalam keranjang untuk setiap masa waktu.

3.

Menghitung harga seluruh isi keranjang. Langkah ketiga adalah


menggunakan data harga-harga untuk menghitung jumlah harga
keseluruhan isi keranjang barang dan jasa dari waktu ke waktu.

4.

Memilih tahun basis dan menghitung indeksnya. Langkah keempat


adalah memilih satu tahun sebagai tahun basis yang merupakan tolok
ukur yang menjadi bandingan tahun-tahun yang lainnya.

5.

Menghitung laju inflasi. Langkah kelima adalah menggunakan indeks


harga konsumen untuk menghitung laju inflasi (inflation rate) yang
merupakan perubahan persentase pada indeks harga dari periode
sebelumnya.

2.3

Masalah-masalah dalam Perhitungan Biaya Hidup


Indeks harga konsumen mencoba untuk mengukur berapa banyak
penghasilan yang harus dinaikkan guna memelihara standar hidup yang
konstan. Namun, indeks harga konsumen bukanlah ukuran biaya hidup
yang sempurna. Ada tiga permasalahan yang muncul dalam perhitungan
biaya hidup, yaitu :

1.

Bias Substitusi. Ketika harga-harga berubah dari satu tahun ke tahun


yang lain, harga-harga tersebut tidak berubah secara seimbang, ada
harga yang naik lebih tinggi dari harga-harga lainnya. Sehingga
konsumen beralih pada barang-barang yang relatif lebih murah. Jika
indeks harga dihitung dengan mengasumsikan keranjang barang tetap,
indeks harga ini akan menghilangkan kemungkinan substitusi yang
dilakukan

oleh

konsumen

sehingga

terlalu

melebih-lebihkan

kenaikkan biaya hidup dari satu tahun ke tahun berikutnya.


2.

Munculnya

barang-barang

yang

baru.

Ketika

barang

baru

diperkenalkan, para konsumen memiliki varietas lebih banyak yang


dapat mereka pilih. Ragam produk yang lebih banyak akan membuat
uang lebih bernilai. Namun, karena indeks harga konsumen
didasarkan pada keranjang tetap barang dan jasa, indeks harga
konsumen tidak mencerminkan perubahan pada daya beli uang ini.
3.

Perubahan kualitas yang tidak terukur. Jika kualitas barang


memburuk dari satu tahun ke tahun berikutnya, nilai uang akan jatuh
meskipun harga barang tetap sama. Begitu juga sebaliknya, jika
kualitas naik dari satu tahun ke tahun berikutnya, maka nilai uang
akan naik. Pada dasarnya, pakar statistik mencoba untuk menghitung
harga keranjang barang yang kualitasnya konstan. Meskipun usaha
yang dilakukan pakar statistik sudah sangat besar, perubahanperubahan kualitas masihlah merupakan masalah karena kualitas
sangat sulit diukur.

2.4

Deflator PDB versus Indeks Harga Konsumen (IHK)


Pakar ekonomi dan pemangku kebijakan mengawasi deflator PDB
dan indeks harga konsumen untuk mengukur seberapa cepat harga naik.
Biasanya, kedua statistik ini menunjukkan hal yang sama. Namun, ada dua
perbedaan penting yang dapat membuat keduanya berbeda.

Perbedaan pertama adalah deflator PDB mencerminkan harga


semua barang dan jasa yang diproduksi di dalam negeri, sedangkan indeks
harga konsumen mencerminkan semua harga barang dan jasa yang dibeli
oleh konsumen.
Perbedaan kedua dan yang lebih tidak kentara antara deflator PDB
dan indeks harga konsumen berhubunngan denggan bagaimana beragam
harga ditimbang untuk menghasilkan sebuah angka untuk tingkat harga
keseluruhan. Indeks harga konsumen membandingkan harga keranjang
tetap barang dan jasa dengan harga keranjang pada tahun basis, sedangkan
sebaliknya deflator PDB membandingkan harga barang dan jasa yang
sekarang ini diproduksi dengan harga barang dan jasa yang sama pada
tahun basis. Oleh karena itu, kelompok barang dan jasa yang digunakan
untuk menghitung deflator PDB berubah secara otomatis sepanjang waktu.
2.5

Mengoreksi Variabel Ekonomi Terhadap Dampak Inflasi


Tujuan

dari

mengukur

tingkat

harga

keseluruhan

dalam

perekonomian adalah untuk melakukan perbandingan antara nilai moneter


dari masa waktu yang berbeda. Sekarang, mari kita lihat bagaimana kita
dapat menggunakan indeks ini untuk membandingka pendapatan dari masa
lalu dengan pendapatan pada saat sekarang ini.
1. Nilai uang dari waktu ke waktu
Indeks harga digunakan untuk mengoreksi efek inflasi ketika
membandingkan angka dollar dari waktu yang berbeda .
Hal ini dapat memberi informasi nilai uang pada masa lalu sama
dengan nilai uang pada masa sekarang atau sebaliknya, sebagai contoh
kita dapat membandingkan apakah upah seseorang pada tahun 1931
dengan upahnya pada tahun 1999 mengalami kenaikan atau tetap
bahkan tetap pada nilai maka uangnya dengan cara berikut ini :
Pendapatan tahun 1999 = Upah tahun 1931 x (tingkat harga 1999 :
Tingkat harga 1931)

= 80.000 x (166 : 15,2)


=873,684
Dengan demikian gaji seseorang tersebut ditahun 1999 ternyata sedikit
dibawah 1 juta.
2. Indeksasi
Sebagaimana telah kita lihat, indeks harga digunakan untuk
mnyesuaikan

(suatu

variabel)

dengan

dampak

inflasi

ketika

membandingkan jumlah uang yang ada dari waktu-waktu yang


berbeda. Indeksasi adalah penyesuain otomatis dari jumlah uang yang
ada dengan dampak inflasi oleh undang-undang atau kontrak.
Indeksasi juga adalah bagian dari berbagai undang-undang,
misalnya pensiun dapat disesuaikan setiap tahun untuk mengompensasi
manula terhadap harga-harga yang naik.. kelompok pajak penghasilanlevel penghasilan dimana tarif pajak berubah juga dapat diinndeksasi
dengan inflasi.
3. Suku Bunga Nominal dan Riil
Menyesuaikan variabel ekonomi dengan dampak inflasi adalah hal
yang sangat penting dan sedikit rumit ketika kita melihat data suku bunga.
Bunga mewakili pembayaran pada masa mendatang untuk transfer uang
pada masa waktu yang berbeda. Untuk mengetahui secara lebih lengkap
tentang suku bunga, kita harus mengetahui bagaimana menyesuaikannya
dengan dampak inflasi.
Suku bunga yang diberikan bank disebut dengan suku bunga
nominal (nominal interest rate), sedangkan suku bunga yang disesuaikan
dengan inflasi disebut dengan suku bunga riil (real interest rate).
Suku bunga riil = Suku bunga nominal
Laju inflasi

Suku bunga riil adalah perbedaan antara suku bunga nominal


dengan laju inflasi. Suku bunga nominal menunjukkan seberapa cepat
jumlah dolar di rekening bank kita naik sepanjang waktu. Suku bunga riil
menunjukkan seberapa cepat daya beli rekening bank kita naik sepanjang
waktu.

BAB III
PENUTUP
3.1

Kesimpulan
Dari penelitian di atas, kami dapat menarik kesimpulan bahwa
sepanjang sejarah baru, kenaikan yang terus menerus pada keseluruhan

tingkat harga selama ini telah menjadi norma. Inflasi mengurangi daya beli
setiap unit uang sepanjang waktu. Ketika membandingkan jumlah moneter
dari waktu-waktu yang berbeda, penting bagi kita untuk menginagat
bahwa nilai uang hari ini tidaklah sama dengan nilainya pada dua puluh
tahun lalu atau kemungkinan besar dua puluh tahun dari sekarang.
Makalah ini membahas bagaimana para pakar ekonomi mengukur
keseluruhan tingkat harga dalam perekonomian dan bagaimana mereka
menggunakan indeks harga untuk menyesuaikan variabel ekonomi dengan
dampak inflasi. Analisis ini hanyalah titik awal. Kita belum menelaah
sebab akibat inflasi dan bagaimana inflasi berinteraksi dengan variabel
ekonomi lainnya. Untuk melakukannya, kita harus menyentuh persoalan
pengukuran lebih lanjut.
3.2

Saran
Menurut kami generasi selanjutnya harus lebih mendalami mengenai
sebab akibat inflasi dan bagaimana inflasi berinteraksi dengan variabel
ekonomi lainnya, serta mencari cara untuk menyelesaikan masalahmasalah yang ada dalam perhitungan biaya hidup. Sehingga kita siap
untuk mengembangkan model-model yang menjelaskan pergerakan jangka
panjang dan jangka pendek dalam variabel-variabel ini.

DAFTAR PUSTAKA
N.Gregory Mankiw, Euston Quah, dan Peter Wilson, 2014, Pengantar Ekonomi
Makro, Salemba Empat, Jakarta Selatan.

Anda mungkin juga menyukai