Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

“Penentuan Harga barang Publik”

Disusun oleh Kelompok 2 :

Nisa Eryanti 1815020024


Oktavia Siska Sandi 1815020017
Arjuni Damara 1815020016
M. Reza Khairusidiqi 1815020022
Hanis 1815020018

Fakultas ekonomi
UNIVERSITAS SERAMBI MEKKAH
Tahun ajaran 2021 /2022
Banda aceh
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur senantiasa kami haturkan kehadirat Tuhan Allah yang Maha Kasih. Hanya atas
penyertaan-Nya sajalah kami boleh menyelesaikan makalah ini dalam rangka memenuhi tugas
perkuliahan keuangan publik Kami sadari betapa tidak sempurnanya kami sebagai manusia
sehingga masih banyak yang harus dilengkapi dan dikritisi dari makalah yang kami buat.
Mungkin ada beberapa kesalahan yang telah kami lakukan melalui makalah ini maka dari hati
yang terdalam kami sampaikan permohonan maaf. Kami sangat terbuka atas segala kritik dan
saran yang bertujuan untuk membangun pemikiran kita semua. Sekian dan terima kasih.

Penulis
DAFTAR ISI

KATA
PENGANTAR ............................................................................................................................ ii
DAFTAR
ISI ......................................................................................................................................... iiii
BAB
1 .......................................................................................................................................................
1
PENDAHULUAN ............................................................................................................................
....... 1 A.

LATAR BELAKANG ............................................................................................................... 1

B.

RUMUSAN MASALAH ........................................................................................................... 1

C.

TUJUAN PENULISAN ............................................................................................................. 1

BAB
2 .......................................................................................................................................................
2
PEMBAHASAN................................................................................................................................
...... 2 A.

PELAYANAN PUBLIK YANG DAPAT DIJUAL ................................................................ 2

B.ARGUMEN TERHADAP PEMBEBANAN TARIF PELAYANAN .................................... 7

C.PRINSIP DAN PRAKTIK PEMBEBASAN ........................................................................... 9

D.KEGUNAAN PEMBEBANAN DALAM PRAKTIK ............................................................. 9

E.PENETAPAN HARGA PELAYANAN : Berapa Harga Yang Harus Dibebankan. ......... 10

F.PERMASALAHAN MARGINAL COST PRICING ........................................................... 12

G.KOMPLEKSITAS STRATEGI HARGA ............................................................................. 13


H.TAKSIRAN BIAYA ................................................................................................................ 14

BAB 3
PENUTUP

KESIMPULAN ........................................................................................................................ 15

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 16


BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Salah satu tugas pokok pemerintah adalah memberiakn pelayanan kepada masyarakat (publik
service). Pemberian pelayanan public pada dasarnya dapat
dibiayai melalui dua sumber, yaitu:
1. pajak, dan
2. pembebanan langsung kepada masyarakat sebagai konsuen jasa publik (charging for service).
jika pelayanan publik dibiayai dengan pajak, maka setiap wajib pajak harus membayar pajak
tanpa mempedulikan apakah dia menikmati secara langsung jasa publik tersebut atau tidak. Hal
tersebut karena pajak merupakan iuran masyarakat kepada negara yang tidak memiliki jasa
timbal balik individual yang secara langsung dapat dinikmati oleh pembayar pajak. Jika
pelayanan publik dibiayai dibiayai melalui pembebanan langsung, maka yang membayar
hanyalah mereka yang memanfaatkan jasa pelayanan publik tersebut, sedangkan yang tidak
menggunakan tidak diwajibkan untuk membayar. Permasalah yang kemudian muncul adalah
apakah suatau pelayanan publik lebih baik dibiayai melalui pajak atau dengan pembebanan
langsung kepada konsumen.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja pelayanan public yang dapat dijual ?
2. Bagaimana argument terhadap pembebanan tarif pelayanan ?
3. Bagaimana prinsip dan praktik pembebanan ?
4. Apa saja kegunaan pembebanan dalam praktik ?
5. Bagaimana penetapan harga pelayanan ?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui apa sajakah pelayanan public yang dapat dijual
2. Untuk mengetahui argument mengenai pembebanan tarif pelayanan
3. Untuk memahami prinsip dan praktik pembebanan
4. Untuk mengatahui apa saja kegunaan pembebanan dalam praktik
5. Untuk mengetahui penetapan harga pelayanan
BAB 2
PEMBAHASAN

A. PELAYANAN PUBLIK YANG DAPAT DIJUAL Dalam memberikan pelayana publik,


pemerintah dapat dibenarkan menarik tarif untuk pelayanan tertentu baik secara langsung
ataupun tidak langsung melalui perusahaan milik pemerintah. Beberapa pelayan publik yang
dapat dibebankan tarif pelayanan misalnya:
1. Penyediaan air bersih
2. Transportasi public
3. Jasa pos dan telekomunikasi
4. Energi dan listrik
5. Perumahan rakyat
6. Fasilitas rekreasi
7. Pendidikan
8. Jalan tol
9. Irigasi
10. Jasa pemadam kebakaran
11. Pelayanan kesehatan
12. Pengolahan sampah/limbah Pembebanan tarif pelayanan publik kepada konsumen dapat
dibenarkan karena beberapa alasan, yaitu:
Adanya barang privat dan barang publik

Efesiensi ekonomi

 Prinsip keuntungan

a) Adanya Barang Privat vs Barang Publik Terdapat


b) jenis barang yang menjadi kebutuhan masyarakat, yaitu:  Barang privat Barang privat
adalah barang-barang kebutuhan masyarakat yang manfaat barang atau jasa tersebut
hanya dinikmati secara individual oleh yang membeliny, sedangkan yang tidak
mengkonsumsi tidak dapat menikmati barang/ jasa tersebut.
Contohnya makanan, listrik, dan telepon.  Barang publik Barang publik adalah barang-
barang kebutuhan masyarakat yang manfaat barang dan jasa tersebut dinikmati oleh
seluruh masyarakat secara bersama-sama. Contonya: pertahanan nasional, pengendalian
penyakit, jasa polisi.  Campuran antar barang privat dan barang publik. Dalam
praktiknya terdapat beberapa barang dan jasa yang merupakan campuran anatara barang
privat dan barang publik. Karena, meskipun mengkonsumsi secara individual, sering kali
masyarakat secara umum juga membutuhkan barang dan jasa tersebut.

Contohnya: pendidikan, layanan kesehatan, transportasi publik, dan air bersih. Barang-
barang
tersebut sering disebut”merit good” karena semua orang membutuhkannya akan tetapi
tidak semua orang mendapatkan barang tersebut. Untuk memenuhi kebutuhan barang
tersebut pemerintah dapat menyediakan secara langsung, memberikan subsidi, atau
mengntrakkan ke pihak swasta. Sebagai contoh : pendidikan, meskipun pemerintah
bertanggung jawab menyediakan pendidikan, namun bukan berarti barang tersebut
sebagai pure publik good yang harus dibiayai semuanya dengan pajak dan dilaksanakan
sendiri oleh pemerintah. Dapat saja sektor swasta terlibat dalam penyediaan pelayanan
pendidikan tersebut. Untuk menyelenggarakan pendidikan, pemerintah dapat melakukan
3 tindakan yaitu:
1. mendirikan sekolah negeri yang murni milik pemerintah dan dibiayai sepenuhnya oleh
pemerintah
2.memberikan subsidi Pendidikan kepada lembaga-lembaga pendidikan, dan
3.menyerahkan pihak swasta untuk ikut menyelenggrakan pendidikan. Hal yang sama
juga terjadi untuk penyediaan transportasi publik dan pelayanan kesehatan.

Pada tataran praktik, terdapat kesulitan dalam membedakan barang publik dengan barang
privat. Beberapa sebab sulitnya membedakan barang publik dengan barang privat
tersebut antara lain:
Batasan antara barang publik dan barang privat sulit untuk ditentukan

Terdapat barang dan jasa yang merupakan barang/ jasa publik, tetapi dalam
penggunaanya tidak dapat dihindari keterlibatan beberapa elemen pembebananlangsung.

Terdapat kecendrungan untuk membebankan tarif pelayanan daripada membebankan


pajak karena pembebanan tarif lebih muda pengumpulannya.

Biasanya tredapat anggapan bahwa dalam suatu sistem ekonomi campuran, barang privat
lebih baik disediakan oleh pihak swasta dan barang publik lebih baik disediakan secara
kolektif oleh pemerintah yang dibiayai melalui pajak. Namun demikian, tidak menutup
kemungkinan pemerintah menyerhakan penyediaan barang publik kepada sektor swasta
melalui regulasi, subsidi, atau sistem kontrak. Jika manfaat dirasakan secara perorangan,
seperti listrik , telepon, dan air bersih maka untuk memperoleh barang-barang tersebut
masyarakat biasanya dibebani dengan tarif tertentu. Pemerintah dapat menarik sejumlah
tarif untuk menyediakan kebutuhan tersebut. Jika manfaat dirasakan secara umum,
karena spillover effects (eksternalitas positif), yang tidak bisa dihilangkan dan pasti ada
seperti pertahanan dan pengendalian kesehatan maka pendanaan untuk hal-hal tersebut
lebih tepat didanai lewat pajak. Dalam hal penyediaan pelayanan publik, yang perlu
diperhatikan adalah:
 Identifikasi barang/ jasa yang menajdi kebutuhan masyarakat
 Siapa yang lebih berkompeten untuk menyediakan kebutuhan publik tersebut
 Dapatkan penyediaan pelayanan publik tertentu diserahkan kepada sektor swasta
atau seketor ketiga
 Pelayanan publik apa saja yang tidak harus dilakukan oleh pemerintah namun
dapat ditangani oleh swasta.

Pola hubungan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut : 4

Efesiensi Ekonomi Ketika setiap individu bebas menetukan berapa banyak


barang / jasa yang mereka ingin konsumsi, mekanisme harga memiliki peran
penting dalam mengalokasikan sumber daya melalui
 1.Pendistribusian permintaan: siapa yang mendapat manfaat paling banyak, maka
ia akan membayar lebih banyak pula
 2.Pemberian insentif untuk menghindari pemborosan
 3.Pemberian insentif pada suplier berkaitan dengan skla produksi
 4.Penyediaan sumber daya pada suplier untuk mempertahankan dan
meningkatkan persediaan jasa. Tanpa adanya suatau mekanisme harga,
permintaan dan penawarantidakmungkin menuju titik seimbang sehingga alokaso
sumber daya tidak efesien, seperti: penyediaan air, obat obatan, dan sebagainya.
Akan tetapi, dalam kenyataan pasar sering kali tidak sempurna. Dalam bnyak hal
pemerintah mungkin menjadi supllier namun tidak boleh memanfaatkan situasi
ini untuk memaksimalkan keuntungan. Dalam kondisi tertentu ketika barang atau
jasa memiliki sifat-sifat public goods pemerintah lebih baik menetapkan harga
dibawah
 5. harga normalnya atau bahkan tanpa dipungut biaya. Pemerintah juga
dihadapkan pada masalah distribusi pendapatan yang tidak seimbang, yang
berarti golongan kaya mampu membayar lebih dibandingakan yang miskin
sehingga golongan kaya mampu mendapatkan pelayanan yang lebih baik.
Mekanisme pembebanan tarif pelayanan merupakan salah satu cara untk
menciptakan keadilan dalam distribusi pelayanan publik. Mereka yang
memanfaatkan pelayanan publik lebih banyak akan membayar lebih banyak pula.
Pembebanan tarif pembayaran akan mendorong efisiensi ekonomi karena setiap
orang akan dihadapkan dengan masalah pilihan karena adanya kelangkaan
sumber daya. Jika diberlakukan tarif , amka setiap orang dipaksa berpikir
ekonomis dan tidak boros.

Prinsip Keuntungan Ketika pelayanan tidak dinikmati oleh semua orang,


pembebanan langsung kepada masyarakat yang menerima jasa tersebut dianggap
“wajar” bila didasarkan prinsip bahwa yang tidak menikmati manfaat tidak perlu
membayar. Jadi pembebanan hanya dikenakan kepada masyarakat atau mereka
yang diuntungkan kepada pelayanan

tersebut. Pemerintah tidak boleh melakukan maksimisasi keuntungan bahkan


lebih baik menetapkan harga di bawah full price, subsidi, bahkan tanpa dipungut
biaya. Fee adalah biaya atas perijinan atau lisensi yang diberikan pemerintah.
Biaya perijinan/lisensi relatif kecil, umumnya berupa biaya administrasi &
pengaawasan, yang didasarkan pada:
1. Kategori perijinan yang dilakukan..

2.Ada tidaknya keuntungan yg diperoleh pemegang ijin/lisensi atas ijin/lisensi


yang dimiliki

B. ARGUMEN TERHADAP PEMBEBANAN TARIF PELAYANAN


a) Dasar Pembebanan Tarif Pelayanan Dalam praktik, pembebanan langsung
(direct charging) biasanya ditentukan karena alasan-alasan sebagai berikut :
1. Suatu jasa, baik merupakan barang publik maupun barang privat, mungkin
tidak dapat diberikan kepada setiap orang, sehingga tidak adil bila biayanya
dibebankan kepada semua masyarakat melalui pajak, sementara mereka tidak
menikmati jasa tersebut.
2. Suatu pelayanan mungkin membutuhkan sumber daya yang mahal atau langka
sehingga konsumsi publik harus didisiplinkan (hemat), misalnya pembebanan
terhadap penggunaan air dan obat-obatan medis.
3. Terdapat variasi dalam konsumsi individual yang lebih berhubungan dengan
pilihan daripada kebutuhan, misalnya penggunaan fasilitas rekreasi.
4. Suatu jasa mungkin digunakan untuk operasi komersial yang menguntukan
dan untuk memenuhi kebutuhan domestic secara individual maupun industrial,
misalnya air, listrik, jasa pos dan telepon. 5. Pembebanan dapat digunakan untuk
mengetahui arah dan skala permintaan publik atas suatu jasa apabila jenis dan
standar pelayanannya tidak dapat ditentukan secara tegas. Terlepas dari kasus
yang merupakan barang publiK murni, terdapat argument yang menentang
pembebanan tarif pelayanan, yaitu :
 Terdapat kesulitan administrasi dalam menghitung biaya pelayanan

Yang miskin tidak mampu untuk membayar

b) Adanya Eksternalitas, Merit Good, dan Persyaratan Legal


Terdapat kesulitan administrasi dalam menghitung biaya pelayanan
Penetapan tarif pelayanan mensyaratkan adanya sistem pencatatan dan
pengukuran yang handal (seperti:tarif jalan tol, meteran untuk air).
Hal tersebut dapat meningkatkan biaya penyediaan pelayanan. Akan tetapi
keterukuran membuat penafsiran tarif pelayanan lebih mudah dibandingkan
dengan perhitungan pajak (seperti: menghitung besarnya biaya untuk air dan
listrik lebih mudah dibandingakan dengan menghitung pajak penghasilan).

2. Yang miskin tidak mampu untuk membayar Kesenjangan ekonomi dan


pendapatan yang lebar menyebabkan orang miskin tidak mampu membayar
pelayanan dasar yang mestinya mereka dapatkan, seperti pendidikan,
kesehatan, air bersih, transportasi umum dan bahkan makanan sehat. Namun,
yang menjadi masalah adalah dapatkah kita membuat daftar kebutuhan dasar
secara objektif. Yang penting bagi seseorang belum tentu penting bagi orang
lain, sehingga skala prioritas dan pilihan individu berbeda-beda. Pilihan yang
berbeda-beda tesebut membutuhkan perlakuan yang berbeda-beda pula,
sehingga pembebanan tarif pelayanan dipandang sesuai dengan pilihan
kebutuhan seseorang. Pelayanan publik dapat juga diberikan secara gratis
oleh pemerintah, akan tetapi penyediaan gratis tersebut akan mempengaruhi
pilihan individu. Pemberian beras gratis mungkin tidak pas untuk orang
tertentu karena mungkin ia lebih suka diberi uang untuk membeli pakaian.
Keputusan untuk membebankan biaya pelayanan kepada pelanggan harus
dikompensasi dengan pemberian subsidi atau pemberiian pelayanangratis.

Penyediaan pelayanan gratis atau subsidi mungkin sia-sia dan kurang efektif.
Apakah subsidi menjamin dinikmati bagi yang miskin? Mungkin saja subsidi
menguntungkan yang kaya jika dikorupsi oleh birokrasi. Atau justru yang
miskin mensubsidi yang kaya. Bila kita peduli pada golongan miskin,
pendekatan terbaik adalah melalui distribusi pendapatan (lumpsum transfer),
tetapi hal ini sulit dilakukan di Negara berkembang.
c) Adanya Eksternalitas, Merit Good, dan Persyaratan Legal. Eksternalitas positif
(spilover effects) misalnya tarif pelayanan yang terlalu tinggi membuat
masyarakat tidak terdorong untuk menggunakannya. Demikian juga barang yang
dianggap sebagai merid good mungkin lebih baik diberikan secara gratis atau
tanpa beban biaya, seperti pendididkan. Selain itu terdapat peraturan perundang –
undangan yang mensyaratkan pemerintah untuk menyediakan pelayanan tertentu
seperti pendidikan dasar 9 tahaun, sehingga kebutuhsan barabg tersebut biasanya
dianggap bebas dari beban masyarakat dan tidak perlu ditarik tarif pelayanan.
Terdapat cara alternatif untuk alokasi sumber daya selain dengan pembebanan
harga pelayanan, misalnya melalui pembagian kupon (cards) dan vouchers.
Meskipun metode kupon tersebut menjamin kaum miskin mendapat kesempatan
yang sama, akan tetapi sistem kupon tersebut tidak dapat memenuhi fungsi
sistem harga dan mudah untuk disalahgunakan.

C. PRINSIP DAN PRAKTIK PEMBEBASAN


Prinsip dan praktek pembebanan sebagian barang dan jasa yang disediakan
pemerintah lebih sesuai dibiayai dengan pembebanan tarif. Semakin dekat suatu
pelayanan terkait dengan barang privat, semakin sesuai barang tersebut dikenai
tarif. namun batasan identifikasi barang privat dan public kadang sulit dan harus
dilakukan dengan dasar tiap pelayanan. Dalam praktiknya, pelayanan yang gratis
secara nominal seringkali sulit dijumpai. Pelayanan gratis menyebabkan insentif
rendah, sehingga terkadang kualitas pelayanan menjadi sangat rendah. Misalnya
pemberian pelayanan kesehatan gratis biasanya kualitasnya kurang memuaskan.
Kesalahan penetapan tarif pelayanan publik merupakan penyebab utama defisit
anggaran di negara berkembang (devas, 1989), pelayanan gratis mengakibatkan
insentif yang rendah sehingga kualitas menjadi sangat rendah dan tidak
memuaskan.

D. KEGUNAAN PEMBEBANAN DALAM PRAKTIK


Praktik pembebanan pelayanan publik berbeda-beda tiap negara, antara hjasa
yang disediakan langsung oleh pemerintah dan yang disediakan oleh perusahaan
milik negara, dan antar pemerintah pusat dan daerah. Charging for services
merupakan alah satu sumber penerimaan bagi pemerintah daerah tertentu.
Pemerintah memperoleh penerimaan dari beberapa sumber, antara lain :
1. Pajak
2. Pembebanan langsung pada masyarakat (Charging for services)
3. LabaBUMN/BUMD
4. Penjualan aset milik pemerintah
5. Hutang
6. Pembiayaan defisit anggaran (Mencetak Uang) Data biaya kadang sulit
diperoleh dan sulit diperbandingkan, terutama antara jasa yang disediakan
langsung oleh pemerintah dan yang disediakan oleh perusahaan milik negara.
Pada kasusu perusahaan negara, hanya net defisit atau surplus yang muncul
dalam rekening pemerintah.

Pada umumnya kita mengharapkan bahwa penyedia barang publik seperti


pertahanan, kesehatan publik dan jasa kepolisian seharusnya diberikan secara
gratis, dalam arti dibiayai dari pajak. Sementara itu, penyediaan barang privat
yaitu jasa untuk mkepentingan individu seperti listrik, telepon, transportasi
umum ditarik sebesar harga pemulihan biaya totalnya (full cost recovery
price). Untuk barang campuran (mixed/merit good), seperti pendidikan
menengah, penyembuhan kesehatan, sanitasi disediakan melalui pajak dan
sebagian dari tarif.

E. PENETAPAN HARGA PELAYANAN :


Berapa Harga Yang Harus Dibebankan. Jika pemerintah tidak membebankan
biaya pelayanan kepada konsumennya, maka pemerintah harus memutuskan
berapa beban yang pantas dan wajar atau dengan kata lain berapa harga
pelayanan yang akan ditetapkan? Aturan yang biasa dipakai adalah bahwa
beban (Charge) dihitung sebesar total biaya untuk menyediakan pelayanan
tersebut (Full cost recovery). Akan tetapi untuk menghitung biaya total
tersebut terdapat beberapa kesulitan, karena :
1. Kita tidak tahu secara tepat berapa biaya total (full cost) untuk
menyediakan

suatu pelayanan. Oleh karena itu, kita perlu memperhitungkan semua


biaya sehingga dapat mengindentifikasi biaya secara tepat untuk setiap
jenis pelayanan. Amun tidak boleh terjadi pencampuradukan biaya untuk
pelayanan yang berbeda atau harus ada prinsip different costs for
different purposes. Biaya overhead harus dibebankan secara proporsional
terhadap berbagai pelayanan. Selain itu juga harus diidentifikasi adanya
biaya-biaya tersembunyi (hidden costs) dalam penyediaan pelayanan
publik. Hidden costs juga terkait dengan biaya birokrasi ( costs of
bureaucracy).
2. Sangat sulit mengukur jumlah yang dikonsumsi.

Karena jumlah biaya untuk melayani satu orang dengan orang lain
berbeda-beda, maka diperlukan pembedaan pembebanan tarif pelayanan,
sebagai contoh diperlukan biaya tambahan untuk pengumpulan sampah
dari lokasi rumah yang sulit dijangkau atau memiliki jarak yang jauh.
Jika hal ini dilakukan maka akan terlihat tidak adil, meskipun untuk hal
tertentu. Misalnya : bus kota, jarak jauh maupun dekat dikenai tarif sama.
Namun yang jelas, pada prinsipnya pembebanan harus merefleksikan
biaya total (full cost) untuk menyediakan pelayanan tersebut.

3. Pembebanan tidak memperhitungkan kemampuan masyarakat untuk


membayar.

Jika orang miskintidak mampu membayar suatu pelayanan yang


sebenarnya vital, maka mereka harus disubsidi. Mungkin perlu dibuat
diskriminasi harga atau diskriminasi produk untuk menghindari subsidi.

4. Biaya apa saja yang harus diperhitungkan : apakah hanya biaya operasi
langsung

(currnt operation costs), atau perlu juga diperhitungkan biaya modal


(capital costs). Aturan umumnya adalah bahwa kita harus memasukkan
bukan saja biaya operasi dan pemeliharaan, akan tetapi juga biaya
penggantian barang modal yang sudah usang (kadaluwarsa), dan biaya
penambahan kapasitas. Prinsip tersebut disebut marginal costs pricing.
Ahli ekonomi umumnya menganjurkan untuk menggunakan marginal
costs pricing, yaitu tarif yang dipungut seharusnya sama dengan biaya
untuk melayani konsumen tambahan (costs of serving the marginal
consumer). Harga tersebut adalah harga yang juga berlaku dalam pasar
persaingan untuk pelayanan tersebut. Marginal costs pricing mengacu
pada harga pasar yang paling efisien (economically efficient price),
karena pada tingkat harga tersebut (ceteris paribus) akan memaksimalkan
manfaat ekonomi dan penggunaan sumber daya yang terbaik. Masyarakat
akan memperoleh peningkatan output dari barang atau jasa sampai titik
dimana marginal costs sama dengan harga. Penetapan harga pelayanan
publik dengan menggunakan marginal cost pricing, setidaknya harus
memperhitungkan :
 Operasi biaya variabel (variable operating cost)

 Semi variable overhead cost seperti biaya modal atas aktiva yang
digunakan untuk memberikan pelayanan.

 Biaya penggantian atas aset modal yang digunakan dalan penyediaan


pelayanan

 Biaya penambahan aset modal yang digunakan untuk memenuhi


tambahan permintaan.

Akan tetapi, marginal cost pricing tidak memperhitungkan pure historic


capital cost atau pure overhead cost, yang tidak terkait sama sekali
dengan penggunaan jasa.
Contoh kasus klasik dari historical cost adalah seperti jembatan penyebrangan. Marginal cost
pricing menganjurkan tidak ada biaya yang ditarik atas jasa penyebrangan karena marginal
cost yang ada nol. Memungut biaya penyebrangan

sehingga menimbulkan kapasitas menganggur atas jembatan tersebut, ini akan mengurangi
total economic benefit. Sebaliknya, marginal cost untuk menyediakan rumah tidak sama
dengan nol, karena sejak ditempati kapasitas ruang yang sudah digunakan, sehingga marginal
cost-nya sama dengan biaya untuk menyediakan rumah pengganti dan biaya pemeliharaan.
Contoh : Penyediaan air, marginal cost-nya misalnya :
Tambahan air yang dikonsumsi

Tambahan jarak yang diambil

Pemasangan pipa besar untuk industri

F. PERMASALAHAN MARGINAL COST PRICING


Penggunaan marginal cost pricing memiliki beberapa permasalahan, antara lain :
1. Sulit untuk memperhitungkan secara tepat marginal cost untuk jasa tertentu,

dalam praktik, kadang biaya rata-rata (average cost) digunakan sebagai pengganti walau
hal ini menyimpang dari syarat ekonomis dan efisiensi. Juga terdapat masalah
pengukuran dan pengumpulan data biaya yang membuat marginal cost sulit
diimplementasikan.
2. Apakah harga seharusnya didasarkan pada biaya marginal jangka pendek (short run MC)
atau biaya marginal jangka panjang (long run marginal cost). Dalam kasus penyediaan
air, akan timbul suatu titik ketika marginal consumer memerlukan pabrik baru. Tidak
mungkin mengharapkan konsumen menanggung full cost sendirian.
3. Marginal cost pricing bukan berarti full cost recovery. Historic capital cost tidak
mungkin dipulihkan, demikian juga full operating cost. Ketika sumber daya yang
terbatas, kegagalan untuk menutup biaya menimbulkan adanya penghematan yang
dikorbankan (opportunity loss) dalam pemakaian alternative sumber daya tersebut.
Kerugian tersebut harus diukur dengan efisiensi yang dikorbankan (efficiency loss) yang
berasal dari penaikan harga di atas marginal cost.
4. Konsep kewajaran digunakan untuk menunjukkan :
Hanya mereka yang menerima manfaat yang membayar.

Semua konsumen membayar sama tanpa memandang perbedaan biaya dalam


menyediakan pelayanan tersebut.

5. Ekternalitas konsumsi, seperti manfaat kesehatan umum dari air bersih untuk minum dan
mandi dapat secara signifikan merubah “efisiensi harga” yang ditentukan oleh marginal
cost.
6. Pertimbangan ekuitas mensyaratkan yang kaya membayar lebih, paling tidak untuk jasa
seperti air, dimana terdapat beberapa macam bentuk diskriminasi harga, (seperti tarif
progesif) yang mungkin digunakan.

G. KOMPLEKSITAS STRATEGI HARGA


1. Two-part tariffs : banyak kepentingan public (seperti listrik) dipungut dengan two-
part tariffs, yaitu fixed charge untuk menutupi biaya overhead atau biaya infrastruktur
dan variable charge yang didasarkan atas besarnya konsumsi.
2. Peak-load tariffs : pelayanan publik dipungut berdasarkan tarif tertinggi.
Permasalahannya adalah beban tertinggi, membutuhkan tambahan kapasitas yang
disediakan, tarif tertinggi untuk periode puncak yang harus menggambarkan higher
marginal cost (seperti telepon dan transportasi umum).
3. Diskriminasi harga. Hal ini adalah salah satu cara untuk mengakomodasikan
pertimbangan keadilan (equity) melalui kebijakan penetapan harga. Jika kelompok
dengan pendapatan berbeda dapat diasumsikan memiliki pola permintaan yang berbeda,
pelayanan yang diberikan kepada kelompok dengan pendapatan tinggi. Hal tersebut
tergantung dari kemampuan mencegah orang kaya menggunakan pelayanan yang
dimaksudkan untuk orang miskin. 4. Full cost recovery. Harga pelayanan didasarkan
pada biaya penuh atau biaya total untuk menghasilkan pelayanan. Penetapan harga
berdasarkan biaya penuh atas pelayanan publik perlu mempertimbangkan keadilan
(equity) dan kemampuan publik untuk membayar.
5. Harga diatas marginal cost. Dalam beberapa kasus, sengaja ditetapkan harga diatas
marginal cost, seperti tarif parker mobil, adanya beberapa biaya perijinan atau licence
fee.

H. TAKSIRAN BIAYA
Penentuan harga dengan teknik apapun yang digunakan pada dasarnya adalah
mendasarkan pada usaha penaksiran biaya secara akurat. Hal ini melibatkan beberapa
pertimbangan sebagai berikut :
1. Opportunity cost untuk staf, perlengkapan, dll.
2. Opportunity cost of capital
3. Accounting price untuk input ketika harga pasar tidak menunjukkan value to society
(opportunity cost)
4. Pooling, ketika biaya berbeda-beda antara setiap individu
5. Cadangan inflasi Pelayanan menyebabkan unit kerja harus memiliki data biaya yang
akurat agar dapat mengestimasi marginal cost, sehingga dapat ditetapkan harga
pelayanan yang tepat. Prinsip biaya memberikan dasar yang bermanfaat untuk
penentuan harga di sektor publik. Marginal cost pricing bukan merupakan satu-satunya
dasar untuk penetapan harga di sektor publik. Digunakan MC pricing atau tidak, yang
jelas harus ada kebijakan yang jelas mengenai harga pelayanan yang mampu
menunjukkan biaya secara akurat dan mampu mengidentifikasi skala subsidi publik.

BAB 3
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Penyediaan pelayanan publik dapat dibiayai melalui dua sumber, yaitu pajak dan
penbebanan langsung kepada masyarakat sebagai konsumen jasa public (charging for
services). Pembebanan tarif dilakukan karena alasan efisiensi ekonomi, untuk memperoleh
keuntungan dank arena adanya barang privat dan barang publik yang perlu diatur
penggunaannya secara proporsional dan memenuhi asas keadilan. Pembebanan pelayanan
publik merupakan salah satu sumber penerimaan bagi pemerintah selain pajak, penjualan
asset milik pemerintah, utang dan laba BUMN/BUMD. Masalah utama dalam pembebanan
pelayanan publik adalah menentukan beberapa harga yang harus dibebankan. Aturan yang
bias dipakai adalah beban dihitung sebesar total biaya untuk menyediakan pelayanan
tersebut. Dalam menentukan harga pelayanan publik juga dianut konsep different cost for
different purpose yaitu membedakan cost untuk pelayanan yang berbeda. Masalah lain
adalah adanya hidden cost yang menyulitkan dalam mengetahui total cost. Kesulitan untuk
menghitung biaya total adalah karena sulit mengukur jumlah yang dikonsumsi dan
perbedaan jumlah biaya untuk melayani masing-masing orang. Pembebanan tidak
memperhitungkan kemampuan mayarakat untuk membayar dan biaya apa saja yang
diperhitungkan sehingga untuk memudahkan digunakan konsep current cost operation,
capital cost, dan marginal cost (biaya penambahan kapasitas). Marginal cost pricing
menganut prinsip bahwa tarif yang dipungut seharusnya sama dengan biaya untuk melayani
tambahan konsumen. Marginal cost pricing memperhatikan biaya operasi variabel, semi
variabel overhead cost, biaya penggantian atas asset modal dan biaya penambahan asset
modal yang digunakan untuk memenuhi tambahan permintaan. Namun demikian, konsep
marginal cost pricing juga mengahadapi berbagai kendala. Oleh karena itu perlu ditemukan
metoda terbaik untuk menetapkan harga pelayanan publik. .

DAFTAR PUSTAKA

Mardiasmo.2002.Akuntansi Sektor Publik.Yogyakarta: ANDI 16

Anda mungkin juga menyukai