Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

EKUITAS

DI SUSUN OLEH :
SALMA AMPIZIA
1815020007

UNIVERSITAS SERAMBI MEKKAH


FAKULTAS EKOMONI
PRODI AKUNTANSI
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami, sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah teori akuntansi ini
yang berjudul "Konsep Ekuitas" dengan baik.
Penulisan makalah ini selain bertujuan untuk menuhi tugas mata kuliah Teori Akuntansi
juga bertujuan agar kita lebih mengerti dan memahami tentang konsep ekuitas dalam ilmu
akuntansi.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak. Dengan iringan doa
semoga karya tulis ini bisa bermanfaat dalam pengembangan pendidikan dan wacana berpikir
kita bersama.

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................................................2
BAB I............................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN...........................................................................................................................................4
1.1.       Latar Belakang................................................................................................................................4
1.2.       Rumusan Masalah...........................................................................................................................5
1.3.       Tujuan Penulisan............................................................................................................................5
BAB II...........................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN.............................................................................................................................................6
2.2.       TINJAUAN TEORI..............................................................................................................................6
2.2.1.      Pengertian Ekuitas........................................................................................................................6
2.2.2.      Komponen Ekuitas........................................................................................................................6
2.2.3.      Tujuan Penyajian Ekuitas.............................................................................................................7
2.2.4.      Teori Ekuitas................................................................................................................................8
2.2.5.      Posisi FASB................................................................................................................................14
2.2.6.      Laporan Nilai Tambah (Value Added) Sebagai Pelengkap Laporan Keuangan..........................14
A. Konsep Nilai Tambah...........................................................................................................................15
B.       MetodePenentuan Nilai Tambah.....................................................................................................16
C.      Penyusunan Laporan Nilai Tambah.................................................................................................16
D. Manfaat Laporan Nilai Tambah............................................................................................................18
E.       Kelemahan Laporan Nilai Tambah..................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................................22

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.       Latar Belakang
Untuk perusahaan perseorangan, ekuitas sering disebut modal. Ekuitas
mengandung unsur kepemilikan (ownership), untuk organisasi nonprofit ekuitas
disebut dengan aset bersih (net assets) untuk menghindari kesan adanya pemilikan.
Karena konsep kesatuan usaha memisahkan antara manajemen dan pemilik, informasi
tentang ekuitas pemegang saham menjadi sangat penting karena hal tersebut
menunjukkan hubungan antara perusahaan (perseroan) dengan pemegang saham.
Dalam kerangka dasar Standar Akuntansi Indonesia (2002), misalnya, Ikatan Akuntan
Indonesia (IAI) dalam pasal 49 mendefinisi ekuitas sebagai berikut: "ekuitas adalah
hak residual atas aktiva perusahaan setelah dikurangi semua kewajiban".
Pada umumnya, tujuan pelaporan informasi ekuitas pemegang saham adalah
menyediakan informasi kepada yang berkepentingan tentang efisiensi dan
kepengurusan (stewardship) manajemen. Tujuan suatu perusahaan dalam jangka
panjang adalah mengoptimalkan nilai perusahaan. Nilai perusahaan akan tercermin
dari harga pasar sahamnya (Fama, 1978). Jensen (2001) menjelaskan bahwa untuk
memaksimumkan nilai perusahaan tidak hanya nilai ekuitas saja yang harus
diperhatikan, tetapi juga semua klaim keuangan seperti hutang, warran, maupun saham
preferen. Hasil penelitian lain dengan menggunakan sampel perusahaan-perusahaan di
USA menunjukkan pengaruh kondisi tertentu terhadap kuatnya hubungan antara harga
saham dan laba serta relevansi nilai variabel-variabel akuntansi lain seperti nilai buku
ekuitas, arus kas operasi (Luciana 2007) dalam Yenti Y.E. dan Syofyan, E.(2013).
Nilai buku ekuitas adalah nilai buku aset dikurangi dengan nilai buku kewajiban pada
awal tahun dibagi dengan jumlah saham umum yang beredar (Ely dan Waymire, 1999;
Aboody et al, 2002 dalam Naimah dan Utama, 2006:11).
Penilaian perusahaan merupakan tujuan penting bagi banyak pengguna laporan
keuangan. Investor perlu menilai ekuitas mereka yang ada pada perusahaan melalui
laporan keuangan yang disampaikan perusahaan. Laporan keuangan yang dibuat oleh
perusahaan menggambarkan kinerja manajemen dalam mengelola sumber daya
perusahaannya, laporan keuangan tersebut harus memenuhi tujuan, aturan serta
prinsip-prinsip akuntansi yang sesuai dengan standar yang berlaku umum agar dapat
menghasilkan laporan keuangan yang dapat dipertanggung jawabkan dan bermanfaat
bagi setiap penggunanya.
Analisis penilaian ekuitas menekankan laba dan pengukuran akuntansi lain
untuk menghitung nilai perusahaan. Penilaian ekuitas dapat menggunakan proksi
market to book ratio karena sangat dipengaruhi oleh pemilihan metode akuntansi yang
digunakan perusahaan, dalam Yenti Y.E. dan Syofyan, E.(2013). Ekuitas pemegang
saham terdiri atas dua komponen penting yaitu Modal Setoran (Contributed Capital)
dan Laba Ditahan (Retained Earnings).

4
1.2.       Rumusan Masalah

Berdasarkan pada uraian latar belakang diatas, dalam penyusunan


makalah ini kami menggunakan rumusan masalah sebagai lingkup permasalahan
kami, antara lain:

1. Apa pengertian ekuitas?


2. Apa tujuan penyajian ekuitas?
3. Apa saja komponen ekuitas?
4. Bagaimanakah teori ekuitas?
5. Bagaimana posisi Financial Accounting Standard Board (FASB) mengenai
teori ekuitas?
6. Bagaimana laporan nilai tambah (Value Added) sebagai pelengkap laporan
keuangan?

1.3.       Tujuan Penulisan

Tujuan dalam pembuatan makalah ini adalah untuk:Mengetahui pengertian


ekuitas.

Mengetahui tujuan penyajian ekuitas.


Mengetahui komponen ekuitas.
Mengetahui tentang teori ekuitas.
Mengetahui bagaimana posisi Financial Accounting Standard Board (FASB)
mengenai teori ekuitas.
Bagaimana laporan nilai tambah (Value Added) sebagai pelengkap laporan
keuangan.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.2.       TINJAUAN TEORI


2.2.1.      Pengertian Ekuitas
Pengertian ekuitas tidak dapat didefinisi secara independen terhadap asset dan
kewajiban. Ekuitas pemilik pada dasarnya bukan kewajiban, tetapi merupakan klaim
sisa (residual claim) terhadap aktiva. Dalam kerangka dasar Standar Akuntansi
Indonesia (2002), Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) mendefinisi ekuitas sebagai berikut
(pasal 49): ekuitas adalah hak residual atas aktiva perusahaan setelah dikurangi semua
kewajiban. Pada dasarnya ekuitas berasal dari investasi pemilik dan hasil usaha
perusahaan. Ekuitas akan berkurang dengan adanya penarikan kembali penyertaan oleh
pemilik, pembagian keuntungan (deviden) atau kerugian usaha.
Ekuitas didefinisikan sebagai hak residual untuk menunjukkan bahwa ekuitas
bukan kewajiban. Ini berarti ekuitas bukan pengorbanan sumber ekonomi masa datang
(Soewardjono, 2005). Karena didefinisi atas dasar asset dan kewajiban, nilai ekuitas
juga bergantung pada bagaimana asset dan kewajiban diukur.
a. FASB Statement of Financial Accounting Concepts No. 6
mendefinisikan ekuitas sebagai "hak sisa terhadap aktiva suatu entitas
setelah dikurangi hutang". Dari definisi tersebut dapat dikatakan
bahwa dua karakteristik ekuitas adalah sebagai berikut: Ekuitas sama
dengan aktiva neto, yaitu selisih antara aktiva perusahaan dengan
hutang perusahaan
b. Ekuitas dapat bertambah atau berkurang karena kenaikan atau
penurunan aktiva neto baik yang berasal dari sumber bukan pemilik
(pendapatan dan biaya) maupun investasi oleh pemilik atau distribusi
kepada pemilik.

2.2.2.      Komponen Ekuitas


Komponen ekuitas terdiri dari:

1. Modal Setoran (Contributed Capital)


Modal Setoran mencakup Modal Yuridis dan Modal Setoran Lainnya. Modal
yuridis yang dihitung berdasarkan nilai nominal (par value) saham
menunjukkan aktiva neto yang tidak dapat didistribusikan ke pemegang saham.
Kelebihan nilai di atas nilai nominal diakui sebagai agio saham (additional
paid-in capital).
a.         Modal Yuridis (Legal Capital), terdiri dari:
1. Nilai nominal dari saham preferen (Par Value of Preferred
stock)
2. Nilai nominal saham biasa (Par Value of common stock)

6
3. Umum (atau saham preferen berlangganan) (Common (or
preferred stock subscribed)
4. Surat saham dan opsi (Stock Warrant and options)
5. Dividen saham yang akan dibagikan (Stock dividends to be
distributed)
6. Saham biasa dari penerbitan kembali (common stock from
the reissuance of)

b.      Modal Setoran Lainnya (Paid-in Capital), terdiri dari:


1. Pada saham preferen (on preferred stock)
2. Pada saham biasa (on common stock)
3. Dari sumber lain (pemecahan saham, saham preferen, konversi,
dll) saham. (from other sources (stock splits, preferred stock,
conversion, etc) stock.

2.   Laba Ditahan (Retained Earnings)/(Earned Capital)


Laba ditahan terdiri dari Laporan Laba/Rugi, penyesuaian periode
sebelumnya, dan deviden. Oleh karena Laporan Laba/Rugi merupakan
bagian dari laba ditahan, maka dapat dikatakan bahwa ada hubungan saling
terkait atau artikulasi (articulation) antara Laporan Laba/Rugi dan Neraca.

3. Penyesuaian Modal Belum Terealisasi (Unrealized Capital Adjustment).


a. Kerugian portofolio yang belum direalisasi untuk efek non-pasar
(Unrealized portfolio losses for non-market securities)
b. Selisih kurs yang belum direalisasi dan rugi (Unrealized foreign
exchange gains and losses)
c. Modal sumbangan (Donated capital).

2.2.3.      Tujuan Penyajian Ekuitas

Pengungkapan informasi ekuitas pemegang saham akan sangat dipengaruhi


oleh tujuan penyajian informasi tersebut kepada pemakai statemen keuangan. Pada
umumnya, tujuan pelaporan informasi ekuitas pemegang saham adalah menyediakan
informasi kepada yang berkepentingan tentang efisiensi dan kepengurusan
(stewardship) manajemen. Informasi tentang kewajiban yuridis perseroan terhadap
para pemegang saham dan pihak lainnya juga merupakan tujuan penyajian ekuitas
pemegang saham ini.
Untuk memenuhi tujuan tersebut, informasi yang harus disampaikan tentang
ekuitas pemegang saham tersebut minimal adalah:
Sumber ekuitas pemegang saham beserta riwayatnya;

7
Peraturan yuridis yang membatasi pembagian dividen dan
pengembangan modal setoran kepada pemegang saham;
Prioritas beberapa golongan pemegang saham atau pemegang
ekuitas lainnya (urutan proteksi).

2.2.4.      Teori Ekuitas


Teori ekuitas adalah teori yang menjelaskan sudut pandang yang digunakan
dalam akuntansi berkaitan dengan penyusunan dan penyajian laporan keuangan.
Denghan kata lain, penyusunan dan penyajian laporan keuangan sangat tergantung
pada sudut pandang yang digunakan yaitu siapa yang dianggap paling berkepentingan
terhadap laporan keuangan. Oleh karena itu, teori ini membahas pihak yang dianggap
paling dominan dan menjadi sudut pandang dalam pelaporan keuangan. Pemakaian
sudut pandang yang berbeda dapat menghasilkan format pelaporan yang berbeda pula.

1. Teori Propiet
Pada awalnya teori ini muncul sebagai perwujudan dari sistem pembukuan
berpasangan. Teori ini memusatkan perhatiannya kepada pemilik. Jadi
dalam akuntansi, tujuan perusahaan, jenis modal, makna rekening dan lain-
lain semuanya dilihat dari sudut pandang pemilik. Dengan demikian tujuan
perusahaan adalah meningkatkan kemakmuran pemilik. Persamaan
akuntansi yang digunakan adalah:

Aktiva – Hutang = Modal

Aktiva merupakan kekayaan pemilik, sementara hutang merupakan


kewajiban pemilik. Kepemilikan ini dianggap sebagai nilai bersih dari
perusahaan untuk pemilik. Ketika usaha baru dimulai, nilai ini sama
dengan investasi pemilik. Selama berjalanmya usaha maka nilai
perusahaan sama denganinvestasi awal ditambahakumulasi laba bersih
setelah dikurangi prive untuk pemilik. Jadi teori proprietary menganut
wealth concept.
Teori proprietary sangat cocok diterapkan untuk organisasi perusahaan
perseorangan dan firma oleh karna dalam bentuk organisasi ini ada
hubungan personal antara manajemen perusahaan dengan pemilik
perusahaan. Hal ini disebabkan laba bersih atau net inocme ditambah setiap
periode ke rekening modal pemilik walaupun perhitungan laba bersih tidak
mengukur kenaikan bersih kekayaan (wealth).
Teori proprietary tidak dapat langsung digunakan untuk bentuk perusahaan
perseroan terbatas seperti halnya untuk perusahaan perseorangan dan firma.
Namun demikian, dalam praktek banyak yang memandang bahwa total modal
saham yang diinvestasikan dan laba ditahan dianggap sebagai kekayaan bersih

8
pemilik dan hal ini mengimplikasikan teori proprietary. Konsep laba
komprehensif yang diadopsi oleh FASB juga menggunakan dasar teori
proprietary yaitu memasukkan semua item yang mempengaruhi pemilik
selama periode itu kecuali pengambilan dividen dan transaksi modal.
Teori proprietary banyak mempengaruhi praktek-praktek akuntansi maupun
terminologi akuntansi perusahaan perseroan terbatas. Sebagai misal, laba bersih suatu
perusahaan sering dianggap sebagai laba bersih bagi pemilik. Labih jauh lagi laporan
keuangan harus menunjuk pada earning per share dan book value per share.
Pengertian "laba bersih bagi pemilik" dapat diinterpretasikan sebagai sisa laba bersih
yang dialokasikan kepada modal pemilik dan "book value per share" dapat
diinterpretasikan sebagai book equity per share menurut pendekatan entitas.
Oleh karena sudut pandang yang digunakan adalah pemilik, maka pengukuran
dengan menggunakan current value dipandang lebih relevan dibandingkan historical
cost.
Makna Laba (Income)
Berdasarkan sudut pemilik, pendapatan diartikan kenaikan modal pemilik,
sementara biaya diartikan Sebagai penurunan modal pemilik. Dengan demikian laba
merupakan kenaikan kekayaan atau kemakmuran pemilik selama satu periode yang
menjadi hak bagi pemilik.
2.        Teori Entitas ( Kesatuan Usaha)
Teori entitas muncul untuk mengatasi kelemahan yang melekat pada teori
proprietary. Kenyataan menunjukkan bahwa perkembangan kegiatan usaha
menyebabkan perusahaan menjadi unit usaha yang berdiri sendiri terpisah dari
identitas pemilik. Hal ini berarti terdapat pemisah antara kepentingan pribadi pemilik
dengan kepentingan perusahaan. Perusahaan dianggap Bertindak atas nama dan
kepentingannya sendiri terpisah dari pemilik. Teori entitas didasarkan atas persamaan
akuntansi:
Aktiva = Hutang = Modal
Atau
Aktiva = Modal ( Hutang = Modal Pemilik)
Elemen yang ada pada sisi kanan persamaan sering disebut hutang, tetapi
sesungguhnya adalah ekuitas dengan hak yang berbeda didalam perusahaan. Perbedaan
utama antara hutang dan ekuitas pemilik adalah hak kreditur dapat dinilai secara
independen dari penilaian yang lain jika perusahaan dalam keadaan solvent, sedangkan

9
hak pemegang saham atau pemilik diukur dari penilaian aktiva yang diinvestasikan
ditambah laba yang diinvestasikan kembali. Namun demikian, hak pemegang saham
untuk menerima diveiden dan bagian aktiva jika dilikuidasi adalah hak sebagai
pemegang saham bukan hak sebagai pemilik aktiva khusus.
Jadi hutang adalah kewajiban khusus perusahaan, dan aktiva menunjukkan hak
perusahaan menerima barang dan jasa khusus atau manfaat lainnya. Penilaian aktiva
harus menceminkan pengukuran manfaat yang diterima oleh perusahaan. Laba bersih
suatu perusahaan umumnya diekspresikan dalam bentuk perubahan bersih modal
pemilik, tidak termasuk perubahan yang berasal dari deklarasi deviden dan transaksi
modal. Hal ini tidak sama dengan teori proprietary yang mengatakan bahwa laba bersih
adalah laba bagi pemegang saham. Laba bersih dalam pendangan entitas
menggambarkan sisa perubahan posisi ekuitas setelah dikurangi semua klaim,
termasuk bunga hutang jangka panjang dan pajak penghasilan.
Teori entitas cocok diterapkan untuk organisasi yang berbentuk perseroan
terbatas (corporate), tetapi juga relevan untuk perusahaan lain yang memiliki
eksistensi yang terpisah dari individu pemilik.
Teori entitas memiliki dua versi yaitu versi tradisional dan versi baru.
Perbedaan kedua versi tersebut terletak pada sudut pandang yang digunakan dalam
melihat entitas.
a.         Versi Tradisional
Menurut pandangan tradisional perusahaan beroperasi untuk pemegang ekuitas
(equity holders) yaitu pihak yang memberi dana bagi perusahaan. Dengan demikian
perusahaan harus melaporkan status investasi dan konsekuensiinvestasi yang dilakukan
pemilik.
b.        Versi Baru
Pandangan ini menyatakan bahwa perusahaan beroperasi atas namanya sendiri
dan berkentingan terhadap kelangsungan hidupnya sendiri. Penyajian laporan
keuangan kepada pemegang ekuitas dimaksudkan untuk memenuhi syarat legal dan
menjaga hubungan baik dengan pemegang ekuitas dalam kaitannya dengan
kebutuhan dana yang diperlukan dimasa mendatang.
Meskipun kedua pandangan diatas memusatkan perhatiannya pada kesehatan
usaha (entitas yang independen), namun pandangan tradisional melihat pemegang
ekuitas sebagai partner (associate) dalam kegiatan usaha yang dijalankan. Sedangkan
pandangan baru melihat pemegang ekuitas sebagai pihak luar perusahaan.

10
Oleh karena pemilik dan kreditor merupakan pemegang ekuitas yang memberi
dana, maka persamaan akuntansinya adalah:
Aktiva = Ekuitas
Ekuitas menunjukkan hak/klaim pemegang ekuitas terhadap aktiva suatu unit
suatu usaha. Kreditor memiliki klaim yang secara spesifik dapat ditentukan, sementara
pemegang saham memiliki klaim atas sisa aktiva dalam kasus likuidasi. Pemegang
saham memiliki hak terhadap total aktiva dan dividen apabila diumumkan oleh dewan
direktur. Meskipun demikian, hak yang diterima didasarkan pada perjanjian
kontraktual yang ada.
Atas dasar teori entitas, neraca yang disajikan mengandung makna sebagai
berikut:
•            Aktiva perusahaan menyajikan informasi langsung mengenai nilai unit usaha
•            Ekuitas menunjukkan laporan tidak langsung terhadap jumlah nilai yang sama
•            Aktiva adalah milik perusahaan
•            Hutang merupakan kewajiban perusahaan bukan kewajiban pemilik
•           Aktiva non monoter lebih relevan bila diukur dengan cost histories karena nilai total
aktiva sama dengan umlah pasivanya.
Makna Laba
Dalam pendekatan entitas ini, laporan rugi laba relevan dibandingkan neraca.
Alasannya:
•            Pemegang ekuitas lebih tertarik pada alba yang merupakan hasilm dari investasi
mereka
•            Perusahaan didirikan dengan maksud mencari laba
•            Laba merupakan perubahan dalam aktiva bersih perusahaan
•            Pendapatan adalah aliran masuk aktiva karena transaksi yang dilakukan perusahaan
•            Biaya adalah cost aktiva atau jasa yang digunakan perusahaan dalam rangka
menghasilkan pendapatan

11
Laba ditahan
Menurut pandangan tradisional laba dicatat dan ditampung dalam laba ditahan.
Pandangan baru melihat bahwa laba ditahan merupakan ekuitas perusahaan/investasi
milik sendiri.
Pandangan Tradisional
•            Bunga pinjaman adlah distribusi laba ditahan atas pemakaian pinjaman modal bukan
biaya bagi kreditor
•            Deviden merupakan distribusi laba ditahan bagi pemilik saham
•            Pajak penghasilan merupakan distribusi laba ditahan
Pandangan Baru
Kreditor dan pemegang saham dianggap sebagai pihak luar. Bunga pinjaman,
deviden dan pajak penghasilan dianggap sebagai biaya perusahaankarena menurunkan
jum;lah ekuitas unit usaha tersebut.
3.        Teori Ekuitas Residual
Seorang teoritisi akuntansi William Paton (1962) menyatakan bahwa ekuitas
residual merupakan salah satu jenis ekuitas dalam kerangka teori entitas. Dalam
pandangan teori entitas, pemegang saham memiliki ekuitas di perusahaan seperti
pemegang ekuitas lainnyan, tetapi pemegang saham tidak dianggap sebagai pemilik.
Jadi, teori ekuitas residual merupakan pandangan antara teori proprietary dan
teori entitas. Dalam pandangan ini persamaan akuntansinya menjadi:
Aktiva – Ekuitas khusus = Ekuitas Residual
Ekuitas khusus meliputi klaim kreditur dan ekuitas pemegang saham preferen.
Namun demikian pada kasus khusus dimana kerugian begitu besar sehingga
perusahaan mengalami kebangkrutan, ekuitas pemegang saham biasa dapat hilang dan
pemegang saham preferen atau pemegang obligasi menjadi pemegang ekuitas residual.
Tujuan pendekatan ekuitas residual adalah memberikan informasi yang lebih baik
kepada pemegang saham biasa dalam rangka pengambilan keputusan investasi.
Pemegang saham biasa pada umumnya dianggap memiliki ekuitas residual di
dalam laba perusahaan dan di dalam aktiva bersih pada saat likuidasi. Oleh karena
laporan keuangan umumnya disusun tidak dalam rangka likuidasi, maka informasi
yang disajikan dalam kaitannya dengan ekuitas residual harys berguna untuk
memprediksi dividen masa datang bagi pemegang saham biasa.

12
4.        Teori Enterprise
Teori enterprise suatu perusahaan merupakan konsep yang lebih luas
dibandingkan teori entitas. Di dalam teori entitas perusahaan dipandang sebagai unit
ekonomi terpisah yang dioperasikan dalam rangkamemberikan manfaat bagi pemegang
saham. Sedankan dalam teori enterprise perusahaan dipandang sebagai lembaga dosial
yang dioperasikan dalam rangka memberikan manfaat bagi banyak pihak yang
berkepentingan. Dalam arti luas pihak-pihak yang berkepentingan meliputi pemegang
saham, kreditur, pegawai, konsumen, pemerintah dan masyarakat secara umum. Jadi
bentuk luas dari teori enterprise dapat dipandang sebagai teori akuntansi sosial.
Konsep ini cocok diterapkan untuk perusahaan skala besar dan modern dan
memiliki kewajiban untuk mempertimbangkan pengaruh dari tindakannya kepada
beberapa kelompok dan masyarakat secara keseluruhan. Dari aspek akuntansi hal ini
berarti tanggungjawab pelaporan keuangan tidak hanya kepada pemegang saham dan
kreditur semata, tetapi lebih luas kepada semua kelompok lain yang berkepentingan
dan masyarakat keseluruhan. Konsep income yang paling relevan dengan teori
enterprise adalah laporan keuangan nilai tambah (value added statement) yaitu laporan
keuangan yang menujukkan kontribusi pihak-pihak yang berkepentingan terhadap
perusahaan didalam menghasilkan nilai tambah perusahaan.

5.        Teori Dana (Fund)


Teori dana mengabaikan asumsi hubungan personal dalam teori proprietary dan
asumsi personifikasi perusahan sebagai unit ekonomi dan legal secara artifisal dalam
teori entitas. Menurut teori dana, unit aktivitas operasi merupakan dasar akuntansi.
Unit aktivitas operasi ini disebut dana yang meliputi sekelompokaktiva dan restriksi
atau batasan-batasan yang menggambarkan fungsi atau aktivitas ekonomi. Teori dana
berdasarkan pada persamaan akuntansi sebagai berikut:
Aktiva = Restriksi Aktiva
Aktiva menggambarkan jasa prospektif kepada dana atau unit operasi. Hutang
merupakan retriksi aktiva khusus atau umum dari dana. Modal yang diinvestasikan
mencerminkan retriksi legal atau financial untuk menggunakan aktiva. Konsep teori
dana ini banyak digunakan di sektor pemerintah dan lembaga nir-laba.
Didalam pemerintahan dana yang umunya digunakan meliputi dana umum
(general fund), dana pendapatan khusus (special revenuefund), dana proyek (capital
projectfund), dana pelunasan hutang jangka penjang (debt service fund). Setiap dana

13
ini memiliki restriksi penggunaan yang diatur dalam undang-undang atau peraturan
pemerintah lainnya. Masing-masing dana dipertanggungjawabkan sendiri-sendiri
sehingga masing-masing memiliki pembukuan debit kredit sendiri dan memiliki neraca
dan laporan perubahan saldo dana.

2.2.5.      Posisi FASB

Financial Accounting Standard Board (FASB) sangat jelas mengadopsi teori


ekuitas residual ketika berhubungan dengan ekuitas pemilik (owner' equity) yang
menyatakan "hak residual pada aktiva suatu entitas yang tersisa setelah di kurangi
hutang". Pandangan ini sejalan dengan tujuan akuntansi yang dinyatakan oleh FASB
yaitu menyediakan informasi khususnya kepada investor atau lebih khusus kepada
peemegang saham biasa.
FASB juga mengakui bahwa pendekatan ini menimbulkan masalah jika
berkaitan dengan hybrid securites atau saham yang memiliki karakteristik ganda yaitu
sebagian hutang dan sebagian saham seperti pada hutang obligasi yang dikonversikan.
Persoalannya adalah bagaimana memisahkan dan mengungkapkan saham yang
memiliki dua karakteristik ini.

2.2.6.      Laporan Nilai Tambah (Value Added) Sebagai Pelengkap


Laporan Keuangan

Laporan keuangan suatu perusahaan yang terdiri dari neraca, laporan laba rugi,
laba yang belum dibagi dan perubahan posisi keuangan atau arus kas serta catatan atas
laporan keuangan sebenamya tidak lain adalah laporan pertanggungjawaban
manajemen kepada terutama para pemilik perusahaan. Laporan keuangan ini disusun
berdasarkan dua anggapan pokok. Pertama, bahwa pemilik modal yang ditanamkan
dalam perusahaan adalah pemegang saham. Kedua, tujuan penyusunan laporan
keuangan dititik beratkan pada kebutuhan para pemegang saham dan investor. Oleh
karena itu laba bersih suatu perusahaan dapat dipandang sebagai pendapatan yang
dihasilkan perusahaan untuk para pemegang saham dan investor (ada investor
yang mendapat bunga).
Konsep teori enterprise memandang bahwa tujuan perusahaan adalah dalam
rangka memberikan kesejahteraan kepada beberapa kelompok orang yang

14
berkepentingan terhadap perusahaan tersebut. Untuk memberikan laporan
kesejahteraan perusahaan kepada beberapa kelompok yang berkepentingan terhadap
perusahaan, dapat dilakukan dengan menyusun laporan tambahan selain laporan
keuangan yang biasa, yaitu laporan nilai tambah (value added statement). Laporan
nilai tambah menunjukkan pendapatan suatu perusahaan sebagai kesatuan usaha dan
bagaimana nilai tambah ini didistribusikan kepada kelompok-kelompok yang
menyumbangkan terciptanya nilai tambah tersebut.

A. Konsep Nilai Tambah

Konsep nilai tambah secara umum dapat didefinisikan sebagai perbedaan


antara pebghasilan kotor yang diterima oleh suatu perusahaan dari hasil penjualan
produk dan jasa dengan jumlah uang yang dibayarkan untuk membeli bahan baku dan
jasa alin yang disediakan oleh pemasok dari luar perusahaan. Dari definisi ini dapat
disimpulkan bahwa nilai tambah pada dasarnya adalah hasil penjualan dikurangi
dengan biaya bahan baku dan jasa pihak luar yang digunakan dalam rangka
menciptakan penghasilan tersebut.
Sebagian dari hasil penjualan dipakai untuk membayar bahan baku dan jasa
yang dibeli dari masyarakat di luar perusahaan. Sisanya adalah kekayaan atau nilai
tambah perusahan atau nilai tambah perusahaan yang diciptakan oleh pegawai yang
ada di dalam perusahaan yang bekerja dengan sejumlah modal yang berasal dari
pemegang saham, kreditur dan pemakaian fasilitas umum yang disediakan oleh
pemerintah.
Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas, sebagai misal A memiliki
sebuah perusahaan X. A membeli bahan baku gandum seharga Rp 10.000,- dan A
menggaji seorang pegawai B untuk mengolah bahan baku gamdum menjadi tepung
terigu. Tepung terigu ini laku dijual dengan harga Rp 25.000,. Pegawai B menerima
gaji Rp 5.000,-. Dari contoh ini dapat dihutung bahwa laba bersih yang diperoleh A
sebesar Rp 10.000 sedangkan nilai tambah perusahaan X sebesar Rp 15.000,- Besarnya
nilai tambah ini merupakan hasil kerja bersarna antara A sehagai pemilik modal dan B
sehagai pegawai. Oleh karena itu nilai tambah akan didistribusikan kepada A dan B.

15
B.       MetodePenentuan Nilai Tambah

Ada dua metode yang dapat digunakan untuk menghitung nilai tambah suatu
perusahaan yaitu Metode Subtractive dan Metode additive.
1.         Metode Subtractive, yaitu nilai tambah (NT) perusahaan dapat dihitung dari besarnya
nilai penjualan atau output kotor perusahaan yaitu dengan cara hasil penjualan (HP)
dikurangi dengan beban input (BI) yang terdiri dari bahan baku atau jasa yang dibeli
dari luar perusahaan yang dipakai untuk menghasilkan penjualan tersebut atau secara
matematis dapat dirumuskan sebagai berikut:
NT = HP- BI
2.         Metode additive merupakan nilai tambah (NT) perusahaan dapat dihitung dari laporan
laba opeasi, yaitu dengan cara menjumlahkan jumlah input produksi yang berasal dari
modal dan tenaga kerja dalam rangka menghasilkan penjualan. Dalam istilah akuntansi
adalah jumlah laba operasi (sebelum pajak, bunga dan pos-pos luar biasa tetapi setelah
menghilangkan unsur beban operasi dan laba yang berasal dari kegiatan non produksi)
ditambah dengan biaya gaji dan upah pegawai atau secara matematis dirumuskan
sebagai berikut:
NT = BG + (LO – NP)
NT : Nilai Tambah
BG : Beban Gaji dan Upah
LO : Laba Operasi
NP : Beban Operasi dan Laba yang Berasal dari Kegiatan Non Produksi.
Metode additive memiliki beberapa kelebihan dibandingkan metode
substractive dalam hal penyusunannya lebih mudah karena cukup dengan
memodifikasi laporan laba rugi. Disamping itu metode ini mudah pula diterapkan
untuk segala jenis bidang usaha, misalnya perusahaan yang bergerak dalam bidang
penjualan jasa, jasa keuangan dan sebagainya.

C.      Penyusunan Laporan Nilai Tambah

Seperti halnya laporan laba rugi, laporan nilai tambah juga disusun atas dasar
konsep akrual dan matching principles. Disamping itu, lapopran nilai tambah
merupakan laporan hasil operasi perusahaan (tidak termasuk transaksi modal) untuk
periode waktu tertentu, bukan pada tanggal tertentu. Dengen metode additive, laporan

16
keuangan nilai tambah dapat disusun dengan mudah hanya dengan mengubah laporan
laba rugi. Laporan keuangan nilai tambah dapat disusun dengan mudah hanya dengan
mengubah laporan Laba Rugi. Besarnya laba yang ditahan perusahaan dapat dihitung
dengan cara mengurangkan berbagai macam beban, pajak dan deviden dari hasil
penjualan atau secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut:
LD = HP – BI – Dep – BG – I – Div – T…….(1)
LD : Laba Ditahan
HP : Hasil Penjualan
BI : Total Beban Input Bahan Baku dan Jasa Lain
BG : Beban Gaji dan Upah Pegawai
Dep : Beban Depresiasi
I : Beban Bunga
Div : Deviden yang Dibayar
T : Pajak Penghasilan

Dengan mengubah persamaan (1), yaitu memindahkan elemen basil


penjualan, beban input dan beban depresiasi ke sebelah kiri persamaan serta
memindahkan elemen beban gaji, beban bunga, deviden, pajak dan Iaba ditahan ke
sebelah kanan persamaan, maka dapat dihitung besarya nilai tambah bersih:
HP - Bl - Dep = BG + I + Div + T + LD .............. (2)

Jika nilai depresiasi dalam persamaan (2) dipindahkan ke sebelah kanan


persamaan, maka akan didapat besarnya nilai tambah kotor:
HP - BI = BG+ I+ Div+ T + LD + Dep ...................(3)

Perbedaan antara nilai tarnbah bersih dan nilai tambah kotor terletak pada
perlakuan beban depresiasi. Perbedaan kedua nilai tambah tersebut adalah sebagai
berikut.
1.        Nilai tarnbah tidak lain adalah kekayaan yang diciptakan oleh perusahaan dan
kekayaan ini akan dinilai terlalu tinggi apabila tidak diakui adanya akumulasi
penurunan nilai aktiva tetap karena pemakaian aktiva tersebut.
2.        Sesuai dengan konsep konsistensi dan matching antara penghasilan dan beban, maka
beban depresiasi harus diperlakukan pula seperti halnya beban input bahan baku yaitu
pengurangi hasil penjualan.

17
3.        Nilai tambah bersih menghilangkan adanya perhitungan ganda, sedangkan nilai
tambah kotor akan menghasilkan perhitungan ganda, kerana tidak dikurangkannya
beban depresiasi dari hasil penjualan.
Contoh :
Perusahaan A menjual bahan baku kepada perusahaan B. Secara keseluruhan penjualan
ini tidak akan menaikkan nilai tambah, karena pertambahan nilai pada A akan
diimbangi dengan pengurangan nilai tambah pada B (sebagai biaya bahan pada B).
Apabila barang yang diperjual belikan itu aktiva tetap, maka seandainya B melaporkan
atas dasar nilai tambah kotor, pembelian aktiva tetap oleh B tidak akan mengurangi
nilai tambah, sedangkan nilai tambah A akan naik sebesar penjualan aktiva tetap
tersebut.

D. Manfaat Laporan Nilai Tambah


1.        Pengungkapan
Laporan nilai tambah merupakan usaha memberikan informasi yang lengkap
dan relevan tentang kegiatan perusahaan dengan memasukkan informasi beberapa
kelompok orang yang berkepentingan terhadap perusahaan, seperti pemilik, kreditur,
pegawai dan pemerintah.
Bagi pemakai laporan keuangan yang sudah ahli hal ini dapat dibenarkan
karena mereka dengan mudah dapat mencari informasi yang sama dari laporan tahunan
perusahaan. Namun demikian, perlu diingat bahwa tujuan utama laporan keuangan
adalah memberikan informasi yang berguna bagai berbagai macam pemakai laporan
keuangan yang memiliki kebutuhan dan kemampuan menganalisa yang berbeda
2.        Sederhana dan Fleksibel
Laporan nilai tambah sangat mudah disusun hanya dengan memodifikasi
laporan laba rugi. Desamping itu, bentuk dan isi laporan nilai tambah lebih mudah
dipahami dibandingkan laporan laba rugi, khususnya bagi para pegawai, pemilik
modal dan pemerintah, karena laporan tersebut mengelompokkan pihak-pihak yang
ikut menyumbang tercipiptanya nilai tambah perusahaan.
Namun demikian, para pemakai laporan nilai tambah harus memiliki
pemahaman tentang isi informasi yang disajikan, jika tidak kesederhanaan laporan
nilai tambah menjadi menyesatkan. Laporan nilai tambah memiliki fleksibilitas dalam
penyusunannya, karena dapat disusun atas dasar biaya historis, constant purchasing
power bahkan atas dasar current cost accounting sekalipun.

18
3.        Hubungan Industrial
Laporan nilai tambah dimaksudkan dapat mencerminkan adanya "team spirit"
di dalam organisasi perusahaan. Laporan Nilai tambah memiliki beberapa kelebihan
dibandingkan dengan laporan laba-rugi :
1.        Laporan nilai tambah menggambarkan pernana pegawai di dalam perusahaan oleh
karena dipandang sebagai pihak yang ikut menyumbangkan terciptanya kekayaan
perusahaan.
2.        Dengan pemberian insentif kepada para pegawai atas dasar besarnya sumbangan
mereka terhadap nilai tambah perusahaan, maka dengan sendirinya akan menaikkan
motivasi pegawai didalam proses penciptaan kekayaan perusahaan.
3.        Laporan nilai tambah dapat dipakai sebagai referensi guna penyelesaian kasus-kasus
perburuhan.
4.        Kebijakan Ekonomi
Laporan nilai tambah berperan dalam memperbaiki kegiatan analisa ekonomi,
oleh karena konsep nilai tambah konsisten dengan analisa input-output yang sering
dipakai para ekonom untuk menghitung pendapatan nasional. Apabila setiap
perusahaan secara konsisten menyajikan laporan nilai tambah, maka pemerintah akan
mampu mengumpulkan data ekonomi secara akurat dan tepat waktu yang pada
gilirannya akan memberikan data yang akurat bagi keperluan peramalan dan
penyusunan kebijakan ekonomi pemerintah.
5.        Analisis Komparasi
Laporan nilai tambah memberikan tambahan kriteria yang dapat dipakai
sebagai dasar untuk meniali dan membandingkan prestasi suatu perusahaan dengan
perusahaan lain. Dengan mengetahui besarnya rasio antara nilai tambah dan gaji
pegawai akan dapat diprediksi sehat tidaknya suatu perusahaan. Disamping itu laporan
nilai tambah dapat pula dipakai sebagai alat untuk mengukur besar dan pentingnya
suatu perusahaan. Besarnya perusahaan biasanya tercermin dari besarnya nilai
penjualannya, tetapi perlu diingan bahwa angka nilai penjualan dapat menyesatkan jika
besarnya turnover perusahaan hanyalah pencerminan dari biaya pembelian produk dari
perusahaan lain yang di jual kembali kepada konsumen
Perusahaan yang padat modal dan hanya memperkerjakan sedikit pegawai akan
tampak lebih besar dan penting dibandingkan perusahaan padat karya. Laporan nilai
tambah memberikan informasi tentang besarnya jumlah pegawai dan besarnya

19
penciptaan kekayaan bersih perusahaan, serta distribusi kekayaan ini kepeda
beberapa kelompok yang terlibat dalam proses penciptaan kekayaan tersebut.

E.       Kelemahan Laporan Nilai Tambah


Bagi para pemakai yang tidak memahami konsep laporan keuangan, laporan nilai
tambah dapat membingungkan mereka sebab nilai tambah suatu perusahaan baik
sebaliknya laba perusahaan turun.
Contoh:
Misalnya penjualan suatu perusahaan R. 100.000, sedang biaya inputnya Rp. 0
dan biaya gaji pegawai Rp. 110.000. laporan nilai tambah perusahaan menunjukkan
Rp.100.000 (Rp. 100.000 – Rp. 0 dan menderita kerugian bersih sebesar Rp. 100.000
(Rp.100.000 – Rp. 110.000). apa yang terjadi pada perusahaan ini sebenarnya adalah
kekayaan yang diciptakan oleh perusahaan Rp. 100.000 sedangkan kekayaan yang
didistribusikan kepada pegawai sebesar Rp. 110.000 melebihi besarnya kekayaan yang
diciptakan. Jadi ada transfer kekayaan dari pemegang saham ke pegawai perusahaan.
Dengan menyajikan laporan nilai tambah ada kecenderungan bahwa
manajemen akan selalu memaksimumkan besarnya nilai tambah yang pada gilirannya
akan menyesatkan dalam pengambilan keputusan. Sebagai contoh, sebuah
perusahaan mempertimbangkan membuat sendiri atau membeli dari luar suatu
komponen khusus dan berikut ini informasi yang tersedia:

-    Tarnbahan biaya memproduksi komponen menjadi produk akhir = Rp 500,-

-    Harga jual produk akhir = Rp3000,-

-    Nilai tambah membuat sendiri komponen = Rp 3000 - Rp 1000


= Rp 2000,-

-    Nilai tambah membeli komponen = Rp 3000 - Rp 2000


= Rp 1000,-

-    Laba bersih membuat sendiri komponen = Rp 3000 - Rp 3000


= Rp 0,-

20
-    Laba bersih membeli komponen = Rp 3000 - Rp 2500
= Rp 500,-

Jika tujuan utama perusahaan adalah memaksimumkan nilai tambah, maka


sebaiknya membuat sendiri komponen tersebut karena akan memberikan nilai tambah
yang lebih besar dibandingkan membeli dari luar dan perusahaan tidak mendapatkan
laba atau rugi. Sebaliknya jika tujuan perusahaan adalah memaksimumkan laba, maka
sebaiknya perusahaan membeli komponen tersebut dari luar karena memberikan laba
sebesar Rp 500,-. Jelaslah bahwa pengambilan keputusan dengan konsep nilai tambah
memerlukan ketelitian dan pertimbangan banyak faktor .

21
DAFTAR PUSTAKA

Ghozali, I, dan A. Chariri, 2007, Teori Akuntansi, Semarang: Badan Penerbit Universitas
Diponegoro, Edisi 3.
Yenti, Y.E. and Syofyan, E., 2013. Pengaruh Konservatisme Akuntansi Terhadap Penilaian
Ekuitas Dengan Good Corporate Governance Sebagai Variabel Pemoderasi (Studi
Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di PT BEI). Wahana Riset
Akuntansi, 1(2).
Mulya, A.A., 2012. Analisis Relevansi Informasi Laba Akuntansi, Nilai Buku Ekuitas dan
Arus Kas Operasi Dengan Harga Saham. Jurnal Fakultas Ekonomi Universitas Budi
Luhur, Jakarta.
Maimunah, S. and Megasatya, T.S., Pengaruh Struktur Modal Terhadap Earning Per Share
Pada Pt Telekomunikasi Indonesia Tbk. Jurnal Ilmiah Akuntansi Fakultas Ekonomi,
Volume 1 No. 2 Tahun 2015, Hal. 85-93
Wahyudi, U. and Pawestri, H.P., 2006. Implikasi struktur kepemilikan terhadap nilai
perusahaan: dengan keputusan keuangan sebagai variabel intervening. Simposium
Nasional Akuntansi, 9, pp.1-25.
Iustian, R., & Arifah, D. A. (2013). Analisis Pengaruh Informasi Laba Akuntansi, Nilai Buku
Ekuitas Dan Arus Kas Operasi Terhadap Harga Saham. Fokus Ekonomi, 8(1).
Naimah, Z., & Utama, S. (2006). Pengaruh ukuran perusahaan, pertumbuhan, dan
profitabilitas perusahaan terhadap koefisien respon laba dan koefisien respon nilai
buku ekuitas: Studi pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Jakarta. Simposium
Nasional Akuntansi IX, 23-26.

22

Anda mungkin juga menyukai