Anda di halaman 1dari 3

TUGAS PENGANTAR ILMU EKONOMI

Latifah Nurjannah (2016 03 1019)


D3 Akuntansi

1.Teori Konsumsi John Maynard Keynes


Dalam teorinya Keynes mengandalkan analisis statistik, dan juga membuat dugaan-dugaan
tentang konsumsi berdasarkan introspeksi dan observasi casual. Pertama dan terpenting Keynes
menduga bahwa, kecenderungan mengkonsumsi marginal (marginal propensity of consume) jumlah
yang di konsumsi dalam setiap tambahan pendapatan adalah antara nol dan satu. Kedua, Keynes
menyatakan bahwa rasio konsumsi terhadap pendapatan, yang disebut kecenderungan
mengkonsumsi rata-rata (avarange prospensity to consume), turun ketika pendapatan naik. Ia
percaya bahwa tabungan adalah kemewahan, sehingga ia berharap orang kaya menabung dalam
proporsi yang lebih tinggi dapat pendapatan mereka ketimbang yang miskin.

Ketiga, Keynes berpendapat bahwa pendapatan merupakan determinan konsumsi yang penting dan
tingkat bunga tidak memiliki peranan penting. Keynes menyatakan bahwa pengaruh tingkat bunga
terhadap konsumsi hanya sebatas teori. Berdasrkan tiga dugaan ini, fungsi konsumsi keynes sering
ditulis sebagai : C = C + cY, C > 0, 0 < c < 1.

Keterangan :

c = konsumsi

Y = pendapatan disposebel

C = konstanta

c = kecenderungan mengkonsumsi marginal

Beberapa catatan mengenai fungsi konsumsi Keynes:

Variabel nyata adalah bahwa fungsi konsumsi Keynes menunjukkan hubungan antara pendapatan
nasional dengan pengeluaran konsumsi yang keduanya dinyatakan dengan menggunakan tingkat
harga konstan. Pendapatan yang terjadi disebutkan bahwa pendapatan nasional yang menentukan
besar kecilnya pengeluaran konsumsi adalah pendapatan nasional yang terjadi atau current national
income.

Bentuk fungsi konsumsi menggunakan fungsi konsumsi dengan bentuk garis lurus. Keynes
berpendapat bahwa fungsi konsumsi berbentuk lengkung.

2. Teori konsumsi dengan Hipotesis Pendapatan Permanen


Di 1957, Milton Friedman menyatakan hipotesis pendapatan-permanen (permanent-income
hypothesis) untuk menjelaskan perilaku konsumen.Esensinya adalah konsumsi saat ini proporsional
terhadap pendapatanpermanen. Hipotesis pendapatan-permanen Friedman melengkapi hipotesis
daur-hidup Modigliani: keduanya menggunakan teori konsumen Fisher untuk menyatakan bahwa
konsumsi sebaiknya tidak bergantung pada pendapatan saat ini saja.
Tapi tak seperti hipotesis daur-hidup, yang menekankan bahwa pendapatan mengikuti pola reguler
selama hidup seseorang, hipotesis pendapatan-permanen menekankan bahwa orang mengalami
perubahan acak dan temporer dalam pendapatan mereka daritahun ke tahun.Friedman
menyarankan kita memandang pendapatan saat ini Y sebagai jumlah dari dua komponen,
pendapatan permanen (permanent income) YP dan pendapatan transitoris (transitory income) YT.

Tingkat konsumsi mempunyai hubungan proporsional dengan pendapatan permanen ( permanent


income)

C = λ Yp

Di mana :

C = konsumsi

Yp = pendapatan permanen,

λ = faktor proporsi, (k. > 0)

Pendapatan permanen adalah tingkat pendapatan rata – rata yang ekspektasi/diharapkan dalam
jangka panjang. Sumber pendapatan itu berasal dari pendapatan upah/gaji (expected labour
income) dan non upah/ non gaji (expected income from assets). Pendapatan permanen akan
meningkat bila individu menilai kualitas dirinya (human wealth) makin baik, mampu bersaing di
pasar. Dengan keyakinan tersebut ekspektasinya tentang pendapatan upah / gaji (expected labour
income ) makin optimistik. Ekspektasi tentang pendapatan permanen juga akan meningkat jika
individu menilai kekayaannya (non-human wealth) meningkat. Sebab dengan kondisi seperti itu
pendapatan non upah (non-labour income) diperkirakan juga meningkat, adanya perbedaan antara
yang diharapkan dengan yang diterima adalah adanya pendapatan tidak permanen, yang besarnya
berubah – ubah. Pendapatan ini disebut pendapatan transitori (transitory income).

Yd = Yp + Yt

Di mana :

Yd = pendapatan disposabel saat ini

Yp = pendapatan permanen

Yt = pendapatan transitori

3. Teori Konsumsi dengan Hipotesis Pendapatan Relatif (Relative Income Hypothesis)


James Dusenberry mengemukakan bahwa pengeluaran konsumsi suatu masyarakat
ditentukan terutama oleh tingginya pendapatan tertinggi yang pernah dicapainya.

Dalam teorinya, Dusenberry menggunakan dua asumsi yaitu:

1. Selera sebuah rumah tangga atas barang konsumsi adalah interdependen. Artinya
pengeluaran konsumsi rumah tangga dipengaruhi oleh pengeluaran yang dilakukan oleh
orang sekitarnya. Sebagai misal, seseorang yang memiliki kemampuan pengeluaran
konsumsi yang sederhana tinggal di tempat masyarakat yang pengeluaran konsumsinya
serba kecukupan, secara otomatis ada rangsangan dari orang tersebut untuk mengikuti pola
konsumsi di masyarakat sekitarnya.
2. Pengeluaran konsumsi adalah irreversibel. Artinya pola pengeluaran seseorang pada saat
penghasilan naik berbeda dengan pola pengeluaran pada saat penghasilan mengalami
penurunan. Sebagai misal, apabila pendapatan seseorang mengalami kenaikan maka secara
otomatis konsumsi juga mengalami kanaikan dengan proporsi tertentu, dst bila pendapatan
mengalami penurunan, maka juga akan diikuti oleh penurunan konsumsinya.

4. Teori Konsumsi dengan Hipotesis Siklus Hidup (Life Cycle Hypothesis)


Model konsumsi siklus hidup lebih menekankan pada variabel sosial ekonomi, di mana yang
lebih menjadi perhatian adalah variabel usia (umur). Model ini dikembangkan oleh Franco
Modigliani, Albert Ando, Richard Brumberg. Di dalam teorinya dijelaskan bahwa pengeluaran
konsumsi seseorang sangat tergantung dari perjalanan umur seseorang.

Model siklus hidup ini membagi perjalanan manusia ke dalam 3 periode:

1. Periode belum produktif (0 tahun sampai dengan usia kerja). Dalam tahap ini dikatakan oleh
ABM bahwa seseorang melakukan konsumsi dalam kondisi “Dissaving”, kenapa demikian
karena seseorang melakukan konsumsi sangat tergantung pada orang lain.
2. Periode produktif (dari usia kerja sampai dengan usia di mana orang tersebut sudah
menjelang usia tua). Tahap ini dikatakan bahwa seseorang berkonsumsi dalam kondisi
“Saving”, kenapa dikatakan demikian, karena seseorang pada tahap ini pengeluaran
konsumsinya sudah tidak tergantung pada orang lain.
3. Periode tidak produktif lagi. Tahap ini seseorang kembali berada dalam kondisi “Dissaving”,
dengan kata lain bahwa seseorang melakukan konsumsi kembali tergantung pada orang lain.
Karena dalam tahap ini seseorang tidak lagi mampu untuk mencukupi kebutuhan hidupnya
sendiri.

Formulasi model fungsi konsumsi siklus hidup sebagai berikut:

C = aW

Ada tiga faktor yang membentuk nilai W:

a) Nilai sekarang penghasilan dari kekayaan yaitu berupa bunga, sewa.


b) Nilai sekarang penghasilan dari balas jasa kerja yaitu berupa upah, gaji.
c) Nilai sekarang penghasilan upah yang diharapkan diterima seumur hidup.

Anda mungkin juga menyukai