Oleh: Kelompok 11 Nama Kelompok: Pande Ketut Aditya Pratama(32) Ketut Vian Palguna Deva(29)
\ 1.1 Menjelaskan Pengertian tentang Konsumsi Tabungan dan Hubungan antara Konsumsi ,Tabungan,dan Pendapatan
Pada dasarnya pendapatan yang diterima oleh individu tidak hanya
digunakan untuk kegiatan konsumsi melainkan digunakan juga untuk kegiatan menabung. Hubungan tersebut dapat terlihat dari persamaan berikut: Y=C+S Keterangan : Y : Pendapatan C : Konsumsi S : Tabungan
Sehingga kesimpulannya hubungan pendapatan nasional (Y), konsumsi
(C) dan tabungan (S) adalah sebagai berikut: Pendapatan mempengaruhi besarnya konsumsi dan tabungan Semakin besar pendapatan maka konsumsi atau tabungannya akan semakin besar Semakin kecil pendapatan maka konsumsi atau tabungannya akan semakin kecil
1.2 Menjelaskan Fungsi Konsumsi APC Dan MPC
fungsi konsumsi. Fungsi Konsumsi C = a + b Y Syarat mutlak fungsi
konsumsi, yaitu: * nilai a = harus positif * nilai b = harus positif Keterangan: C = tingkat konsumsi nasional. a = besarnya pengeluaran konsumsi pada saat pendapatan nol atau autonomousconsumptio (konsumsi otonom) MPC adalah perbandingan pertambahan konsumsi terhadap pertambahan pendapatan disposabel. Marginal propensity to consume (MPC) menggambarkan seberapa besar kecondongan perubahan konsumsi akibat dari adanya perubahan pendapatan. Sederhananya, MPC merupakan kecondongan marginal dalam konsumsi. Dari pemahaman ini, MPC dapat dirumuskan sebagai berikut: MPC = ΔC / ΔYd Dimana: MPC : Marginal propensity to consume ΔC : perubahan konsumsi
APC (Average Propensity to Consume ) dalam pemahaman
sederhana adalah Kecenderungan mengonsumsi rata-rata, dimana perbandingan antara tingkat konsumsi (C) dengan tingkat pendapatan diposabel serta konsumsi itu dilakukan (Yd).APC ini ada karena fungsi konsumsi, dimana fungsi konsumsi merupakan suatu fungsi yang menggambarkan hubungan antara tingkat konsumsi rumah tangga dengan pendapatan nasional pada sistem perekonomian. Persamaan fungsi konsumsi adalah sebagai berikut :C = a + By
1.3 Menjelaskan Fungsi Tabungan APS,dan MPS
APS (Average Prospensity to Save) dalam pemahaman sederhana merupakan Kecondongan menabung rata-rata merupakan perbandingan antara tingkat tabungan (S) dengan tingkat pendapatan. APS dapat terjadi jika dalam perbandingan pendapatan dan pengeluaran terdapat surplus, yang dimasukan dalam komponen saving. Yang dimaksud dengan (MPS) Marginal Propensity to Save adalah perbandingan antara bertambahnya saving dengan bertambahnya pendapatan nasional yang mengakibatkan bertambahnya saving. 1.4 Menjelaskan Pendapatan Nasional Keseimbangan adalah pendapatan nasional yang tidak satu pun kekuatan dari faktor- faktor ekonomi yang memiliki tendensi untuk mempengaruhinya atau pendapatan nasional dimana pelaku ekomoni memberikan kontribusi pada batas yang wajar dan sesuai dengan kebutuhan
1.5 Menjelaskan Teori Konsumsi Keynes
John Maynard Keynes (5 Juni 1883 – 21 April 1946) adalah seorang
revolusioner dalam bidang ilmu ekonomi. Keynes juga dikenal sebagai bapak ilmu ekonomi makro karena kontribusinya yang besar dalam dunia perekonomian melalui temuan-temuannya. Telah banyak teori tentang ilmu ekonomi yang dikemukakan oleh Keynes. Salah satu teori Keynes yang melegenda dan sering menjadi rujukan hingga saat ini adalah teori konsumsi yang diungkapkannya. Raharja & Manurung (2008) dalam bukunya menuliskan teori konsumsi Keynes sebagai berikut, “konsumsi yang dilakukan saat ini tergantung dari pendapatan yang siap dibelanjakan saat ini (disposable income). Singkatnya, konsumsi (C) dipengaruhi oleh pendapatan disposable (Yd)”. Apabila pendapatan meningkat konsumsi yang dilakukan akan meningkat pula. Meskipun begitu, Keynes menyatakan bahwa kurva konsumsi nantinya akan berbentuk lengkung ke yang artinya semakin lama konsumsi yang dilakukan tidak sebesar pendapatan yang diterima.
1.6 Menjelaskan Model Konsumsi Siklus Hidup (Life
Cycle Hypothesis Of Consumption).
Model konsumsi siklus hidup (Life Cycle Hypothesis of
Consumption,LCH) dikembangkan oleh Franco Modigliani, Albert Ando, dan Richard Brumberg(Soediyono, 1992). Model ini berpendapat bahwa kegiatan konsumsi adalah kegiatan seumur hidup. Sama halnya dengan model Keynes, model ini mengakui bahwa faktor yang dominan pengaruhnya terhadap tingkat konsumsi adalah pendapatan disposabel. Hanya saja, model siklus hidup ini mencoba menggali lebih dalam untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang memengaruhi besarnya disposabel. Ternyata, tingkat pendapatan disposabel berkaitan erat dengan usia seseorang selama siklus hidupnya. Model siklus hidup ini membagi perjalanan hidup manusia menjadi tiga periode: pendapatan 1) Periode belum produktif Periode ini berlangsung dari sejak manusia lahir, bersekolah, hingga pertama kali bekerja, biasanya berkisar antara usia nol hingga dua puluh tahun. Pada periode ini umumnya manusia belum menghasilkan pendapatan. Untuk memenuhi kebutuhan konsumsi, mereka harus dibantu oleh anggota keluargalain yang telah berpenghasilan. 2) Periode Produktif Periode ini umumnya berlangsung dari usia sekitar dua puluh tahun. Selama periode ini, tingkat penghasilan meningkat. Awalnya meningkat cepat dan mencapai puncaknya pada usia sekitar lima puluh tahun. Setelah itu tingkat pendapatan disposabel menurun, sampai akhirnya tidak mempunyai penghasilan lagi. 3) Periode tidak produktif lagi Periode ini berlangsung setelah usia manusia melebihi enam puluh tahun. Ketuaan yang datang tidak memungkinkan mereka bekerja untuk mendapatkan penghasilan. Pola konsumsi manusia berkaitan dengan periode hidupnya. Dengan kata lain, manusia harus merencanakan alokasi pendapatan disposibelnya. Ada saatnya mereka harus berutang/mendapat tunjangan, ada saat harus menabung sebanyak-banyaknya dan akhirnya ada pula saat dia harus hidup dengan menggunakan uang tabungannya. 1.7 Menjelaskan Teori Pendapatan Permanen
Alternatif lain untuk menjelaskan pola/perilaku konsumsi adalah teori
pendapatan permanen (Permanent Income Hypothesis,PIH) yang diajukan oleh Milton Friedman. Sama seperti teori-teori lain, PIH juga meyakini bahwa pendapatan faktor dominan yang mempengaruhi tingkat konsumsi. Perbedaannya terletak pada pendapatan PIH yang menyatakan bahwa tingkat konsumsi mempunyai hubungan proporsional dengan pendapatan permanen (permanent income). C = λ Yp Keterangan : C = Konsumsi Yp = Pendapatan Permanen λ = Faktor Proporsi (λ > 0)
Yang dimaksud dengan pendapatan permanen adalah tingkat
pengeluaran yang stabil yang dipertahankan sepanjang hidup, dengan berdasarkan pada tingkat kekayaan sekarang dan pendapatan yang diperoleh sekarang dan di masa depan (Dornbusch,Fischer,Startz).Sumber pendapatan itu berasal dari pendapatan upah/gaji (expected labour income) dan non upah/non gaji (human wealth) makin baik, mampu bersaing di pasar. Dengan keyakinan tersebut ekspektasinya tentang pendapatan upah/gaji makin optimistik. Ekspektasi tentang pendapatan permanen juga akan meningkat jika individu menilai kekayaannya meningkat. Dengan kondisi seperti itu pendapatan non upah diperkirakan juga meningkat. Pendapatan saat ini tidak selalu sama dengan pendapatan permanen. Kadang-kadang pendapatan saat ini lebih besar daripada pendapatan permanen. Kadang-kadang sebaliknya. Hal yang menyebabkannya adalah adanya pendapatan tidak permanen yang besarnya berubah-ubah. Pendapatan ini disebut pendapatan transitori (transitory income). Yd = Yp + Yt Keterangan : Yd = Pendapatan Disposibel saat ini Yp = Pendapatan Permanen Yt = Pendapatan Transitory
1.8 Menjelaskan Teori Pendapatan Relatif
Teori konsumsi LCH dan PIH memberi tekanan tentang pengaruh
pendapatan jangka pendek dan jangka panjang. Sebenarnya ada sebuah teori yang 22 lebih awal daripada kedua teori tersebut dalam memberi penjelasan tentang pengaruh pendapatan disposabel jangka pendek dan jangka panjang. Teori ini adalah teori pendapatan relatif (Relative Income Hypothesis,RIH) yang dikembangkan olehJames Duessenberry.(Soediyono,1992) Kendatipun mengakui pengaruh dominan pendapatan terhadap konsumsi, teori ini lebih memperhatikan aspek psikologis rumah tangga dalam menghadapi perubahan pendapatan. Dampak perubahan pendapatan disposabel dalam jangka pendek akan berbeda dibanding dalam jangka panjang. Perbedaan ini pun dipengaruhi oleh jenis perubahan pendapatan yang dialami. Karena itu, rumah tangga memiliki dua preferensi/fungsi konsumsi yang disebut fungsi konsumsi jangka pendek dan fungsi konsumsi jangka panjang. Dalam teorinya Duessenberry menggunakan dua asumsi yaitu : 1) Selera sebuah rumah tangga atas barang konsumsi adalah interdependen. Artinya pengeluaran konsumsi rumah tangga dipengaruhi oleh pengeluaran yang dilakukan oleh orang sekitarnya. 2) Pengeluaran konsumsi adalah irreversibel. Artinya pola pengeluaran seseorang pada saat penghasilan naik berbeda dengan ppola pengeluaran pada saat penghasilan mengalami penurunan. Dari pengamatan yang dilakukan Dusenberry mengenai pendapatan relatif secara memungkinkan terjadi suatu kondisi yang demikian, apabila seseorang pendapatannya mengalami kenaikan maka dalam jangka pendek tidak akan langsung menaikkan pengeluaran konsumsi secara proporsional dengan kenaikan pendapatan, akan tetapi kenaikan pengeluaran konsumsinya lambat karena seseorang lebih memilih untuk menambah jumlah tabungan (saving), dan sebaliknya bila pendapatan turun seseorang tidak mudah terjebak dengan kondisi konsumsi dengan biaya tinggi (high consumption).
1.9 Menjelaskan Teori Klasik dan Keynes mengenai
Pendapatan Nasional ada perbedaan lain terhadap pandangan ekonomi Klasik dan Keynes, yaitu:
Para ekonom dengan pandangan ekonomi Klasik percaya tidak ada
peraturan pemerintah ekonomi, sedangkan dari pandangan ekonomi keynes percaya ada peraturan pemerintah ekonomi. Pandangan ekonomi Klasik beranggapan bahwa pemerintah memiliki peran yang sedikit dalam perekonomian namun memiliki fokus untuk tujuan jangka pandang, sedangkan Keynes beranggapan sebaliknya pemerintah memiliki peran yang besar dan fokus pada jangka pendek. Pada pengeluaran pemerintah, pandangan ekonomi Klasik beranggapan bahwa pengeluaran tersebut dapat menghambat pertumbuhan ekonomi, sedangkan Keynes beranggapan bahwa pengeluaran tersebut dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Cara yang dilakukan pada pengeluaran pemerintah oleh pandangan ekonomi Klasik dengan meningkatkan sektor publik dan menurunkan sektor usaha, sedangkan Keynes melakukan tanpa adanya pengeluaran dari konsumen ataupun investasi bisnis. Dalam mengatasi pengangguran, pandangan ekonomi Klasik melakukan dengan cara mengurangi tingkat upah sedangkan Keynes melakukan dengan memperbanyak investasi. Dalam pendapatan nasional, pandangan ekonomi Klasik ditentukan oleh kemampuan dalam produksi dengan menghasilkan barang dan jasa, sedangkan Keynes oleh pengeluaran agregat. Dalam suku bunga, pandangan ekonomi Klasik ditentukan oleh masyarakat yang ingin melakukan penabungan dan meminjam dana untuk inestasi, sedangkan Keynes ditentukan oleh pemerintah dan dengan penawaran uang. Dalam tingkat upah, pandangan ekonomi Klasik fleksibel yang akan menjamin keadaan tenaga kerja terhadap permintaan akan sama dengan penawaran, sedangkan Keynes tidak fleksibel karena pengangguran tingkat makin banyak dan tidak akan turun.
Ekonomi makro menjadi sederhana, berinvestasi dengan menafsirkan pasar keuangan: Cara membaca dan memahami pasar keuangan agar dapat berinvestasi secara sadar berkat data yang disediakan oleh ekonomi makro
ILMU PERUBAHAN DALAM 4 LANGKAH: Strategi dan teknik operasional untuk memahami bagaimana menghasilkan perubahan signifikan dalam hidup Anda dan mempertahankannya dari waktu ke waktu